Вы находитесь на странице: 1из 11

JURNAL TUGAS AKHIR

Pengaruh Penambahan Agregat Kasar Terhadap Stabilitas dan Porositas


Aspal Porous yang Menggunakan Bahan Pengikat Parsial Aspal Minyak
dan Liquid Asbuton

Oleh :

ARI ASHARI MZ.


D111 07 618

JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
0

Pengaruh Penambahan Agregat Kasar Terhadap Stabilitas dan Porositas Aspal


Porous yang Menggunakan Bahan Pengikat Parsial Aspal Minyak dan Liquid Asbuton
N. Ali1, A. Asri1 , A. Ashari M.2

ABSTRACT: Porous Asphalt is a mixture of asphalt that is being developed for the
construction of wearing course. This layer uses open gradation (open graded), which is
spreadoveralayerofimpermeableasphalt.Dominatedbyamixtureofcoarseaggregate,to
obtainasufficientlyhighporeinordertoobtainhighpermeabilityofporousasphalt,where
thepermeabilityfunctionforsubsurfacedrain.InIndonesiathegrowingnationalneedscan
notbemetasphaltbitumenproductioninthecountry,sothathalfoftheamountisstilltobe
imported. One alternative that can be considered to reduce the import of bitumen while
improvingperformanceistheuseofliquidasphaltmixAsbuton.Theproblemistheporous
asphaltcanonlybetraversedbythetrafficvolumewasduetothenumberofporesthatexist
inthistypeofpavement.Todeterminetheeffectoftheadditionofcoarseaggregatestability
and porosityof porous asphalt binder withmaterials 50% ofoiland50% bitumen Liquid
Asbuton,has conducted research inthelaboratory bymaking objects testusing Japanese
gradationwithvariouscoarseaggregateis82.5%,85%and87.5%withthenumberofeach
specimenasmanyas48pieceswith4variationsbitumencontent.Withtheadditionofcoarse
aggregateinporousasphaltmixtureusingoilandliquidasphaltasabinderAsbutonshows
better stability and porosity in accordance with the specifications of flexible pavement
structure.
Keywords:PorousAsphalt,AsphaltOil,LiquidAsbuton,stability,porosity,GradientJapan
PENDAHULUAN
Prasarana jalan adalah suatu hal
yang sangat penting untuk menunjang
aktivitas sosial dan perekonomian. Oleh
karena itu program prasarana jalan adalah
sesuatu hal yang sangat penting agar dapat
melayani perkembangan arus lalu lintas
dengan aman dan nyaman. Hal ini menuntut
untuk diadakan prasarana yang mampu
mengatasi dampak-dampak yang akan
timbul, seperti tingkat kecelakaan yang
tinggi, kebisingan dan lain-lain, dengan kata
lain membutuhkan konstruksi perkerasan
yang memenuhi syarat sehingga pelayanan
ruas jalan menjadi maksimal. Salah satu
faktor pendukung agar perkembangan arus
lalu lintas menjadi aman dan nyaman bagi
pengguna jalan yaitu dengan mendesain
suatu lapis permukaan perkerasan jalan
1
2

yang akan tetap memuaskan selama masa


layannya.
Salah
satu
alternatif
untuk
mengurangi dampak yang timbul adalah
dengan menggunakan lapisan perkerasan
Aspal Berpori (Porous Asphalt). Genangan
air di atas lapisan perekerasan yang terjadi
setelah hujan akan mengganggu kelancaran
lalu lintas. Dalam hal ini perlu diperhatikan
salah satunya adalah rongga aspal berpori
untuk meneruskan aliran air ke saluran
samping dan lapisan dasar yang kedap air
untuk mencegah air meresap ke lapisan
subbase dan badan jalan.
Porous Asphalt adalah campuran
aspal yang sedang dikembangkan untuk
konstruksi wearing course. Lapisan ini
menggunakan gradasi terbuka (open
graded) yang dihamparkan diatas lapisan
aspal kedap air. Campuran didominasi oleh

Dosen,JurusanTeknikSipil,UniversitasHasanuddin,Makassar90245,INDONESIA
Mahasiswa,JurusanTeknikSipil,UniversitasHasanuddin,Makassar90245,INDONESIA

agregat kasar, untuk mendapatkan pori yang


cukup tinggi agar didapat permeabilitas
porous asphalt yang tinggi, dimana
permeabilitas difungsikan untuk subsurface
drain.
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data sebagai
bahan utama dalam penelitian ini, maka
digunakan dua metode pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Studi pustaka, untuk memperoleh data
sekunder dengan membaca sejumlah
buku, artikel-artikel ilmiah sebagai
landasan
teori
dalam
menuju
kesempurnaan penelitian ini.
b. Pemeriksaan sampel dilakukan di
laboratorium untuk mendapatkan data
primer yang akan digunakan dalam
menganalisa hasil dari penelitian yang
dilaksanakan.
Metode Pengambilan Sampel
a. Material agregat kasar dan agregat
halus diambil dari Sungai Bili-Bili
Kecamatan Parangloe hasil stone
crusher PT. BMA (Bima Moriesya
Anugrah) Propinsi Sulawesi Selatan.
b. Aspal Minyak dan Liquid Asbuton
diambil dari Laboratorium Bidang
Pengujian
dan
Pengembangan
Teknologi Dinas Bina Marga
Propinsi Sulawesi Selatan.
Metode Design
Metodologi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.

Pengujian Sifat Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam


campuran aspal porous terlebih dahulu
diuji karakteristik dari masing-masing
bahan agregat kasar, agregat halus
maupun pengujian terhadap aspal minyak
dan liquid Asbuton dimana metode
pengujian mengacu pada Standar
Nasional Indonesia dan pengujian ini
dilakukan di laboratorium.
Tahap
awal
penelitian
yang
dilakukan di laboratorium adalah
memeriksa mutu bahan aspal minyak dan
liquid Asbuton dan mutu agregat yang
akan
digunakan
pada
percobaan
campuran beraspal.
b. Pembuatan Benda Uji
Setelah bahan yang digunakan diuji
dan memenuhi spesifikasi yang telah
ditentukan untuk campuran aspal porous
selanjutnya dibuat komposisi campuran
untuk pembuatan benda uji. Komposisi
campuran yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu komposisi campuran
menggunakan gradasi Jepang dengan
variasi penambahan agregat kasar 82.5%,
85% dan 87.5% kemudian pencampuran
aspal dengan 4 variasi kadar aspal
dengan menggunakan campuran 50%
aspal minyak dan 50% liquid Asbuton.
c.

Pengujian Benda Uji

Dalam pengetasan benda uji aspal


porous terdapat tiga macam pengetesan
yaitu:
1. Pengujian Cantabro Test, pengujian
ini dimaksudkan untuk mengetahui
persentase kehilangan berat dari
benda uji setelah dilakukan test
abrasi dengan mesin Los Angeles
dengan mengacu pada ASTM C131.
2. Pengujian Permeabilitas, dimana
pengujian ini mengacu pada
2

Simposium III FSTPT, ISBN no.


979-96241-0-X.
3. Pengujian Binder Drain-Down,
dimana pengujian ini bertujuan
untuk mengetahui jumlah draindown yang terjadi pada campuran
beraspal yang belum dipadatkan
dengan mengacu pada AASHTO T
305.

Hasil Pengujian
Tabel 2. Hasil Pengujian sifat-sifat fisik
agregat
Sumber

Hasil

Pengujian

dan

4. Pengujian stabilitas benda uji yang


dilakukan dengan menggunakan
alat Marshall dengan mengacu
pada SNI-06-2489-1991.

Jumlah Benda Uji


Jumlah benda uji dan standar
pengujian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah seperti pada tabel berikut:
Tabel 1. Jumlah benda uji dan standar
pengujian aspal porous

Perhitungan Lab. Rekayasa Transportasi


UNHAS

Karakteristik Parsial 50% Aspal Minyak


50% Asbuton Liquid
Tabel 3. Karakteristik Parsial Aspal Minyak
50% Asbuton Liquid 50%
Sumber : Hasil Pengujian dan
Perhitungan Lab. Rekayasa Transportasi

UNHAS
Karakteristik Aspal Porous
HASIL DAN PEMBAHASAN
3

Hasil Pengujian Cantabro Lose Aspal


Porous
Berdasarkan hasil analisis, gambar 1.
menunjukkan bahwa nilai cantabro semakin
kecil seiring dengan penambahan kadar
Aspal. Dengan melihat fenomena perilaku
cantabro, menunjukkan daya ikat antar
agregat dalam campuran semakin baik
sehingga pemisahan antara agregat saat
dilakukan pengujian cantabro dengan mesin
Los Angeles semakin kecil. Pada Tabel 4.
terlihat benda uji yang memenuhi
spesifikasi nilai cantabro yang diisyaratkan
terjadi pada kadar Aspal
7% dengan
proporsi agregat kasar 82.5%, 85%. Kadar
aspal 8% dengan proporsi agregat kasar
82.5%, 85%, dan 87.5%. Kadar aspal 9%
dengan proporsi agregat kasar 82.5%, 85%,
dan
87.5%.
Spesifikasi
pengujian
kehilangan berat yang diisyaratkan yaitu
maksimal 15% dari berat awal sebelum
dilakukan pengujian cantabro dengan mesin
Los Angeles.

Hasil Pengujian Porositas Aspal Porous


Berdasarkan hasil analisis, gambar 2.
menunjukkan bahwa nilai porositas semakin
kecil dengan meningkatnya kadar aspal
dalam campuran, hal ini disebabkan
semakin banyak rongga yang tertutup oleh
aspal tetapi dengan meningkatnya proporsi
kadar agregat kasar semakin meningkat pula
nilai porositas dalam campuran. Nilai
porositas menunjukkan persentase rongga
dalam campuran aspal porous setelah
pemadatan. Persentase rongga yang tinggi
mengindikasikan campuran untuk mudah
mengalirkan air melalui rongga-rongga
antar agregat, namun persentase rongga
yang tinggi pula menjadikan campuran
aspal porous semakin rentan terhadap
pemisahan agregat semakin tinggi. Dari
hasil pengujian porositas, campuran aspal
porous telah memenuhi spesifikasi yang
ditentukan yaitu 15%-25%.

Gambar 1. Hubungan antara kadar Aspal


dengan Cantabro Lose

Gambar 2. Hubungan antara kadar


Aspal dengan Porositas
Tabel 5.Hasil Pengujian Porositas
Tabel 4. Hasil Pengujian Canntabro Lose
4

Tabel 6. Hasil Pengujian Permeabilitas

Hasil Pengujian
Porous

Permeabilitas Aspal

Berdasarkan hasil analisis, gambar 3.


menunjukkan bahwa koefisian permeabilitas
semakin
kecil
dengan
semakin
bertambahnya kadar aspal dalam campuran
aspal porous. Hal ini disebabkan karena
dengan bertambahnya kadar aspal maka
volume rongga yang berada di dalam benda
uji semakin berkurang hal ini disebabkan
rongga yang terisi oleh aspal sehingga
waktu untuk mengalirkan air di permukaan
akan lebih lama. Nilai permeabilitas akan
semakin
meningkat
seiring
dengan
bertambahnya proporsi agregat kasar yang
disebabkan bertambahnya rongga pada
campuran aspal porous. Fenomena perilaku
permeabilitas sangat dipengaruhi juga dari
persentase porositas dalam campuran.
Spesifikasi untuk pengujian permeabilitas
campuran aspal porous yaitu minimal 101
cm/detik.

Hasil Pengujian Binder Drain Down


Pengujian binder drain down
bertujuan untuk mengetahui jumlah draindown yang terjadi pada campuran beraspal
yang belum dipadatkan, yaitu selama
produksi, pengangkutan dan pemadatan
campuran. Berdasarkan hasil analisis,
gambar 4. menunjukkan bahwa dengan
bertambahnya kadar aspal maka draindown yang terjadi juga semakin bertambah,
begitu juga dengan penambahan agregat
kasar dalam campuran aspal porous
persentase drain-down yang terjadi juga
semakin besar, hal ini dikarenakan
kurangnya agregat halus dalam campuran
yang dapat menyerap aspal sehingga
kemungkinan binder drain down yang
terjadi semakin banyak. Dari gambar 4.
menunjukkan bahwa binder drain down
terbesar terjadi pada kadar aspal terbesar
9% dengan persentase agregat kasar 87.5%
yaitu 0.216%. Hasil ini menunjukkan bahwa
hasil yang diperoleh sudah memenuhi
spesifikasi binder drain down yang
diisyaratkan yaitu maksimum 0.3% dari
berat total campuran sebelum dipadatkan.

Gambar 3. Hubungan antara kadar


Aspal dengan Permeabilitas

aspal porous semakin rentan terhadap


pemisahan agregat semakin tinggi. Dari
hasil pengujian VIM, campuran aspal
porous telah memenuhi spesifikasi yang
ditentukan yaitu 15%-25%.

Gambar 4. Hubungan antara kadar


Aspal dengan Binder Drain Down
Tabel 7. Hasil Pengujian Binder Drain
Down
Gambar 5. Hubungan antara kadar
Aspal dengan VIM
Tabel 8. Hasil Pengujian VIM

Hasil Pengujian dengan Metode Marshall


Hubungan antara Kadar Aspal dengan
VIM
Berdasarkan hasil analisis, gambar
5. menunjukkan bahwa nilai VIM semakin
kecil dengan meningkatnya kadar aspal
dalam campuran, hal ini disebabkan
semakin banyak rongga yang tertutup oleh
aspal tetapi dengan meningkatnya proporsi
kadar agregat kasar semakin meningkat pula
nilai VIM dalam campuran. Nilai VIM
menunjukkan persentase rongga dalam
campuran aspal porous setelah pemadatan.
Persentase
rongga
yang
tinggi
mengindikasikan campuran untuk mudah
mengalirkan air melalui rongga-rongga
antar agregat, namun persentase rongga
yang tinggi pula menjadikan campuran

Hubungan antara Kadar Aspal dengan


Stabilitas
Berdasarkan hasil analisis, gambar 6.
menunjukkan
bahwa nilai stabilitas
menurun dengan bertambahnya kadar aspal.
Stabilitas
marshall
menurun
akibat
bertambahnya
kadar
aspal
yang
mengakibatkan terjadinya bleeding. Namun,
dengan bertambahnya proporsi agregat
kasar semakin tinggi pula nilai stabiltas
pada campuran aspal porous tersebut. Nilai
stabilitas yang diperoleh telah memenuhi
6

spesifikasi stabilitas aspal porous untuk lalu


lintas sedang yaitu minimal 500 kg.

Gambar 7. Hubungan antara kadar


Aspal dengan Flow
Gambar 6. Hubungan antara kadar
Aspal dengan Stabilitas

Tabel 10. Hasil Pengujian Flow

Tabel 9. Hasil Pengujian Stabilitas

Hubungan antara Kadar Aspal dengan


Marshall Quotient (MQ)
Hubungan antara Kadar Aspal dengan
Flow
Berdasarkan hasil analisis, gambar 7.
memperlihatkan bahwa nilai flow semakin
meningkat dengan semakin bertambahnya
kadar aspal dan proporsi agregat kasar
dalam campuran, hal ini disebabkan oleh
pengaruh dari aspal yang bersifat plastis.
Flow maksimum yang diperoleh yaitu 3.91
mm, flow yang diperoleh merupakan
indikator terhadap lentur sehingga semakin
besar nilai flow mengindikasikan bahwa
campuran
beraspal
semakin
lentur.
Spesifikasi nilai flow (kelelehan plastis)
suatu campuran yaitu 2 mm 4 mm. Nilai
flow yang diperoleh dari hasil penelitian di
laboratorium sudah memenuhi spesifikasi
untuk campuran aspal porous.

Berdasarkan hasil analisis pada


gambar 8. diperoleh nilai marshall quotient
yang semakin kecil dengan bertambahnya
kadar aspal, tetapi nilai marshall quotient
semakin besar dengan bertambahnya
proporsi agregat kasar pada campuran aspal
porous. Dari hasil pengujian diperoleh nilai
marshall quotient terbesar pada kadar aspal
6% dengan proporsi agregat kasar sebesar
87.5% yaitu 309.57 kg/mm dan terkecil
pada kadar aspal 9% dengan proporsi
agregat kasar 82.5% yaitu 147.12kg/mm.
Parameter
marshall
quotient
(MQ)
merupakan perbandingan antara stabilitas
dengan flow. Nilai marshall quotient (MQ)
merupakan indikator kelenturan campuran
yang
potensial
terhadap
keretakan.
Spesifikasi nilai marshall quotient (MQ)
yaitu minimal 250kg/mm.

pengujian porositas, flow, stabilitas,


permeabilitas, keseluruhan nilai kadar aspal
6% 9% memenuhi standar spesifikasi.

Gambar 8. Hubungan antara kadar


Aspal dengan Marshall Quotient
Tabel 11. Hasil Pengujian Marshall
Quotient

Penentuan Kadar Aspal


dengan Metode Marshall

Optimum

Kadar Aspal Optimum dengan kadar


agregat kasar 82.5%
Pada gambar 9. Penentuan kadar
Aspal optimum ditentukan dari hubungan
beberapa grafik parameter pengujian mix
design aspal porous seperti yang terlihat
pada Gambar 9. yang memperlihatkan
bahwa kadar aspal optimum terjadi pada
kadar aspal 6.8% dimana faktor yang sangat
mempengaruhi nilai kadar aspal optimum
tersebut adalah nilai batas bawah hasil
pengujian cantabro karena pada grafik
cantabro nilai yang memenuhi spesifikasi
hanya pada kadar aspal 6.6% 9%, serta
batas atas hasil pengujian marshall quotient
yaitu pada kadar aspal 7% sedangkan untuk

Gambar 9. Kadar Aspal Optimum


dengan kadar agregat kasar 82.5%
Kadar Aspal Optimum dengan kadar
agregat kasar 85%
Pada gambar 10. Penentuan kadar
Aspal optimum ditentukan dari hubungan
beberapa grafik parameter pengujian mix
design aspal porous seperti yang terlihat
pada Gambar 10. yang memperlihatkan
bahwa kadar aspal optimum terjadi pada
kadar aspal 7% dimana faktor yang sangat
mempengaruhi nilai kadar aspal optimum
tersebut adalah nilai batas bawah hasil
pengujian cantabro karena pada grafik
cantabro nilai yang memenuhi spesifikasi
hanya pada kadar aspal 6.8% 9%, serta
batas atas hasil pengujian marshall quotient
yaitu pada kadar aspal 7.2%, sedangkan
untuk pengujian porositas, flow, stabilitas,
permeabilitas, keseluruhan nilai kadar aspal
6% 9% memenuhi standar spesifikasi.

Gambar 10. Kadar Aspal Optimum dengan


kadar agregat kasar 85%

Kadar Aspal Optimum dengan kadar


agregat kasar 87.5%
Pada gambar 11. Penentuan kadar
Aspal optimum ditentukan dari hubungan
beberapa grafik parameter pengujian mix
design aspal porous seperti yang terlihat
pada Gambar 11. yang memperlihatkan
bahwa kadar aspal optimum terjadi pada
kadar aspal 7.3% dimana faktor yang sangat
mempengaruhi nilai kadar aspal optimum
tersebut adalah nilai batas bawah hasil
pengujian cantabro karena pada grafik
cantabro nilai yang memenuhi spesifikasi
hanya pada kadar aspal 7.2% 9%, serta
batas atas hasil pengujian marshall quotient
yaitu pada kadar aspal 7.4%, sedangkan
untuk pengujian porositas, flow, stabilitas,
permeabilitas, keseluruhan nilai kadar aspal
6% 9% memenuhi standar spesifikasi.

bahan pengikat dapat memenuhi


parameter spesifikasi karakteristik untuk
struktur perkerasan lentur.
3. Nilai Kadar Aspal Optimum yang
diperoleh dari hasil analisis grafik
hubungan beberapa parameter yaitu
cantabro, porositas,
permeabilitas,
stabilitas marshall, flow, marshall
quotient dan binder drain down
didapatkan nilai kadar aspal optimum
yaitu 6.8%, 7% dan 7.3%.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian,
diusulkan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Perlu dilakukan penelitian tentang aspal
porous menggunakan aspal minyak dan
liquid Asbuton sebagai bahan pengikat
dengan penambahan bahan pengisi
(filler) dalam campuran aspal porous.
2. Perlu dilakukan uji coba penggunaan
aspal porous untuk ruas-ruas jalan di
Indonesia khususnya pada daerah
dengan curah hujan serta tingkat
kecelakaan yang tinggi.

DAFTARPUSTAKA
Gambar 11. Kadar Aspal Optimum dengan
kadar agregat kasar 87.5%
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Dari hasil analisa data yang
diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Dengan penambahan agregat kasar
dalam campuran aspal porous yang
menggunakan aspal minyak dan liquid
Asbuton sebagai bahan pengikat
menunjukkan stabilitas yang semakin
baik dan porositas yang sesuai dengan
spesifikasi struktur perkerasan lentur.
2. Aspal porous yang menggunakan
gradasi terbuka versi Jepang dengan
aspal minyak dan liquid asbuton sebagai

Affan, M. Perilaku Aspal Porus Diuji


denganAlatMarshalldanWheelTracking
Machine. SimposiumIIIFSTPT,ISBNno.
979962410X.
Diana. I, W., Siswosoebrotho. B. I,
Karsaman. R. B. SifatSifat Teknik dan
PermeabilitaspadaAspalPorus.Simposium
IIIFSTPT,ISBNno.979962410X.
Sholichin,I.TeknologiAspalPorusDua
Lapisan sebagai Surface Course yang
Ramah Lingkungan. Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan,Volume1,Nomor2.
Djumari,D.Sarwono.2009.Perencanaan
GradasiAspalPorusMenggunakanMaterial
LokaldenganMetodePemampatanKering.
Jurnal penelitian Media Teknik Sipil
VolumeIX:914.
Hardiman. 2008. Efek Pemadatan
Sekunder Terhadap Kemampuan Alir Air
9

Campuran Aspal Porus Dwilapisan.


REINTEK, Jurnal Ilmu Pengetahuan dan
TeknologiTerapan.Volume3,Nomor2.
Hardiman. 2004. Pengaruh Ukuran
Maksimum Agregat Kasar dalam Desain
Gradasi Campuran Aspal Porus. Jurnal
TeknikSipil,Volume11.Nomor2.
Nurazwar.Z,Setiawan.T,Setiawati.Y.
Studi Perilaku Campuran Aspal Berpori
Terhadap Proporsi Agregat Kasar. Jurnal
PenelitianMediaTeknikNo.4TahunXXIII
EdisiNopember2001No.ISSN02163012.
PenuntunPraktikumedisikelima.2009.
Laboratorium Rekayasa Transportasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin.

Sarwono. D, Wardhani. A. K. 2007.


Pengukuran Sifat Permeabilitas Campuran
Porous Asphalt. Jurnal penelitian Media
TeknikSipil,EdisiJuli:131138.
Setyawan,A.2005.ObservasiPropertis
Aspal Porus Berbagai Gradasi dengan
Material Lokal. Jurnal penelitian Media
TeknikSipil,1520.
Specification for Porous Asphalt. 2008.
RoadEngineeringAssociationofMalaysia
jointwithJabatanKerjaRayaMalaysia.
Sukirman, S. 1999. Perkerasan Lentur
Jalanraya.Bandung:Nova.
Sukirman, S. 2003. Beton Aspal
CampuranPanas.Bandung:Granit.

10

Вам также может понравиться