Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
Ahmad Kanzu Syauqi Firdaus
(10640029)
Pembimbing Fakultas
Pembimbing Lapangan
Irjan, M.Si
NIP. 19691222 200604 1 001
Amin Mahfudi, ST
NIP. 19750629 199603 1 001
KATA PENGANTAR
dan
Geofisika
Karangploso
Kabupaten
Malang
sekaligus
ii
iii
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................1
1.3. Batasan Masalah ...............................................................................................2
1.4. Tujuan Penelitian ..............................................................................................2
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1. Pengertian Penguapan .......................................................................................3
2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penguapan ................................................4
2.3. Pengukuran Penguapan .....................................................................................7
2.4. Pengukuran Hujan ...........................................................................................16
2.5. Evapotranspirasi ..............................................................................................18
2.6. Menentukan Evapotranspirasi .........................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................24
3.1. Alat dan Bahan ................................................................................................24
3.2. Langkah Kerja .................................................................................................24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................25
4.1. Data Hasil Pengamatan ...................................................................................25
4.2. Perhitungan .....................................................................................................25
4.3. Analisis Prosedur ............................................................................................25
4.4. Analisis Hasil ..................................................................................................27
BAB V PENUTUP .................................................................................................30
5.1. Simpulan .........................................................................................................30
5.2. Saran................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................31
iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Derajat curah hujan dan intensitas curah hujan .....................................17
Tabel 2.2. Keadaan curah hujan dan intensitas curah hujan ...................................17
Tabel 2.3. Faktor pertanaman empiris (k) untuk rumus Blaney-Criddle.
Untuk wilayah hemisfer selatan, angka koefisien bulanan
tanaman tahunan harus disesuaikann dengan waktu permulaan
masa pertumbuhan. ................................................................................22
Tabel 2.4. Fraksi bulanan panjang hari/penyinaran dalam satu tahun (untuk
persamaan Blaney-Criddle) ...................................................................23
Tabel 2.5. Hubungan P dan letak lintang (LL) untuk Indonesia: 5o s.d. 10o
LS ..........................................................................................................23
Tabel 2.6. Angka koreksi (C) menurut Blany Criddle ...........................................23
Tabel 4.1. Data hasil pengukuran ...........................................................................25
vi
BAB I
PENDAHULUAN
11. Demi langit yang mengandung hujan 12. dan bumi yang mempunyai
tumbuh-tumbuhan
Raj'i berarti kembali. hujan dinamakan Raj'i dalam ayat ini, karena hujan
itu berasal dari uap yang naik dari bumi ke udara, kemudian turun ke bumi,
kemudian kembali ke atas, dan dari atas kembali ke bumi dan begitulah
seterusnya. Peristiwa yang diisyaratkan dalam Alquran ini tidak lain adalah yang
biasa dikenal dengan siklus hidrologi yang tentunya penting untuk dipahami.
Penguapan merupakan unsur hidrologi yang sangat penting dalam proses
hidrologi. Akan tetapi tidak semua analisis dalam hidrologi memasukkan variabel
penguapan sebagai bagian yang penting. Besarnya penguapan pada analisis
hidrologi untuk pengendalian banjir dari tampungan air di alur sungai umumnya
diabaikan. Penguapan diperhitungkan pada analisis hidrologi perencanaan
ketersediaan air, perencanaan irigasi, neraca air (water balance) waduk, dan
pengelolaan lahan (field management) (Harto, 1993: 80).
BMKG Karangploso menggunakan panci penguapan kelas A sebagai alat
ukur penguapan. Panci penguapan kelas A juga digunakan di semua BMKG di
Indonesia. Tentu terdapat beberapa alasan digunakannya panci penguapan kelas A
sebagai alat ukur penguapan. Untuk itu penelitian ini mencoba menganalisis
pengukuran penguapan dari sisi prinsip kerjanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hubungan
antara
penguapan
dan
kelembapan
(humadity)
dapat
) (
) ............................................................... ....(2.2)
................................................................................ ....(2.3)
I = masukan air ke waduk di tambah curah hujan yang langsung jatuh pada
permukaan waduk, O = air keluaran dari waduk ditambah bocoran air dalam tanah
(seepage), dan S = perubahan kapasitas tampung waduk.
Evaporasi permukaan air terbuka (Eo) adalah penguapan permukaan air
bebas tumbuhan. Pada permukaan air yang tenang tidak bergelombang, laju
penguapan akan tergantung pada suhu dan tekanan uap air di atas permukaan air.
Suhu air menentukan tekanan uap air pada permukaan air, dan laju evaporasi
sebanding dengan perbedaan tekanan uap air antara permukaan air dan udara di
atasnya. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi Eo, tiga di antaranya menjadi
faktor utama. Mereka adalah kecepatan angin (u) di atas permukaan air, tekanan
uap air pada permukaan air (eo) yang merupakan fungsi dari suhu, dan tekanan
uap air di atas permukaan air (ea). Ketiga faktor ini tergabung dalam persamaan
matematik untuk mengukur besarnya Eo (Asdak, 2007: 105).
= (
) ................................................................................ ....(2.4)
10
Upaya lain adalah membuat Floating Pan.. Secara fisik rancangannya sama
dengan panci lain, bedanya panci ini dipasang di atas pelampung dan diapungkan
di atas badan air yang luas seperti
seperti danau dan rawa. Panci ini memerlukan
perlengkapan tambahan berupa kisi-kisi
kisi
untuk mencegah splashing air ke dalam
11
panci. Konstruksi dan biayanya mahal, namun hasil pengukurannya juga tidak
lebih baik dan memerlukan koefisien panci sebesar 0,85 (Harto,
o, 1993: 83).
12
4) Posisi alat ukur muka air tidak boleh dirubah jika tidak perlu. Jika
dirubah/dipindahkan karena pembersihan panci, maka garis dasar (datum
line) dan permukaan air harus diukur kembali.
5) Jika diperkirakan akan terjadi curah hujan yang banyak, maka sebelumnya
air dalam panci itu harus dibuang secukupnya supaya tidak terjadi
peluapan yang tidak memungkinkan untuk diadakan pengukuran.
6) Pemeliharaan-pemeliharaan ini harus dilakukan segera setelah diadakan
pengukuran.
Jika pemeliharaan itu diadakan pada sesuatu ketika, maka dalamnya air
sebelum dan sesudah pemeliharaan harus diukur. Pengamatan banyaknya
evaporasi harus dibaca pada alat pengukur permukaan air. Untuk maksud ini,
maka alat itu diputar arah ke kiri. Jika jarum penunjuknya telah mencapai
permukaan air, maka pembacaan dilakukan. Pembacaan dapat dilakukan sampai
satuan 1/100 mm. Sesudah pembacaan, maka jarum penunjuk itu dinaikkan (Mori,
2006: 59).
Kemudian suhu air diukur. Termometer itu digerakkan perlahan-lahan
seperti mengaduk air lalu diadakan pembacaan-pembacaan suhu air kira-kira pada
pertengahan kedalaman air. Harga yang didapat itu kemudian dicatat sesudah
dikalibrasikan terhadap harga 4oC (Mori, 2006: 59).
Umumnya banyaknya evaporasi dari panci evaporasi yang kecil adalah
lebih besar dari evaporasi panci yang besar. Hubungan antara banyaknya
evaporasi dalam setahun dari permukaan air yang luas dengan evaporasi dari
panci evaporasi telah diselidiki. Hubungan itu disebut koefisien panci. Untuk
panci evaporasi dengan diameter 1,20 m koefisien itu adalah rata-rata 0,70.
Mengingat harga yang didapat dari panci evaporasi itu dianggap telah mewakili
daerah yang bersangkutan, maka letak panci evaporasi itu harus disesuaikan
dengan kondisi permukaan tanah sekelilingnya seperti persawahan, perladangan,
padang rumput, dan sebagainya. Biasanya panci evaporasi itu harus dipasang
bersama-sama dengan alat ukur hujan, karena diperlukan untuk perhitungan
evaporasi. Lebih baik panci evaporasi itu dipasang bersama alat-alat ukur faktor-
13
faktor yang sangat berhubungan dengan evaporasi seperti kecepatan angin, sinar
matahari, suhu udara, kelembapan
kele
udara, dan lain-lain (Mori, 2006: 59)
59).
Pengukuran tinggi permukaan dilakukan dengan dua cara, yaitu
menggunakan
paku
aku
pembatas
tinggi
permukaan
(fixed
point
gauge
gauge),
14
setelah nilai curah hujan diperhitungkan. Setelah diukur panci harus ditambah air
sehingga permukaan tidak turun melewati batas 2,5 cm (Nawawi, 2001: 14).
Perhitungan penguapan (E0) berdasarkan ketinggian air terhadap paku,
yaitu ketinggian pengukuran awal P0 dan ketinggian pengukuran akhir P1, dibagi
menjadi empat cara, yaitu (Nawawi, 2001: 13)
1) Apabila tidak terjadi hujan, maka
E0 = (P0 - P1) mm ............................................................................... ....(2.8)
2) Apabila terjadi hujan X mm, dan P0 > P1, maka
E0 = (P0 - P1) + X mm ......................................................................... ....(2.9)
3) Apabila terjadi hujan Y mm, dan P0 = P1, maka
E0 = Y mm .......................................................................................... ..(2.10)
4) Apabila terjadi hujan Z mm, dan P0 < P1, maka
E0 = Z (P1 P0) mm ........................................................................ ..(2.11)
Keuntungan penggunaan Hook gauge yakni pengukuran lebih cepat dan
mudah. Kelemahannya apabila pengamat tidak mengembalikan tinggi permukaan
air dengan cermat sesuai dengan ketentuannya, maka proses penguapan
berlangsung pada volume air yang tidak tetap. Kelemahan Panci Kelas A terutama
bila terganggu hujan lebat. Pertama, selama hujan berlangsung permukaan air di
dalam panci semakin naik sehingga percikan air keluar panci mudah terjadi,
sehingga mengganggu pengukuran. Kedua, bila hujan sangat lebat (melebihi 50
cm) terjadilah luapan air panci sehingga pengukuran E0 tidak dapat dilaksanakan
(Nawawi, 2001: 14).
Cara mengatasinya apabila terjadi hal yang demikian adalah dengan
membuat saluran untuk mengalirkan kelebihan air hujan serta bejana
penampungnya. Celah penyalur sebaiknya dibuat pada ketinggian 20 cm dari
dasar panci. Bejana penampung harus cukup besar, tertutup pada bagian atasnya,
serta diletakkan lebih rendah dari panci. Letak bejana tidak boleh menghalangi
panci dari tiupan angin. Dalam hal ini dapat ditempatkan di bawah permukaan
15
.
Gambar 2.5.. Panci penguapan kelas A di Stasiun Klimatologi Melbourne
16
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.6. (a) penakar hujan Hellman, (b) ombrometer, (c) automatic rain
gauge
Hasil pencatatan yang diperoleh dengan cara ini adalah kedalaman hujan
yang terjadi dalam 24 jam. Dalam analisis hidrologi, diketahui bahwa hujan
dengan kedalaman yang sama akan tetapi mempunyai agihan jam-jaman yang
berbeda, akan memberikan hasil alihragam debit yang sangat berbeda. Oleh sebab
itu, amaka agihan jam-jaman yang terjadi sangat diperlukan. Hal tersebut hanya
dapat diperoleh apabila dilakukan pengukuran dengan alat ukur hujan otomatik
(rainfall recorder), yang mampu merekam setiap kejadian selama jangka waktu
tertentu (Harto, 1993: 49).
17
Derajat hujan biasanya dinyatakan oleh jumlah curah hujan dalam suatu
satuan waktu dan disebut intensitas curah hujan. Biasanya satuan yang digunakan
adalah mm/jam. Jadi intensitas curah hujan berarti jumlah presipitasi/curah hujan
dalam waktu relatif singkat (biasanya dalam waktu 2 jam). Intensitas curah hujan
ini dapat diperoleh/dibaca dari kemiringan kurva (tangens kurva) yang dicatat
oleh alat ukur curah hujan otomatis (Mori, 2006: 7).
Curah hujan tidak bertambah sebanding dengan waktu. Jika waktu itu
ditentukan lebih lama, maka penambahan curah hujan itu adalah lebih kecil
dibandingkan dengan penambahan waktu, karena kadang-kadang curah hujan itu
berkurang ataupun berhenti (Mori, 2006: 7).
Tabel 2.1. Derajat curah hujan dan intensitas curah hujan
Derajat Hujan
Intensitas Curah Kondisi
Hujan (mm/min)
Hujan sangat lemah
< 0.02
Tanah agak basah atau dibasahi
sedikit
Hujan lemah
0.02 0.05
Tanah
menjadi
basah
semuanya, tetapi sulit membuat
Hujan normal
0.05 0.25
puddel
Dapat dibuat puddel dan bunyi
Hujan deras
0.25 1
curah hujan terdengar
Air tergenang di seluruh
permukaan tanah dan bunyi
Hujan sangat deras
>1
keras hujan terdengar dari
genangan
Hujan seperti ditumpahkan,
saluran dan drainase meluap.
18
2.5. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi (ET) adalah jumlah air total yang dikembalikan lagi ke
atmosfer dari permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh adanya pengaruh
faktor-faktor iklim dan fisiologis vegetasi. Sesuai dengan namanya, ET juga
merupakan gabungan antara proses-proses
proses proses evaporasi, intersepsi, dan transpirasi.
Evaporasi adalah proses penguapan, yaitu perubahan dari zat cair menjadi uap air
atau gas dari semua bentuk permukaan kecuali
kecuali vegetasi. Sedang transpirasi adalah
perjalanan air dalam jaringan vegetasi (proses fisiologis) dari akar tanaman ke
permukaan daun da akhirnya menguap ke atmosfer. Intersepsi adalah penguapan
air dari permukaan vegetasi ketika berlangsung hujan. Besarnya
Besarnya laju transpirasi
kurang lebih sama dengan laju evaporasi apabila pori-pori
pori pori daun (stomata) terbuka.
Proses pembukaan pori-pori
pori pori daun tampaknya dikendalikan oleh besarnya
pembukaan diameter pori-pori
pori
daun. Ketika pori-pori
pori daun menutup, proses
transpirasii tetap berlangsung tetapi dengan laju yang sangat lambat (Wanielista,
1990 dalam Asdak, 2007: 118).
................................................................
.................................... ..(2.12)
19
sungai, danau, dan waduk.untuk tegakan hutan, Eo dan Es biasanya diabaikan dan
ET = T + It. Bila unsur vegetasi dihilangkan, ET = Es (Asdak, 2007: 118).
Evaporasi tanah (Es) adalah penguapan air langsung dari tanahmineral.
Nilai Es kecil di bawah tegakan hutan karenaseresah dan tumbuhan bawah bersifat
menghalangi radiasi mataharimencapai permukaan tanah mineral hutandan
mencegah gerakan udara di atasnya. Evaporasi dari permukaan tanah bertambah
besardengansemakin berkurangnya tumbuhan dan jenis penutup tanah lainnya
(Asdak, 2007: 118).
Melalui proses transpirasi, vegetasi mengendalikan suhu agar sesuai
dengan yang diperlukan tanaman untuk hidup. Pada tingkat yang paling praktis,
perhitungan pemakaian air oleh vegetasi dapat dimanfaatkan sebagai masukan
untuk memilih jenis tanaman (pertanian) yang dapat tumbuh dengan baik pada
kondisi curah hujan yang tidak menentu (Dragg, 1965 dalam Dunne dan Leopold,
1978). Perhitungan keperluan air irigasi untuk suatu tanaman juga didasarkan
pada besarnya evapotranspirasi vegetasi yang akan ditanam (Asdak, 2007: 118).
Besarnya evapotranspirasi suatu komunitas vegetasi perlu diketahui karena
hasil penelitian menunjukkan bahwa dua-pertiga dari jumlah hujan yang jatuh di
daratan Amerika Utara kembali lagi ke atmosfer sebagai hasil evaporasi tanaman
dan permukaan tubuh air. Di Afrika, air yang terevapotranspirasi bahkan sampai
melebihi 90% dari jumlah curah hujan yang jatuh di tempat tersebut (US Soil
Conservation Service, 1970 dalam Asdak, 2007: 119).
Panci Evaporasi
pengukuran
Evapotranspirasi
paling
sederhana
adalah
dengan
..................................................................................... ..(2.13)
20
2.
Gambar 2.8 adalah dua tipe lysimeter yang sering digunakan, yaitu tipe drainase
(drainage type) dna tipe timbang (spring-balance
(spring balance weighing type). Neraca air
dalam tipe drainase diasumsikan sebagai berikut (Asdak, 2007: 122):
Evapotranspirasi = Presipitasi
Presi
+ Irigasi Drainase .......................... ..(2.14)
21
Air masukan dan air drainase diukur besarnya. Lama waktu pengukuran
tergantung pada tingkat atau frekuensi kebasahan, ukuran alat,dan laju gerakan air
dalam tanah. Hasil yang diperoleh dengan teknik ini adalah PET karena
kelembapan tanah di dalam alat diatur/disesuaikan. Lysimeter tipe drainase
berukuran kecil sering disebut evapotranspirometer. Sedangkan tipe alat yang lain
adalah tipe timbang dengan asumsi neraca air sebagai berikut (Asdak, 2007: 122):
Evapotranspirasi = Presipitasi + Irigasi Drainase
perubahan kapasitas simpan ........................... ..(2.15)
Perubahan kapasitas simpan (change in storage) diukur dari alat
penimbang seperti tersebut pada gambar 2.8. Alat tipe timbang karena harganya
yang relatif mahal maka pemakaiannya terbatas pada keperluan engujian teori
proses evapotranspirasi. Seperti halnya tipe drainase, tipe timbang juga dapat
dimanfaatkan untuk besarnya PET dan AET (Asdak, 2007: 123).
3.
P adalah prosentase rata-rata jam siang malam yang besarnya bergantung pada
letak (LL). t adalah suhu udara (oC).
Prosedur perhitungannya mula-mula mencari letak lintang daerah yang
ditinjau. Kemudian mencari nilai P sesuai dengan letak lintang. Setelah itu
mencari data suhu rata-rata bulanan. Lalu menghitung nilai Ep. Berikutnya
menentukan C dari tabel. Baru kemudian menghitung PET dengan persamaan
2.13 (Limantara, 2010: 23).
Faktor-faktor pertanaman dikembangkan dari hasil uji coba pada plot-plot
percobaan di Amerika Serikat, dan disarankan untuk disesuaikan dengan keadaan
setempat apabila akan digunakan di luar daerah pengembangannya, meskipun hal
ini jarang dilakukan. Faktor pertanaman mewakili perbedaan dalam hal nilai
kekasaran (bidang penguapan), adveksi, dan radiasi matahari bersih yang dalam
hal ini dipengaruhi oleh struktur vegetasi selama masa pertumbuhannya. Secara
22
suatu
vegetasi
selama
masa
pertumbuhannya,
dapat
juga
(1,8
+ 32) .........................................................
......................... ..(2.17)
23
Tabel 2.4. Fraksi bulanan panjang hari/penyinaran dalam satu tahun (untuk
persamaan Blaney-Criddle)
Criddle)
Tabel 2.5. Hubungan P dan letak lintang (LL) untuk Indonesia: 5o s.d. 10o LS
Lintang
5,0 Utara
2,5 Utara
0
2,5 Selatan
5,0 Selatan
7,5 Selatan
10,0 Selatan
Jan
0,27
0,27
0,27
0,28
0,28
0,29
0,29
Feb
0,27
0,27
0,27
0,28
0,28
0,28
0,28
Mar
0,27
0,27
0,27
0,28
0,28
0,28
0,28
Apr
0,28
0,28
0,27
0,28
0,28
0,28
0,27
Mei
0,28
0,28
0,27
0,28
0,28
0,27
0,26
Jun
0,28
0,28
0,27
0,28
0,28
0,27
0,26
Jul
0,28
0,28
0,27
0,28
0,28
0,27
0,26
Ags
0,28
0,28
0,27
0,28
0,28
0,27
0,26
Sep
0,28
0,28
0,27
0,28
0,28
0,27
0,26
Okt
0,27
0,27
0,27
0,28
0,28
0,28
0,28
Nov
0,27
0,27
0,27
0,28
0,28
0,28
0,28
Des
0,27
0,27
0,27
0,28
0,28
0,29
0,29
Nov
0,80
Des
0,80
Jan
0,80
Feb
0,80
Mar
0,75
Apr
0,70
Mei
0,70
Jun
0,70
Jul
0,70
Ags
0,75
Sep
0,80
Okt
0,80
BAB III
METODE PENELITIAN
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
8 Juli 2013
9 Juli 2013
10 Juli 2013
11 Juli 2013
Hujan
(mm hujan)
Jumlah Penguapan
(mm penguapan/hari)
00,1
25,5
06,2
3,40
4,74
2,24
40,54
37,24
58,00
61,96
4.2. Perhitungan
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan 2.8, 2.9, 2.10,atau
2.11 sesuai dengan keadaan P0 dan P1.
1) P0 = 40,54 mm
P1 = 37,24 mm
X = 0,1 mm
P1 = 58,00 mm
Z = 25,5 mm
P1 = 61.96 mm
Z = 6,2 mm
25
26
27
28
(1,8
+ 32)
maka,
=
=
(1,8
(1,8
+ 32)
+ 32)
.......................................................... ....(4.1)
Dengan demikian nilai koefisien panci penguapan kelas A untuk menaksir nilai
evapotranspirasi potensial dapat ditentukan persamaan 4.1. Persamaan tersebut
menunjukkan bahwa koefisien panci untuk menaksir evapotranspirasi potensial
bergantung pada jenis vegetasi (K), penguapan harian pada panci (Ep), suhu udara
Tai , dan fraksi lama penyinaran matahari setiap bulan dalam waktu satu tahun di.
Melihat variabel-variabel yang mempengaruhi nilai koefisien panci untuk
evapotranspirasi potensial sangat dipengaruhi oleh variabel-variabel yang
berubah-ubah, maka untuk menentukan nilai Ce yang mendekati nilai yang tepat
29
harus menggunakan data-data tahunan (data iklim). Dengan kata lain perhitungan
dengan data harian tidak akan menghasilkan nilai Ce yang mendekati nilai yang
seharusnya.
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
1) Penguapan perlu diukur karena penguapan sangat mempengaruhi
kehidupan dan siklus hidrologi.
2) Pengukuran penguapan mengguanakan panci penguapan kelas A adalah
cara mengukur nilai penguapan air murni pada bidang 1 m2, di mana
kuantitas air tersebut tidak berkurang selain oleh penguapan terukur.
3) Nilai penguapan dari panci penguapan kelas A dapat digunakan untuk
menaksir nilai penguapan di daerah badan air lain yang lebih luas dan
dalam, dan evapotranspirasi potensial dengan mengalikan nilai penguapan
terukur dengan konstanta panci. Nilai ini kemudian digunakan juga
sebagai dasar analisis irigasi dan penentuan jenis tanaman dalam pertanian.
5.2. Saran
1) Panci penguapan kelas A lebih baik diberi pelindung berupa kawat jala di
atasnya sebagai upaya mencegah air tersebut diminum hewan seperti
burung. Akan tetapi perlu dilakukan kalibrasi lagi untuk koreksi akibat
penghalang tersebut.
2) Hendaknya tinggi air pada panci penguapan kelas A selalu dijaga agar
permukaan air berjarak antara 5 sampai 7,5 cm dari bibir panci, kecuali
bila diprediksi akan terjadi hujan deras hendaknya volume air dukarngi,
agar nilai penguapan yang diperoleh lebih baik.
30
DAFTAR PUSTAKA
31