Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
STATUS PASIEN
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Y
Umur
: 38 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jalan Pinang
Pekerjaan
: Buruh bangunan
Masuk RS
No. RM
: 096419
ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis terhadap pasien.
Keluhan Utama : kepala berdarah
RPS (Riwayat Penyakit Sekarang)
Pasien datang ke instalasi gawat darurat (IGD) RS Tabrani diantar oleh teman
bekerjanya dengan keadaan kepala berdarah. Pasien datang ke IGD dalam
keadaan sadar. Pasien mengaku kepalanya tertimpa kayu balok berukuran
sekitar 15x10cm saat sedang bekerja di area proyek X 20 menit SMRS.
Kepala pasien tertimpa kayu balok yang berasal dari lantai 2 bangunan
proyek yang jatuh mengarah ke kepala bagian depan pasien (?), setelah
tertimpa kayu pasien terjatuh dan kepalanya membentur lantai bangunan (?).
Akibat tempaan kayu tersebut pasien mengalami luka terbuka dan juga
mengeluhkan nyeri kepala ringan. Riwayat tidak sadarkan diri segera setelah
1
III.
IV.
KEADAAN UMUM
Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Composmentis
Berat badan
: 70kg(?)
Tinggi badan
: 170cm(?)
Status gizi
: cukup(?)
GCS= E4V5M6=15
kerontokan (?)
Kulit kepala :
tekan (+)(?)
Tulang tengkorak
- Ukuran kranium normal, kontur keras (?)
- Tidak ditemukan lesi dan deformitas (?)
Wajah
- Ekspresi wajah menahan sakit, kontur wajah halus (?)
- Warna kulit wajah sawo matang, pigmentasi di area pipi (+)(?)
- Wajah simetris, gerakan involunter (-), edema (-), massa (-),
lesi (-)(?)
2. Mata
Brill hematom (-/-), hematom palpebra (-/-), edema palpebra (-/-)(?)
Ptosis (-/-), lagoftalmus (-/-)
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)(?)
Ketajaman visus: dalam batas normal, lapang pandang: dalam batas
normal (?)
Kornea jernih, lensa jernih, pupil bulat isokor (?)
Reflek cahaya langsung (+/+), reflek cahaya tidak langsung (+/+)(?)
3. Telinga
Aurikula:
- deformitas (-/-), benjolan (-/-), lesi (-/-)(?)
- Sekret (-/-), nyeri (-/-), inflamasi (-/-)(?)
Kanalis auditorus: normal, membran timpani: normal (?)
Ketajaman pendengaran: normal ki-ka (?)
Battle sign (-/-)(?)
Perdarahan (-/-), otorea (-/-)(?)
4. Hidung
Deviasi septum (-/-), perdarahan (-/-), rhinorea (-/-)(?)
Mukosa hidung: dalam batas normal (?)
Septum nasi: deviasi (-), inflamasi (-), perforasi (-)(?)
5. Mulut dan faring
Bibir:
- Warna: kemerahan dan sedikit kering (?)
- Benjolan (-), fisura (-), skuama (-) (?)
Mukosa oral
- Warna: kemerahan normal (?)
- Ulkus (-), leukoplakia (-), nodulus (-)(?)
Gusi dan gigi
6. Leher
Kelenjar getah bening (KGB)
- Ukuran normal; kecil, bentuk bulat/longjong, batas tegas, mobile,
bening.
Tiroid : ukuran ...., bentuk ...., posisi...., konsistensi ....., permukaan
datar, mobile, tidak nyeri tekan (?).
7. Thoraks (paru)
Depan :
Inspeksi : bentuk dada normal, lesi (-), gerakan nafas simetris kiri dan
kanan, otot bantu nafas (-), irama nafas teratur, frekuensi 25x/menit
Palpasi :
- Paru simetris kiri dan kanan (?)
- Pemeriksaan fremitus normal kiri dan kanan (?)
- Nyeri (-), fraktur iga (-)
Perkusi : suara sonor di semua lapang paru (?)
Auskultasi :
- Suara nafas vesikuler di semua lapang paru (?)
- Rhonki (-), wheezing (-)
- Tidak ditemukan suara nafas tambahan (?)
Belakang :
8. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat dari luar (?)
Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga 5, garis midklavikularis kiri
9. Abdomen
Inspeksi
- Bentuk : perut tidak buncit (?)
- Permukaan :
o Warna kulit kuning langsat (?)
o Umbilikus tampak tertutup dan berkerut (?)
o Tidak ditemukan skar, massa, tanda-tanda radang, dan lesi (?)
Auskultasi
- Suara peristaltik usus normal (?)
- Tidak ditemukan bruit (?)
Palpasi
- Tidak ditemukan nyeri tekan abdomen (?)
- Tidak ditemukan defans muskular (?)
Hati :
o Ukuran : tidak hepatomegali (?)
o Konsistensi : kenyal (?)
o Nyeri tekan : (-) (?)
o Permukaan : rata (?)
o Tepi : sedikit tajam (?)
Limpa :
o Ukuran : teraba 1-2 cm dibawah arcus costae, tidak splenomegali
(?)
o Konsistensi : kenyal (?)
o Nyeri tekan : (-)(?)
o Permukaan : rata (?)
Perkusi
:
- Bunyi perkusi timpani ditemukan di semua lapang abdomen (?)
- Tidak ditemukan asites (?)
10. Ekstremitas
Tungkai
Lengan
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Akral hangat (+/+), edema (-/-), krepitasi (-/-), deformitas (-/-), clubbing
finger (-/-), nyeri (-/-), CRT <2 detik
Gerakan
: Gerakan eksterimitas baik (?), nyeri gerak (-)
Kekuatan
: Kekuatan eksterimitas baik (?)
Tonus
Trofi
hipertrofi (?)
Refleks fisiologis : Refleks fisiologis eksterimitas baik (?)
Refleks patologis :
- Refleks Hoffman Tromner : tidak ditemukan (?)
- Refleks Babinski, Oppenheim, Gordon, Schaefer, Chaddock : (-) (?)
- Refleks Rossolimo dan Mendel-Bechterew : (-) (?)
Klonus
:
- Klonus patella : (-) (?)
- Klonus kaki : (-) (?)
Sensibilitas
: pasien sensitif terhadap rangsangan sensoris (?)
Nervus Kranialis
VI.
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis
Diagnosis etiologi
VII.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Karena pasien cedera kepala ringan, pasien dilakukan rawat jalan, juga tidak
dilakukan pemeriksaan penunjang seperti radiologis maupun pemeriksaan darah.
VIII. PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis :
- Dilakukan tirah baring di IGD
- Observasi tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
- Dilakukan penekanan pada daerah luka di kepala regio frontal destra
dengan kassa steril hingga perdarahan berkurang.
- Dilakukan penjahitan pada luka terbuka dengan teknik simple suture
IX.
sekitar 12 jahitan.
Farmakologis :
- Diberikan injeksi TT (tetagam) IV; 1ml (250 IU)
Prognosis
Ad Vitam
: ad bonam
Ad Fungsionam
: ad bonam
Ad Sanationam
: ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan
fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer atau
permanent. Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif
dan fungsi fisik.1
2.2 Etiologi
Cedera kepala paling sering terjadi akibat terjatuh (40%), kekerasan
(20%), dan kecelakaan lalulintas (13%), cedera ini lebih sering terjadi pada lakilaki dan tidak jarang berkaitan dengan konsumsi alkohol. Cedera kepala
merupakan penyebab kematian tertinggi akibat trauma. Hal ini terjadi akibat
bertambahnya kendaraan dan industry, serta lalulintas yang masih belum teratur.2
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian utama di
kalangan usia produktif khususnya di negara berkembang. Hal ini diakibatkan
mobilitas yang tinggi di kalangan usia produktif, sedangkan kesadaran untuk
menjaga keselamatan di jalan masih rendah disamping penanganan pertama yang
belum benar dan rujukan yang terlambat. Pada salah satu studi prospektif cedera
kepala berat dengan pemeriksaan CT Scan diperoleh hasil 30% normal dan 70%
abnormal.2
2.3 Klasifikasi
C. Berdasarkan morfologi
Fraktura tengkorak
o Kalvaria
Linear atau stelata
Depressed atau nondepressed
Terbuka atau tertutup
o Dasar tengkorak
Dengan atau tanpa kebocoran CNS
Dengan atau tanpa paresis N VII
Lesi intrakranial
o Fokal
Epidural
10
Subdural
Intraserebral
Intraventrikular/ subarachnoidal
o Difusa
Komosio ringan dan klasik
Cedera aksonal difusa
2.4 Patofisiologi
Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu
cedera primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala
sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan benturan
langsung kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses akselarasideselarasi gerakan kepala.4
11
Fraktur tengkorak dapat terjadi pada kalvaria atau basis. Pada fraktur
kalvaria ditentukan apakah terbuka atau tertutup, linear atau stelata,
depressed atau nondepressed. Fraktur tengkorak basal sulit tampak pada foto
sinar-x polos dan biasanya perlu CT scan dengan setelan jendela-tulang untuk
memperlihatkan lokasinya.6
Sebagai pegangan umum, depressed fragmen lebih dari ketebalan
tengkorak (> 1 tabula) memerlukan operasi elevasi. Fraktura tengkorak
terbuka atau compound berakibat hubungan langsung antara laserasi scalp
dan permukaan serebral karena duranya robek, dan fraktura ini memerlukan
operasi perbaikan segera.6
Frekuensi fraktura tengkorak bervariasi, lebih banyak fraktura ditemukan bila
penelitian dilakukan pada populasi yang lebih banyak mempunyai cedera
berat. Fraktura kalvaria linear mempertinggi risiko hematoma intrakranial
sebesar 400 kali pada pasien yang sadar dan 20 kali pada pasien yang tidak
sadar. Fraktura kalvaria linear mempertinggi risiko hematoma intrakranial
sebesar 400 kali pada pasien yang sadar dan 20 kali pada pasien yang tidak
sadar. Untuk alasan ini, adanya fraktura tengkorak mengharuskan pasien
untuk dirawat dirumah sakit untuk pengamatan, tidak peduli bagaimana
baiknya tampak pasien tersebut.6
b. Lesi Intrakranial
Lesi intrakranial dapat diklasifikasikan sebagai fokal atau difusa, walau
kedua bentuk cedera ini sering terjadi bersamaan. Lesi fokal termasuk
hematoma epidural, hematoma subdural, dan kontusi (atau hematoma
intraserebral). Pasien pada kelompok cedera otak difusa, secara umum,
menunjukkan CT scan normal namun menunjukkan perubahan sensorium
atau bahkan koma dalam. Basis selular cedera otak difusa menjadi lebih jelas
pada tahun-tahun terakhir ini.6
Lesi Fokal
Hematoma Epidural
Epidural hematom (EDH) adalah perdarahan yang terbentuk di
ruang potensial antara tabula interna dan duramater. Paling sering terletak
12
13
14
otak
Kesulitan dalam mengeliminasi kemungkinan perdarahan intraserebral. 7
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan cedera kepala sesuai dengan tingkat keparahannya, berupa
cedera kepala ringan, sedang, atau berat. Prinsip penanganan awal pada pasien
cedera kepala meliputi survei primer dan survei sekunder. Dalam penatalaksanaan
survei primer hal-hal yang diprioritaskan antara lain airway, breathing, circulation,
disability, dan exposure, yang kemudian dilanjutkan dengan resusitasi. Pada
penderita cedera kepala khususnya dengan cedera kepala berat survei primer
sangatlah penting untuk mencegah cedera otak sekunder dan mencegah
homeostasis otak.3
15
16
17
2.8 Komplikasi
kemunduran pada kondisi klien diakibatkan dari perluasan hematoma intrakranial
edema serebral progresif dan herniasi otak, komplikasi dari cedera kepala adalah:
Edema pulmonal
Komplikasi yang serius adalah terjadinya edema paru, etiologi mungkin
berasal dari gangguan neurologis atau akibat sindrom distress pernafasan
dewasa. Edema paru terjadi akibat refleks cushing/perlindungan yang berusaha
18
19
diirigasi atau dihisap, cukup diberi bantalan steril di bawah hidung atau telinga.
Instruksikan klien untuk tidak memanipulasi hidung atau telinga. 7
Infeksi
2.9 Prognosis
Anak anak biasanya memiliki daya pemulihan yang baik dibanding
dewasa dengan skor cedera kepala yang sama. Penderita yang berusia lanjut
biasanya mempunya kemungkinan yang lebih rendah untuk pemulihan cedera
kepala.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Brain
Injury
Association
of
America.
Types
of
Brain
Injury.
Head
injury.
Available
http://emedicine.medscape.com/article/1163653-overview/
[accessed
from:
21
january 2015]
6. Nasution N S. Karakteristik Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu
Lintas Yang Rawat Inap di RSUD Padamg Sidempuan. 2008. Available from:
http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/16495/5/Chapter%20I.pdf
7. Satyanegara. Cedera Kepala dalam Ilmu Bedah Saraf. Edisi Ketiga. Gramedia
Pustaka
Utama.
Jakarta:
1998.
hal.
9,
147-76.
Available
from:
http://books.google.co.id/ books?isbn=9792264787/
21