Вы находитесь на странице: 1из 29

Tektonik lempeng

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Lempeng-lempeng tektonik di bumi barulah dipetakan pada paruh kedua abad ke-20.

Teori Tektonik Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam bidang
geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti
pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan
juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh
pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-
an.

Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat
litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di
bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir
seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama
karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah. Lebih dalam lagi,
bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya
bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.

Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi,


terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil. Lempeng-
lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan
yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen
(bertumbukan), ataupun transform (menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik,
pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera semuanya umumnya terjadi di
daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50-
100 mm/a. [1]
Daftar isi
[sembunyikan]

• 1 Perkembangan Teori
• 2 Prinsip-prinsip Utama
• 3 Jenis-jenis Batas Lempeng
• 4 Kekuatan Penggerak Pergerakan Lempeng
o 4.1 Gaya Gesek
o 4.2 Gravitasi
o 4.3 Gaya dari luar
o 4.4 Signifikansi relatif masing-masing mekanisme
• 5 Lempeng-lempeng utama

• 6 Rujukan

[sunting] Perkembangan Teori

Peta dengan detail yang menunjukkan lempeng-lempeng tektonik dan arah vektor
gerakannya

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa kenampakan-
kenampakan utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan geologis seperti
pegunungan bisa dijelaskan dengan pergerakan vertikal kerak seperti dijelaskan dalam
teori geosinklin. Sejak tahun 1596, telah diamati bahwa pantai Samudera Atlantik yang
berhadap-hadapan antara benua Afrika dan Eropa dengan Amerika Utara dan Amerika
Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu. Ketepatan ini
akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana.[2] Sejak saat itu
banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi semuanya menemui
jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat menyulitkan penemuan
penjelasan yang sesuai.[3]

Penemuan radium dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian
ulang umur bumi,[4]karena sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya
dan dengan asumsi permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam.[5] Dari perhitungan
tersebut dapat disimpulkan bahwa bahkan jika pada awalnya bumi adalah sebuah benda
yang merah-pijar, suhu Bumi akan menurun menjadi seperti sekarang dalam beberapa
puluh juta tahun. Dengan adanya sumber panas yang baru ditemukan ini maka para
ilmuwan menganggap masuk akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan intinya
masih cukup panas untuk berada dalam keadaan cair.

Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift) yang
dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912.[6] dan dikembangkan lagi dalam bukunya The
Origin of Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-
benua yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh
sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari
granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih
padat.[7][8] Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang
dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti
yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut
dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog
Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan
ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi
adalah kekuatan penggeraknya.[9][10][3]

Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan


dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda
usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania
tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi [11],
namun selanjutnya justeru lebih mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang
menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling)
batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi yang ukurannya terus membesar
atau berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona subduksi/hunjaman
(subduction zone), dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori tektonik
lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang umum dipakai dan
kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian lebih lanjut tentang
hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan magnet bumi (geomagnetic
reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan oseanograf Ron G. Mason[12][13][14]
[15]
menunjukkan dengan tepat mekanisme yang menjelaskan pergerakan vertikal batuan
yang baru

Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur
sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-
oceanic ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam
teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff dan
beragam observasi geologis lainnya tak lama kemudian mengukuhkan tektonik lempeng
sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan
prediksi.
Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang berkembang
pesat pada tahun 1960-an memegang peranan penting dalam pengembangan teori ini.
Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an dan
telah diterima secara cukup universal di semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui
dunia ilmu bumi dengan memberi penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis
dan juga implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi dan paleobiologi

[sunting] Prinsip-prinsip Utama


Bagian luar interior bumi dibagi menjadi litosfer dan astenosfer berdasarkan perbedaan
mekanis dan cara terjadinya perpindahan panas. Litosfer lebih dingin dan kaku,
sedangkan astenosfer lebih panas dan secara mekanik lemah. Selain itu, litosfer
kehilangan panasnya melalui proses konduksi, sedangkan astenosfer juga memindahkan
panas melalui konveksi dan memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian ini
sangat berbeda dengan pembagian bumi secara kimia menjadi inti, mantel, dan kerak.
Litosfer sendiri mencakup kerak dan juga sebagian dari mantel. Suatu bagian mantel bisa
saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada waktu yang berbeda, tergantung
dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip kunci tektonik lempeng adalah bahwa
litosfer terpisah menjadi lempeng-lempeng tektonik yang berbeda-beda. Lempeng ini
bergerak menumpang di atas astenosfer yang mempunyai viskoelastisitas sehingga
bersifat seperti fluida. Pergerakan lempeng biasanya bisa mencapai 10-40 mm/a (secepat
pertumbuhan kuku jari) seperti di Mid-Atlantic Ridge, ataupun mencapai 160 mm/a
(secepat pertumbuhan rambut) seperti di Lempeng Nazca.[16][17] Lempeng-lempeng ini
tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel litosferik yang di atasnya dilapisi dengan
hamparan salah satu dari dua jenis material kerak. Yang pertama adalah kerak samudera
atau yang sering disebut dengan "sima", gabungan dari silikon dan magnesium. Jenis
yang kedua yaitu kerak benua yang sering disebut "sial", gabungan dari silikon dan
aluminium. Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua
memiliki ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak samudera.
Ketebalan kerak benua mencapai 30-50 km sedangkan kerak samudera hanya 5-10 km.

Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah di
mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan pembentukan
kenampakan topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera.
Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas lempeng, seperti
Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik yang paling aktif dan
dikenal luas.

Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu
lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu sendiri
dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia. Perbedaan antara kerak benua dan
samudera ialah berdasarkan kepadatan material pembentuknya. Kerak samudera lebih
padat daripada kerak benua dikarenakan perbedaan perbandingan jumlah berbagai
elemen, khususnya silikon. Kerak samudera lebih padat karena komposisinya yang
mengandung lebih sedikit silikon dan lebih banyak materi yang berat. Dalam hal ini,
kerak samudera dikatakan lebih bersifat mafik ketimbang felsik.[18] Maka, kerak
samudera umumnya berada di bawah permukaan laut seperti sebagian besar Lempeng
Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut, mengikuti sebuah prinsip
yang dikenal dengan isostasi.

[sunting] Jenis-jenis Batas Lempeng

Tiga jenis batas lempeng (plate boundary).

Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak relatif
terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan fenomena
yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:

1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan


mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar
transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri
di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang
berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di
California.
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika
dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona
retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua
lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona
subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan
benua (continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua.
Palung laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan
lempeng yang terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air),
sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan
mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik.
Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan
busur pulau Jepang (Japanese island arc).

[sunting] Kekuatan Penggerak Pergerakan Lempeng


Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan
karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai
sumber asli dari energi yang menggerakkan tektonik lempeng. Pandangan yang disetujui
sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan
litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber
terkuat pergerakan lempeng. Pada waktu pembentukannya di mid ocean ridge, litosfer
samudera pada mulanya memiliki kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer di
sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring dengan penuaan karena terjadinya
pendinginan dan penebalan. Besarnya kepadatan litosfer yang lama relatif terhadap
astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel yang dalam di
zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan penggerak pergerakan
lempeng. Kelemahan astenosfer memungkinkan lempeng untuk bergerak secara mudah
menuju ke arah zona subduksi [19] Meskipun subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat
penggerak pergerakan lempeng, masih ada gaya penggerak lain yang dibuktikan dengan
adanya lempeng seperti lempeng Amerika Utara, juga lempeng Eurasia yang bergerak
tetapi tidak mengalami subduksi di manapun. Sumber penggerak ini masih menjadi topik
penelitian intensif dan diskusi di kalangan ilmuwan ilmu bumi. Pencitraan dua dan tiga
dimensi interior bumi (tomografi seismik) menunjukkan adanya distribusi kepadatan
yang heterogen secara lateral di seluruh mantel. Variasi dalam kepadatan ini bisa bersifat
material (dari kimia batuan), mineral (dari variasi struktur mineral), atau termal (melalui
ekspansi dan kontraksi termal dari energi panas). Manifestasi dari keheterogenan
kepadatan secara lateral adalah konveksi mantel dari gaya apung (buoyancy forces) [20]
Bagaimana konveksi mantel berhubungan secara langsung dan tidak dengan pergerakan
planet masih menjadi bidang yang sedang dipelajari dan dibincangkan dalam
geodinamika. Dengan satu atau lain cara, energi ini harus dipindahkan ke litosfer supaya
lempeng tektonik bisa bergerak. Ada dua jenis gaya yang utama dalam pengaruhnya ke
pergerakan planet, yaitu friksi dan gravitasi.

[sunting] Gaya Gesek

Basal drag
Arus konveksi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui astenosfer,
sehingga pergerakan didorong oleh gesekan antara astenosfer dan litosfer.
Slab suction
Arus konveksi lokal memberikan tarikan ke bawah pada lempeng di zona
subduksi di palung samudera. Penyerotan lempengan (slab suction) ini bisa terjadi
dalam kondisi geodinamik di mana tarikan basal terus bekerja pada lempeng ini
pada saat ia masuk ke dalam mantel, meskipun sebetulnya tarikan lebih banyak
bekerja pada kedua sisi lempengan, atas dan bawah

[sunting] Gravitasi

Runtuhan gravitasi: Pergerakan lempeng terjadi karena lebih tingginya lempeng


di oceanic ridge. Litosfer samudera yang dingin menjadi lebih padat daripada
mantel panas yang merupakan sumbernya, maka dengan ketebalan yang semakin
meningkat lempeng ini tenggelam ke dalam mantel untuk mengkompensasikan
beratnya, menghasilkan sedikit inklinasi lateral proporsional dengan jarak dari
sumbu ini. :Dalam teks-teks geologi pada pendidikan dasar, proses ini sering
disebut sebagai sebuah doronga. Namun, sebenarnya sebutan yang lebih tepat
adalah runtuhan karena topografi sebuah lempeng bisa jadi sangat berbeda-beda
dan topografi pematang (ridge) yang melakukan pemekaran hanyalah fitur yang
paling dominan. Sebagai contoh, pembengkakan litosfer sebelum ia turun ke
bawah lempeng yang bersebelahan menghasilkan kenampakan yang bisa
mempengaruhi topografi. Lalu, mantel plume yang menekan sisi bawah lempeng
tektonik bisa juga mengubah topografi dasar samudera.
Slab-pull (tarikan lempengan)
Pergerakan lempeng sebagian disebabkan juga oleh berat lempeng yang dingin
dan padat yang turun ke mantel di palung samudera.[21] Ada bukti yang cukup
banyak bahwa konveksi juga terjadi di mantel dengan skala cukup besar.
Pergerakan ke atas materi di mid-oceanic ridge mungkin sekali adalah bagian dari
konveksi ini. Beberapa model awal Tektonik Lempeng menggambarkan bahwa
lempeng-lempeng ini menumpang di atas sel-sel seperti ban berjalan. Namun,
kebanyakan ilmuwan sekarang percaya bahwa astenosfer tidaklah cukup kuat
untuk secara langsung menyebabkan pergerakan oleh gesekan gaya-gaya itu. Slab
pull sendiri sangat mungkin menjadi gaya terbesar yang bekerja pada lempeng.
Model yang lebih baru juga memberi peranan yang penting pada penyerotan
(suction) di palung, tetapi lempeng seperti Lempeng Amerika Utara tidak
mengalami subduksi di manapun juga, tetapi juga mengalami pergerakan seperti
juga Lempeng Afrika, Eurasia, dan Antarktika. Kekuatan penggerak utama untuk
pergerakan lempeng dan sumber energinya itu sendiri masih menjadi bahan riset
yang sedang berlangsung

[sunting] Gaya dari luar

Dalam studi yang dipublikasikan pada edisi Januari-Februari 2006 dari buletin
Geological Society of America Bulletin, sebuah tim ilmuwan dari Italia dan Amerika
Serikat berpendapat bahwa komponen lempeng yang mengarah ke barat berasal dari
rotasi Bumi dan gesekan pasang bulan yang mengikutinya. Mereka berkata karena Bumi
berputar ke timur di bawah bulan, gravitasi bulan meskipun sangat kecil menarik lapisan
permuikaan bumi kembali ke barat. Beberapa juga mengemukakan ide kontroversial
bahwa hasil ini mungkin juga menjelaskan mengapa Venus dan Mars tidak memiliki
lempeng tektonik, yaitu karena ketiadaan bulan di Venus dan kecilnya ukuran bulan Mars
untuk memberi efek seperti pasang di bumi.[22] Pemikiran ini sendiri sebetulnya tidaklah
baru. Hal ini sendiri aslinya dikemukakan oleh bapak dari hipotesis ini sendiri, Alfred
Wegener, dan kemudian ditentang fisikawan Harold Jeffreys yang menghitung bahwa
besarnya gaya gesek oasang yang diperlukan akan dengan cepat membawa rotasi bumi
untuk berhenti sejak waktu lama. Banyak lempeng juga bergerak ke utara dan barat,
bahkan banyaknya pergerakan ke barat dasar Samudera Pasifik adalah jika dilihat dari
sudut pandang pusat pemekaran (spreading) di Samudera Pasifik yang mengarah ke
timur. Dikatakan juga bahwa relatif dengan mantel bawah, ada sedikit komponen yang
mengarah ke barat pada pergerakan semua lempeng
[sunting] Signifikansi relatif masing-masing mekanisme

Pergerakan lempeng berdasar pada data satelit GPS NASA JPL. Vektor di sini
menunjukkan arah dan magnitudo gerakan.

Vektor yang sebenarnya pada pergerakan sebuah planet harusnya menjadi fungsi semua
gaya yang bekerja pada lempeng itu. Namun, masalahnya adalah seberapa besar setiap
proses ambil bagian dalam pergerakan setiap lempeng Keragaman kondisi geodinamik
dan sifat setiap lempeng seharusnya menghasilkan perbedaan dalam seberapa proses-
proses tersebut secara aktif menggerakkan lempeng. satu cara untuk mengatasi masalah
ini adalah dengan melihat laju di mana setiap lempeng bergerak dan mempertimbangkan
bukti yang ada untuk setiap kekuatan penggerak dari lempeng ini sejauh mungkin. Salah
satu hubungan terpenting yang ditemukan adalah bahwa lempeng litosferik yang lengket
pada lempeng yang tersubduksi bergerak jauh lebih cepat daripada lempeng yang tidak.
Misalnya, Lempeng Pasifik dikelilingi zona subduksi (Ring of Fire) sehingga bergerak
jauh lebih cepat daripada lempeng di Atlantik yang lengket pada benua yang berdekatan
dan bukan lempeng tersubduksi. Maka, gaya yang berhubungkan dengan lempeng yang
bergerak ke bawah (slab pull dan slab suction) adalah kekuatan penggerak yang
menentukan pergerakan lempeng kecuali untuk lempeng yang tidak disubduksikan.
Walau bagaimanapun juga, kekuatan penggerak pergerakan lempeng itu sendiri masih
menjadi bahan perdebatan dan riset para ilmuwan
Lempeng-lempeng utama

Peta lempeng-lempeng tektonik

Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:

• Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua


• Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua
• Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara
50 sampai 55 juta tahun yang lalu)- Lempeng benua
• Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua
• Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut -
Lempeng benua
• Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua
• Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera

Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng
Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca,
Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.

Pergerakan lempeng telah menyebabkan pembentukan dan pemecahan benua seiring


berjalannya waktu, termasuk juga pembentukan superkontinen yang mencakup hampir
semua atau semua benua. Superkontinen Rodinia diperkirakan terbentuk 1 miliar tahun
yang lalu dan mencakup hampir semua atau semua benua di Bumi dan terpecah menjadi
delapan benua sekitar 600 juta tahun yang lalu. Delapan benua ini selanjutnya tersusun
kembali menjadi superkontinen lain yang disebut Pangaea yang pada akhirnya juga
terpecah menjadi Laurasia (yang menjadi Amerika Utara dan Eurasia), dan Gondwana
(yang menjadi benua sisanya)
Struktur Bumi
Ditulis oleh pr4s di/pada September 19, 2007

Struktur Bumi seperti yang terlihat pada gambar diatas.

Secara keseluruhan, bumi terbagi menjadi empat aspek yaitu; atmosphere (udara),
hydrosphere (air), lithosphere (batuan solid) dan biosphere (kehidupan organik).

Disini saya hanya akan menjabarkan sedikit tentang lithosphere saja, karena berhubungan
dengan batuan.

Lithosphere adalah akumulasi masa dari batuan-batuan padat yang membentuk selubung
yang mengelilingi bagian cair bumi yang panas (magma). Lithosphere terdiri dari
komponen primer seperti;

1. Minerals, segala bentuk komponen kimia yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia.
Seperti silika (SIO2) atau kalsium karbonat (CaCO3).
2. Batuan, secara alami terbentuk, materi mineral terkonsolidasi dan terkompaksi.Batuan
bisa terdiri dari hanya satu macam mineral saja (Contohnya; Salt) atau terdiri dari
berbagai mineral (Contohnya; sandstone).

3. Fluida, komponen paling banyak adalah air (lebih dari 90%), gas dan hydrocarbon.

Ketebalan lithosphere bervariasi, dari sekitar 65 km sampai 100 km, dan terdiri dari
batuan silika-magnesium (SIMA) dan silik-aluminium (SIAL). Lithosphere mempunyai
nilai Specific Gravity (SG) 2.7 sampai 3.

Crust adalah bagian paling atas dari lithosphere dan membentuk lempeng benua dan
lempeng samudera. Fluida seperti air, minyak dan gas berada pada lempeng-lempeng ini.
Ketebalan crust bervariasi mulai dari 5 km sampai 60 km. Terdiri dari batuan dan mineral
berbagai tipe. Klasifikasi dasar dari batuan berdasarkan asal usul terbentuknya terdiri dari
tiga macam batuan, yaitu;

1. Igneous Rock (Batuan Beku), terkristalisasi dari bekuan magma.

2. Sedimentary (Batuan Sediment), endapan dari hasil pengikisan batuan permukaan.

3. Metamorphic (Batuan Ubahan), hasil dari alterasi batuan dan mineral lain.

Crust, selagi dalam bentuk solidnya bersifat mobile dan mengapung diatas cairan magma.
Menurut teori tektonik lempeng, terjadi arus konveksi dibawah lapisan crust ini memaksa
magma (batuan panas/cair, yang bergerak plastis) untuk bergerak keatas. Pada titik-titik
tertentu (biasanya pada mid-ocean) magma membentuk celah/palung dan menerobos ke
permukaan. Hal ini akan menyebabkan lempeng saling bergerak menjauh atau saling
bertabrakan secara gradual. Jika pergerakan ini terjadi dengan tiba-tiba, terjadilah gempa.

Dari
gambar

disamping, dapat dilihat bahwa pergerakan konveksi dari magma menyebabkan


terjadinya mid-ocean ridge pada lempeng samudra dan rift valley pada lempeng benua.
Kedua lempeng ini bergerak saling mendekat dan bertubrukan (subduction zone). Karena
massa dari lempeng samudra lebih kecil dari massa lempeng benua, pada subduction
zone ini lempeng samudra akan menyusup kebawah dan meleleh (melting). Siklus ini
akan terus berulang.

Disamping adalah gambar dari lempeng-lempeng yang mengapung bergerak saling


menjauh dan mendekat saat ini dibumi kita tercinta ini.

Mantel, Dibawah lithosphere penelitian semakin sulit dilakukan. Lapisan ini dikenal juga
sebagai lapisan Pyrosphere, ketebalannya diperkirakan 2900 km. Terdiri dari besi dan
mineral SIMA. Density sekitar 3.5 SG, dan suhu rata-rata sekitar 2000 deg Celcius.
Tekanan dari lapisan diatasnya membuat lapisan ini selalu dalam kondisi solid, tapi tetap
bisa melelehkan batuan. Lapisan mantle paling luar sekitar 200 km dinamai dengan
asthenosphere. Pada lapisan ini tekanan dan suhu berada pada kondisi berimbang
sehingga lapisan ini bersifat plastis. Asthenosphere merupakan sumber dari aktivitas
volkanik dan seismik (gempa).

Core, inti bumi berukuran diameter 7000 km dan terdiri dari besi dan nikel. Lapisan
paling luar (tebal 2200 km) merupakan liquid atau cairan. Lapisan terdalam bersifat solid
atau padat, dengan density sekitar 10.5 SG dan suhunya lebih dari 5000 deg celcius.
Menurut teori, perputaran bumi pada porosnya (rotasi) menyebabkan terjadinya arus
sirkulasi pada bagian cair inti bumi. Sirkulasi ini merupakan sumber dari medan magnet
yang menyelimuti bumi.

General Data

• Average Density sekitar 5.5 SG


• Suhu bumi meningkat seiring dengan kedalaman bumi, rata-rata 1 deg celcius per
30 m pada batuan sedimen. Ini disebut sebagai Geothermal Gradient. Pada daerah
vulkanik gradiennya sekitar 1 deg celcius per 10 m. Pada daerah granite tua
(basement rock) gradiennya sekitar 1 deg celcius per 80 m.
• Perkiraan usia bumi sekitar 4.600.000.000 tahun (menggunakan metoda dating
radioaktif).

Bumi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari


Untuk album dari penyanyi Nugie, lihat Bumi (album).
Bumi

Foto Bumi yang terkenal, "Kelereng Biru", diambil dari Apollo 17

Penamaan
Terestrial, Terran, Telluric,
Adjektif
Tellurian, Kebumian

Ciri-ciri orbit
Epos J2000.0[note 1]

152.097.701 km
Aphelion
1,0167103335 SA
147.098.074 km
Perihelion
0,9832898912 SA
Sumbu semi- 149.597.887,5 km
mayor 1,0000001124 SA
Eksentrisitas 0,016710219
365,256366 hari
Periode orbit
1,0000175 tahun
Kecepatan 29,783 km/s
orbit rata-rata 107.218 km/jam
1°34'43,3"[1]
Inklinasi
ke Bidang Invariabel
Bujur node
348,73936°
menaik
Argumen
114,20783°
perihelion
Satelit 1 (Bulan)

Ciri-ciri fisik
Jari-jari rata-
6,371.0 km[2]
rata
Jari-jari
6.378,1 km[3]
khatulistiwa
Jari-jari kutub 6.356,8 km[4]
Kepepatan 0,0033528[3]
40.075,02 km (khatulistiwa)
Keliling
40.007,86 km (meridian)
khatulistiwa
40.041,47 km (rata-rata)
510.072.000 km²[5][6][note 2]
Luas
148.940.000 km² daratan (29,2 %)
permukaan

361.132.000 km² perairan (70,8 %)


Volume 1,0832073×1012 km3
Massa 5,9736×1024 kg[7]
Kepadatan
5,5153 g/cm3
rata-rata
Gravitasi
9,780327 m/s²[8]
permukaan di
khatulistiwa 0,99732 g
Kecepatan
11,186 km/s
lepas
0,99726968 d[9]
Hari sideris
23 56 4.100
h m s

Kecepatan
1674,4 km/jam
rotasi
Kemiringan
23,439281°
sumbu
Albedo 0,367[7]
Suhu min rata-rata maks
permukaan 184 K 287 K 331 K
Kelvin −89 °C 14 °C 57, 7 °C
Celsius
Atmosfer
Tekanan
101,3 kPa (Permukaan laut)
permukaan
78,08% Nitrogen (N2)
20,95% Oksigen (O2)
0,93% Argon
Komposisi
0,038% Karbon dioksida
Sekitar 1% uap air (bervariasi sesuai
iklim)[7]

Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya
mencapai 4,6 milyar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta
kilometer atau 1 AU (Inggris: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara
(atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan
Bumi dari angin matahari, sinar ultraungu, dan radiasi dari luar angkasa. Lapisan udara
ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer. Lapisan udara ini dibagi
menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer, dan Eksosfer.

Lapisan ozon, setinggi 50 kilometer, berada di lapisan stratosfer dan mesosfer dan
melindungi bumi dari sinar ultraungu. Perbedaan suhu permukaan bumi adalah antara
-70 °C hingga 55 °C bergantung pada iklim setempat. Sehari dibagi menjadi 24 jam dan
setahun di bumi sama dengan 365,2425 hari. Bumi mempunyai massa seberat 59.760
milyar ton, dengan luas permukaan 510 juta kilometer persegi. Berat jenis Bumi (sekitar
5.500 kilogram per meter kubik) digunakan sebagai unit perbandingan berat jenis planet
yang lain, dengan berat jenis Bumi dipatok sebagai 1.

Bumi mempunyai diameter sepanjang 12.756 kilometer. Gravitasi Bumi diukur sebagai
10 N kg-1 dijadikan unit ukuran gravitasi planet lain, dengan gravitasi Bumi dipatok
sebagai 1. Bumi mempunyai 1 satelit alami yaitu Bulan. 70,8% permukaan bumi diliputi
air. Udara Bumi terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbondioksida,
dan gas lain.

Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam bumi yang terdiri dari besi nikel beku setebal
1.370 kilometer dengan suhu 4.500 °C, diselimuti pula oleh inti luar yang bersifat cair
setebal 2.100 kilometer, lalu diselimuti pula oleh mantel silika setebal 2.800 kilometer
membentuk 83% isi bumi, dan akhirnya sekali diselimuti oleh kerak bumi setebal kurang
lebih 85 kilometer.

Kerak bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5 kilometer. Kerak bumi terbagi kepada
beberapa bagian dan bergerak melalui pergerakan tektonik lempeng (teori Continental
Drift) yang menghasilkan gempa bumi.

Titik tertinggi di permukaan bumi adalah gunung Everest setinggi 8.848 meter, dan titik
terdalam adalah palung Mariana di samudra Pasifik dengan kedalaman 10.924 meter.
Danau terdalam adalah Danau Baikal dengan kedalaman 1.637 meter, sedangkan danau
terbesar adalah Laut Kaspia dengan luas 394.299 km2.

Daftar isi
[sembunyikan]

• 1 Komposisi dan struktur


o 1.1 Bentuk
o 1.2 Komposisi kimia
• 2 Lapisan bumi
• 3 Catatan
• 4 Referensi
• 5 Pranala luar

• 6 Lihat pula

[sunting] Komposisi dan struktur


Bumi adalah sebuah planet kebumian, yang artinya terbuat dari batuan, berbeda
dibandingkan gas raksasa seperti Jupiter. Planet ini adalah yang terbesar dari empat
planet kebumian, dalam kedua arti, massa dan ukuran. Dari keempat planet kebumian,
bumi juga memiliki kepadatan tertinggi, gravitasi permukaan terbesar, medan magnet
terkuat dan rotasi paling cepat. Bumi juga merupakan satu-satunya planet kebumian yang
memiliki lempeng tektonik yang aktif.

[sunting] Bentuk

Putaran rotasi bumi pada poros utara-selatan yang berakibat terjadinya siang dan malam

Bentuk planet Bumi sangat mirip dengan bulatan gepeng (oblate spheroid), sebuah
bulatan yang tertekan ceper pada orientasi kutub-kutub yang menyebabkan buncitan pada
bagian katulistiwa. Buncitan ini terjadi karena rotasi bumi, menyebabkan ukuran
diameter katulistiwa 43 km lebih besar dibandingkan diameter dari kutub ke kutub.
Diameter rata-rata dari bulatan bumi adalah 12.742 km, atau kira-kira 40.000 km/π.
Karena satuan meter pada awalnya didefinisikan sebagai 1/10.000.000 jarak antara
katulistiwa ke kutub utara melalui kota Paris, Prancis.

Topografi lokal sedikit bervariasi dari bentuk bulatan ideal yang mulus, meski pada skala
global, variasi ini sangat kecil. Bumi memiliki toleransi sekitar satu dari 584, atau 0,17%
dibanding bulatan sempurna (reference spheroid), yang lebih mulus jika dibandingkan
dengan toleransi sebuah bola biliar, 0,22%. Lokal deviasi terbesar pada permukaan bumi
adalah gunung Everest (8.848 m di atas permukaan laut) dan Palung Mariana (10.911 m
di bawah permukaan laut). Karena buncitan katulistiwa, bagian bumi yang terletak paling
jauh dari titik tengah bumi sebenarnya adalah gunung Chimborazo di Ekuador.

Proses alam endogen/tenaga endogen adalah tenaga bumi yang berasal dari dalam bumi.
Tenaga alam endogen bersifat membangun permukaan bumi ini. Tenaga alam eksogen
berasal dari luar bumi dan bersifat merusak. Jadi kedua tenaga itulah yang membuat
berbagai macam relief di muka bumi ini seperti yang kita tahu bahwa permukaan bumi
yang kita huni ini terdiri atas berbagai bentukan seperti gunung, lembah, bukit, danau,
sungai, dsb. Adanya bentukan-bentukan tersebut, menyebabkan permukaan bumi menjadi
tidak rata. Bentukan-bentukan tersebut dikenal sebagai relief bumi.

[sunting] Komposisi kimia

Tabel Kerak oksida F. W. Clarke


Senyawa Formula Komposisi
Silika SiO2 59,71%
Alumina Al2O3 15,41%
kapur CaO 4,90%
Magnesia MgO 4,36%
Natrium oksida Na2O 3,55%
Besi(II) oksida FeO 3,52%
Kalium oksida K2O 2,80%
Besi(III) oksida Fe2O3 2,63%
Air H2O 1,52%
Titanium dioksida TiO2 0,60%
Fosfor pentaoksida P2O5 0,22%
Total 99,22%

Massa bumi kira-kira adalah 5,98×1024 kg. Kandungan utamanya adalah besi(32,1%),
oksigen (30,1%), silikon (15,1%), magnesium (13,9%), sulfur (2,9%), nikel (1,8%),
kalsium (1,5%), and aluminium (1,4%); dan 1,2% selebihnya terdiri dari berbagai unsur-
unsur langka. Karena proses pemisahan massa, bagian inti bumi dipercaya memiliki
kandungan utama besi (88,8%), dan sedikit nikel (5,8%), sulfur (4,5%), dan selebihnya
kurang dari 1% unsur langka.[10]

Ahli geokimia F. W. Clarke memperhitungkan bahwa sekitar 47% kerak bumi terdiri dari
oksigen. Batuan-batuan paling umum yang terdapat di kerak bumi hampir semuanya
adalah oksida (oxides); klorin, sulfur, dan florin adalah kekecualian dan jumlahnya di
dalam batuan biasanya kurang dari 1%. Oksida-oksida utama adalah silika, alumina,
oksida besi, kapur, magnesia, potas dan soda. Fungsi utama silika adalah sebagai asam,
yang membentuk silikat. Ini adalah sifat dasar dari berbagai mineral batuan beku yang
paling umum. Berdasarkan perhitungan dari 1,672 analisa berbagai jenis batuan, Clarke
menyimpulkan bahwa 99,22% batuan terdiri dari 11 oksida (lihat tabel kanan).
Konstituen lainnya hanya terjadi dalam jumlah yang kecil. [note 3]

[sunting] Lapisan bumi


Menurut komposisi (jenis dari materialnya), Bumi dapat dibagi menjadi lapisan-lapisan
sebagai berikut :

• Kerak Bumi
• Mantel Bumi

Mantel bumi terletak di antara kerak dan inti luar bumi. Mantel bumi merupakan batuan
yang mengandung magnesium dan silikon. Suhu pada mantel bagian atas ±1300 °C-
1500 °C dan suhu pada mantel bagian dalam ±1500 °C-3000 °C

• Inti Bumi

Sedangkan menurut sifat mekanik (sifat dari material) -nya, bumi dapat dibagi menjadi
lapisan-lapisan sebagai berikut :

• Litosfir
• Astenosfir
• Mesosfir
• Inti Bumi bagian luar

Inti bumi bagian luar merupakan salah satu bagian dalam bumi yang melapisi inti bumi
bagian dalam. Inti bumi bagian luar mempunyai tebal 2250 km dan kedalaman antara
2900-4980 km. Inti bumi bagian luar terdiri atas besi dan nikel cair dengan suhu 3900 °C

• Inti Bumi bagian dalam

Inti bumi bagian dalam merupakan bagian bumi yang paling dalam atau dapat juga
disebut inti bumi. inti bumi mempunyai tebal 1200km dan berdiameter 2600km. inti bumi
terdiri dari besi dan nikel berbentuk padat dengan temperatur dapat mencapai 4800 °C

ROCK CYCLE / SIKLUS BATUAN


Sebelumnya kita sudah tahu bahwa di
bumi ada tiga jenis batuan yaitu batuan
beku, batuan sedimen, dan batuan
metamorf. Ketiga batuan tersebut dapat
berubah menjadi batuan metamorf tetapi
ketiganya juga bisa berubah menjadi
batuan lainnya. Semua batuan akan
mengalami pelapukan dan erosi menjadi partikel-partikel atau pecahan-pecahan
yang lebih kecil yang akhirnya juga bisa membentuk batuan sedimen. Batuan
juga bisa melebur atau meleleh menjadi magma dan kemudian kembali menjadi
batuan beku. Kesemuanya ini disebut siklus batuan atau ROCK CYCLE.

Semua batuan yang ada di permukaan bumi akan mengalami pelapukan.


Penyebab pelapukan tersebut ada 3 macam:

1. Pelapukan secara fisika: perubahan suhu dari panas ke dingin akan


membuat batuan mengalami perubahan. Hujan pun juga dapat membuat
rekahan-rekahan yang ada di batuan menjadi berkembang sehingga
proses-proses fisika tersebut dapat membuat batuan pecah menjadi
bagian yang lebih kecil lagi.
2. Pelapukan secara kimia: beberapa jenis larutan kimia dapat bereaksi
dengan batuan seperti contohnya larutan HCl akan bereaksi dengan batu
gamping. Bahkan air pun dapat bereaksi melarutan beberapa jenis
batuan. Salah satu contoh yang nyata adalah “hujan asam” yang sangat
mempengaruhi terjadinya pelapukan secara kimia.
3. Pelapukan secara biologi: Selain pelapukan yang terjadi akibat proses
fisikan dan kimia, salah satu pelapukan yang dapat terjadi adalah
pelapukan secara biologi. Salah satu contohnya adalah pelapukan yang
disebabkan oleh gangguan dari akar tanaman yang cukup besar. Akar-
akar tanaman yang besar ini mampu membuat rekahan-rekahan di batuan
dan akhirnya dapat memecah batuan menjadi bagian yang lebih kecil lagi.

Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah


menjadi bagian yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah tempat.
Berpindahnya tempat dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses erosi ini
dapat terjadi melalui beberapa cara:

1. Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang
ada bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui
tebing sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.
2. Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada
dapat mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain.
Salah satu contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan
sungai dalam mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
3. Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan
batuan yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah
gurun.
4. Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang
ada di Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan
batuan yang ada.

Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa


selamanya. Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang
tiupannya, dan juga glasier akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan
batuan yang terbawa akan terendapkan. Proses ini yang sering disebut proses
pengendapan. Selama proses pengendapan, pecahan batuan akan diendapkan
secara berlapis dimana pecahan yang berat akan diendapkan terlebih dahulu
baru kemudian diikuti pecahan yang lebih ringan dan seterusnya. Proses
pengendapan ini akan membentuk perlapisan pada batuan yang sering kita lihat
di batuan sedimen saat ini.

Pada saat perlapisan di batuan sedimen ini terbentuk, tekanan yang ada di
perlapisan yang paling bawah akan bertambah akibat pertambahan beban di
atasnya. Akibat pertambahan tekanan ini, air yang ada dalam lapisan-lapisan
batuan akan tertekan sehingga keluar dari lapisan batuan yang ada. Proses ini
sering disebut kompaksi. Pada saat yang bersamaan pula, partikel-partikel yang
ada dalam lapisan mulai bersatu. Adanya semen seperti lempung, silika, atau
kalsit diantara partikel-partikel yang ada membuat partikel tersebut menyatu
membentuk batuan yang lebih keras. Proses ini sering disebut sementasi.
Setelah proses kompaksi dan sementasi terjadi pada pecahan batuan yang ada,
perlapisan sedimen yang ada sebelumnya berganti menjadi batuan sedimen
yang berlapis-lapis. Batuan sedimen seperti batu pasir, batu lempung, dan batu
gamping dapat dibedakan dari batuan lainnya melalui adanya perlapisan,
butiran-butiran sedimen yang menjadi satu akibat adanya semen, dan juga
adanya fosil yang ikut terendapkan saat pecahan batuan dan fosil mengalami
proses erosi, kompaksi dan akhirnya tersementasikan bersama-sama.

Pada kerak bumi yang cukup dalam, tekanan dan suhu yang ada sangatlah
tinggi. Kondisi tekanan dan suhu yang sangat tinggi seperti ini dapat mengubah
mineral yang dalam batuan. Proses ini sering disebut proses metamorfisme.
Semua batuan yang ada dapat mengalami proses metamorfisme. Tingkat proses
metamorfisme yang terjadi tergantung dari:

1. Apakah batuan yang ada terkena efek tekanan dan atau suhu yang tinggi.
2. Apakah batuan tersebut mengalami perubahan bentuk.
3. Berapa lama batuan yang ada terkena tekanan dan suhu yang tinggi.

Dengan bertambahnya dalam suatu batuan dalam bumi, kemungkinan batuan


yang ada melebur kembali menjadi magma sangatlah besar. Ini karena tekanan
dan suhu yang sangat tinggi pada kedalaman yang sangat dalam. Akibat
densitas dari magma yang terbentuk lebih kecil dari batuan sekitarnya, maka
magma tersebut akan mencoba kembali ke permukaan menembus kerak bumi
yang ada. Magma juga terbentuk di bawah kerak bumi yaitu di mantle bumi.
Magma ini juga akan berusaha menerobos kerak bumi untuk kemudian
berkumpul dengan magma yang sudah terbentuk sebelumnya dan selanjutnya
berusaha menerobos kerak bumi untuk membentuk batuan beku baik itu plutonik
ataupun vulkanik.

Kadang-kadang magma mampu menerobos sampai ke permukaan bumi melalui


rekahan atau patahan yang ada di bumi. Pada saat magma mampu menembus
permukaan bumi, maka kadang terbentuk ledakan atau sering disebut volcanic
eruption. Proses ini sering disebut proses ekstrusif. Batuan yang terbentuk dari
magma yang keluar ke permukaan disebut batuan beku ekstrusif. Basalt dan
pumice (batu apung) adalah salah satu contoh batuan ekstrusif. Jenis batuan
yang terbentuk akibat proses ini tergantung dari komposisi magma yang ada.
Umumnya batuan beku ekstrusif memperlihatkan cirri-ciri berikut:

1. Butirannya sangatlah kecil. Ini disebabkan magma yang keluar ke


permukaan bumi mengalami proses pendinginan yang sangat cepat
sehingga mineral-mineral yang ada sebagai penyusun batuan tidak
mempunyai banyak waktu untuk dapat berkembang.
2. Umumnya memperlihatkan adanya rongga-rongga yang terbentuk akibat
gas yang terkandung dalam batuan atau yang sering disebut “gas bubble”.

Batuan yang meleleh akibat tekanan dan suhu yang sangat tinggi sering
membentuk magma chamber dalam kerak bumi. Magma ini bercampur dengan
magma yang terbentuk dari mantle. Karena letak magma chamber yang relatif
dalam dan tidak mengalami proses ekstrusif, maka magma yang ada mengalami
proses pendinginan yang relatif lambat dan membentuk kristal-kristal mineral
yang akhirnya membentuk batuan beku intrusif. Batuan beku intrusif dapat
tersingkap di permukaan membentuk pluton. Salah satu jenis pluton terbesar
yang tersingkap dengan jelas adalah batholit seperti yang ada di Sierra Nevada
– USA yang merupakan batholit granit yang sangat besar. Gabbro juga salah
satu contoh batuan intrusif. Jenis batuan yang terbentuk akibat proses ini
tergantung dari komposisi magma yang ada. Umumnya batuan beku intrusif
memperlihatkan cirri-ciri berikut:

1. Butirannya cukup besar. Ini disebabkan magma yang keluar ke


permukaan bumi mengalami proses pendinginan yang sangat lambat
sehingga mineral-mineral yang ada sebagai penyusun batuan mempunyai
banyak waktu untuk dapat berkembang.
2. Biasanya mineral-mineral pembentuk batuan beku intrusif memperlihatkan
angular interlocking.
Proses-proses inilah semua yang terjadi dimasa lampau, sekarang, dan yang
akan datang. Terjadinya proses-proses ini menjaga keseimbangan batuan yang
ada di bumi.
Referensi :

• Oxford University Museum - http://www.oum.ox.ac.uk/

A. Struktur Lapisan Kulit Bumi (litosfer)


Pertama tama perlu anda ketahui bahwa kata lithosfer berasal dari bahasa yunani
yaitu lithos artinya batuan, dan sphera artinya lapisan lithosfer yaitu lapisan kerak
bumi yang paling luar dan terdiri atas batuan dengan ketebalan rata-rata 1200
km.

Perlu anda pahami bahwa yang dimaksud batuan bukanlah benda yang keras saja
berupa batu dalam kehidupan sehari hari, namun juga dalam bentuk tanah liat, abu
gunung api, pasir, kerikil dan sebagainya.
Tebal kulit bumi tidak merata, kulit bumi di bagian benua atau daratan lebih tebal
dari di bawah samudra.

Bumi tersusun atas beberapa lapisan yaitu:

a. Barisfer yaitu lapisan inti bumi yang merupakan bahan padat yang tersusun dari
lapisan nife (niccolum=nikel dan ferum besi) jari jari barisfer +- 3.470 km.

b. Lapisan antara yaitu lapisan yang terdapat di atas nife tebal 1700 km. Lapisan ini
disebut juga asthenosfer mautle/mautel), merupakan bahan cair bersuhu tinggi
dan berpijar. Berat jenisnya 5 gr/cm3.
c. Lithosfer yaitu lapisan paling luar yang terletak di atas lapisan antara dengan
ketebalan 1200km berat jenis rata-rata 2,8 gram/cm3.

Lithosfer disebut juga kulit bumi terdiri dua bagian yaitu:

1.Lapisan sial yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisium dan
alumunium, senyawanya dalam bentuk SiO2 dan AL 2 O3.
Pada lapisan sial (silisium dan alumunium) ini antara lain terdapat batuan
sedimen, granit andesit jenis-jenis batuan metamor, dan batuan lain yang
terdapat di daratan benua.

batuan metamorf yaitu batuan yang berubah bentuknya akibat pengaruh tekanan,
temperatur dan waktu
batuan sedimen yaitu batuan yang terjadi dari hasil proses pengendapan

Lapisan sial dinamakan juga lapisan kerak bersifat padat dan batu bertebaran
rata-rata 35km.

Kerak bumi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu:


- Kerak merupakan benda padat yang terdiri dari batuan granit di bagian
benua : atasnya dan batuan beku basalt di bagian bawahnya. Kerak ini
yang merupakan benua.
- Kerak merupakan benda padat yang terdiri dari endapan di laut pada
samudra : bagian atas, kemudian di bawahnya batuan batuan vulkanik dan
yang paling bawah tersusun dari batuan beku gabro dan peridolit.
Kerak ini menempati dasar samudra
2.Lapisan sima (silisium magnesium) yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun oleh
logam logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa Si O2 dan Mg O
lapisan ini mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada lapisan sial karena
mengandung besi dan magnesium yaitu mineral ferro magnesium dan batuan
basalt. Lapisan merupakan bahan yang bersipat elastis dan mepunyai ketebalan
rata rata 65 km .
Perhatikan gambar penampang bumi berikut ini:
1. Batuan pembentuk lithosfer
a.Batuan beku
b.Batuan sedimen
c.Batuan metamorf

Semua batuan pada mulanya dari magma


Magma keluar di permukaan bumi antara lain melalui puncak gunung berapi.
Gunung berapi ada di daratan ada pula yang di lautan. Magma yang sudah
mencapai permukaan bumi akan membeku. Magma yang membeku kemudian
menjadi batuan beku. Batuan beku muka bumi selama beribu-ribu tahun
lamanya dapat hancur terurai selama terkena panas, hujan, serta aktifitas
tumbuhan dan hewan.

Selanjutnya hancuran batuan tersebut tersangkut oleh air, angin atau hewan ke
tempat lain untuk diendapkan. Hancuran batuan yang diendapkan disebut
batuan endapan atau batuan sedimen. Baik batuan sedimen atau beku dapat
berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama karena adanya perubahan
temperatur dan tekanan. Batuan yang berubah bentuk disebut batuan malihan
atau batuan metamorf.

Untuk lebih memahami jenis-jenis batuan perhatikan uraian berikut:

a. Batuan Beku
Ada dua macam batuan beku, yaitu batuan beku dalam (contohnya
batu granit

), dan batuan beku luar (contohnya batu andesit.)

Untuk Mengetahui ketepatan batuan jenis batuan harus dilakukan uji


laboratorium dengan menggunakan mikroskop untuk melihat bentuk kristal
batuanya.

Jenis-jenis batuan beku


Pemanfaatan lithosfer
Lithosfer merupakan bagian bumi yang langsung berpengaruh terhadap
kehidupan dan memiluki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan di bumi.
Lithosfer bagian atas merupakan tempat hidup bagi manusia, hewan dan
tanaman. Manusia melakukan aktifitas di atas lithosfer.
Selanjutnya lithosfer bagian bawah mengandung bahan bahan mineral yang
sangat bermanfaat bagi manusia. Bahan bahan mineral atau tambang yang
berasal dari lithosfer bagian bawah diantaranya minyak bumi dan gas, emas,
batu bara, besi, nikel dan timah.

Melihat manfaat Litthosfer yang demikian besar tersebut sepantasnyalah kita


selalu bersyukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
LATIHAN

Amatilah batu-batuan yang ada di sekitar tempat tinggal anda, selanjutnya


tentukan nama dan jenis batuan yang anda amati tersebut.Kerjakan tugas ini
secara berkelompok, hasil tugas serahkan pada guru anda.

3. Bentuk muka bumi sebagai akibat proses vulkanisme dan diatropisme.


Mengapa bentuk permukaan bumi tidak merata. Hal ini disebabkan karena adanya
pengaruh dari luar bumi dan dalam bumi itu sendiri.

Pengaruh dari dalam bumi berupa suatu tenaga yang sangat besar sehingga dapat
membentuk muka bumi yang beraneka ragam. Tenaga yang berasal dari dalam
bumi disebut tenaga endogen. Tenaga yang berasal dari luar bumi disebut tenaga
eksogen. Tenaga eksogen bersifat merusak bentuk bentuk permukaan bumi yang
dibangun atas tenaga endogen.

Tenaga endogen meliputi tektonisme, vulkanisme dan seisme, sedangkan tenaga


eksogen meliputi pengikisan dan pengendapan.
Tenaga eksogen antara lain meliputi pelapukan (weathering) dan erosi
(pengikisan).

1. Gejala vulkanisme.
Vulkanisme yaitu peristiwa yang sehubungan dengan naiknya magma dari
dalam perut bumi.
Magma adalah campuran batu-batuan dalam keadaan cair, liat serta sangat
panas yang berada dalam perut bumi. Aktifitas magma disebabkan oleh
tingginya suhu magma dan banyaknya gas yang terkandung di dalamnya
sehingga dapat terjadi retakan-retakan dan pergeseran lempeng kulit
bumi.Magma dapat berbentuk gas padat dan cair.

Proses terjadinya vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas magma yang


menyusup ke lithosfer (kulit bumi). Apabila penyusupan magma hanya
sebatas kulit bumi bagian dalam dinamakan intrusi magma. Sedangkan
penyusupan magma sampai keluar ke permukaan bumi disebut ekstrusi
magma. Sampai di sini apakah anda dapat memahami. kalau anda sudah
memahami mari ikuti penjelasan berikutnya!

1.1 Intrusi magma


intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma di antara lapisan
batu-batuan, tetapi tidak mencapai permukaan bumi. Intrusi magma
dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
a)Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma menyusup
diantara dua lapisan batuan, mendatar dan pararel dengan lapisan
batuan tersebut.
b)Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan bumi paling
atas. Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi.
c)Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup
dan membeku di sela sela lipatan (korok).
d)Diaterma adalah lubang (pipa) diantara dapur magma dan
kepundan gunung berapi bentuknya seperti silinder memanjang.
1.2 Ekstrusi magma
Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar
Permukaan bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi bila tekanan
Gas cukup kuat dan ada retakan pada kulit bumi . Ekstrusi magma dapat
di bedakan Menjadi:
a) Erupsi linier, yaitu magma keluar melalui retakan pada kulit bumi,
berbentukKerucut gunung api.
b) Erupsi sentral, yaitu magma yang keluar melalui sebuah lubang
permukaan bumi dan membentuk gunung yang letaknya tersendiri.
c) Erupsi areal, yaitu magma yang meleleh pada permukaan bumi
Batuan sedimen
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Batu kapur, jenis umum batuan endapan

Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama
batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui
tiga cara utama: pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition) karena
aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum
seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan
endapan meliputi 75% dari permukaan bumi.

Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan tersebut
Penamaan tersebut adalah: breksi, konglomerat, batupasir, batu lempung

• Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan
bentuk butitan yang bersudut
• Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm
dengan bentuk butiran yang membudar
• Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm sampai 1/16
mm
• Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm sampai
1/256 mm
• Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari 1/256
mm

anah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik.
Lapisan tanah yang subur

Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung
kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar.
Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk
bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi
sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.

Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan
menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi.

Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara
merupakan bagian dari tanah.

Geologi struktur
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Formasi batuan terlipat, salah satu subjek studi geologi struktur

Geologi struktur adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan
permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya.
Geologi struktur mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas pada studi
geomorfologi, metamorfisme dan geologi rekayasa. Dengan mempelajari struktur tiga
dimensi batuan dan daerah, dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik,
lingkungan geologi pada masa lampau dan kejadian deformasinya. Hal ini dapat
dipadukan pada waktu dengan menggunakan kontrol stratigrafi maupun geokronologi,
untuk menentukan waktu pembentukan struktur tersebut.

Secara lebih formal dinyatakan sebagai cabang geologi yang berhubungan dengan proses
geologi dimana suatu gaya telah menyebabkan transformasi bentuk, susunan, atau
struktur internal batuan kedalam bentuk, susunan, atau susunan intenal yang lain.

Вам также может понравиться