Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB I

STATUS PASIEN

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. Y

Umur

: 38 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Jalan Pinang

Pekerjaan

: Buruh bangunan

Masuk RS

: 19 Januari 2015, pukul 16.15

No. RM

: 096419

ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis terhadap pasien.
Keluhan Utama : kepala berdarah
RPS (Riwayat Penyakit Sekarang)
Pasien datang ke instalasi gawat darurat (IGD) RS Tabrani diantar oleh teman
bekerjanya dengan keadaan kepala berdarah. Pasien datang ke IGD dalam
keadaan sadar. Pasien mengaku kepalanya tertimpa kayu balok berukuran
sekitar 15x10cm saat sedang bekerja di area proyek X 20 menit SMRS.
Kepala pasien tertimpa kayu balok yang berasal dari lantai 2 bangunan
proyek yang jatuh mengarah ke kepala bagian depan pasien (?), setelah
tertimpa kayu pasien terjatuh dan kepalanya membentur lantai bangunan (?).
Akibat tempaan kayu tersebut pasien mengalami luka terbuka dan juga
mengeluhkan nyeri kepala ringan. Riwayat tidak sadarkan diri segera setelah
1

kejadian disangkal(?). Riwayat mual, muntah, pingsan dan amnesia juga


disangkal(?).
RPD (Riwayat Penyakit Dahulu)
Riwayat alergi obat (-), riwayat hipertensi (-), riwayat gangguan jiwa (-),
riwayat trauma muskuloskeletal (+): area cruris dan pedis 2 tahun yang lalu.
RPK (Riwayat Penyakit Keluarga)
Tidak ada penyakit yang diturunkan, riwayat penyakit menular di keluarga
dan lingkungan rumah juga tidak ditemukan (?).
RPSE (Riwayat Psikososial dan Ekonomi)

Merokok (+), alkohol (-), obat-obatan (-), olahraga tidak teratur.


Pasien bekerja sebagai buruh bangunan dengan upah senilai ..... perhari.
Pasien dikategorikan sebagai golongan (mampu/kurang mampu)(?).

III.

PEMERIKSAAN TANDA VITAL


Dilakukan pada tanggal : 19 Januari 2015 pukul: 16.15 WIB
Tekanan darah : 125/85 mmHg
Suhu tubuh
: 36,5oC
Frekuensi nadi : 105x/menit(?)
Frekuensi nafas : 22x/menit(?)

IV.

KEADAAN UMUM
Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Composmentis
Berat badan
: 70kg(?)
Tinggi badan
: 170cm(?)
Status gizi
: cukup(?)

GCS= E4V5M6=15

V. PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK


1. Kepala (Status Lokalis)
Rambut :
- Warna hitam, pendek, lurus (?)
- Kuantitas lebat, distribusi merata, tekstur lembut, tidak ada

kerontokan (?)
Kulit kepala :

Terdapat vulnus laceratum di regio frontal dextra berukuran 6x4cm

(?), perdarahan aktif (+)


Benjolan bebentuk bulat disekitar luka berukuran 8x5cm, nyeri

tekan (+)(?)
Tulang tengkorak
- Ukuran kranium normal, kontur keras (?)
- Tidak ditemukan lesi dan deformitas (?)
Wajah
- Ekspresi wajah menahan sakit, kontur wajah halus (?)
- Warna kulit wajah sawo matang, pigmentasi di area pipi (+)(?)
- Wajah simetris, gerakan involunter (-), edema (-), massa (-),
lesi (-)(?)

2. Mata
Brill hematom (-/-), hematom palpebra (-/-), edema palpebra (-/-)(?)
Ptosis (-/-), lagoftalmus (-/-)
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)(?)
Ketajaman visus: dalam batas normal, lapang pandang: dalam batas

normal (?)
Kornea jernih, lensa jernih, pupil bulat isokor (?)
Reflek cahaya langsung (+/+), reflek cahaya tidak langsung (+/+)(?)

3. Telinga
Aurikula:
- deformitas (-/-), benjolan (-/-), lesi (-/-)(?)
- Sekret (-/-), nyeri (-/-), inflamasi (-/-)(?)
Kanalis auditorus: normal, membran timpani: normal (?)
Ketajaman pendengaran: normal ki-ka (?)
Battle sign (-/-)(?)
Perdarahan (-/-), otorea (-/-)(?)
4. Hidung
Deviasi septum (-/-), perdarahan (-/-), rhinorea (-/-)(?)
Mukosa hidung: dalam batas normal (?)
Septum nasi: deviasi (-), inflamasi (-), perforasi (-)(?)
5. Mulut dan faring
Bibir:
- Warna: kemerahan dan sedikit kering (?)
- Benjolan (-), fisura (-), skuama (-) (?)
Mukosa oral
- Warna: kemerahan normal (?)
- Ulkus (-), leukoplakia (-), nodulus (-)(?)
Gusi dan gigi

- Warna gusi: merah muda (?)


- Gigi : 2 molar kanan karies, 1 molar kiri karies(?)
- Atap mulut : warna kemerahan normal, palatum durum normal (?)
Lidah : simetris, warna merah, tekstur sedikit kasar
Faring : hiperemis (-), deviasi uvula (-)

6. Leher
Kelenjar getah bening (KGB)
- Ukuran normal; kecil, bentuk bulat/longjong, batas tegas, mobile,

konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)


Trakea: deviasi (-)
Palpasi : JVP tidak meningkat (?)
Tidak terdapat edema (?)
Tidak terdapat benjolan/massa selain pembesaran kelenjar getah

bening.
Tiroid : ukuran ...., bentuk ...., posisi...., konsistensi ....., permukaan
datar, mobile, tidak nyeri tekan (?).

7. Thoraks (paru)
Depan :
Inspeksi : bentuk dada normal, lesi (-), gerakan nafas simetris kiri dan
kanan, otot bantu nafas (-), irama nafas teratur, frekuensi 25x/menit
Palpasi :
- Paru simetris kiri dan kanan (?)
- Pemeriksaan fremitus normal kiri dan kanan (?)
- Nyeri (-), fraktur iga (-)
Perkusi : suara sonor di semua lapang paru (?)
Auskultasi :
- Suara nafas vesikuler di semua lapang paru (?)
- Rhonki (-), wheezing (-)
- Tidak ditemukan suara nafas tambahan (?)
Belakang :

Inspeksi : bentuk punggung normal; lesi (-)


Palpasi :
- Paru simetris kiri dan kanan (?)
- Pemeriksaan fremitus normal kiri dan kanan (?)
- Nyeri (-), fraktur iga (-)
Perkusi : suara sonor di semua lapang paru (?)
Auskultasi :
- Suara nafas vesikuler di semua lapang paru (?)
- Tidak ditemukan suara nafas tambahan (?)

8. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat dari luar (?)
Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga 5, garis midklavikularis kiri

sedikit lateral (?)


Perkusi : tidak ditemukan kardiomegali (?)
Auskultasi : Bunyi jantung normal, tidak ditemukan bising jantung (?)

9. Abdomen
Inspeksi
- Bentuk : perut tidak buncit (?)
- Permukaan :
o Warna kulit kuning langsat (?)
o Umbilikus tampak tertutup dan berkerut (?)
o Tidak ditemukan skar, massa, tanda-tanda radang, dan lesi (?)
Auskultasi
- Suara peristaltik usus normal (?)
- Tidak ditemukan bruit (?)
Palpasi
- Tidak ditemukan nyeri tekan abdomen (?)
- Tidak ditemukan defans muskular (?)
Hati :
o Ukuran : tidak hepatomegali (?)
o Konsistensi : kenyal (?)
o Nyeri tekan : (-) (?)
o Permukaan : rata (?)
o Tepi : sedikit tajam (?)
Limpa :
o Ukuran : teraba 1-2 cm dibawah arcus costae, tidak splenomegali

(?)
o Konsistensi : kenyal (?)
o Nyeri tekan : (-)(?)
o Permukaan : rata (?)
Perkusi
:
- Bunyi perkusi timpani ditemukan di semua lapang abdomen (?)
- Tidak ditemukan asites (?)

10. Ekstremitas
Tungkai
Lengan
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Akral hangat (+/+), edema (-/-), krepitasi (-/-), deformitas (-/-), clubbing
finger (-/-), nyeri (-/-), CRT <2 detik
Gerakan
: Gerakan eksterimitas baik (?), nyeri gerak (-)
Kekuatan
: Kekuatan eksterimitas baik (?)

Tonus
Trofi

: Tonus eksterimitas baik (?)


: Ekstremitas tidak mengalami atrofi maupun

hipertrofi (?)
Refleks fisiologis : Refleks fisiologis eksterimitas baik (?)
Refleks patologis :
- Refleks Hoffman Tromner : tidak ditemukan (?)
- Refleks Babinski, Oppenheim, Gordon, Schaefer, Chaddock : (-) (?)
- Refleks Rossolimo dan Mendel-Bechterew : (-) (?)
Klonus
:
- Klonus patella : (-) (?)
- Klonus kaki : (-) (?)
Sensibilitas
: pasien sensitif terhadap rangsangan sensoris (?)

11. Status Neurologikus


Tanda meningeal :
- Kaku kuduk : (-) (?)
- Tanda Brudzinski I : (-) (?)
- Tanda Kernig : (-) (?)
- Tanda Brudzinski II : (-) (?)

Tanda peningkatan TIK


-

Penurunan kesadarn (-) (?)


Papil edem (-) (?)
Pupil anisokor (-) (?)
Trias cushing (-) (?)

Nervus Kranialis

N. I (Olfaktorius) : normosmia (+/+)(?)


N. II (optikus)
- Ketajaman visus : dalam batas normal (?)
- tes buta warna : dalam batas normal (?)
- tes lapang pandang : dalam batas normal (?)
- Funduskopi : dalam batas normal (?)
N. III (okulomotorisu) ; N. IV (troklearis) ; N. VI (abdusens)
- Kedudukan bola mata : ortoforia ortoforia
- Pergerakan bola mata :
Nasal : dalam batas normal (?)
Temporal : dalam batas normal (?)
Atas : dalam batas normal (?)
Bawah : dalam batas normal (?)
Temporal bawah : dalam batas normal (?)
- Eksoftalmus : -/- (?)
- Nistagmus : -/- (?)
- Ptosis : -/- (?)
- Ptosis : -/- (?)
6

VI.

- Pupil : -/- (?)


Bentuk
: bulat / bulat (?)
Diameter
: 3mm/ 3mm (?)
Refleks cahaya langsung
: +/+ (?)
Refleks cahaya tidak langsung
: +/+ (?)
N. V (trigeminus)
- Cabang motorik
Membuka mulut
: baik (?)
Menggerakkan rahang
: baik (?)
- Cabang sensorik oftalmikus
: baik/baik (?)
- Cabang sensorik maksilaris
: baik/baik (?)
- Cabang sensorik mandibularis : baik/baik (?)
N. VII (fasialis)
- Simetris
- Motorik orbitofrontal
: kesan parase (-)(?)
- Motorik orbikularis okuli
: kesan parase (-)(?)
- Motorik orbikularis oris
: kesan parase (-)(?)
N.VIII (akustikus)
- Vestibular
Vertigo
: - (?)
Nistagmus : - (?)
- Cochlear
Test rinne : +/+ (tuli sensorineural-) (?)
Webber
: tidak ada lateralisasi (tuli konduktif-) (?)
Schwabach
: sama dengan pemeriksa (?)
N. IX (glosofaringeus); N.X (vagus)
- Suara normal, tidak parau dan sengau (?)
- Kesulitan menelan (-)(?)
- Gerakan palatum mole dan faring: dalam batas normal (?)
N. XI (asesorius)
- Mengangkat bahu : baik/baik (?)
- Menoleh
: baik/baik (?)
N. XII (hipoglosus)
- Pergerakan lidah : lidah normal ditengah (?)
- Atrofi
: - (?)
- Tremor
: - (?)

DIAGNOSIS
Diagnosis klinis

: Vulnus laceratum regio frontal dextra

Diagnosis etiologi

: Cedera kepala ringan

VII.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Karena pasien cedera kepala ringan, pasien dilakukan rawat jalan, juga tidak
dilakukan pemeriksaan penunjang seperti radiologis maupun pemeriksaan darah.
VIII. PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis :
- Dilakukan tirah baring di IGD
- Observasi tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
- Dilakukan penekanan pada daerah luka di kepala regio frontal destra
dengan kassa steril hingga perdarahan berkurang.
- Dilakukan penjahitan pada luka terbuka dengan teknik simple suture

IX.

sekitar 12 jahitan.
Farmakologis :
- Diberikan injeksi TT (tetagam) IV; 1ml (250 IU)
Prognosis
Ad Vitam

: ad bonam

Ad Fungsionam

: ad bonam

Ad Sanationam

: ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan
fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer atau
permanent. Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif
dan fungsi fisik.1
2.2 Etiologi
Cedera kepala paling sering terjadi akibat terjatuh (40%), kekerasan
(20%), dan kecelakaan lalulintas (13%), cedera ini lebih sering terjadi pada lakilaki dan tidak jarang berkaitan dengan konsumsi alkohol. Cedera kepala
merupakan penyebab kematian tertinggi akibat trauma. Hal ini terjadi akibat
bertambahnya kendaraan dan industry, serta lalulintas yang masih belum teratur.2
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian utama di
kalangan usia produktif khususnya di negara berkembang. Hal ini diakibatkan
mobilitas yang tinggi di kalangan usia produktif, sedangkan kesadaran untuk
menjaga keselamatan di jalan masih rendah disamping penanganan pertama yang
belum benar dan rujukan yang terlambat. Pada salah satu studi prospektif cedera
kepala berat dengan pemeriksaan CT Scan diperoleh hasil 30% normal dan 70%
abnormal.2

2.3 Klasifikasi

Cedera kepala bisa diklasifikasikan atas berbagai hal. Untuk kegunaan


praktis, tiga jenis klasifikasi akan sangat berguna, yaitu berdasar mekanisme,
tingkat beratnya cedera kepala serta berdasar morfologi.3
Klasifikasi cedera kepala:
A. Berdasarkan mekanisme
Cedera kepala tumpul, dapat disebabkan oleh kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh, atau pukulan benda tumpul.
Cedera kepala tembus (penetrasi), disebabkan luka tembak atau
pukulan benda tumpul.
B. Berdasarkan beratnya
Ringan (GCS 14-15)
Sedang (GCS 9-13)
Berat (GCS 3-8)
Tabel 2.1 Skala Koma Glasgow

C. Berdasarkan morfologi

Fraktura tengkorak
o Kalvaria
Linear atau stelata
Depressed atau nondepressed
Terbuka atau tertutup
o Dasar tengkorak
Dengan atau tanpa kebocoran CNS
Dengan atau tanpa paresis N VII
Lesi intrakranial
o Fokal
Epidural

10

Subdural
Intraserebral
Intraventrikular/ subarachnoidal
o Difusa
Komosio ringan dan klasik
Cedera aksonal difusa
2.4 Patofisiologi
Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu
cedera primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala
sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan benturan
langsung kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses akselarasideselarasi gerakan kepala.4

Gambar 2.1 mekanisme cedera kepala; coup dan countercoup

Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa coup dan


contrecoup. Cedera primer yang diakibatkan oleh adanya benturan pada tulang
tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi coup. Pada daerah yang berlawanan
dengan tempat benturan akan terjadi lesi yang disebut contrecoup.1 Akselarasideselarasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar
saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara tulang tengkorak (substansi solid)
dan otak (substansi semisolid) menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari
muatan intrakranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak
membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dari
benturan (contrecoup).5
2.5 Patologi
a. Fraktura Tengkorak

11

Fraktur tengkorak dapat terjadi pada kalvaria atau basis. Pada fraktur
kalvaria ditentukan apakah terbuka atau tertutup, linear atau stelata,
depressed atau nondepressed. Fraktur tengkorak basal sulit tampak pada foto
sinar-x polos dan biasanya perlu CT scan dengan setelan jendela-tulang untuk
memperlihatkan lokasinya.6
Sebagai pegangan umum, depressed fragmen lebih dari ketebalan
tengkorak (> 1 tabula) memerlukan operasi elevasi. Fraktura tengkorak
terbuka atau compound berakibat hubungan langsung antara laserasi scalp
dan permukaan serebral karena duranya robek, dan fraktura ini memerlukan
operasi perbaikan segera.6
Frekuensi fraktura tengkorak bervariasi, lebih banyak fraktura ditemukan bila
penelitian dilakukan pada populasi yang lebih banyak mempunyai cedera
berat. Fraktura kalvaria linear mempertinggi risiko hematoma intrakranial
sebesar 400 kali pada pasien yang sadar dan 20 kali pada pasien yang tidak
sadar. Fraktura kalvaria linear mempertinggi risiko hematoma intrakranial
sebesar 400 kali pada pasien yang sadar dan 20 kali pada pasien yang tidak
sadar. Untuk alasan ini, adanya fraktura tengkorak mengharuskan pasien
untuk dirawat dirumah sakit untuk pengamatan, tidak peduli bagaimana
baiknya tampak pasien tersebut.6
b. Lesi Intrakranial
Lesi intrakranial dapat diklasifikasikan sebagai fokal atau difusa, walau
kedua bentuk cedera ini sering terjadi bersamaan. Lesi fokal termasuk
hematoma epidural, hematoma subdural, dan kontusi (atau hematoma
intraserebral). Pasien pada kelompok cedera otak difusa, secara umum,
menunjukkan CT scan normal namun menunjukkan perubahan sensorium
atau bahkan koma dalam. Basis selular cedera otak difusa menjadi lebih jelas
pada tahun-tahun terakhir ini.6

Lesi Fokal
Hematoma Epidural
Epidural hematom (EDH) adalah perdarahan yang terbentuk di
ruang potensial antara tabula interna dan duramater. Paling sering terletak

12

diregio temporal atau temporalparietal dan sering akibat robeknya


pembuluh meningeal media. Perdarahan biasanya dianggap berasal
arterial, namun mungkin sekunder dari perdarahan vena pada sepertiga
kasus. 6

Gambar 2.2 patologi perdarahan intrakranial

Kadang-kadang, hematoma epidural mungkin akibat robeknya


sinus vena, terutama diregio parietal-oksipital atau fossa posterior. Walau
hematoma epidural relatif tidak terlalu sering (0.5% dari keseluruhan atau
9% dari pasien koma cedera kepala), harus selalu diingat saat menegakkan
diagnosis dan ditindak segera. Bila ditindak segera, prognosis biasanya
baik karena cedera otak disekitarnya biasanya masih terbatas. Outcome
langsung bergantung pada status pasien sebelum operasi. Mortalitas dari
hematoma epidural sekitar 0% pada pasien tidak koma, 9% pada pasien
obtundan, dan 20% pada pasien koma dalam.6
Hematoma Subdural
Hematoma subdural (SDH) adalah perdarahan yang terjadi di
antara duramater dan arakhnoid. SDH lebih sering terjadi dibandingkan
EDH, ditemukan sekitar 30% penderita dengan cedera kepala berat.
Terjadi paling sering akibat robeknya vena bridging antara korteks serebral

13

dan sinus draining. Namun ia juga dapat berkaitan dengan laserasi


Hematoma intraserebri adalah perdarahan yang terjadi dalam jaringan
(parenkim) otak. Perdarahan terjadi akibat adanya laserasi atau kontusio
jaringan otak yang menyebabkan pecahnya pula pembuluh darah yang ada
di dalam jaringan otak tersebut. 6
Lokasi yang paling sering adalah lobus frontalis dan temporalis.
Lesi perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan (coup) atau pada sisi
lainnya (countrecoup). Defisit neurologi yang didapatkan sangat bervariasi
dan tergantung pada lokasi dan luas perdarahan.permukaan atau substansi
otak. Fraktura tengkorak mungkin ada atau tidak. Selain itu, kerusakan
otak yang mendasari hematoma subdural akuta biasanya sangat lebih berat
dan prognosisnya lebih buruk dari hematoma epidural. Mortalitas
umumnya 60%, namun mungkin diperkecil oleh tindakan operasi yang
sangat segera dan pengelolaan medis agresif. 6
Kontusi dan hematoma intraserebral.
Kontusi serebral sejati terjadi cukup sering. Selanjutnya, kontusi
otak hampir selalu berkaitan dengan hematoma subdural. Majoritas
terbesar kontusi terjadi dilobus frontal dan temporal, walau dapat terjadi
pada setiap tempat termasuk serebelum dan batang otak. 6
Perbedaan antara kontusi dan hematoma intraserebral traumatika
tidak jelas batasannya. Bagaimanapun, terdapat zona peralihan, dan
kontusi dapat secara lambat laun menjadi hematoma intraserebral dalam
beberapa hari. 6
2.6 Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis pada pasien cedera kepala secara umum meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan
radiologis. Pada anamnesis informasi penting yang harus ditanyakan adalah
mekanisme trauma. Pada pemeriksaan fisik secara lengkap dapat dilakukan
bersamaan dengan secondary survey.7
Pemeriksaan meliputi tanda vital dan sistem organ.9 Penilaian GCS awal
saat penderita datang ke rumah sakit sangat penting untuk menilai derajat

14

kegawatan cedera kepala. Pemeriksaan neurologis, selain pemeriksaan GCS, perlu


dilakukan lebih dalam, mencakup pemeriksaan fungsi batang otak, saraf kranial,
fungsi motorik, fungsi sensorik, dan pemeriksaan refleks. 7
Pemeriksaan radiologis yang paling sering dan mudah dilakukan adalah
rontgen kepala yang dilakukan dalam dua posisi, yaitu anteroposterior dan lateral.
Idealnya penderita cedera kepala diperiksa dengan CT Scan, terutama bila
dijumpai adanya kehilangan kesadaran yang cukup bermakna, amnesia, atau sakit
kepala hebat. Namun pemeriksaan CT scan jangan sampai mengganggu primary
survey. Indikasi pemeriksaan CT Scan pada kasus cedera kepala adalah :

Bila secara klinis (penilaian GCS) didapatkan klasifikasi cedera kepala

sedang dan berat.


Cedera kepala ringan yang disertai fraktur tengkorak
Adanya kecurigaan dan tanda terjadinya fraktur basis kranii
Adanya defisit neurologi, seperti kejang dan penurunan gangguan kesadaran
Sakit kepala yang hebat
Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial atau herniasi jaringan

otak
Kesulitan dalam mengeliminasi kemungkinan perdarahan intraserebral. 7

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan cedera kepala sesuai dengan tingkat keparahannya, berupa
cedera kepala ringan, sedang, atau berat. Prinsip penanganan awal pada pasien
cedera kepala meliputi survei primer dan survei sekunder. Dalam penatalaksanaan
survei primer hal-hal yang diprioritaskan antara lain airway, breathing, circulation,
disability, dan exposure, yang kemudian dilanjutkan dengan resusitasi. Pada
penderita cedera kepala khususnya dengan cedera kepala berat survei primer
sangatlah penting untuk mencegah cedera otak sekunder dan mencegah
homeostasis otak.3

15

Gambar 2.3 penatalaksanaan CKR

Indikasi rawat inap pada CKR antara lain :

Amnesia posttraumatika jelas (lebih dari 1 jam)


Riwayat kehilangan kesadaran (lebih dari 15 menit)
Penurunan tingkat kesadaran
Nyeri kepala sedang hingga berat

16

Intoksikasi alkohol atau obat


Fraktura tengkorak
Kebocoran CSS, otorrhea atau rhinorrhea
Cedera penyerta yang jelas
Tidak punya orang serumah yang dapat dipertanggungjawabkan
CT scan abnormal3

Gambar 2.4 penatalaksanaan CKS

17

Gambar 2.5 Penatalaksanaan CKB

Diet dan Medikamentosa

Dexamethason/ kalmetason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis

sesuai dengan berat ringannya trauma.


Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi vasodilatasi.
Pemberian analgetik.
Pengobatan antiedema dengan larutan hipertonis yaitu; manitol 20%,

glukosa 40% atau gliserol.


Antibiotik yang mengandung barier darah otak (pinicilin) atau untuk infeksi

anaerob diberikan metronidazole.


Makanan atau cairan infus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam
pertama dari terjadinya kecelakaan) 2-3 hari kemudian diberikan makanan
lunak.6

2.8 Komplikasi
kemunduran pada kondisi klien diakibatkan dari perluasan hematoma intrakranial
edema serebral progresif dan herniasi otak, komplikasi dari cedera kepala adalah:
Edema pulmonal
Komplikasi yang serius adalah terjadinya edema paru, etiologi mungkin
berasal dari gangguan neurologis atau akibat sindrom distress pernafasan
dewasa. Edema paru terjadi akibat refleks cushing/perlindungan yang berusaha

18

mempertahankan tekanan perfusi dalam keadaan konstan. Saat tekanan


intrakranial meningkat tekanan darah sistematik meningkat untuk memcoba
mempertahankan aliran darah keotak, bila keadaan semakin kritis, denyut nadi
menurun bradikardi dan bahkan frekuensi respirasi berkurang, tekanan darah
semakin meningkat. Hipotensi akan memburuk keadan, harus dipertahankan
tekanan perfusi paling sedikit 70 mmHg, yang membutuhkan tekanan sistol
100-110 mmHg, pada penderita kepala.7
Peningkatan vasokonstriksi tubuh secara umum menyebabkan lebihbanyak
darah dialirkan ke paru, perubahan permiabilitas pembulu darah paru berperan
pada proses berpindahnya cairan ke alveolus. Kerusakan difusi oksigen akan
karbondioksida dari darah akan menimbulkan peningkatan TIK lebih lanjut.7
Peningkatan TIK
Tekanan intrakranial dinilai berbahaya jika peningkatan hingga 15 mmHg,
dan herniasi dapat terjadi pada tekanan diatas 25 mmHg. Tekanan darah yang
mengalir dalam otak disebut sebagai tekan perfusi rerebral. Yang merupakan
komplikasi serius dengan akibat herniasi dengan gagal pernafasan dan gagal
jantung serta kematian. 7
Kejang
Kejang terjadi kira-kira 10% dari klien cedera otak akut selama fase akut.
Persiapan terhadap kemungkinan kejang dengan menyediakan spatel lidah
yang diberi bantalan atau jalan nafas oral disamping tempat tidur klien, juga
peralatan penghisap. Selama kejang, fokuskan pada upaya mempertahankan
jalan nafas paten dan mencegah cedera lanjut. Salah satunya tindakan medis
untuk mengatasi kejang adalah pemberian obat, diazepam merupakan obat
yang paling banyak digunakan dan diberikan secara perlahan secara intavena.
Hati-hati terhadap efek pada system pernafasan, pantau selama pemberian
diazepam, frekuensi dan irama pernafasan. 7
Kebocoran cairan serebrospinalis
Adanya fraktur di daerah fossa anterior dekat sinus frontal atau dari fraktur
tengkorak basilar bagian petrosus dari tulangan temporal akan merobek
meninges, sehingga CSS akan keluar. Area drainase tidak boleh dibersihkan,

19

diirigasi atau dihisap, cukup diberi bantalan steril di bawah hidung atau telinga.
Instruksikan klien untuk tidak memanipulasi hidung atau telinga. 7
Infeksi
2.9 Prognosis
Anak anak biasanya memiliki daya pemulihan yang baik dibanding
dewasa dengan skor cedera kepala yang sama. Penderita yang berusia lanjut
biasanya mempunya kemungkinan yang lebih rendah untuk pemulihan cedera
kepala.

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Brain

Injury

Association

of

America.

Types

of

Brain

Injury.

http://www.biausa.org [diakses 20 januari 2015]


2. Japardi I. Penatalaksanaan Cedera Kepala Secara Operatif. 2005. Available
from http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi61.pdf
3. American College of Surgeon Committee on Trauma. Cedera Kepala. Dalam :
Advanced Trauma Life Support fo Doctors. Ikatan Ahli Bedah Indonesia.
Komisi trauma IKABI. Jakarta. 2004.
4. Sidartha, Priguna. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat.
Jakarta. 2009
5. David
AO.

Head

injury.

Available

http://emedicine.medscape.com/article/1163653-overview/

[accessed

from:
21

january 2015]
6. Nasution N S. Karakteristik Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu
Lintas Yang Rawat Inap di RSUD Padamg Sidempuan. 2008. Available from:
http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/16495/5/Chapter%20I.pdf
7. Satyanegara. Cedera Kepala dalam Ilmu Bedah Saraf. Edisi Ketiga. Gramedia
Pustaka

Utama.

Jakarta:

1998.

hal.

9,

147-76.

Available

from:

http://books.google.co.id/ books?isbn=9792264787/

21

Вам также может понравиться

  • Management of Stable Copd
    Management of Stable Copd
    Документ24 страницы
    Management of Stable Copd
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Makalah Referat HEMOROID
    Makalah Referat HEMOROID
    Документ16 страниц
    Makalah Referat HEMOROID
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Burns
    Burns
    Документ12 страниц
    Burns
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • KPD
    KPD
    Документ18 страниц
    KPD
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • TB MDR Dr. Erneti, SPP
    TB MDR Dr. Erneti, SPP
    Документ44 страницы
    TB MDR Dr. Erneti, SPP
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Makalah Referat FISTULA ANI
    Makalah Referat FISTULA ANI
    Документ23 страницы
    Makalah Referat FISTULA ANI
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Preeklampsia
    Preeklampsia
    Документ19 страниц
    Preeklampsia
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Manajemen Asma Akut Dr. Erneti
    Manajemen Asma Akut Dr. Erneti
    Документ19 страниц
    Manajemen Asma Akut Dr. Erneti
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Makalah Referat LUKA BAKAR
    Makalah Referat LUKA BAKAR
    Документ48 страниц
    Makalah Referat LUKA BAKAR
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Makalah Referat HERNIA
    Makalah Referat HERNIA
    Документ27 страниц
    Makalah Referat HERNIA
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Referat CA Mamma
     Referat CA Mamma
    Документ21 страница
    Referat CA Mamma
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Makalah Referat HEMOROID
    Makalah Referat HEMOROID
    Документ16 страниц
    Makalah Referat HEMOROID
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Makalah Referat BPH
    Makalah Referat BPH
    Документ28 страниц
    Makalah Referat BPH
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Makalh Referat Hipospadia
    Makalh Referat Hipospadia
    Документ28 страниц
    Makalh Referat Hipospadia
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Bab I TB Anak
    Bab I TB Anak
    Документ41 страница
    Bab I TB Anak
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Manajemen Asma Akut Dr. Erneti
    Manajemen Asma Akut Dr. Erneti
    Документ19 страниц
    Manajemen Asma Akut Dr. Erneti
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Referat (HERNIA) Deniati
    Referat (HERNIA) Deniati
    Документ31 страница
    Referat (HERNIA) Deniati
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Bab I TB Anak
    Bab I TB Anak
    Документ41 страница
    Bab I TB Anak
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Referat Fam Ulina
    Referat Fam Ulina
    Документ20 страниц
    Referat Fam Ulina
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Referat (BPH) Yanti
    Referat (BPH) Yanti
    Документ23 страницы
    Referat (BPH) Yanti
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ14 страниц
    Bab Ii
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Документ10 страниц
    Bab Iv
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Документ9 страниц
    Bab Iii
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ14 страниц
    Bab Ii
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Obgyn 4
    Laporan Kasus Obgyn 4
    Документ16 страниц
    Laporan Kasus Obgyn 4
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Manajemen Asma Akut Dr. Erneti
    Manajemen Asma Akut Dr. Erneti
    Документ19 страниц
    Manajemen Asma Akut Dr. Erneti
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Документ2 страницы
    Abs Trak
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Документ15 страниц
    Presentation 1
    AdelinPartII
    Оценок пока нет
  • Bronkopneumonia Pada Anak PDF
    Bronkopneumonia Pada Anak PDF
    Документ26 страниц
    Bronkopneumonia Pada Anak PDF
    Athirahwanti Afany
    Оценок пока нет
  • Patogenesis Fulton 2013 Medscape
    Patogenesis Fulton 2013 Medscape
    Документ1 страница
    Patogenesis Fulton 2013 Medscape
    AdelinPartII
    Оценок пока нет