Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
INSTALASI GIZI
HERMINA BEKASI
TAHUN 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Resiko kurang gizi akan mucul secara klinik pada orang sakit, terutama pada penderita
anoreksia, kondisi mulut / gigi geligi buruk serta kesulitan menelan, penyakit saluran cerna
disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, tidak sadar pada waktu lama, kegagalan
fungsi saluran pencernaan dan pasien mendapat kemoterapi. Hasil penelitian menunjukkan
20% - 60% pasien menderita kurang gizi pada saat dirawat di rumah sakit.
Selain dari itu , di RS Hermina Bekasi Pelayanan Gizi Rumah Sakit bukan saja diberikan
kepada pasien tetapi juga bagi para karyawan dan dokter yang diharapkan dapat
memberikan pelayanan secara optimal (service excelent) kepada pasien ketika mereka
melakukan tugasnya.
Sejalan dengan visi dan misi RS Hermina Bekasi Pelayanan Gizi Rumah Sakit yang
diberikan harus dikelola secara profesional agar mutunya tetap terjamin sehingga dapat
membantu mempercepat proses penyembuhan dan dapat pula memenuhi kebutuhan gizi
karyawan. Dampaknya adalah hari perawatan pasien menjadi lebih pendek dan biaya
perawatannya berkurang, sedangkan bagi karyawan akan berdampak terhadap
meningkatnya produktifitas karja.
Agar pelayanan gizi rumah sakit dapat dilaksanakan secara optimal dan berdasarkan
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT), diperlukan suatu Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Gizi Rumah Sakit bagi setiap RS Hermina Bekasi yang dapat dipakai sebagai
acuan bagi para petugas dan manajemen rumah sakit agar kebutuhan gizi pasien, karyawan
maupun dokter dapat dipenuhi.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan pokok pelayanan gizi rumah sakit di RS Hermina Bekasi terdiri
dari Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap, Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan dan
Penyelenggaraan Makanan. Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien
dibentuk Tim Terapi Gizi yang bertugas menyelenggarakan pelayanan gizi di Rawat Inap,
Rawat Jalan termasuk di klinik gizi rawat jalan.
C. Batasan Operasional
Yang dimaksud dengan :
1) Pelayanan Gizi, suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan,
anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai
status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
2) Tim Asuhan Gizi/ Tim Terapi Gizi, adalah sekelompok tenaga profesi di rumah sakit
yang terkait dengan pelayanan gizi paasien berisiko tinggi malnutrisi, terdiri dari
dokter/dokter spesialis, ahli gizi/dietisien, perawat, dan farmasi dari setiap unit
pelayanan, bertugas bersama memberikan pelayanan paripurna yang bermutu.
3) Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah Pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas
yang terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya
untuk memenuhi kebutuhan gizi.
4) Nutrisionis, adalah seseorang yang diberi tugas tanggung jawab dan wewenang secara
untuk melaksanakan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi dan dietetik,
pendidikan dasar akademi gizi
5) Konseling gizi, adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang
dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan perbaikan sikap dan prilaku
sehingga membantu pasien / klien dalam mengatasi masalah gizi, dilakukan oleh
seorang nutrisionis / dietisien
6) Penyuluhan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan
kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya
peningkatan status gizi dan kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau
golongan masyarakat massal, dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku
kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
7) Mutu Pelayanan Gizi, adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan pelayanan gizi
sesuai standar yang memuaskan baik kualitas petugas maupun sarana serta prasarana
untuk kepentingan klien
8) Sanitasi Pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan tumbuh dan
berkembangnya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan, minuman,
peralatan dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia.
BAB II
PELAYANAN GIZI RS HERMINA BEKASI
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien
berdasarkan keadaan klinik, status gizi dan status metabolisme tubuhnya.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya
proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Seiring kondisi
pasien semakin buruk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya.
Terapi gizi yang menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan tentunya harus
diperhatikan agar pemberian tidak melebihi organ tubuh untuk melaksanakan fungsi
metabolisme. Pemberian diet pasien harus selalu dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan
perubahan klinik pasien, hasil pemeriksaan laboratorium, dan sebagainya.
Upaya pelayanan gizi di RS Hermina Bekasi yang diberikan bagi pasien, karyawan, maupun
dokter merupakan tugas dan tanggung jawab Pelayanan Pelayanan Gizi dan Tata Boga.
A. Visi
Pelayanan Gizi RS Hermina Bekasi merupakan unit pelayanan profesional yang
berorientasi kepada kebutuhan gizi pelanggan (pasien, dokter, karyawan) untuk menjaga
terciptanya pelayanan kesehatan yang efektif, aman dan ekonomis
B. Misi
1. Menyelenggarakan produksi dan distribusi makanan yang dapat menunjang aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam mewujudkan program keselamatan
pasien, dokter dan karyawan RS Hermina Bekasi.
2. Menyelenggarakan pelayanan gizi di rawat inap yang berorientasi pada kebutuhan gizi
pasien guna mempercepat proses penyembuhan.
3. Melakukan penyuluhan dan konsultasi gizi untuk pasien di Instalasi Rawat Jalan dan
Rawat Inap
4. Melakukan kegiatan gizi terapan untuk meningkatan mutu pelayanan gizi
5. Memberikan pendidikan dan pelatihan bagi petugas agar dapat memberikan pelayanan
yang profesional
C. Tujuan
1.
2.
3.
Terselenggaranya penyuluhan dan konsultasi gizi kepada pasien rawat jalan dan
rawat inap tentang manfaat diet
4.
5.
meletakkan gudang di kaki tangga / elevator, ruang peralatan atau ruang-ruang yang
kurang sesuai untuk bahan makanan.
5) Bahan makanan hendaknya tidak diletakkan dibawah saluran / pipa air (air bersih
maupun air limbah) untuk mencegah kebocoran dari saluran tersebut. Hendaknya tidak
ada drainase disekitar gudang makanan untuk menghindari saluran balik / meluapnya
saluran pada saat macet.
6) Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak yang baik dengan ketinggian
rak terbawah dari lantai 20 25 cm. Hal ini untuk menghindari kontaminasi karena
genangan air, memudahkan pembersihan dan mencegah infestasi serangga.
7) Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 22 0 C untuk
mengurangi pertumbuhan serangga, bakteri atau kerusakan kaleng. Suhu didalam
ruang pendingin antara 100 C sampai 50 C.
8) Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga. Jendela dan pintu perlu dipasang kaca,
pelindung tikus dan tempat masuk pipa harus ditutup semen.
9) Fasilitas sesuai dengan persyaratan gedung dan peraturan yang berlaku ditekankan
pada :
a. Lantai, dinding dan langit-langit yang mudah dibersihkan
b. Penerangan yang memenuhi persyaratan kondisi kerja
c. Ventilasi yang cukup, suhu dan kelembaban
d. Memenuhi persyaratan anti kebakaran
10) Ada ruang penerimaan dengan fasilitas pemeriksaan mutu dan jumlah bahan makanan
yang langsung dipindahkan ke tempat penyimpanan.
11) Penyimpanan di lemari pendingin, hendaknya memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
a. Rak-rak dalam refrigerator harus diatur sedemikian rupa sehingga bahan makanan
tidak saling berdesakan.
b. Refrigerator harus berukuran memadai sehingga dapat digunakan secara baik dan
mudah dijangkau.
c. Dalam refrigerator hendaknya disediakan ruang yang memadai untuk meniris
potongan-potongan dari freezer.
d. Makanan yang disimpan dalam refrigerator hendaknya diletakkan dalam wadah
dengan dasar tidak lebih dari 5 7,5 cm, sehingga makanan bisa cepat dingin dan
mengurangi pertumbuhan kuman.
e. Pada saat penyajian, suhu makanan dijaga di atas 650 C untuk makanan hangat dan
40 C untuk makanan dingin.
6
Rawat Inap
Skrining Gizi/
rujukan Gizi
Berisiko
Assesmen
Gizi
Tidak berisiko
Penentuan
Diagnosis
Gizi
Intervensi Gizi:
Konseling Gizi
Assesmen &
Diagnosis Gizi
Skrining
Ulang
Periodik
Skrining
Gizi
Berisiko
Monev
Kontrol Ulang
Rawat Jalan
Intervensi Gizi:
Pemberian Edukasi &
Diet
Konseling
Gizi
Monitor &
Evaluasi
Gizi
Permintaan, Pembatalan,
Perubahan Diet
Pelayanan
makanan
Pasien
Pengkajian
Makanan di Ruang
Rawat Inap
Perencanaan
Menu
Distribusi
Makanan
Pengadaan
Bahan
Makanan
Penerimaan &
Penyimpanan
Bahan Makanan
Persiapan &
Pengolahan
Makanan
Sumber : Modifikasi dari Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Tahun 2013
Penjelasan :
Gambar 1 tentang Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Klien / pasien rumah sakit dibedakan dalam 2 (dua) kategori, yaitu :
1. Pasien Rawat Inap
1. Pada pasien baru berdasarkan skrining gizi oleh perawat, DPJP akan menentukan
preskripsi diet, dan apakah pasien membutuhkan asesmen gizi atau tidak dengan
sistem skoring.
2. Jika pasien tidak berisiko akan dilakukan intervensi dan dilakukan skrining ulang
setiap 7 hari oleh perawat.
3. Jika pasien berisiko perawat akan membuat rujukan kepada petugas gizi rumah
sakit untuk melakukan asesmen gizi, penentuan diagnosis gizi, intervensi serta
monitor evaluasi.
4. Pasien dianjurkan untuk makan makanan yang disediakan oleh rumah sakit, jika
ada makanan yang dibawa dari luar rumah sakit maka harus diketahui oleh petugas
kesehatan.
5. Jika ada perubahan diet maka perawat akan mencatat pada form catatan terintegrasi
pasien rawat inap.
Pada tahap intervensi / implementasi :
a. Bila tidak memerlukan terapi diet :
1) Pasien dipesankan makanan biasa ke bagian gizi kecuali ada alergi makanan maka
menu akan disesuaikan dengan kebutuhannya.
2) Bagi pasien kelas I, VIP, Super VIP, dan Suite Room akan mendapat menu pilihan
3) Mulai dari permintaan, perencanaan menu, pengadaan bahan makanan, kemudian
penerimaan & penyimpanan, persiapan dan pengolahan makanan hingga
didistribusikan ke ruang perawatan dan di ruang perawatan makanan disajikan
kepada pasien.
4) Pada saat memberikan pelayanan kepada pasien, petugas akan melakukan
identifikasi dengan menanyakan nama dan usia pasien dan dicocokkan dengan
barcode yang ada pada nampan makanan.
5) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan lainlain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan
makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan bahwa ia
memerlukan penyesuaian diet atau tidak.
6) Bila tidak, tetap memperoleh makanan biasa sampai diperbolehkan pulang.
8
BAB III
PELAYANAN GIZI RAWAT INAP
Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses pengkajian gizi,
diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makanan,
penyuluhan/edukasi, dan konseling gizi, serta monitoring dan evaluasi gizi.
A. Tujuan
Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh asupan makanan
yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat proses penyembuhan,
mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
B. Sasaran
Pasien
Keluarga
Mekanisme Kegiatan
Mekanisme pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut:
Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/ penapisan gizi oleh
perawat ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter.
Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien/klien yang berisiko, tidak
berisiko malnutrisi atau kondisi khusus.
Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien dengan kelainan metabolik; hemodialis;
geriatrik; kanker dengan kemoterapi/radiasi; luka bakar; pasien dengan imunitas
menurun; sakit kritis; dan sebagainya.
Skrining dilakukan pada pasien baru 1 x24 jam setelah pasien masuk RS.
Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka dilakukan
pengkajian/assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah proses asuhan gizi
terstandar oleh Dietisien. Pasien dengan status gizi baik atau tidak berisiko malnutrisi,
dianjurkan skrining ulang setelah 1 minggu. Jika hasil skrining ulang bersiko
malnutrisi maka dilakukan proses gizi terstandar.
10
Proses Asuhan Gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang bersiko kurang gizi, sudah
mengalami kurang gizi dan atau kondisi khusus dengan penyakit tertentu, proses ini
merupakan serangkaian kegiatan yang berulang (siklus) sebagai berikut:
Gambar.2
Proses Asuhan Gizi di Rumah Sakit
Pasien Masuk
Tidak
Berisiko
Skrining
Gizi
Tujuan
Tercapai
Diet Normal
(Standar)
Pasien
Pulang
STOP
Tujuan
Tercapai
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
Pengkajian
Gizi
Diagnosa
Gizi
Intervensi
Gizi
Monitoring
dan Evaluasi
Gizi
Langkah PAGT:
a.
Assesmen/ Pengkajian Gizi
Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu 1) Anamnesis riwayat gizi;
2) Data Biokimia, tes medis dan prosedur (termasuk data laboratorium); 3) Pengukuran
antropometri; 4) Pemeriksaan fisik klinis; 5) Riwayat personal.
11
1. Anamnesa/Pengkajian Gizi
Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan termasuk komposisi, pola
makan, diet saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu diperlukan data kepedulian pasien
terhadap gizi dan kesehatan, aktivitas fisik dan olahraga dan ketersediaan makanan di
lingkungan klien.
Gambaran asupan makanan dapat melalui anamnesis kualitatif dan kuantitatif.
Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran kebiasaan
makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan. Anamnesis
secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari melalui
recall makanan 24 jam dengan alat bantu food model. Kemudian dilakukan analisis zat gizi
yang merujuk kepada daftar makanan penukar, atau daftar komposisi zat gizi makanan.
2. Biokimia
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium pemeriksaan yang berkaitan dengan
status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya
masalah gizi. Pengambilan kesimpulan dari data laboratorium terkait masalah gizi harus
selaras dengan data assesmen gizi lainnya seperti riwayat gizi yang lengkap, termasuk
penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik dan sebagainya. Disamping itu proses penyakit,
tindakan, pengobatan, prosedur dan status hidrasi (cairan) dapat mempengaruhi perubahan
kimiawi darah dan urin, sehingga hal ini perlu menjadi pertimbangan.
3. Antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu. Antropometri dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain pengukuran tinggi badan (TB); berat badan (BB). Pada
kondisi tinggi lutut (TL), rentang lengan atau separuh rentang lengan. Pengukuran lain seperti
Lingkar Lengan Atas (LILA). Lingkar pergelangan tangan, lingkar pinggang dan pinggul
dapat dilakukan sesuai kebutuhan.
A. PENGUKURAN BERAT BADAN
1. Pengukuran Berat Badan Pada Orang Normal
a. Timbangan Injak Otomatis/Tidak Otomatis untuk Remaja dan Dewasa
b. Timbangan otomatis untuk bayi
Rumus-rumus BBI (Berat Badan Ideal)
0 11 bulan = n + 9 atau (n:2) + 3 s/d 4
Ket. n = usia dalam bulan
1 6 tahun = 2n + 8
7 12 tahun = 7 n - 5
12
2
Ket. n = usia dalam tahun
>12 tahun = (TB-100) 10% (TB-100) atau = 0,9 x (TB-100)
Catatan : Apabila TB pasien wanita <150 cm, dan TB pasien pria <160 cm, maka:
BBI = TB 100
BB normal = 10%
2. Pengukuran Berat Badan Pada Kondisi Khusus
a. Pengukuran Berat Badan dalam Kondisi Tirah Baring atau dengan Oedema
Perkiraan Berat Badan
Pada semua kedaan seperti yang disebutkan diatas, rumus dalam tabel berikut dapat
digunakan untuk memperkirakan berat badan ideal berdasarkan panjang badan pasien.
Tabel1. Memperkirakan BB berdasarkan PB The Hamwi Methode
Bangun Tubuh
Laki-laki
Wanita
Kecil
Kurangi 10 %
Kurangi 10%
Besar
Tambahkan 10%
Tambahkan 10%
Sedang
Sumber : Grant, J:Hanbook of Total Parenteral Nutrition, Philadelphia, W.B. Saunders Co. 1980.
13
Laki-laki
>10,4
9,6 10,4
< 9,6
Perempuan
>11,0
10,1 11,0
<10,1
Oedema
-1 kg atau 10%
Ringan
(Bengkak pada tangan atau kaki)
Sedang
-5 kg atau
(Bengkak pada wajah dan tangan atau 20%
kaki)
Berat
-14 kg
(Bengkak pada wajah, tangan, dan kaki)
Ascites
-2,2 kg
-6 kg
-10 kg
4,96 kg
5,73 kg
Keterangan:
MAC (Lingkar Lengan Atas)
CC (Lingkar Pergelangan Tangan)
BB yang dicari =
BB Sekarang
x 100
100- % amputasi (tabel persetase)
15
C. INDIKATOR PERTUMBUHAN
1. Indeks Antropometri
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
16
Berat badan menurut umur merefleksikan status gizi masa lalu dan masa kini.
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu.
c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (TB/BB)
Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang).
d. Indeks Massa Tubuh
1) IMT Anak (IMT/U)
IMT/U adalah indikator yang terutama bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan
kegemukan. Pada bayi IMT naik secara tajam karena terjadi peningkatan berat badan secara
cepat relatif terhadap panjang badan pada 6 bulan pertama kehidupan. IMT menurun pada bayi
setelah 6 bulan dan tetap stabil pada umur 2-5 tahun.
2) IMT Dewasa
Rumus IMT:
IMT = BB (kg)
TB (m)
Tabel.6. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori
IMT
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat berat
< 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan
17,0 18,5
Normal
>18,5 - 25,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat ringan
>25,0 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat
>27,0
Sumber: Depkes, 1994. Pedoman praktis pemantauan status gizi orang dewasa, Jakarta.
e. Z-Score
Z-Score merupakan indeks antropometri yang digunakan secara internasional untuk
menentukan status gizi dan pertumbuhan, yang diekspresikan sebagai satuan standar
deviasi (SD) populasi rujukan.
Z-score = (nilai yang diamati nilai referensi median)
Z score populasi referensi (SD)
Diatas 3
TB/U
Lihat Catatan 1
BB/U
Lihat Catatan 2
Pendek (stunted)
(lihat catatan 4)
Sangat Pendek
(Serve stunted)
(Lihat catatan 4)
BB kurang
(underweight)
BB Sangat
Kurang (severe
underweight)
Diatas 2
Diatas 1
0 (Angka
Median)
Di bawah -1
Di bawah -2
Di bawah -3
Sangat Gemuk
(Obes)
Gemuk
(Overweight)
Resiko Gemuk
(Lihat catatan 3)
IMT/U
Sangat Kurus
(Obes)
Gemuk
(Overweight)
Resiko Gemuk
(Lihat catatan 3)
Kurus (Wasted)
Kurus (Wasted)
Sangat Kurus
(Severe Wasted)
Sangat Kurus
(Severe Wasted)
Catatan:
1. Seorang anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi masalah
kecuali anak yang sangat tinggi mungkin mengalami gangguan endokrin seperti adanya
tumor yang memproduksi hormon pertumbuhan. Rujuklah anak tersebut jika diduga
mengalami gangguan endokrin (misalnya anak yang tinggi sekali menurut umurnya,
sedangkan tinggi orang tua normal);
2. Seorang anak berdasarkan BB/U pada kategori ini, kemungkinan mempunyai masalah
pertumbuhan, tetapi akan lebih baik bila anak ini dinilai berdasarkan indikator BB/PB atau
BB/TB atau IMT/U;
3. Hasil ploting diatas 1 menunjukkan kemungkinan resiko. Bila kecendrungannya menuju
garis z-score +2 berarti resiko lebih pasti;
4. Anak yang pendek atau sangat pendek kemungkinan akan menjadi gemuk bila mendapatkan
intervensi yang salah.
Untuk menarik kesimpulan mengenai status gizi seseorang harus menyimpulkan dari ketiga
indikator yang telah diukur.Cara pertama adalah melihat indikator yang bermasalah. Contoh:
BB/U
: Sangat Kurang
TB/U
: Pendek
BB/TB
: Normal
Kesimpulan : Anak ini pendek, oleh karenanya berat badan dibawah berat badan sesusianya
(klasifikasi lama dinyatakan sebagai gizi buruk). Namun, berat badan
18
2) Implementasi Intervensi
Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien melaksanakan
dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga kesehatan atau
tenaga lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus menggambarkan dengan jelas :
apa, dimana, kapan, dan bagaimana intervensi itu dilakukan. Kegiatan ini juga
termasuk pengumpulan data kembali, dimana data tersebut dapat menunjukkan respons
pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi intervensi gizi.
d. Monitoring dan Evaluasi Gizi
Kegiatan monitoring dan evaluasi giz dilakukan untuk mengetahui respon pasien/klien
terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
20
22
f. Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga lain dalam pelaksanaan
intervensi gizi.
g. Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi
h. Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi
i. Melakukan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada klien/pasien dan
keluarganya
j. Mencatat ronde pasien bersama tim kesehatan
k. Melakukan assesmen gizi ulang (reassesment) apabila tujuan belum tercapai
l. Mengikuti ronde pasien bersama tim kesehatan
m. Berpatisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan dokter, perawat,
anggota tim asuhan gizi lain, klien/pasien dan keluarganya dalam rangka
evaluasi keberhasilan pelayanan gizi
4. Farmasi
a. Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait vitamin, mineral, elektrolit dan nutrisi
parenteral
b. Menentukan kompabilitas zat gizi yang diberikan kepada pasien.
c. Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan
parenteral oleh klien/pasien bersama perawat
d. Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat dan makanan
e. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi obat dan
makanan.
5. Tenaga kesehatan lain misalnya adalah tenaga terapi okupasi dan terapi wicara
berkaitan dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi pada pasien dengan
gangguan menelan yang berat.
BAB III
KEGIATAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
A. Penyelenggaraan Makanan
a
Pengertian
23
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam
rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat.
Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi.
b Sasaran
Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah konsumen / pasien maupun
karyawan. Sesuai dengan kondisi rumah sakit dapat juga dilakukan penyelenggaraan
makanan bagi pengunjung (pasien rawat jalan atau keluarga pasien). Dalam
penyelenggaraan makanan rumah sakit, standar masukan (input) meliputi biaya,
tenaga, sarana dan prasarana, metode, peralatan, sedangkan standar proses meliputi
penyusunan anggaran belanja bahan makanan, pembelian bahan makanan, penerimaan
dan penyimpanan bahan makanan, persiapan bahan makanan. Sedangkan standar
keluaran (output) adalah mutu mekanan dan kepuasan konsumen.
c
Tujuan
Tersedianya taksiran anggaran belanja makanan yang diperlukan bagi konsumen atau
pelanggan yang dilayani sesuai dengan standar kecukupan gizi.
Proses
24
a. Anggaran belanja untuk bahan basah dibuat setiap hari sesuai kebutuhan
berdasarkan menu, standar porsi, dan jumlah karyawan, dokter, pasien yang
dirawat.
b. Anggaran belanja untuk bahan kering dibuat setiap 2 (dua) minggu sesuai
kebutuhan berdasarkan menu, standar porsi, dan jumlah karyawan, dokter serta
asumsi pasien yang dirawat.
c. Evaluasi anggaran belanja pelayanan gizi dilakukan dengan membandingkan
dengan anggaran belanja bulan lalu dan anggaran belanja RS/RSIA Hermina lain.
d. Anggaran belanja yang telah dibuat oleh Kepala Pelayanan Pelayanan Gizi dan
Tata Boga diajukan kepada Manajer Penunjang Medis dan disetujui oleh Wakil
Direktur Umum.
2. Penyusunan Formula, Menu Bahan Makanan
Pengertian :
Adalah suatu kegiatan untuk menyusun formula dan menu sesuai dengan kebutuhan
gizi pelanggan.
Tujuan :
Tersedianya menu yang sesuai dengan klasifikasi kelas perawatan dan periode siklus
harian / mingguan.
Proses :
a. Penyusunan formula dibuat oleh ahli gizi Hermina Hospital Group dengan
mengacu pada perhitungan diet pasien dan Buku Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
b. Penyusunan menu dibuat oleh Pelayanan Pelayanan Gizi, dengan persetujuan Tim
Pengendalian Mutu Makanan.
c. Penyusunan menu dibagi 2 (dua) yaitu : menu pasien dan menu karyawan.
d. Menu pasien disusun dengan siklus menu 7 (tujuh) hari sedangkan menu karyawan
disusun 15 hari.
e. Menu untuk pasien dengan kelas perawatan VIP, Utama, Kelas I terdiri atas dua
pilihan (menu A dan menu B)
25
26
Tujuan
Mengurangi resiko kehilangan zat gizi bahan makanan
Meningkatkan nilai cerna
Mempertahankan rasa, warna, tekstur dan penampilan makanan
Aman dari mikroorganisme dan benda asing
Penyajian makanan dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran
Proses
a . Siapkan dan bersihkan bahan makanan yang akan diolah sesuai dengan ketentuan
b . Gunakan alat masak yang bersih, aman dan sesuai dengan standar peralatan
c . Dahulukan memasak makanan yang tahan lama
d . Masak makanan sesuai dengan tata cara pemasakan yang tepat
e . Sajikan makanan matang kepada pelanggan setelah dilakukan uji citarasa.
f . Pendistribusian makanan pelanggan dilakukan dengan cara sentralisasi.
6. Penyediaan Makanan Karyawan
Pengertian :
Adalah penyediaan makanan karyawan dengan standar menu makanan sepertiga dari
total kebutuhan kalori sehari.
Tujuan :
Meningkatkan derajat kesehatan karyawan sehingga dapat menunjang kinerja yang
optimal.
Proses :
a. Susun menu makanan karyawan dengan siklus 15 (limabelas) hari yang terdiri dari
makanan lengkap (nasi, lauk pauh, sayur, dan buah) dan makanan selingan.
b. Lakukan evaluasi menu tiga bulan sekali dan lakukan uji citarasa oleh Tim
Pengendalian Mutu Makanan terhadap menu baru.
B. Pelayanan dan Konsultasi Gizi Pasien Rawat Inap
a Pengertian
Adalah serangkaian kegiatan pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien rawat inap dari
mulai penentuan diet, perencanaan diet hingga evaluasi diet
27
b . Tujuan
Memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar memperoleh gizi yang sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi penyakit
Membantu mempercepat proses penyembuhan
c . Proses
Tentukan diet pasien oleh dokter yang merawat / dokter ruangan pada saat pasien
pertama kali masuk di ruang perawatan
Informasikan diet yang diberikan dokter kepada Ahli gizi atau Penanggung jawab
pelayanan pelayanan gizi ( diluar jam kerja ahli gizi )
Lakukan pengkajian riwayat gizi dari pola makan, variasi, frekuensi serta pantangan
makan
Ahli gizi akan menerjemahkan diet yang diberikan dokter kedalam bentuk menu
makanan
Juru masak akan mengolah makanan sesuai dengan petunjuk diet yang telah diberikan
oleh Ahli gizi
Sajikan makanan yang sudah matang dan distribusikan
Lakukan konsultasi gizi ( pendidikan kesehatan ) dengan memberikan penjelasan kepada
pasien tentang diet yang harus dijalankan dalam upaya mempercepat proses
penyembuhan
Lakukan pemantauan / evaluasi terhadap perubahan diet dan sisa makanan
Tindak lanjuti apa yang didapat dari hasil evaluasi
Lakukan konsultasi oleh Ahli Gizi atau Dokter Gizi untuk menjelaskan tujuan diet yang
harus diljalankan oleh pasien
f. Penyuluhan dan Konsultasi Gizi Pasien Rawat Jalan
a . Pengertian
Adalah kegiatan pemberian informasi tentang pelayanan gizi di rawat jalan yang dilakukan
oleh perawat/bidan, dokter gizi dan ahli gizi.
b . Tujuan
Membuat perubahan prilaku makan pada pasien rawat jalan
28
c . Proses
Dirawat jalan penyuluhan diberikan kepada pasien melalui kursus senam hamil, pra
persalinan, pijat bayi dan kursus laktasi yang dilakukan oleh perawat yang sudah dibekali
materi gizi sedangkan konsultasi dilakukan secara perorangan oleh dokter spesialis gizi
klinik. Sebagai wacana akan diadakan penyuluhan dengan membuat pojok gizi.
29
BAB IV
ORGANISASI DAN KETENAGAAN
A. Struktur Organisasi
Gambar 2
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTUR
WADIR
MEDIS
Manajer Penunjang
Medis
Manajer Rumah
Tangga
Kepala Pelayanan
Gizi
Dietision
PJ
Pengadaan dan
Penyimpanan
Petugas
Pengadaan dan
Penyimpanan
PJ
Penyajian dan
Pendistribusian
Petugas
Penyajian dan
Pendistribusia
PJ
Pengelolaan
Makanan
Petugas
Pengelolaa
n Makanan
31
BAB V
SARANA, PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
Agar pelayanan gizi dan tata boga di RS Hermina Bekasi. dapat berjalan dengan lancar dan
optimal, maka perlu didukung dengan adanya sarana, peralatan dan perlengkapan yang
memadai baik untuk kegiatan pelayanan gizi di Instalasi Rawat Jalan, Rawat Inap maupun
ruang di Pelayanan Gizi dan Tata Boga.
A. Sarana, Peralatan dan Perlengkapan di Instalasi Rawat Jalan / Klinik Gizi
Tersedianya ruang Konseling Gizi di Instalasi Rawat Jalan RS Hermina Bekasi. yang
dilengkapi dengan sarana berupa :
Peralatan kantor yang terdiri dari meja, kursi konseling gizi, kursi ruang tunggu, telepon,
dan sebagainya.
Peralatan konsultasi yang terdiri dari lemari, food model dan contoh makanan segar,
formulir mengenai gizi, leaflet diet, poster, buku-buku pedoman tatalaksana program
(ASI, Gizi Buruk, Diabetes Melitus, dll).
Dan juga dilengkapi dengan peralatan antropometri guna mendapatkan data pasien
diantaranya adalah :
Standar antropometri, alat ukur tinggi dan berat badan dewasa, alat ukur panjang badan
bayi/anak, timbangan bayi (beam balance scale), alat ukur lingkar lengan atas (LILA),
alat ukur lingkar kepala (LK), alat ukur tinggi lutut, dan formulir skrining (alat-alat
tersebut dilakukan tera secara berkala oleh badan meterologi).
B. Sarana, Peralatan dan Perlengkapan di Pelayanan Gizi dan Tata Boga
Fasilitas ruang yang dibutuhkan di Unit Gizi dan Tata Boga terdiri dari :
1. Tempat penerimaan bahan makanan.
Tempat/ruangan ini digunakan untuk penerimaan bahan makanan dan mengecek
kualitas serta kuantitas bahan makanan, tempat ini dilengkapi dengan timbangan yang
digunakan untuk melakukan penerimaan bahan makanan
2. Tempat/ruangan penyimpanan bahan makanan.
Penyimpanan bahan makanan terbagi atas 2 tempat, yaitu untuk gudang basah untuk
menyimpan makanan segar dimana di dalamnya terdapat frezzer dan chiller.
Sedangkan gudang kering digunkan untuk menyimpan bahan makanan kering dimana
di dalamnya terdapat rak yang digunakan untuk meletakkan bahan makanan kering.
32
33
BAB VI
SANITASI MAKANAN DAN KESELAMATAN KERJA
A. Sanitasi Makanan
1. Pengertian
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik beratkan pada
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari
segala bahan yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari sebelum
makanan diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan, penjualan
sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada
konsumen. (Direktorat Hygiene dan Sanitasi, Ditjen Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular).
Jadi hendaknya upaya ini harus dilakukan di Pelayanan Gizi dan Tata Boga RS
Hermina Bekasi. sesuai dengan prosedur yang ada mengenai sanitasi.
2. Tujuan
Kegiatan ini ditujukan agar RS Hermina Bekasi. dapat :
a. Menyediakan makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan pasien,
keluarga pasien, karyawan dan dokter.
b. Menurunkan angka kejadian penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui
makanan.
c. Mewujudkan perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan.
3. Pelaksanaan sanitasi makanan dalam penyelenggaraan makanan
a. Ruang pengolahan/ dapur harus dipelihara kebersihannya sesuai dengan ketentuan.
b. Tersedianya saluran limbah, sebagai pembuangan limbah makanan yang aman dari
binatang pengganggu.
c. Tersedianya air bersih dalam jumlah yang mencukupi sesuai standar mutu air
dengan melakukan kontrol air dan pest secara rutin sesuai ketentuan.
d. Alat pengangkut makanan dan minuman harus tertutup dan bahan mudah
dibersihkan.
e. Rak penyimpanan bahan makanan harus mudah dipindahkan untuk memudahkan
proses pembersihan.
f. Peralatan yang kontak dengan makanan harus mudah dibersihkan, tidak mudah
rusak akibat zat asam/basa atau garam-garaman dan tidak terbuat dari logam yang
berat dapat menimbulkan keracunan.
g. Bahan makanan harus bermutu baik, masih segar, aman, utuh, tidak busuk, tidak
kotor, cukup matang (untuk buah).
34
h. Penanganan bahan makanan harus memperhatikan cara penanganan yang baik dan
tepat dengan memperhatikan pula persyaratan hygiene baik tenaga penjamah dan
dalam melakukan prosedur kerja.
4. Pengawasan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan
a. Dilakukannya pemeriksaan kesehatan dan usap dubur/kulit secara berkala sesuai
dengna ketentuan terhadap tenaga penjamah makanan dan juga peralatan.
b. Melakukan kontrol kualitas bahan makanan melalui pest-control.
c. Dilakukan bongkar kecil dan bongkar besar secara rutin terhadap kebersihan
ruangan / lingkungan sekitar Pelayanan Gizi dan Tata Boga.
B. Keselamatan Kerja
1. Pengertian
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam
rangka menghindari keselakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun
kelalaian/kesengajaan.
2. Tujuan
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan akibat kerja.
b. Memberi pertolongan kecelakaan dan perlindungan bagi karyawan.
c. Menciptakan keamanan, kenyamanan dan keselamatan dalam bekerja.
d. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja seperti keracunan,
infeksi dan penularan penyakit.
3. Prinsip keselamatan kerja dalam proses penyelenggaraan
a. Gunakan alat pelindung diri pada saat melakukan proses pekerjaan sesuai dengan
prosedur yang berlaku.
b. Lakukan proses kerja sesuai dengan petunjuk dan prosedur yang berlaku.
c. Menggunakan dengan baik peralatan sesuai dengan fungsinya.
d. Tidak diperkenankan merokok di ruang penerimaan dan penyimpanan bahan
makanan dan selama proses pengolahan.
e. Lakukan pembersihan dan pemeliharaan alat kerja dan sarana pendukung.
f. Lakukan pemeriksaan kesehatan pekerja secara teratur.
35
BAB VII
PEMBIAYAAN MAKANAN
A. Perhitungan Biaya Bahan Makanan
1. Pengertian
Biaya makanan adalah biaya bahan yang dipakai untuk menghasilkan makanan yang
diperlukan.
2. Tujuan
a. Memudahkan dalam proses penyusunan anggaran belanja bahan makanan.
b. Adanya pengawasan dan pengendalian terhadap biaya bahan makanan.
c. Dapat melakukan penilaian terhadap prestasi kerja dalam proses pengadaan bahan
makanan.
Biaya bahan makan merupakan biaya variabel langsung, karena berhubungan langsung
dalam rangka proses produksi makanan yang dipengaruhi oleh jumlah porsi makanan yang
dihasilkan atau jumlah pasien yang akan dilayanani.
Penghitungan biaya bahan makanan di RS Hermina Bekasi. telah diatur dalam prosedur
perencanaan kebutuhan bahan makanan dan penyusunan anggaran belanja.
B. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja
Perhitungan biaya tenaga kerja RS Hermina Bekasi. telah diatur secara terkoordinasi oleh
Bagian Personalia yang meliputi gaji, tunjangan, lembur, bonus, dan lain sebagainya.
C. Perhitungan Biaya Overhead
Biaya overhead meliputi biaya barang dan biaya pemeliharaan. Pembelian barang yang
dimaksud adalah barang yang tidak tersedia di Unit Logistik RS Hermina Bekasi., karena
seluruh barang yang diperlukan oleh Pelayanan Gizi dan Tata Boga termasuk alat tulis
kantor, alat masak maupun alat makan dan alat rumah tangga sebagian besar telah tersedia
di Unit Logistik. Sedangkan yang dimaksud biaya pemeliharaan di RS Hermina Bekasi.
adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan alat yang rusak maupun perbaikan
sekitar ruang Pelayanan Gizi dan Tata Boga yang digunakan untuk kegiatan operasional
penyelenggaraan makanan.
36
BAB VIII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN GIZI
A. Pencatatan dan Pelaporan
Merupakan serangkaian kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data kegiatan
pelayanan gizi RS Hermina Bekasi. dalam jangka waktu tertentu, untuk menghasilkan
bahan bagi penilaian kegiatan pelayanan gizi maupun untuk pengambilan keputusan. Hal
ini tertuang dalam prosedur Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Gizi di Ruang Rawat
Inap.
B. Pengawasan Standar Porsi
a. Dilakukan penimbangan terhadap bahan makanan padat sebagai salah satu bentuk
pengawasan.
b. Dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur terhadap makanan cair atau
setengah cair.
c. Dilakukan proses pemotongan sesuai prosedur dan alat untuk bahan makanan atau
jenis hidangan yang harus dipotong.
d. Dilakukan pengukuran berdasarkan standar porsi dan resep untuk mendapatkan porsi
yang tetap (tidak berubah).
C. Pengawasan Harga
a. Dibuat format isian pelaksanaan pencatatan pelaporan yang baku untuk pengawasan,
misalnya bagi pasien, keluarga pasien, karyawan maupun dokter yang memesan
makanan akan dikenakan biaya sesuai harga per porsi makanan yang berlaku saat itu
dalam bentuk catatan bon. Kemudian lembar bon tersebut harus dibayar melalui kasir
(Bagian Keuangan) sesuai ketentuan atau prosedur yang berlaku.
b. Kalkulasi pemasukan dan pengeluaran bahan makanan berikut nilai rupiahnya
terkoordinasi di Bagian Keuangan RS Hermina Bekasi..
D. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dimaksud adalah proses dimana RS Hermina Bekasi. mengatur biaya
guna mencegah adanya pemborosan dari biaya yang dikeluarkan, dalam hal ini biaya
bahan makanan.
Pelayanan Gizi dan Tata Boga harus pintar dalam mengelola pemakaian bahan makanan
dimana cara menukar, mengubah atau mengganti makanan dengan bahan lain merupakan
salah satu cara pengendalian biaya dalam kegiatan perencanaan menu, pembelian,
penerimaan dan pengolahan.
37
38
BAB X
PENUTUP
Buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Gizi Ruman Sakit di RS Hermina
Bekasi. bertujuan untuk memberikan acuan yang jelas dan profesional dalam mengelola dan
melaksanakan pelayanan gisi yang tepat bagi pasien sesuai tuntutan masyarakat. Untuk itu
pedoman ini betul-betul dijadikan acuan bagi pelayanan gizi di RS Hermina Bekasi. .
Materi-materi lain yang perlu dan dianggap dapat menjadi acuan dan belum terdapat
dalam pedoman ini dapat diajukan melalui hirarki dan ketentuan yang berlaku untuk
dimasukkan dalam tambahan buku pedoman ini.
39
BUKU RUJUKAN
1. Kementerian Kesehatan RI, 2013
Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
2.
Departemen Kesehatan RI, 2006
Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat
3.
Adisty Cynthia Anggraeni, S.Gz., 2012
Asuhan Gizi Nutritional Care Process
40
LAMPIRAN
1. Uraian Tugas di Pelayanan Pelayanan Gizi
2. Formulir Daftar Nama pasien Rawat Inap
3. Formulir Pemesanan Bahan Makanan
4. Formulir Permintaan Bahan Makanan gudang
5. Formulir Pembagian Menu Sehari untuk pasien diet khusus
6. Formulir Evaluasi
41
42