Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
sangat potensial sebagai source rock minyak dan gas bumi serta batubara karena
bersifat syn-rift sedimentation. Batuan sumber minyak dan gas bumi terbentuk
pada proses sedimentasi yang berlangsung terus menerus akibat dasar cekungan
yang terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan lain di atasnya, maka
batuan yang mengandug karbon ini akan terpanaskan karena semakin dalam suhu
akan semakin tinggi (Putrohari, 2008).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan seminar ini adalah untuk memenuhi persyaratan
akademik di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral di Institut Sains
& Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Sedangkan tujuan dari penulisan ini adalah
untuk menambah pengetahuan di kalangan akademisi, masyarakat umum, dan
juga untuk memberikan informasi lebih dalam tentang mekanisme pembentukan
pada cekungan Danau Singkarak akibat pergerakan sesar mendatar serta
mengetahui kontrol geologinya.
1.3 Batasan Masalah
Sesuai dengan judul seminar yang di angkat, maka dalam penyusunan
laporan akan dibahas secara spesifik tentang sesar mendatar dalam kaitannya
dengan pembentukan cekungan akibat dari pergerakan mendatar sesar utama.
Kemudian akan dibahas studi kasus pada pembentukan cekungan Danau
Singkarak beserta kontrol geologinya dan data yang diperoleh merupakan hasil
studi pustaka serta studi kasus dari data-data sekunder. Hal ini dilakukan agar
fokus masalah lebih tertuju pada judul yang akan dibahas nantinya.
Bentuk
Cekungan pada sesar mendatar sebagian besar terbagi menjadi tiga tipe yaitu:
BAB II
METODE PENGUMPULAN DATA
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar 3.1. Seting tektonik pembentukan sesar mendatar pada skala besar
(Cunningham & Mann, 2007)
dapat dilihat dari pola-pola struktur penyerta yang terbentuk. Struktur penyerta
pada zona ini terbentuk karena adanya tegasan utama orde kedua akibat
pergerakan sesar mendatar utama.
3.2.2 Zona Gerus
Zona gerus atau disebut juga pure shear menjelaskan tentang orientasi
sudut tegasan terhadap sesar pada medium yang homogen. Simple shear
merupakan pola struktur yang terbentuk karena sifat gaya yang berupa rotasi dan
simple shear merupakan variasi dari perkembangan dalam pure shear (Sylvester
1988). Shear zone merupakan zona yang terbentuk akibat gaya utama yang
berputar. Zona gerus pada sistem sesar mendatar dapat bersifat dekstral ataupun
bersifat sinistral, tergantung pada arah gaya yang bekerja serta kelurusan zona
yang terbentuk. Struktur-struktur penyerta pada zona gerus akan mencirikan arah
tegasan utama dan pergerakan zona tersebut. Zona gerus ini akan membentuk pola
simple shear yang merupakan perkembangan dari Pure Shear, seperti pada
gambar 3.2.
10
Gambar 3.4. Model Simple Shear ( Harding, 1973 dalam Allen & Allen, 2005).
11
jenis litologi. Pergerakan sesar mendatar ini dapat membentuk cekungan atau
zona depresi yang terbentuk karena gaya tarikan atau ekstensi dengan struktur
berupa sesar-sesar turun ataupun bentukan-bentukan graben, dari cekungan inilah
akan berlangsung proses sedimentasi (Christie-Blick & Biddle, 1985). Selain itu
dapat juga terbentuk pengangkatan dengan struktur sesar-sesar naik atau lipatan
ketika gaya yang bekerja adalah tekanan atau kompresi seperti pada bentukan
restraining bends digambarkan pada 3.5.
Gambar 3.5. Struktur penyerta pada zona sesar mendatar (Christie-Blick & Biddle, 1985)
12
bends, sedangkan jika gaya yang bekerja adalah gaya ekstensi maka akan
membentuk Negative Flower Structure yang berdampingan dengan releasing
bends sesuai bentukan deformasi (Cunningham & Mann, 2007). Contoh pada
gambar 3.6 merupakan bentukan-bentukan deformasi struktur penyerta dari
pergerakan sesar mendatar. Pada dasarnya bentukan tersebut dipengaruhi oleh
gaya yang bekerja dan sifat serta hubungan dari sesar mendatar.
13
(Fossen, Tikoff & Teyssier, 1994), seperti yang di jelaskan pada gambar 3.7.
Transpresi dan transtensi terbentuk pada zona sesar yang mengalami pembelokan
atau fault bend. Pada gaya regangan atau tarikan dapat membentuk cekungan
berupa pull apart basin.
Gambar 3.7. Transpresi dan Transtensi ( Fossen, Tikoff & Teyssier, 1994)
14
Gambar 3.8. Releasing dan Restraining bend pada sesar mendatar kanan ( Burg, 2014 )
15
struktur elips Simple Shear menurut Harding (1973). Gambar 3.9 dapat di lihat
bahwa pola sesar turun sama dengan pola Extensional bend yang membentuk
cekungan, kemudian pola sesar naik dan lipatan sesuai dengan pola constructional
bend.
Gambar 3.9. Pola simple shear dengan structure bend. ( Burg, 2014 )
16
17
tertahan pada restraining bend sehingga pada realising bend terjadi pelepasan
gaya membentuk cekungan yang disebut dengan cekungan tarik terpisah atau pull
apart basin. Sedangkan pada restraining bend akan terjadi pengangkatan dan
terbentuk sesar-sesar naik atau lipatan, sehingga pada tepian zona pengangkatan
tersebut akan terbentuk cekungan (Cunningham & Mann, 2007). Pembentukan
cekungan pada sesar mendatar juga dapat terjadi pada sesar-sesar mendatar yang
tidak saling terhubung atau disebut juga stepover basin. Stepover ini terjadi ketika
terdapat dua segmen sesar mendatar yang berdekatan dengan arah pergerakan
yang sama tetapi tidak terhubung hanya bertampalan. Ketika pergerakan sesar
terus berjalan, maka dapat juga kedua sesar ini akan terhubung dengan jalur
belokan sesar yang dapat membentuk belokan sesar (bend).
18
mendatar seperti pada gambar 3.11. Pada gambar merupakan contoh dari stepover
basin yang terbentuk di Laut Mati, Mesir.
Fault bend basin merupakan cekungan yang terbentuk pada belokanbelokan sesar yang saling terhubung. Fault bend basin memiliki dua jenis
cekungan, yaitu cekungan pada Restraining bend dan Releasing bend. Cekungan
pada Restraining bend terbentuk di tengah-tengah atau pada pusat jalur sesar
karena terjadi depresi. Cekungan ini dapat bertambah dalam dan bentuknya akan
semakin panjang seiring dengan pergeseran sesar. Sedangkan cekungan pada
Releasing bend akan terbentuk disekitar area yang mengalami pengangkatan atau
pada lembah sayap area yang mengalami pengangkatan seperti yang dijelaskan
pada gambar 3.12.
Transrotasional basin merupakan tipe cekungan yang terbentuk pada zona
sesar. Cekungan ini terbentuk karena adanya sesar-sesar rotasi akibat dari
pergerakan dua segmen sesar yang berpapasan dengan arah yang sama. Kedua
19
segmen sesar ini membentuk zona deformasi pada zona sesarnya sehingga
membentuk cekungan seperti pada contoh gambar 3.13.
20
21
22
sehingga menghasilkan tekanan dari pergeseran ini. Karena adanya tekanan ini,
maka terbentuklah sesar Sumatera yang membelah pulau Sumatera membentang
mulai dari Lampung sampai Banda Aceh, sesar ini menerus sampai ke Laut
Andaman hingga Burma di jelaskan pada gambar 3.14. Patahan ini merupakan
daerah rawan gempabumi dan tanah longsor. Sesar Sumatera merupakan sesar
strike slip berarah dekstral yang terdiri dari 20 segmen utama sepanjang tulang
punggung Sumatera (Sieh dan Natawidjaja, 2000).
23
Gambar 3.15.. Releasing bends dan Restraining bends pada mekanisme sesar
Sumatera. (Barber, Crow & Milsom, 2005)
24
25
Gambar 3.17. Mekanisme pembentukan Pull apart basin di Sumatra (Asikin, 1992)
Pola rekahan inilah yang akan merupakan awal dan menentukan pola dari
pembentukan cekungan-cekungan dibagian timur Sumatera. Gerak mendatar pada
pasangan sesar yang bertangga (Overstepping wrench) akan membentuk cekungan
26
cekungan lokal berbentuk stengah ceruk yang disebut Pull apart basin (Asikin,
1992) di jelaskan pada gambar 3.17.
Gambar 3.18. Peta lokasi penelitian dan mekanisme pada pembentukan cekungan
Singkarak (Sieh & Natawidjaja, 2000).
27
Singkarak diapit dua sesar pisah tarik yang merupakan bagian dari segmen Sianok
dan segmen Sumani yang terpisah sejauh 7,5 kilometer (Sieh & Natawidjaja,
2000). Pergerakan kedua segmen sesar tersebut yaitu segmen Sianok dan Sumani
memicu gaya ekstensi atau tarikan yang membentuk sesar-sesar turun berupa
membentuk graben cekungan Singkarak. Pergerakan turun dari graben tersebut
akan semakin luas. Pergerakan sesar tersebut menghasilkan bentuk danau
Singkarak yang semakin luas selama pergerakan segmen sesar masih aktif. Pola
struktur yang terbentuk pada cekungan Singkarak menunjukkan pola yang sama
dengan pola Simple Shear dengan extention fracture membentuk sesar turun
seperti yang dijelaskan pada gambar 3.18.
Setiap kali terjadi gempa, terjadi pergeseran sesar yang bervariasi
mengikuti kekuatan gempa. Total pergeseran Singkarak diperkirakan 23 kilometer
hingga terbentuk danau seperti yang ada sekarang ini. Evolusi luas Danau
Singkarak itu berawal dari pergeseran 3 km, kemudian berkembang menjadi 8
km, 13 km, dan sekarang ini 23 km (Sieh & Natawidjaja, 2000). Danau ini terus
tumbuh, menandai pergeseran yang terus terjadi di jelaskan pada gambar 3.19.
Proses tektonik yang membentuk Danau Singkarak ini juga terjadi dalam
pembentukan danau tektonik lain di Sumatera, seperti Danau Diatas dan Danau
Dibawah (Sumatera Barat) serta Danau Kerinci di Jambi.
Bentuk cekungan Singkarak setelah dilakukan rekonstruksi sayatan bawah
permukaan dihasilkan bentuk negative flower structure. Dimana terjadi penurunan
permukaan akibat gaya transtension yang bekerja karena terjadi pergeseran dua
segmen sesar Sianok dan Sumani. Pada gambar 3.19 juga dijelaskan bahwa
28
langkah pergeseran
ergeseran kedua segmen sesar bergerak ke kanan atau right-stepping
maka akan membentuk extensional bends berupa cekungan tarik
tarik-terpisah atau
Pull-apart basin.
29
cekungan yang menunjukkan batas dengan sesar pada bagian tepi cekungan
seperti endapan kipas-kipas alluvial, limpah banjir, lakustrin, dsb. Sifat-sifat
pengandapan seperti itu juga dijumpai pada cekungan Ombilin. Berdasarkan dari
data seismik dan pemboran serta perhitungan erosi yang berlangsung selama
tersier, maka diperkirakan cekungan Ombilin telah menerima tidak kurang dari
9.100 meter sedimen selama pengendapannya (Asikin, 1992) dijelaskan pada
gambar 3.20.
30
hanya pada seting intraplate dan hanya mempenetrasi bagian atas dari kerak
(Sylvester, 1988). Kebanyakan cekungan yang dibentuk oleh sesar mendatar
memiliki ukuran relatif kecil, beberapa puluh kilometer panjangnya, meskipun
beberapa dapat mencapai ukuran hingga 50 km (Nilsen dan Sylvester, 1995).
Cekungan ini dapat menunjukkan bukti adanya relif syn-depositional atau syn-rift
lokal yang signifikan. Karena cekungan pada sesar mendatar dapat hadir dalam
beberapa seting, mereka dapat diisi baik oleh sedimen marin maupun nonmarin,
tergantung pada seting yang ada. Sedimen yang dijumpai pada cekungan ini
cenderung cukup tebal, karena tingkat sedimentasinya yang tinggi yang dihasilkan
oleh proses pengerosian dari tinggian di sekitar cekungan ini, dan ditandai dengan
adanya beberapa perbedaan fasies local (Bogs, 2006).
Sebagai contohnya untuk menggambarkan proses sedimentasi cekungan
Singkarak, seperti yang di jelaskan pada gambar 3.21. Pergerakan strike-slip dari
sesar San Gabriel pada zaman Pliosen-Miosen mengakibatkan terbentuknya
cekungan danau dengan ukuran 15 km hingga 40 km, dimana sedimen dengan
ketebalan mencapai hingga lebih dari 9000 meter terakumulasi (Bogs, 2006). Pada
awalnya, cekungan danau ini terbuka dijelaskan pada gambar 3.21.A, mengijinkan
sedimen deltaik dan turbidit terbentuk. Sebagai hasil dari pergeseran sesar strikeslip selanjutnya, penyaluran sedimentasi dari luar menjadi terhambat pada bagian
selatan dan cekungan danau ini menjadi sistem tertutup. Pada fase penutupan,
kipas alluvial, fluvial, delta, dan sedimen barier terakumulasi di sepanjang batas
dari danau ini, sedangkan lumpur silisiklastik, lumpur zeolit, dolomit, dan
stromatolit terbentuk pada bagian pusat dari cekungan dijelaskan gambar 3.21.B.
31
Gambar 3.21. Rekonstruksi paleogeografi cekungan California, (A) Fase pembukaan pada
Deep-water Lacustrine (B) Fase penutupan pada Shallow-water Lacustrine (Boggs, 2006)
32
Gambar 3.22.
3.22 Bentuk cekungan singkarak dan pengaruhnya terhadap
sedimentasi. (Modifikasi dari Sieh & Natawidjaja, 2000)
33
BAB IV
KESIMPULAN
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Allen, P.A. & Allen, J.R. 2005. Basin Analysis Principle and Application.
Black Well Publishing. Victoria.
Asikin, S. 1992. Diktat Geologi Struktur Indonesia. Jurusan Teknik Geologi
Institut Teknologi Bandung.
Aydan, O. 2007. A Reconnaisanse Report on the Singkarak Lake Earthquake.
Department of Marine Civil Engineering Tokai University, Shizuoka.
Barber, A.J., Crow, M.J. & Milsom J.S. 2005. Sumatra: Geology, Resources and
Tectonic Evolution. The Geological Society London. London.
Boggs, S. 2006. Principles of Sedimentology and Stratigraphy 4th ed. Merril
Publishing Company. Columbus.
Burg, J.P. 2015. Structural Geology and Tectonics. Universitat Zurich Geologices
Institut Sonnegstasse. Zurich.
Christie-Blick, N. & Biddle, K.T. 1985. Deformation and Basin Formation Along
Strike-Slip
Faults.
The
Society
of
Economic
Paleontologists
and
34
35
Putrohari,
R.D.
2008.
Proses
Pembentukan
Minyak
Bumi.
https://rovicky.wordpress.com/2008/02/21/proses-pembentukan-minyak-bumi
(diakses pada tanggal 9 November 2015).
Sieh, K. & Natawidjaja, D. 2000. Neotectonics of the Sumatra Fault,
Indonesia. Journal
Technology. Pasadena.
Sukandarrumidi. 2014. Diktat Manajemen Bencana Geologi. Institut Sains &
Teknologi AKPRIND. Yogyakarta.
Sylvester, A.G. 1988. Stike-slip Fault. Geological Society of America Bulletin.
Department of Geological Sciences. California.
Zen, M.T. 1970. Origin of Lake Singkarak in the Padang Highlands. Departmen
of Geology & Geophysics ITB. Bandung.
http://basin.earth.ncu.edu.tw/download/courses/basin_analysis/6_strike_slip.pdf
http://smtp.antelecom.net/blogs/bsmacia/a_16_strike_slip_faults.pdf
http://www.igc.usp.br/pessoais/renatoalmeida/bibliografias/sylvester1988.pdf
http://www.files.ethz.ch/structuralgeology/jpb/files/english/5wrench.pdf
http://www.ldeo.columbia.edu/selected_articles_all_files/01_sepm_sp2037.1.pdf