Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
IDENTITAS
Nama Lengkap
: An. MA
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 3 tahun
Status
: Anak kandung
Anak ke-
: 2 dari 2 bersaudara
Alamat
Masuk RS Tanggal
: 26 November 2012
Diperiksa Tanggal
: 26 November 29 November
Ayah
Nama
: Tn. N
Umur
: 32 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Buruh
Nama
: Ny. N
Umur
: 30 Tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
Ibu
demam. Pemeriksaan lab hematologi rutin telah dilakukan di IGD, dan pada pasien menunjukkan
hasil yang normal. Di lingkungan tempat tinggal pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang
sama seperti pasien. Di rumah, pasien tinggal dengan 3 keluarga. Menurut penuturan neneknya,
di rumah pasien terdapat banyak nyamuk. Bibi pasien memiliki penyakit bronchitis dan sedang
mengikuti pengobatan 6 bulan.
Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak kedua (P2A0), saat hamil ibu pasien rajin melakukan kontrol
kehamilan ke bidan. Selama hamil ibu pasien hanya mengkonsumsi vitamin dari bidan. Selama
hamil, ibu pasien mengaku tidak ada keluhan apapun seperti mual atau muntah berlebih, tekanan
darah tinggi, perdarahan.
Riwayat Persalinan
Pasien dilahirkan pada usia kehamilan cukup bulan (usia kehamilan 39-40 mg) dengan
BB saat lahir panjang lahir lupa. Lahir secara spontan, dan ditolong oleh bidan. Ketika lahir, bayi
tidak langsung menangis, warna ketuban jernih dan tidak ada riwayat pecah ketuban sebelum
waktunya.
Asupan Makanan
ASI
Susu formula
Bubur susu
Nasi tim,bubur
Nasi
Riwayat Imunisasi
Ibu pasien mengaku riwayat imunisasi pasien lengkap (hep B, BCG, polio, DPT, dan
campak)
Riwayat Perkembangan
Kesan pasien mengalami keterlambatan dalam perkembangan, yaitu baru berjalan pada usia 2
tahun dan belum bisa berbicara.
Keadaan umum :
Keadaan umum
Kesadaran
Berat badan
Tinggi badan
Lingkar kepala
: 44 cm (below -3 mikrosefal)
Tanda Vital
-
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu
Kepala
Bentuk
Rambut
: hitam halus.
Mata
edema -/
Telinga
Hidung
: lokasi normal, simetris, deviasi septum (-), sekret (+), pernafasan cuping
hidung (-).
Mulut
Kelenjar Tiroid
: Sulit dinilai
Thoraks
Pulmo
Inspeksi
: bentuk normal, retraksi dada (-), dyspnea (-), irama nafas regular.
Palpasi
Perkusi
: sulit dinilai
Cardio
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sulit dinilai
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Genital
Ekstremitas :
Bentuk normal
Ptechiae (-)
Fraktur (-)
Akral hangat
Neurologis
Meningeal Sign :
10
Cranial Nerve
Nerve II, III, IV, VI (pupil dan pergerakan bola mata): Normal
Refleks Fisiologi
Biceps
: +/+ normal
Triceps
: +/+ normal
Patella
: +/+ normal
Achiles
: +/+ normal
Refleks Patologis
Babinski
: -/- normal
Chaddock
: -/- normal
Oppenheim
: -/- normal
RESUME
Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dengan status gizi kurang datang ke rumah sakit
dengan keluhan utama kejang yang terjadi sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Kejang
berlangsung selama 1 jam, sebelum kejang pasien sadar, dan sesudah kejang pasien mengalami
penurunan kesadaran, pasien nampak tertidur setelah kejang kemudian pasien sadar kembali.
11
Keluhan disertai dengan panas badan, flu dan batuk yang terjadi sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit.
Pasien sudah ditangani di IGD, saat pemeriksaan di ruang rawat inap pasien sudah sadar
dan tampak rewel. Pada pemeriksaan fisik ditemukan sekret pada kedua lubang hidung dan tidak
ditemukan adanya kelainan pada pemeriksaan fisik lainnya. Pada pemeriksaan lab hematologi
rutin menunjukan dalam batas normal.
Dari anamnesa kepada neneknya, pasien juga memiliki keterlambatan dalam
perkembangannya, terutama dalam hal berjalan dan berbicara. Pada usia 2 tahun pasien baru bisa
berjalan dan pada usia 3 tahun, pasien baru bisa mengucapkan 1 kata.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
USULAN PEMERIKSAAN
Lumbal pungsi
CT / MRI
EEG
12
Hb
: 12,5 gr/dL
Ht
: 35,8%
Leukosit
: 14200
Trombosit
: 292.000
Seftriakson IV 1x500 mg
Depaken oral 2 x cth
Infus RL
Valproic acid
PROGNOSIS
-
Tabel Follow up
13
26-11-12
Anamnesis Kejang (+)
demam (-)
flu (+)
batuk (-)
penurunan kesadaran, pasien
tertidur setelah kejang (+)
PF
Ku : CM, rewel
Kepala : mikrosefal
Hidung : sekret +/+
kelainan neurologis (-)
Lab
Hb : 12,5 gr/dL
Ht : 35,8%
Leukosit:14200
Trombosit:292.000
27-11-12
Kejang (-)
demam (-)
flu (+)
batuk (-)
penurunan
kesadaran (+)
Ku : CM, rewel
Kepala:mikrosefal
Hidung:sekret +/+
kelainan
neurologis (-)
-
28-11-12
Kejang (-)
demam (-)
flu (+)
batuk (-)
penurunan
kesadaran (+)
Ku : CM, aktif
Kepala:mikrosefal
Hidung:sekret +/+
kelainan
neurologis (-)
-
29-11-12
Kejang (-)
demam (-)
flu (+)
batuk (-)
penurunan
kesadaran (+)
Ku : CM, aktif
Kepala:mikrosefal
Hidung:sekret +/+
kelainan
neurologis (-)
-
PEMBAHASAN
Pada kasus ini saya mendiagnosis pasien mengalami kejang demam kompleks karena
berdasarkan :
1. Anamnesis
Pasien mengalami kejang dengan kejang bersifat kejang umum, pasien berusia 3 tahun,
masih termasuk ke dalam kriteria usia kejang demam. Pasien mengalami kejang yang didahului
oleh demam sebelumnya. Kejang terjadi lebih dari 15 menit, yaitu selama 1 jam. Setelah kejang
pasien tertidur kemudian beberapa saat kemudian pasien sadar kembali. Pasien mengalami ISPA
sebelum kejang terjadi, yang kemungkinan menjadi penyebab kejang demam muncul pada
pasien. Kejang tidak berulang dan di keluarga tidak memiliki riwayat kejang demam atau
epilepsi
2. Pemeriksaan
Kesadaran : komposmentis (setelah sebelumnya tertidur setelah kejang)
Kepala : ubun-ubun datar
14
3. Lab
Tidak ada keabnormalan pada pemeriksaan hematologi rutin
TINJAUAN PUSTAKA
15
KEJANG DEMAM
Definisi
Kejang Demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh >38C,
yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial.
Epidemiologi
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 6
bulan sampai 5 tahun. Laki-laki lebih sering dibanding dengan perempuan (1,4:1). Terdapat 24% anak pernah mengalami kejang demam sebelum usia 5 tahun, khususnya di negara-negara
Asia angka kejadiannya lebih tinggi (7% di Jepang).
Bila usia anak < 6 bulan atau > 5 tahun mengalami kejang didahului oleh demam,
perkirakan kemungkinan keadaan yang lain, misal infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan
terjadi bersama demam.
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali
tidak termasuk kedalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi usia < 1 bulan tidak
termasuk kedalam kejang demam.
Kejang demam terjadi pada 2-4% dari populasi anak 6 bulan-5 tahun.
80% merupakan kejang demam sederhana, sedangkan 20% kasus adalah kejang demam
kompleks.
8% berlangsung lama (>15 menit).
16% berulang dalam waktu 24 jam.
Kejang pertama terbanyak antara usia 17-23 bulan.
Anak laki-laki lebih sering mengalami kejang demam.
16
Bila kejang demam sederhana yang pertama kali terjadi pada umur <12 bulan, maka
risiko kejang demam kedua 50%, dan bila kejang demam sederhana pertama terjadi
Etiologi
Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam:
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).
Otitis media akut.
Gastroenteritis akut.
Infeksi saluran kemih.
Tonsillitis, faringitis.
Bronchitis.
Pneumonia.
Klasifikasi
Berdasarkan manifestasi klinis kejang demam dibagi 2:
1. Kejang demam sederhana
Bentuk kejang umum (tonik/klonik).
Durasi singkat <15 menit (periode singkat).
Tidak berulang dalam 24 jam/episode penyakit.
17
Untuk mempertahankan hidupnya, sel otak membutuhkan energi yaitu senyawa glukosa yang
didapat dari proses metabolisme. Sel-sel otak dikelilingi oleh membran yang dalam keadaan
normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit
dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lain kecuali Clorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi
ion K di dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion Na rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di
luar sel neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel tersebut
maka terjadi beda potensial yang disebut Potensial Membran Sel Neuron.
18
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran sel diperlukan energi dan enzim Na-KATP ase yang terdapat di permukaan sel. Keseimbangan potensial membran sel dipengaruhi oleh:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak baik rangsangan mekanis, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran karena penyakit atau faktor keturunan.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 1015% dan peningkatan kebutuhan oksigen sampai 20%.
Jadi pada kenaikan suhu tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion Kalium dan Natrium melalui membran sel,
dengan akibat lepasnya muatan listrik yang demikian besar sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke membran sel sekitar dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah kenaikan suhu sampai 38 C sudah terjadi
kejang, namun pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu
diatas 40 C. Terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang
rendah.
19
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya
disertai dengan apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet
yang mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis laktat.
Hipotensi arterial disertai dengan aritmia jantung dan kenaikan suhu tubuh disebabkan
meningkatnya aktivitas berakibat meningkatnya metabolisme otak. Rangkaian kejadian di atas
adalah faktor penyebab terjadinya kerusakan neuron otak pada kejang yang lama.
Faktor yang terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia
sehingga berakibat meningkatnya permeabilitas vaskular dan edema otak serta kerusakan sel
neuron. Kerusakan anatomi dan fisiologi yang bersifat menetap bisa terjadi di daerah medial
lobus temporalis setelah ada serangan kejang yang berlangsung lama. Hal ini diduga kuat sebagai
faktor yang bertanggung jawab terhadap terjadinya epilepsy.
Faktor Risiko
Faktor risiko utama kejang demam adalah usia, demam, dan genetik. Kejang demam
jarang terjadi pada usia diatas 5-7 tahun, tetapi kejang demam pada usia <6 bulan sering dapat
dibuktikan bukan kejang demam, melainkan meningitis.
Sebagian besar kejang demam muncul pada 24 jam pertama panas, biasanya terjadi saat
akselerasi panas badan meningkat. 75% anak mengalami kejang demam saat suhu tubuh
mencapai 390C, dan 25% saat suhu tubuh 400C. Anak yang mengalami kejang demam pada suhu
relative rendah mempunyai risiko mengalami kejang demam multiple dan harus mendapatkan
pengawasan.
20
Frekuensi kejang demam meningkat pada keluarga dengan riwayat kejang demam, anak
yang mempunyai saudara kandung kejang demam mempunyai risiko kejang demam 2-3 kali
lebih besar. Telah ditemukan beberapa lokus pada kromosom 8q, 2q22-23, 9p sebagai penyebab
kejang demam.
Pemeriksaan neurologis:
o Tidak didapatkan kelainan.
Pemeriksaan laboratorium:
o Pemeriksaan lab darah rutin, elektrolit, gula darah dilakukan atas indikasi untuk mencari
penyebab lain seperti ISPA, otitis media, diare, gangguan elektrolit.
Pemeriksaan radiologi:
o Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti CT-scan atau MRI jarang sekali dikerjakan,
tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:
21
Papiledema.
Bayi > 18 bulan: tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda meningitis.
Diagnostik Banding
22
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan pada saat kejang dan pencegahan kejang.
1. Penanganan Pada Saat Kejang
Tempatkan pasien di tempat tidur, longgarkan pakaian, serta dimiringkan untuk
mencegah aspirasi.
Bebaskan jalan nafas.
Berikan O2.
Menghentikan kejang: Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV (perlahanlahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit) atau 0,5-0,75 mg/KgBB/dosis rektal
suppositoria atau diazepam rektal 5 mg untuk anak < 10 kg dan 10 mg untuk anak >
10 kg, atau diazepam rektal dosis 5 mg untuk usia < 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk
anak > 3 tahun.
Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulangilagi dengan cara
dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
23
Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang, dianjurkan ke RS untuk diberikan
diazepam IV.
Bila kejang masih belum berhenti diberikan fenitoin IV dengan dosis awal 10-20
mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila
kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, yaitu 12 jam setelah dosis
awal.
Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat
intensif.
Setelah kejang berhenti, tentukan apakah anak termasuk dalam kejang demam yang
memerlukan pengobatan rumat atau pengobatan intermitten.
24
2. Pencegahan Kejang
Terdapat dua cara pengobatan untuk pencegahan kejang yaitu dengan pengobatan
rumatan dan pengobatan intermitten.
Pengobatan Rumatan
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri-ciri
sebagai berikut (salah satu):
Kejang lama > 15 menit.
Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
Kejang fokal.
Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.
Kejang demam > 4 kali per tahun.
Lamanya pengobatan rumat adalah 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 tahun.
Obat yang diberikan adalah fenobarbital atau asam valproat setiap hari.
Fenobarbital diberikan dengan dosis 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis, sedangkan asam
valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis.
Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan
kesulitan belajar. Sedangkan asam valproat pada usia < 2 tahun dapat menyebabkan
gangguan fungsi hati.
Pengobatan Intermitten
Pengobatan intermitten adalah pengobatan yang diberikan pada saat anak
mengalami demam untuk mencegah terjadinya kejang demam, dengan diberikan
antipiretik dan antikonvulsan.
Antipiretik: parasetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kg/kali diberikan 4 kali
sehari dan tidak boleh lebih dari 5 kali, atau ibuprofen 5-10 mg/kg/kali diberikan
25
Komplikasi
Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi:
Kejang demam berulang.
Epilepsi.
Kelainan motorik.
Gangguan mental dan belajar.
26
Pemberian obat untuk pencegahan rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya
efek samping obat.
Prognosis
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya
kejang demam adalah:
Bila ada 3 faktor, kemungkinan kejang demam berulang kembali adalah 80%. Namun,
bila sama sekali tidak terdapat faktor tersebut, risiko kejang demam kembali adalah 10-15%.
27
Kelainan neurologis atau kecacatan dan kematian tidak pernah dilaporkan untuk kejang
demam.
Sebelum demam dan kejang terjadi, pasien mengalami flu dan batu yang merupakan
gejala ISPA.
ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu
ibu. Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat
keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya
edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain
malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran
pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru. Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi
pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and
Wong; 1991; 1420).
Patofisiologi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) disebabkan oleh virus atau kuman golongan A
streptococus, stapilococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma, dan
pneumokokus yang menyerang dan menginflamasi saluran pernafasan (hidung, pharing, laring)
dan memiliki manifestasi klinis seperti demam, meningismus, anorexia, vomiting, diare,
abdominal pain, sumbatan pada jalan nafas, batuk, dan suara nafas wheezing, stridor, crackles,
dan tidak terdapatnya suara pernafasan.
1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah
mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama
terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi
selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada
punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah
minum dan bhkan tidak mau minum.
4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut
mengalami sakit.
5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat
infeksi virus.
6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis
mesenteric.
7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini
merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).
Pemeriksaan Diagnostik
30
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
- pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+)
sesuai dengan jenis kuman,
- pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan
adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia, dan
- pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan
Diagnosa Banding
Penyakit infeksi saluran pernafasan ini mempunyai beberapa diagnosis banding yaitu difteri,
mononukleosis infeksiosa dan agranulositosis yang semua penyakit diatas memiliki manifestasi
31
klinis nyeri tenggorokan dan terbentuknya membrana. Mereka masing-masing dibedakan melalui
biakan kultur melalui swab, hitungan darah dan test Paul-bunnell. Pada infeksi yang disebabkan
oleh streptokokus manifestasi lain yang muncul adalah nyeri abdomen akut yang sering disertai
dengan muntah.
PALSI SEREBRAL
DEFINISI
32
Palsi serebral adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yg menetap dan tidak
progresif, meskipun gambaran klinisnya dapat berubah selama hidup, terjadi pada usia dini dan
merintangi perkembangan otak normal.
KELAINAN PENYERTA
Mental retardasi (52%)
Gangguan pendengaran (12%)
Gangguan bicara dan bahasa (38%)
Epilepsi (34-94%)
33
KLASIFIKASI
1. Palsi Serebral Minimal
Motorik: perkembangan motorik normal, hanya terganggu secara kualitatif
Penyakit penyerta: gangguan komunikasi, ggn belajar spesifik
2. Palsi serebral ringan
Motorik: berjalan pada umur 24 bulan
Penyakit penyerta: tremor, ggn koordinasi
3. Palsi serebral sedang
Motorik: berjalan usia 3 tahun, kadang-kadang memerlukan bracing.
34
GAMBARAN KLINIS
Tonus (kekakuan) otot yang berubah
Sikap yg abnormal
Gerakan involunter
Gangguan koordinasi
Gangguan pendengaran (5-10%)
Gangguan bicara (krn ggn pendengaran atau karena mental retardasi)
Gangguan mata
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan mata
35
Pemeriksaan pendengaran
Pemeriksaan EEG (bila ada kejang)
Pencitraan kepala
Pemeriksaan psikologis : untuk tingkat pendidikan yg dibutuhkan
Pemeriksan metabolik
PENGOBATAN
Pengobatan kausal: TIDAK ADA
Perlu penanganan/kerjasama multidisiplin antara dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata,
dokter tht, ahli ortopedi, psikolog, fisioterapi, okupasi terapi, terapi wicara, pekerja sosial, guru,
orangtua
ANALISIS
Pada pasien anak laki-laki berumur 3 tahun dengan berat badan 11 kg, dari hasil
anamnesa didapatkan keluhan kejang sebanyak 1 kali pada 1 jam sebeum masuk rumah sakit,
kejang didahului oleh demam. Kejang merupakan pertama kali dan berdurasi 1 jam. Kejang pada
pasien bersifat tonik, mata mendelik ke atas. Sebelum kejang pasien sadar, saat kejang pasien
tidak sadar dan setelah kejang pasien mengalami penuruna kesadaran. Diagnosis kejang demam
kompleks ditegakkan pada pasien ini atas dasar lama kejang yang berdurasi selama lebih dari 15
menit dan sebelumnya pasien mengalami demam yang terjadi sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam tidak terlalu tinggi, tidak mendadak. Nenek pasien menyatakan pasien mengalami
36
flu dan batuk. Kemungkinan pasien telah terjangkit infeksi saluran nafas dan ini telah memicu
terjadinya demam.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran komposmentis setelah sebelumnya sempat
tidak sadar setelah (tertidur) setelah kejang. Kepala pasien ubun-ubun datar, tetapi bentuk kepala
mikrosefal, dan pada pemeriksaan hidung nampak terlihat adanya sekret. Pemeriksaan reflex
meningeal menunjukkan hasil yang negatif. Ubun-ubun yang datar dan hasil pemeriksaan reflex
meningeal yang negatif, menunjukkan bahwa tidak terdapat infeksi pada otak dan meningen.
Dari pemeriksaan laboratorium pada 26 November 2012, didapatkan bahwa hasil
pemeriksaan hematologi rutin pasien ini dalam batas normal.
Pada kasus ini, diagnosis banding kejang demam kompleks adalah ensefalitis dan
meningitis.
Adapun perbedaan kedua penyakit tersebut dengan kejang demam adalah :
1. Ensefalitis
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme. Penyebab yang tersering dan terpenting ialah virus. Berbagai jenis virus dapat
menimbulkan ensefalitis dengan gejala yang sama.
Langkah diagnostik :
Anamnesis =
Ensefalitis mempunyai berbagai penyebab, namun gejala klinis ensefalitis lebih kurang
sama dan khas, sehingga gejala klinis tersebut dapat digunakan sebagai penegak
diagnosis.
37
Pada pasien terdapat kejang tetapi suhu badan tidak mendadak naik tinggi dan tidak disertai
sakit kepala
Pemeriksaan fisis =
2. Meningitis
38
Meningitis adalah suatu infeksi yang mengenai arakhnoid, piameter, dan cairan
serebrospinal di dalam sistem ventrikel yang dapat terjadi secara akut ataupun kronis. Penyakit
ini menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang signifikan di seluruh dunia.
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
serebrospinal yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa adalah radang
selaput otak arachnoid dan piamater yang disertai cairan serebrospinalis yang jernih. Penyebab
terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa, dan disebut juga sebagai meningitis
tuberkulosis. Penyebab lain seperti lues, virus, Toxoplasma gondii, Ricketsia, maupun jamur.
Meningitis purulenta adalah radang bernanah arachnoid dan piamater yang meliputi otak dan
medula spinalis. Penyebabnya antara lain: Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenza, Streptococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus, E. coli, Klebsiella
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.
Langkah diagnostik :
Anamnesis =
Seringkali didahului infeksi pada saluran nafas atas atau saluran cerna, seperti demam, batuk,
pilek, diare, dan muntah. Demam, nyeri kepala, dan meningismus dengan atau tanpa penurunan
kesadaran merupakan hal yang sangat sugestif meningitis, tetapi tidak ada satu gejalapun yang
khas. Banyak gejala meningitis yang berkaitan dengan usia, misalnya anak kurang dari 3 tahun
jarang mengeluh nyeri kepala.
Pada pasien didahului oleh ISPA, tetapi pasien tidak pernah mengeluh sakit kepala dan tidak
terdapat meningeal sign
Pemeriksaan fisis =
39
Gangguan kesadaran dapat berupa penurunan kesadaran atau iritabilitas. Dapat juga ditemukan
ubun-ubun yang menonjo, kaku kuduk atau tanda rangsang meningeal lain, kejang, dan deficit
neurologic fokal. Tanda rangsang meningeal mungkin tidak ditemukan pada anak berusia kurang
dari 1 tahun.
Pada pasien disertai penurunan kesadaran tetapi hanya beberapa saat setelah kejang, pada
pasien tidak ditemukan adanya deficit neurologis.
Pemeriksaan penunjang =
Darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit darah, biakan darah
Lumbal pungsi (LP) : jumlah sel 100-10.000/mm 3 dengan hitung jenis predominan sel
polimorfonuklear, protein 200-500 mg.dl, glukosa <40 mg/dl, pewarnaan gram, biakan
Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang berupa LP, CT-scan, dan EEG., tetapi
hasil dari pemeriksaan hematologi rutin pasien tidak mengalami kelainan.
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik maupun penunjang, pada pasien ini tidak mengalami
kecocokan dengan diagnosa meningitis. Seperti keterang yang telah tercantum diatas, diagnosis
banding meningitis dapat disingkirkan.
USULAN PENATALAKSANAAN
Terapi umum
-
Tirah baring
Kebutuhan diet : (100x10) + (50x1) = 1050 kkal/hari dengan kebutuhan protein (2
gramx11 kg = 22 gram)
40
Terapi khusus
-
hari
Infus ringer laktat (asnet)
Fisioterapi terapi wicara
Edukasi orangtua
-
Persiapannya :
o Sedia obat anti kejang dan obat penurun panas dirumah.
o Beritahu cara pemberiannya.
PROGNOSIS
-
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson Textbook of Pediatric, 17 th edition.
2003. Pennsylvania: Saunders.
2. Nia Kania, dr., SpA, MKes. Kejang Pada Anak. Disampaikan dalam acara Siang Klinik
Penanganan Kejang Pada Anak di AMC Hospital, 12 Februari 2007.
3. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Konsensus Penanganan
Kejang Demam. 2005. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
4. Pusponegoro D. Hardiono, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. 2004. Edisi 1.
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
5. Garna Herry, Melinda Heda, Rahayuningsih Endah Sri. Pedoman Diagnosis dan Terapi.
Edisi ke-3. Bandung : RS. Hasan Sadikin Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung.
42