Вы находитесь на странице: 1из 4

BRONKOPNEUMONIA

Pneumonia adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh infeksi akut, biasanya disebabkan
oleh bakteri yang mengakibatkan adanya konsolidasi sebagian dari salah satu atau kedua paru.
Sedangkan bronkopneumonia merupakan peradangan pada paru dimana proses peradangannya
ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula
melibatkan bronkiolus terminal. Bronkopneumonia sebagai penyakit yang menimbulkan
gangguan pada sistem pernafasan, merupakan salah satu bentuk pneumonia yang terletak pada
alveoli paru. Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini dikarenakan
respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Tercatat bakteri sebagai
penyebab tersering bronkopneumonia pada bayi dan anak adalah Streptococcus pneumoniae dan
Haemophilus

influenzae.

Anak

dengan

daya

tahan

terganggu

akan

menderita

bronkopneumoniaberulang atau bahkan bisa anak tersebut tidak mampu mengatasi penyakit ini
dengan sempurna. Selain faktor imunitas, faktor iatrogen juga memacu timbulnya penyakit ini,
misalnya trauma pada paru, anestesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.
Etiologi
Bronkopneumonia lebih sering ditimbulkan oleh invasi bakteri. Bakteri-bakteri ini
menginvasi paru melalui 2 jalur, yaitu dengan :
1. Inhalasi melalui jalur trakeobronkial.
2. Sistemik melalui arteri-arteri pulmoner dan bronkial.
Bakteri-bakteri yang sering menyebabkan ataupun didapatkan pada kasus bronkopneumonia
adalah :
Bakteri gram positif
1. Pneumococcus
2. Staphylococcus aureus
3. Streptococcus hemolyticus
Bakteri gram negatif
1. Haemophilus influenzae
2. Klebsiella pneumonia

Masing-masing bakteri tersebut menyebabkan bronkopneumonia melalui berbagai mekanisme


yang berbeda.
Bakteri Gram Positif
1. Pneumococcus
Merupakan bakteri patogen yang paling sering ditemukan yang bertanggung jawab atas
lebih dari 90% kasus bronkopneumonia pada masa kanak-kanak. Pneumococcus jarang yang
menyebabkan infeksi primer, biasanya menimbulkan peradangan pada paru setelah adanya
infeksi atau kerusakan oleh virus atau zat kimia pada saluran pernafasan.
Angka kejadiannya meningkat atau paling sering terjadi pada akhir musim dingin dan awal
musim semi. Insidens tertinggi pada masa kanak-kanak usia 4 tahun pertama kehidupan. Hal ini
mungkin disebabkan oleh penyebarannya yang cenderung meningkat di dalam suatu populasi
yang relatif tertutup (seperti taman kanak-kanak, rumah penitipan anak).
a. Patofisiologi
Organisme ini teraspirasi ke bagian tepi paru dari saluran nafas bagian atas atau
nasofaring. Awalnya terjadi edema reaktif yang mendukung multiplikasi organisme-organisme
ini serta penyebarannya ke bagian paru lain yang berdekatan. Umumnya bakteri ini mencapai
alveoli melalui percikan mukusatau saliva dan tersering mengenai lobus bagian bawah paru
karena adanya efek gravitasi. Organisme ini setelah mencapai alveoli akan menimbulkan respon
yang khas yang terdiri dari 4 tahap yang berurutan, yaitu :
1) Kongesti (4 s/d 12 jam pertama)
Eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.
2) Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
Paru-paru tampak merah dan bergranula karena sel-sel darah merah, fibrin dan lekosit
polimorfonuklear mengisi alveoli.
3) Hepatisasi kelabu (3 s/d 8 hari)
Paru-paru tampak kelabu karena lekosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang
terserang.
4) Resolusi (7 s/d 11 hari)
Eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada
strukturnya semula. Bercak-bercak infiltrat yang terbentuk adalah bercak-bercak yang difus,

mengikuti pembagian dan penyebaran bronkus dan ditandai dengan adanya daerah-daerah
konsolidasi terbatas yang mengelilingi
saluran-saluran nafas yang lebih kecil.
b. Gambaran Klinis
Biasanya didahului dengan adanya infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa
hari. Pada bayi bisa disertai dengan hidung tersumbat, rewel serta nafsu makan yang menurun.
Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39oC atau lebih. Anak sangat gelisah, dispnea.
Kesukaran bernafas yang disertai adanya sianosis di sekitar mulut dan hidung. Tanda kesukaran
bernafas ini dapat berupa bentuk nafas berbunyi (ronki dan friction rub di atas jaringan yang
terserang), pernafasan cuping hidung, retraksi-retraksi pada daerah supraklavikuler, interkostal
dan subkostal. Pada awalnya batuk jarang ditemukan, tapi dapat dijumpai pada perjalanan
penyakit lebih lanjut serta sputum yang berwarna seperti karat. Lebih lanjut lagi bisa terjadi efusi
pleura dan empiema, sehingga perlu dilakukantorasentesis sesegera mungkin. Hasil pemeriksaan
fisik tergantung dari luas daerah yang terkena. Pada perkusi bisa ditemukan adanya suara redup
yang terlokalisasi. Pada auskultasi mungkin ditemukan adanya ronki basah halus ataupun adanya
suara-suara pernafasan yang melemah. Tanpa pengobatan biasanya penyembuhan dapat terjadi
sesudah 2 3 minggu.
c. Diagnosis
Biasanya jumlah lekosit meningkat mencapai 15.000 40.000/mmk dengan jumlah sel
polimorfonuklear terbanyak, sedangkan bila didapatkan jumlah lekosit kurang dari 5.000/mmk
sering berhubungan dengan prognose penyakit yang buruk. Nilai hemoglobin bisa normal atau
sedikit menurun.
Pemeriksaan sputum harus didapatkan dari sekresi batuk dalam dan aspirasi trakea yang
dilakukan dengan hati-hati. Jenis pemeriksaan berupa pemeriksaan makroskopik, mikroskopik
dan biakan. Selain itu biakan juga bisa didapatkan dari darah atau dari cairan pleura
yangdidapatkan dengan melakukan torasentesis. Gambaran radiologis dapat berupa adanya
bercak-bercakinfiltrat pada satu atau beberapa kasus. Sangat penting untuk mendapatkan
gambaran radiologis dari resolusi sempurna, 34 minggu setelah semua gejala menghilang.
Apabila respon klinis yang diberikan penderita lambat, maka terdapat indikasi untuk membuat
serangkaian rontgenogram.
d. Penatalaksanaan

Penisilin merupakan terapi yang spesifik karena kebanyakan pneumococcussangat peka


terhadap obat tersebut. Pada bayi dan anak-anak, pengobatan awal dimulai dengan pemberian
penisilin G dengan dosis 50.000 unit/kgBB/hari secara intramuskular tanpa penyulit. Terapi ini
dilanjutkan sampai 10 hari atau paling tidak sampai 2 hari setelah suhu badan pasien normal.
Bila didapatkan penderita alergi penisilin maka diberikan sefalosporin dengan dosis 50
mg/kgBB/hari.
Asupan cairan per oral secara bebas dan pemberian aspirin untuk mengatasidemam
tinggi, merupakan tambahan utama untuk pengobatan penyakit ini. Pemberian oksigen segera
untuk penderita dengan kesukaran bernafas sebelum menjadi sianosis. Indikasi pemberian vaksin
polivalen pneumococcus polisakarida bermanfaat pada populasi penderita tertentu, misalnya
penderita dengan anemia sel sabit.
e. Prognosis
Dengan pemberian antibiotika yang memadai dan dimulai secara dini pada perjalanan
penyakit tersebut, maka mortalitas bronkopneumonia akibat bakteri pneumococcus selama masa
bayi dan masa kanak-kanak sekarang menjadi kurang dari 1% dan selanjutnya morbiditas yang
berlangsung lama juga menjadi rendah.

Вам также может понравиться