Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENGEMBANGAN
INDUSTRI
MUSIK
NA SIONAL
2015-2019
Rencana Pengembangan
Industri Musik Nasional
2015-2019
:
Dina Dellyana
Fikri Hadiansyah
Adib Hidayat
Widhi Asmoro
iv
Rencana Pengembangan
Industri Musik nasional
2015-2019
Terima kasih Kepada Narasumber dan Peserta Focus Group Discussion (FGD)
Jabatin Bangun
Andre Sumual
Yuslisar Ningsih
Robin Malau
Azhar Hasyim
Wendi Putranto
Dewi Indriati
Ari Juliano
Dian Nur Farida
Hang Dimas
Marully Panggabean
Ario Tamat
Aris Firdaus
Yonathan Nugroho
Bens Leo
Ventha Lesmana
Haris Wahyudi
David Karto
Indri Sjafri
Totok Soediyantoro
Frangky Raden
Yudi Sukmayadi
Marusya Nainggolan
Aldo Sianturi
Rahayu Kertawiguna
Eki Puradierdja
Singgih Sanjaya
Harun Nurasyid
Tito Loho
Arian Arifin
vi
Kata Pengantar
Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang
penting untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Ekonomi kreatif
adalah ekonomi yang digerakkan oleh sumber daya terbarukan dan tersedia secara berlimpah di
Indonesia, dimana kita memiliki sumber daya manusia kreatif dalam jumlah besar, sumber daya
alam terbarukan yang berlimpah dan sumber warisan budaya yang unik dan beragam. Ketiganya
menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan.
Kita, secara bersama-sama telah meletakkan dasar pengembangan ekonomi kreatif yang akan
membawa bangsa menuju pembangunan ekonomi yang berkualitas. Kesinambungan upaya
pengembangan ekonomi kreatif diperlukan untuk memperkuat ekonomi kreatif sebagai sumber
daya saing baru bagi Indonesia dan masyarakat yang berkualitas hidup.
Bagi Indonesia, ekonomi kreatif tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi, tetapi juga
memajukan aspek-aspek nonekonomi berbangsa dan bernegara. Melalui ekonomi kreatif, kita
dapat memajukan citra dan identitas bangsa, mengembangkan sumber daya yang terbarukan
dan mempercepat pertumbuhan inovasi dan kreativitas di dalam negeri. Di samping itu ekonomi
kreatif juga telah memberikan dampak sosial yang positif, termasuk peningkatan kualitas hidup,
pemerataan kesejahteraan dan peningkatan toleransi sosial.
Industri musik sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif, merupakan segala
jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman,
promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik. Saat ini masih ada masalahmasalah yang menghambat pertumbuhan industri musik di Indonesia, termasuk didalamnya
jumlah dan kualitas orang kreatif yang masih belum optimal, ketersediaan sumber daya alam
yang belum teridentifikasi dengan baik, keseimbangan perlindungan dan pemanfaatan sumber
daya budaya, minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif yang masih kurang
memadai, pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang
sesuai dan kompetitif serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna.
Dalam upaya melakukan pengembangan industri musik di Indonesia, diperlukan pemetaan terhadap
ekosistem industri musik yang terdiri dari rantai nilai kreatif, pasar, nurturance environment,
dan pengarsipan. Aktor yang harus terlibat dalam ekosistem ini tidak terbatas pada model triple
helix yaitu intelektual, pemerintah dan bisnis, tetapi harus lebih luas dan melibatkan komunitas
kreatif dan masyarakat konsumen karya kreatif. Kita memerlukan quad helix model kolaborasi
dan jaringan yang mengaitkan intelektual, pemerintah, bisnis dan komunitas. Keberhasilan
ekonomi kreatif di lokasi lain ternyata sangat tergantung kepada pendekatan pengembangan yang
menyeluruh dan berkolaborasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Buku ini merupakan penyempurnaan dari Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia
2025 yang diterbitkan pada tahun 2009. Dalam melakukan penyempurnaan dan pembaruan
vii
data, informasi, telah dilakukan sejumlah Focus Group Discussion (FGD) dengan semua pemangku
kepentingan baik pemerintah, pemerintah daerah, intelektual, media, bisnis, orang kreatif,
dan komunitas musik secara intensif. Hasilnya adalah buku ini, yang menjabarkan secara rinci
pemahaman mengenai industri musik dan strategi-strategi yang perlu diambil dalam percepatan
pengembangan industri musik lima tahun mendatang. Dengan demikian, masalah-masalah yang
masih menghambat pengembangan industri musik selama ini dapat diatasi sehingga dalam kurun
waktu lima tahun mendatang, industri musik dapat menjadi industri yang berbudaya, berdaya
saing, kreatif, dan dinamis secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan
Ekonomi Kreatif Indonesia.
Salam Kreatif,
viii
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................... vii
Daftar Isi.............................................................................................................................. ix
Daftar Gambar.................................................................................................................... xii
Daftar Tabel ...................................................................................................................
xiii
Ringkasan Eksekutif.........................................................................................................
xiv
23
55
ix
83
4.5.8 Meningkatnya Penetrasi dan Diversifikasi Pasar Karya Musik di Dalam dan Luar
Negeri.......................................................................................................................96
4.5.9 Meningkatnya Ketersedian Infrastruktur yang Memadai dan Kompetitif...................96
4.5.10 Meningkatnya Ketersedian Teknologi Tepat Guna, Mudah diakeses, dan
Kompetitif................................................................................................................ 97
4.5.11 Terciptanya Regulasi yang Mendukung Penciptaan iklim yang Kondusif Bagi
Pengembangan Industri Musik..................................................................................97
4.5.12 Terciptanya Lembaga yang Medukung Penciptaan Iklim yang Kondusif Bagi
Pengembangan Industri Musik..................................................................................98
4.5.13 Meningkatnya Partisipasi Aktif Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan
Industri Musik Secara Berkkualitas dan Berkelanjutan.............................................. 98
4.5.14 Meningkatnya Aptesiasi Kepada Orang/Karya/Wirausaha/Usaha Musik Lokal di
Dalam dan Luar Negeri.............................................................................................99
101
5.1 Kesimpulan........................................................................................................................102
5.2 Saran..................................................................................................................................103
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 105
xi
Daftar Gambar
Gambar 11 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembgangan Musik dalam Ekonomi Kreatif
2015-2019...............................................................................................................................9
Gambar 1-2 Perkembangan Musik di Indonesia .................................................................... 20
Gambar 2-1 Peta Ekosistem Industri Musik............................................................................26
Gambar 2-2 Peta Industri Musik.............................................................................................47
Gambar 2-3 Model Bisnis di Industri Musik...........................................................................51
Gambar 3-1 Nilai Tambah Bruto Subsektor Musik.................................................................58
Gambar 3-2 Kontribusi Ekonomi Industri Musik Berbasis Ketenagakerjaan........................... 59
Gambar 3-3 Aktivitas Usaha Industri Musik...........................................................................60
Gambar 3-4 Konsumsi Rumah Tangga Industri Musik...........................................................61
Gambar 3-5 Ekspor Subsektor Industri Musik........................................................................62
Gambar 3-6 Perbandingan Ekspor dan Impor Industri Musik................................................ 63
Gambar 3-7 Daya Saing Industri Musik..................................................................................73
xii
Daftar Tabel
Tabel 11 Elemen Definisi di 6 Negara.....................................................................................5
Tabel 31 Kontribusi Ekonomi Industri Musik 20102013.....................................................56
Tabel 3-2 Peraturan Mengenai Industri Musik Indonesia.........................................................64
Tabel 3-3 Potensi Permasalahan Industri Musik Indonesia........................................................76
Tabel 41 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan Industri Musik 2015-2019............ 85
xiii
Ringkasan Eksekutif
Industri musik berkaitan erat dengan kegiatan di rantai kreasi, reproduksi, distribusi dan konsumsi
dan memiliki lingkup substansi yang cukup luas. Sebagaimana musik itu sendiri yang ranahnya
masih terus berkembang, industri musik pun demikian. Ruang lingkup industri musik dapat
dilihat berdasarkan genre, yaitu berdasarkan aliran musik yang diusung, contohnya jazz, rock,
metal, pop, dan sebagainya. Tetapi pendekatan ini dirasakan kurang tepat, mengingat genre
musik yang terus berkembang sehingga sulit melihat batas yang tegas antar genre. Untuk itu,
definisi industri musik bisa didapatkan dengan melihat perubahan dan kemajuan yang terjadi
pada industri musik dunia. Berawal dari konsumsi karya musik yang hanya dapat dinikmati
secara langsung, kemudian berubah menjadi karya musik berbentuk cetak (era penerbitan musik),
hingga saat ini di mana industri musik sudah menjadi industri yang besar mencakup berbagai
bentuk konsumsi karya musik dan telah memiliki komponen-komponen layaknya industri pada
umumnya. Dapat dilihat bahwa saat ini industri musik menggunakan jasa promosi atau marketing
dalam proses industrinya.
Namun demikian, perkembangan industri musik dan fokus pengembangannya bisa berbeda-beda
di setiap negara. Untuk itu, jika disesuaikan dengan konteks perkembangan subsektor industri
musik yang terjadi di Indonesia, dan dilihat dari sudut pandang industri kreatif, serta dengan
tidak mengesampingkan sejarah yang ada, maka subsektor industri musik itu sendiri dapat
didefinisikan sebagai: segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan,
kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik.
Untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai industri kreatif,
khususnya subsektor industri musik, perlu dilakukan pemetaan terhadap kondisi ideal, yaitu
suatu kondisi yang diharapkan terjadi dan merupakan best practices dari negara-negara yang
sudah maju industri musiknya. Selain itu juga perlu dipahami kondisi aktual dari industri musik
di Indonesia untuk memahami dinamika yang terjadi. Pemahaman antara kondisi ideal dengan
kondisi aktual dapat memberikan gambaran mengenai kebutuhan dari industri musik nasional
sehingga dapat berkembang dengan baik, dengan mempertimbangkan potensi (kekuatan dan
peluang) dan permasalahan (tantangan, kelemahan, ancaman, dan hambatan) yang dihadapi.
Ekosistem industri musik, sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan
(interdependent relationship) antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dan
antara peran-peran tersebut dengan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai kreatif.
Peranan ekonomi kreatif bagi Indonesia sudah semestinya mampu diukur secara kuantitatif sebagai
indikator yang bersifat nyata. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai
keberadaan ekonomi kreatif yang mampu memberikan manfaat dan mempunyai potensi untuk
ikut serta dalam memajukan Indonesia. Bentuk nyata dari kontribusi ini dapat diukur dari nilai
ekonomi yang dihasilkan oleh seluruh subsektor pada ekonomi kreatif termasuk industri musik.
xiv
Perhitungan kontribusi ini ditinjau dari empat basis, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB),
ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga yang dihimpun berdasarkan
perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk perhitungan kontribusi
ekonomi industri musik, nilai yang ada pada data BPS tersebut dihitung berdasarkan data
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif 2009 yang hanya memasukkan
klasifikasi usaha kode 56 yaitu usaha penyedia makanan dan minuman, sehingga nilai PDB ini
dapat lebih akurat apabila sudah memasukkan kode KBLI yang sesuai dengan ruang lingkup
usulan (Bab 2.2.2 Ruang Lingkup Industri Musik).
Visi, misi, tujuan dan sasaran strategis merupakan kerangka strategis pengembangan industri musik
pada periode 2015-2019 yang menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan
dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi/lembaga terkait secara terarah
dan terukur yang dijabarkan pada Bab 4 Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia.
xv
PERIKLANAN 2015-2019
RENCANA AKSI
JANGK A MENENGAH
17
VIDEO 2015-2019
PENERBITAN 2015-2019
16
15
18
MUSIK 2015-2019
PERFILMAN
2015-2019
14
KULINER 2015-2019
10
KERAJINAN 2015-2019
ARSITEKTUR 2015-2019
09
12
08
RENCANA AKSI
JANGK A MENENGAH
11
ARSITEKTUR
2015-2019
06
05
04
xvi
BAB 1
Perkembangan Industri
Musik di Indonesia
meliputi sektor perekaman, sektor pertunjukan, dan sektor multidisiplin, di mana musik adalah
komponen dari suatu produk atau pertunjukan.5 Sedangkan Amerika Serikat mendefinisikan
industri musik mereka sebagai suatu kegiatan yang meliputi pertunjukan musik, komposisi,
distribusi, promosi, produksi, pelatihan, dan pendidikan di bidang musik.6 Tidak banyak berbeda
dengan yang lain, industri musik di Kanada didefinisikan sebagai aktivitas kewirausahaan terkait
dengan pengembangan, produksi dan distribusi musik, serta pertunjukan musik.7
Tabel 1-1 Elemen Definisi di 6 Negara
Negara
Elemen Definisi
Inggris
Swedia
Pertunjukan Musik
Komposisi Musik
Perekaman Musik
Promosi Musik
Jerman
Amerika
Serikat
Kanada
Distribusi Musik
Penjualan Musik
Afrika
Selatan
v
v
Penerbitan Musik
Pendidikan Musik
v
v
Pengembangan Musik
Disesuaikan dengan konteks perkembangan subsektor industri musik yang terjadi di Indonesia,
dan dilihat dari sudut pandang industri kreatif, serta dengan tidak mengesampingkan
sejarah yang ada, maka subsektor industri musik itu sendiri dapat didefinisikan sebagai:
(5) The Cultural Strategy Group. 1998. Creative South Africa: A Strategy for Realising the Potential of the Cultural
Industries. Johannesburg: Department of Arts, Culture, Science and Technology.
(6) Harris, C., Collins, M., Cheek, Dennis. 2013. Americas Creative Economy: A Study of Recent Conceptions, Definitions,
and Approaches to Measurement Across the USA. National Creativity Network.
(7) Hyatt, D. 2008. An Overview of the Financial Impact of the Canadian Music Industry. Ontario: Ontario Media Development Corporation (OMDC)
Berdasarkan definisi di atas, maka terdapat beberapa kata kunci yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari definisi industri musik, yaitu:
1. Jenis Usaha adalah jenis kegiatan atau lembaga usaha yang berhubungan dengan
pemberdayaan karya musik untuk memberikan manfaat kepada pelakunya, baik dari
segi ekonomi maupun dari segi lainnya;
2. Kegiatan Kreatif adalah kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan akal manusia
untuk mencipta atau mengembangkan karya, dalam hal ini adalah karya musik;
3. Pendidikan adalah kegiatan yang bertujuan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan
manusia baik itu formal, nonformal, dan informal;
4. Kreasi atau komposisi adalah proses penciptaan karya musik yang berbentuk penuangan
buah pikiran atau kecerdasan, serta realisasi ide dan gagasan, sehingga menjadi sebuah
karya musik yang utuh;
5. Rekaman adalah pemindahan suara dari alat musik atau vokal manusia ke dalam media
perekam seperti pita rekaman, dan menggunakan alat perekam;
6. Promosi adalah upaya memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa dengan tujuan
menarik calon konsumen;
7. Distribusi adalah penyaluran produk musik ke berbagai saluran penjualan produk musik;
8. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan produk musik dengan timbal balik tertentu;
9. Pertunjukan Musik adalah kegiatan mempertunjukkan atau menampilkan karya musik
secara langsung ke khalayak ramai;
10. Karya Seni Musik adalah hasil daya cipta yang merupakan buah pikiran atau kecerdasan
manusia, dalam hal ini yang berbentuk kreasi musik, baik itu dalam bentuk suara maupun
cetak.
Yang tercakup di dalam fragmen artistik adalah pelaku yang melakukan segala jenis kegiatan
yang berhubungan dengan kreativitas dan seni untuk menghasilkan suatu karya musik. Berikut
ini adalah pelaku yang masuk ke dalam fragmen artistik:
Artis, adalah musisi, baik itu penyanyi ataupun pemain alat musik termasuk juga kelompok
musik, yang melakukan kegiatan berkaitan dengan menampilkan karya musik;
Penulis Lagu, adalah pencipta atau penulis karya musik lagu atau melodi lagu, yang
biasanya merupakan lagu populer;
Penulis Lirik, adalah pencipta atau penulis kata-kata dalam lagu, yang melengkapi
sebuah karya musik;
Penata Musik, adalah orang yang mengatur atau mengaransemen sebuah karya musik,
termasuk menyesuasikan komposisi musik dengan suara penyanyi atau instrumen lain
yang didasarkan pada sebuah komposisi yang telah ada (penggubah lagu);
Komposer, adalah orang yang menulis komposisi musik instrumental maupun vokal,
sampai dengan orkestra, dan meneruskan kepada orang lain untuk memainkannya;
Produser, adalah orang yang bertanggung jawab dalam mengawasi dan mengelola proses
rekaman dari karya musik seorang musisi atau komposer. Hal ini meliputi pengumpulan
ide untuk proyek rekaman, memilih lagu atau musisi, melatih musisi di studio, mengatur
sesi rekaman, dan juga supervisi keseluruhan proses rekaman melalui mixing dan mastering.
Produser dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: produser musik, yang bertanggung jawab
mengawasi dalam segi kreasi karya musik, dan produser eksekutif yang bertanggung
jawab mengawasi dalam segi keuangan proyek rekaman;
Sound Engineer, adalah orang yang bertanggung jawab dalam mengelola rekayasa
suara pada sebuah proses rekaman atau aspek teknis dari rekaman, mulai dari merekam,
mengedit, mixing dan mastering suara, untuk merealisasikan visi kreatif dari produser
artis atau komposernya, meliputi juga pascaproduksi untuk video dan film, live sound
reinforcement (pengelolaan sistem suara pertunjukan langsung musik), hingga penyiaran;
Music Director (Pengarah Musik), adalah orang yang bertanggung jawab dalam
produksi atau pertunjukan musik secara keseluruhan, termasuk memastikan setiap peran
memahami musiknya secara menyeluruh, dan mengawasi interpretasi musik dari setiap
penampil atau musisi;
Session Player, adalah musisi lepas yang digunakan jasanya untuk melakukan proses
rekaman pada bagian tertentu, yang tidak bisa dicakup atau dilakukan oleh musisi, dan
bukan merupakan bagian dari musisi atau kelompok musiknya.
Sedangkan pada fragmen industri, para pelaku melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan
suatu keluaran yang berupa layanan atau produk. Fragmen artistik merupakan penyuplai utama
fragmen industrial sehingga dua fragmen ini tidak bisa dipisahkan dari industri musik.
Para pelaku yang masuk ke dalam fragmen industri-layanan, meliputi:
Penyewaan Studio Rekaman, adalah penyedia jasa penyewaan studio untuk rekaman
musik, termasuk juga menyediakan alat-alat perekam, dan alat musik untuk rekaman;
Manajemen Artis, adalah manajer yang bertugas mewakili seniman, komposer, produser
rekaman dalam hal yang berkaitan dengan perusahaan rekaman, perusahaan penerbitan
musik (music publisher), dan juga dengan lembaga atau badan lain yang penting di industri
musik;
Jasa Reservasi (Booking Agent), adalah penyedia jasa yang bertanggung jawab mewakili
musisi untuk berhubungan dengan promotor atau event organizer. Juga bertanggung jawab
mewakili musisi dalam kesepakatan dan reservasi pertunjukan musik;
Lembaga Manajemen Kolektif (LMK), adalah lembaga yang pada umumnya bertanggung
jawab untuk pengambilan royalti dari segala bentuk pemanfaatan karya musik yang
telah terlisensi;
Konten Agregator, adalah individu atau organisasi yang mengumpulkan konten untuk
web atau aplikasi lain dari sumber yang berbeda-beda, juga mendistribusikan konten
untuk website mereka sendiri ataupun pelanggan yang membutuhkan konten tertentu;
Label Rekaman, adalah perusahaan yang mengelola rekaman suara dan penjualannya,
termasuk promosi dan perlindungan hak cipta;
Distributor Produk Industri Musik (Digital dan Nondigital), adalah pihak yang
menyalurkan produk akhir karya musik kepada saluran-saluran penjualan produk
subsektor industri musik;
Distributor Alat Musik, adalah pihak yang menyalurkan alat-alat (instrumen) musik,
yang digunakan oleh musisi-musisi dalam proses rekaman dan pertunjukan karya musik;
Toko Musik Digital, adalah outlet yang umumnya tidak berbentuk fisik, yang menjual
produk musik dalam bentuk file digital (mp3, wav, dan lain sebagainya);
Toko Musik Konvensional, adalah outlet berbentuk fisik, yang menjual secara khusus
produk karya musik dalam bentuk fisik seperti kaset, CD (cakram padat), piringan
hitam, dan DVD;
Promotor Musik, adalah individu atau organisasi yang bertanggung jawab sebagai
penganjur atau pendorong terselenggaranya acara atau event musik;
Penyedia Pendidikan Musik, adalah individu atau organisasi yang memberikan pendidikan
musik baik formal, informal, dan nonformal, dalam segi kemampuan (skill) bermusik,
maupun bisnis dalam subsektor industri musik;
Penerbit Musik (Publisher), adalah penanggung jawab lisensi karya musik. Penerbit
musik melisensikan penggunaan copyrights kepada perusahaan rekaman yang memproduksi
rekaman tersebut, termasuk mengusahakan lisensi copyrights mereka untuk pembuat film
dan iklan, atau bentuk lainnya, untuk menghasilkan pendapatan sebanyak mungkin;
Publisis (Publicist), adalah pihak yang melakukan strategi publikasi ataupun promosi
terhadap masyarakat umum, khususnya media dan beberapa pihak terkait. Juga bertindak
mewakili artis atau label dalam fungsinya sebagai public relation;
Penyewaan Alat Musik dan Sound System, adalah pihak yang menyediakan jasa
penyewaan alat-alat yang berkaitan dengan penyelenggaraan acara pertunjukan musik.
Pembuat Alat Musik, adalah individu atau organisasi yang berkegiatan memproduksi
atau membuat instrumen musik yang digunakan untuk seluruh kegiatan musik yang
berkaitan dengan menampilkan karya ataupun perekaman;
Pembuat Piranti Lunak (Software) Musik, adalah individu atau organisasi yang
berkegiatan membuat atau memproduksi piranti lunak yang umumnya digunakan dalam
kegiatan perekaman, penyuntingan dan mastering karya musik;
Pembuat Piranti Lunak (Software) untuk Distribusi atau Apresiasi Musik, adalah
individu atau organisasi yang khusus membuat aplikasi mobile, aplikasi komputer, dan
aplikasi web khusus untuk produk industri musik.
Gambar 1-1 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Musik dalam Ekonomi Kreatif 2015-2019
Wolfgang Amadeus Mozart yang bernama asli Johannes Chrysostomus Wolfgangus Gottlieb Mozart
(lahir di Salzburg, 27 Januari 1756meninggal di
Wina, Austria, 5 Desember 1791, pada usia 35 tahun)
adalah seorang komponis. Ia dianggap sebagai salah
satu dari komponis musik klasik Eropa yang terpenting
dan paling terkenal dalam sejarah. Karya-karyanya
(sekitar 700 lagu) termasuk gubahan-gubahan yang
secara luas diakui sebagai puncak karya musik simfoni,
musik piano, musik opera, dan musik paduan suara.
Contoh karyanya adalah opera Don Giovanni dan
Die Zauberflte. Banyak dari karya Mozart dianggap
sebagai repertoar standar konser klasik dan diakui
sebagai mahakarya musik zaman klasik.
Sumber: Wikipedia.org
10
Era industri rekaman musik dapat dikatakan dimulai pada tahun 1857, saat mesin perekam suara
pertama ditemukan oleh Leon Scott. Mesin ini bisa merekam suara masukan yang diterimanya
pada selembar kertas. Kemudian Thomas Edison melanjutkan dengan membawa penemuan ini
menjadi selangkah lebih jauh dengan menciptakan phonograph, alat yang bisa merekam sekaligus
memutar suara secara instan, atau langsung dengan menggunakan lembaran logam silinder yang
tipis. Pada tahun 1880 hingga 1900, bentuk atau format media rekaman suara terus menerus
berubah. Kemampuan merekam suatu kelompok atau musisi tertentu memainkan lagu tertentu
menggunakan lembaran musik menjadi tonggak berdirinya industri rekaman. Industri rekaman ini
memberikan perhatian yang lebih condong kepada musisinya dibandingkan kepada komposernya.
Fonograf atau phonograph adalah mesin yang dapat
memainkan dan menyimpan suara. Gelombang
suara dipancarkan melalui suatu membran menuju
jarum yang bergetar dengan cepat. Jarum tersebut
akan membentuk goresan pada pita di silinder yang
berputar. Pada model fonograf yang paling tua, pita
suara yang digunakan dibuat dari lempengan logam
yang tipis. Versi berikutnya menggunakan pita suara
dari bahan lilin dan seluloid. Thomas Edison adalah
orang yang berhasil membuat fonograf, sebuah
bentuk pengembangan dari alat perekam suara
ciptaan Leon Scott.
Thomas Edison dan phonograph
Sumber: Wikipedia.org
kedua buatannya.
Selain dari terciptanya mesin perekam suara, perkembangan dan penyebaran radio serta industri
penyiaran secara luas pada tahun 1920, turut serta mengubah cara musik diperdengarkan. Opera
house, gedung pertunjukan, dan tempat-tempat pertunjukan musik masih tetap melanjutkan
produksi karya musik dan melakukan pertunjukan secara langsung, namun kekuatan radio
memberikan kesempatan kepada kelompok musik untuk dikenal secara luas dalam skala nasional,
bahkan mendunia.
Proses perekaman musik terus mengalami perkembangan hingga pada tahun 1948, disaat Les
Paul melakukan proses rekaman multi-track pertama (sound-on-sound overdubbed) yang mengubah
paradigma bahwa perekaman musik tidak selalu harus dilakukan secara live (langsung), di
mana semua musisi berada di dalam ruangan dan memainkan komposisinya bersama. Hal ini
juga membuka peluang lisensi artistik melalui rekaman. Label rekaman, yang berperan sebagai
penghubung, akan mempekerjakan orang untuk mencari bakat-bakat baru, dan orang tersebut
akan menempatkan musisi yang tepat dengan lagu yang tepat, di studio yang tepat dengan produser
yang tepat, untuk meluncurkan rekamannya pada waktu yang tepat. Orang-orang ini dikenal
sebagai Artist & Repertoire Representatives (atau A&R reps). A&R inilah yang juga bertanggung
jawab atas kesuksesan dengan skala yang mendunia dari musisi-musisi yang pernah kita ketahui.
Pada akhirnya industri rekaman berhasil menggantikan industri penerbit lembaran musik sebagai
kekuatan terbesar di industri musik. Kembali pada peran label sebagai penghubung, label juga
11
berperan membawa komposer dari industri penerbitan, musisi dari industri pertunjukan, dan
membuat piringan hitam untuk industri rekaman.
Pada era tahun 1950 ke atas, musik mulai menemukan bentuknya menjadi industri dengan
adanya suatu proses penggabungan beberapa kegiatan seperti: komposisi musik, rekaman musik,
promosi, hingga pertunjukan.8 Hal ini dilakukan untuk mendapatkan perputaran uang dari
musik yang diterbitkan.
Sebelum dimulainya era industri musik digital, berbagai format rekaman musik diperkenalkan
seperti kaset dan piringan hitam di pertengahan era 1970-an, dan tentunya cakram padat (CD)
pada era 1990-an, yang menjadi penanda kesuksesan industri musik di dunia. Hal tersebut terjadi
bersamaan dengan industri teknologi yang mengembangkan microcomputers, membuat komputer
pribadi tersedia secara luas bagi khalayak umum. Di tahun 1990, Internet muncul sebagai konsep
baru. Pada awalnya, Internet didesain sebagai pengaman jaringan komunikasi pemerintah
Amerika Serikat pada saat perang dingin. Kemudian menjadi tersedia bagi masyarakat umum,
walaupun penggunaannya belum diperbolehkan untuk komersil, hingga akhirnya Amazon dan
eBay berdiri pada tahun 1995. Hal ini menandai penghapusan batasan geografis dalam distribusi
produk rekaman musik. Pada tahun 2001, penjualan CD mencapai puncaknya sejalan dengan
pecahnya bubble.com.
Era industri musik digital sendiri dapat dikatakan dimulai saat Internet benar-benar terjangkau
oleh masyarakat, hingga akhirnya menjadi hal yang umum. Format musik digital mulai marak
digunakan oleh masyarakat umum. Akan tetapi, keberadaan Internet ini di sisi lain menjadi
kelemahan bagi industri musik itu sendiri, yaitu saat maraknya eksploitasi potensi Internet
sebagai jaringan untuk penyebaran informasi dan file sharing. Akibat mudahnya akses untuk
mendapatkan musik secara gratis, meskipun ilegal, membuat terjadinya penurunan penjualan
CD secara signifikan di seluruh dunia. Pada saat itu industri musik dunia cukup tergoncang.
Akan tetapi industri musik dunia masih bisa bertahan dengan berbagai inovasi dan reformasi
pada model bisnis yang dijalankannya. Sekarang, dengan munculnya berbagai alternatif konsumsi
musik seperti metode konsumsi berlangganan, bisa menjadi salah satu cara industri musik melawan
peliknya isu pembajakan, dengan memberikan masyarakat akses yang mudah dan nyaman untuk
mereka mengonsumsi musik. Akan tetapi, industri musik dunia belum bisa berhenti bekerja dalam
hal reformasi dan inovasi dalam model bisnis maupun industrinya sendiri, karena teknologi
informasi akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman.
12
Batavia. Jenis musik yang beredar pada saat itu kebanyakan berupa keroncong, gambus, dan
juga lagu-lagu yang bernafaskan kebangsaan.
Pada era 1950-an, mulai bermunculan beberapa perusahaan rekaman di Indonesia seperti: Irama,
Dimita, Remaco, Nirwana, TOP, Eterna, dan Contessa. Pada masa ini, lagu pop mulai mendapat
tempat disamping lagu berirama keroncong dan seriosa. Beberapa musisi yang pertama kali hadir
dalam industri rekaman di Indonesia adalah Bing Slamet, Titiek Puspa, Rachmat Kartolo, Nien
Lesmana, Koes Plus, dan Panbers. Selain swasta, pemerintah juga mulai mendirikan industri
rekaman bernama Lokananta di Kota Solo, Jawa Tengah. Saat itu Lokananta hanya merilis
lagu-lagu daerah, sementara Irama banyak melahirkan lagu-lagu hiburan. Sebagai perusahaan
pemerintah, Lokananta memiliki tugas untuk melakukan produksi dan duplikasi piringan hitam.
Pada tahun 1951, Radio Republik Indonesia (RRI) membuat suatu acara yang cukup terkenal
pada masa itu yaitu pemilihan bintang radio.
Gedung Lokananta
Sumber: sejarawanmuda.files.wordpress.com
Sumber: akhmadhanan.com
Sumber: jengajeng.blogspot.com
Sumber: jengajeng.blogspot.com
13
Lokananta merupakan perusahaan rekaman musik (label) Indonesia yang didirikan pada tahun
1956 di Solo, Jawa Tengah. Tugas besar yang diemban Lokananta ada dua, yaitu: produksi dan
duplikasi piringan hitam, dan kemudian kaset. Mulai tahun 1958, piringan hitam mulai dicoba
untuk dipasarkan kepada umum melalui RRI dan diberi label Lokananta yang kurang lebih
berarti Gamelan di kahyangan yang berbunyi tanpa penabuh.
Sumber: Wikipedia.org
Pada era 1960-an, muncul beberapa perusahaan rekaman baru seperti Hins Collection dan
Akurama. Pengaruh Barat makin terasa terhadap musik Indonesia. Selain itu, harga piringan
hitam yang tinggi dan daya beli pasar yang rendah juga ikut memberi pengaruh pada perubahan
industri. Untuk menyikapi hal ini, para pelaku industri rekaman mulai mencari solusi untuk
memproduksi rekaman dalam bentuk yang lebih sederhana dan harga yang lebih terjangkau.
Akhirnya digunakanlah kaset sebagai media yang baru. Walaupun demikian, piringan hitam
tetap direkam dengan bentuk yang sama, yaitu dalam bentuk dua atau empat track. Salah satu
perusahaan yang menggunakan dua track adalah Celebrity Studio yang dimiliki oleh Jack
Lesmana dan Fajar Menyingsing. Pada era ini, proses perekaman sudah mengalami beberapa
kemajuan seperti penggunaan sistem shift dan mixing. Saat itu, proses mixing adalah proses
terakhir sebelum hasil rekaman diperbanyak dan kemudian dipasarkan.
Era 1970-an merupakan era yang panjang untuk industri permusikan Indonesia. Banyak perubahan
yang terjadi pada era ini. Salah satunya adalah pada tahun 1976 mulai bermunculan perusahaanperusahaan rekaman dengan alat-alat yang lebih modern, yaitu alat yang memungkinkan
penggunaan sistem 8 hingga16 track untuk produksi musik scoring untuk film. Studio yang termasuk
pertama kali menggunakan sistem ini adalah studio Triple M dan adalah Musica Studio yang
sebelumnya dikenal dengan nama Metropolitan Studio. Salah satu perubahan yang signifikan
pada era ini adalah kehadiran tape recorder yang bisa digunakan untuk merekam lagu-lagu dari
14
siaran radio, maupun dari piringan hitam. Untuk merespon hal ini, banyak beredar juga penjualan
kaset kosong yang semakin memicu budaya merekam di antara masyarakat Indonesia. Selain
dari sisi teknologi, di era ini juga terjadi perubahan di pasar Indonesia. Kebanyakan masyarakat
Indonesia lebih menyukai musik pop. Hal ini menyebabkan banyak musisi yang tidak mengikuti
keinginan pasar, sehingga penghasilan dan karirnya menurun. Di saat perusahaan-perusahaan
rekaman mulai merasa perlu untuk mengikuti selera pasar yang berubah agar tetap selamat di
industri musik, peran seorang produser kemudian muncul. Hal ini menyebabkan banyak musisi
yang mulai merasa kebebasan mereka untuk berkarya menjadi tidak ada. Musisi-musisi tersebut
antara lain adalah Zaenal Arifin, Yopie Item, Wandi Kuswandi hingga Benny Likumahua. Di
akhir era ini, teknologi dan sistem yang lebih maju mulai masuk, yaitu dengan menggunakan
sistem shift dan berkapasitas hingga 32 tracks. Hal yang disayangkan adalah pada tahun 1971
Indonesia tidak hadir dalam penandatangan perlindungan hak cipta The Berne Convention.
Musica Studio juga dikenal sebagai Metropolitan Studio di tahun 1960-an, lalu menjadi Musica Studio di tahun 1970-an. Didirikan oleh Yamin Wijaya, seorang pemilik toko elektronik.
Musica merupakan salah satu perusahaan musik terbesar di Indonesia. Artis-artis yang pernah
atau sedang dinaunginya antara lain Chrisye, Iwan Fals, dan Nidji.
Sumber: Wikipedia.org
15
Sumber: Wikipedia.org
Sumber: kasetkaset.blogspot.com
Dari periode ini, mengemuka sistem pembayaran berupa flat pay maupun non-flat pay. Flat pay
adalah pembelian master, termasuk segala keuntungan, dimiliki oleh produser atau pemilik
master. Artis hanya menerima honor rekaman saja atau akan mendapatkan bonus jika album
laris. Namun perjanjian-perjanjian ini kerap tanpa bukti hitam di atas putih. Terkadang
menyebabkan silang sengketa kepada ahli waris dari kedua belah pihak. Kasus ini contohnya
menimpa BIMBO dan Koes Plus terhadap pemilik master rekaman mereka. Hal itu terjadi
karena undang-undang hak cipta kala itu masih memakai Auteurswet 1912, sebelum dicabut
dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982. Pada era tahun 80-an, terdapat
beberapa artis yang booming dengan penjualan album yang tinggi. Di antaranya adalah
Gombloh album Semakin Gila (Nirwana Records, 1986); Iwan Fals album Mata Dewa
(Airo Records, 1988); Rita Sugiarto & Jacky Zimah album Vol.1 (Insan Record, 1982); Dian
Piesesha album Tak Ingin Sendiri (JK Records, 1984); dan Betharia Sonata album Hati yang
Luka (Musica, 1987).
Koes Plus Muda dan Tua, Masih Tetap Sama Walaupun Sudah ditempa Waktu Sekian Lama
Sumber: peperonity.com, indonesiarayanews.com
Koes Plus, band legendaris Indonesia yang sempat membuat sedikit kontroversi saat pemerintahan
presiden Soekarno. Didirikan pada tahun 1969 sebagai kelanjutan dari Koes Bersaudara. Koes
Plus dikenal sebagai pelopor musik beraliran pop dan rock n roll di Indonesia.
Sumber: Wikipedia.org
Di era 1990-an, untuk menghindari kasus pelanggaran hak cipta yang lebih besar, maka muncullah
perwakilan langsung perusahaan rekaman internasional di Indonesia. Kehadiran perusahaan
rekaman di Indonesia dibatasi ruang geraknya oleh Pemerintah, sehingga harus bergabung dengan
perusahaan rekaman lokal, seperti EMI yang bekerjasama dengan Aquarius Musikindo, Warner
Musik dengan Hemagita Tama Records, Universal Music dengan Suara Sentra Sejati, Sony Music
Entertainment dengan Indosemar Sakti, dan BMG dengan Musica Studio. Di era-era berikutnya
perusahaan rekaman internasional ini berdiri sendiri, namun seiring dengan perkembangan industri
musik dunia, BMG bergabung dengan Sony Music sehingga pada akhirnya seluruh sahamnya
dimiliki oleh Sony Music. EMI juga harus menutup kantor perwakilannya di Indonesia, dan
merelakan katalognya tersebar di Warner Music dan Universal Music. Pada era tahun 1990-an,
terdapat beberapa album yang mencapai penjualan lebih dari 1 juta kopi. Beberapa di antaranya
adalah: Nike Ardilla album Biarkan Cintamu Berlalu (Music Plus, 1994), Yuni Shara album
Mengapa Tiada Maaf (Blackboard, 1995), Junior album Bujangan (Billboard, 1996), Stinky
album Self Titled (Buletin, 1997) dan grup band dari Jogja Sheila on 7 album Self Titled
(Sony Music, 1999).
17
Pada awal tahun 2000, terdapat fenomena baru di subsektor industri musik Indonesia. Dengan
terbukanya kesempatan usaha berkat teknologi modern dan iklim bisnis yang kondusif, banyak
bermunculan pelaku subsektor industri musik independen, yang umum dikenal sebagai indie,
termasuk di antaranya adalah indie label yang mungkin dikenal di luar Indonesia dengan istilah
minor label. Hal ini diakibatkan oleh keberadaan major label yang belum mampu mengakomodir
pasar musik Indonesia sepenuhnya, di mana banyak pula musisi dengan karyanya yang belum
mendapat perhatian dari major label. Meningkatnya jumlah musisi beserta karya musiknya
dari berbagai genre musik turut mengikuti fenomena kebangkitan pergerakan scene subsektor
industri musik independen. Hal ini pun didukung oleh eksposur dari media massa, terutama TV,
khususnya MTV, yang membuat musisi besar dan musisi indie menjadi populer di masyarakat
luas, yang akhirnya membuahkan kesuksesan dari subsektor industri musik independen. Salah
satu bukti dari kepopuleran musik indie adalah dengan adanya sebuah kompetisi membuat album
kompilasi musik indie yang dikenal dengan nama Indiefest, yang salah satu penggagasnya adalah
sebuah label independent dari Bandung, yaitu FFWD Records. Beberapa label rekaman indie
yang berhasil pada saat itu di antaranya adalah Fast Forward (FFWD), Aksara Records, Sinjitos,
Demajors, dan Ivy Music League.
Fast Forward (FFWD) merupakan salah satu label rekaman independent yang berdiri di Bandung. Didirikan atas inisiatif Helvi S., Marine R., dan Didit. FFWD mencoba untuk membuat
perubahan dengan banyaknya alternatif musik baru. Didirikan pada tahun 1999 di Bandung
Indonesia, FFWD Record menjadi pelopor kehadiran Indie Label di Indonesia. FFWD Record
terkenal sebagai pembawa genre Indie Pop ke Indonesia saat pertama merilis album This World
is Such a Groovy Place dari The Cherry Orchad, UK. Saat ini FFWD Records telah merilis
banyak album dari musisi lokal, dan telah merilis lebih dari 5 album dari musisi internasional,
seperti The Cherry Orchad, Ivy, Edson, Club 8, dan Jens Lekman. Dari musisi lokal, MOCCA
dan The SIGIT adalah beberapa contoh artis dari Bandung yang bisa Go Internasional. Beberapa
negara seperti Korea, Jepang, Singapura, dan Malaysia sering mengundang MOCCA untuk
tampil di negara mereka. The SIGIT juga telah sukses menyelesaikan tur mereka di Australia
pada bulan Juni 2007. Polyester Embassy, Homogenic, RNRM, Hollywood Nobody, dan
Teenage Deathstar juga merupakan beberapa artis yang di-release oleh FFWD Records yang
mengembangkan karirnya di scene lokal dan internasional.
Sumber: www.ffwdrecords.com
Di era ini juga, konsumsi musik mengalami pergeseran dari konsumsi produk fisik dengan CD
dan kaset, menjadi konsumsi produk digital. Walaupun demikian, masih ada beberapa musisi
yang berhasil menembus penjualan fisik yang tinggi. Di antaranya adalah Sheila on 7 album
Kisah Klasik untuk Masa Depan (Sony Music, 2000); Dewa album Bintang Lima (Aquarius
Musikindo, 2000), Slank album Virus (Program, 2001); Padi album Sesuatu yang Tertunda
(Sony Music, 2001); Peterpan album Bintang di Surga (Musica, 2004); Jamrud album Ningrat
(Logiss, 2000); dan Ungu album Melayang (Trinity, 2005).
Tahun 2006 merupakan titik perkembangan musik digital, yang memberikan dampak signifikan
untuk industri musik di Indonesia. Kehadiran Internet telah mempermudah penikmat musik
mendapatkan musik. Sebutlah Napster atau jaringan peer-to-peer yang hadir untuk berbagi musik.
Kemudahan digital pun menghadirkan tumbuhnya kios-kios download di pusat perbelanjaan.
18
Teknologi telepon genggam yang semakin maju, memungkinkan sebuah telepon menghadirkan
suara lewat ringtone monophonic, polyphonic hingga truetone. Pada saat itu pula, mulai populer
bentuk lain dari produk dan konten musik, yakni RBT (Ring Back Tone) di mana banyak musisi
yang meraup keuntungan besar darinya. Ini menunjukkan adanya diversifikasi produk dan konten
musik yang beredar tidak lagi terbatas pada produk fisik seperti kaset, CD, atau DVD. Selain
itu, bentuk bundling produk musik (dengan merchandise atau produk lainnya) dan unduh secara
digital produk musik pun mulai marak di Indonesia.10 Format baru ini memunculkan pelaku
industri musik nonperusahaan rekaman seperti perusahaan penyedia konten (content provider).
Pada era 2010-an, munculnya layanan musik berskala global di Indonesia seperti Nokia Comes
with Music. Lalu di tahun-tahun berikutnya hadir YouTube dan juga Apple iTunes di Indonesia
telah mendorong kehadiran usaha baru yaitu pengumpul konten musik atau lazim disebut sebagai
content aggregator. Beberapa nama perusahaan lokal yang menggeluti usaha ini adalah Equinox
DMD, Musikator, Gotong Royong Musik, dan Mistral Musics. Content aggregator dari luar negeri
pun turut masuk untuk membantu musisi Indonesia mendistribusikan karyanya, seperti: Believe
Digital, Tunecore, CD Baby, dan sebagainya. Perusahaan pengumpul konten ini bermitra dengan
berbagai macam layanan musik di dunia sehingga membuat karya musik Indonesia selain dapat
dikenal di negeri sendiri juga dapat didistribusikan ke mancanegara
Musikator adalah salah satu content aggregator Indonesia yang didirikan oleh Robin Malau,
mantan gitaris band hardcore Bandung, Puppen, yang juga merupakan salah satu musisi pionir
label independen di awal 1990-an, dan kemudian menjadi agensi musik sejak tahun 2013.
Perusahaan ini berada di bawah perusahaan Robin lainnya, yaitu Cerahati Digital Media, sebuah Digital Marketing Agency, yang memiliki portofolio klien berskala global seperti Google
dan General Motors. Musikator menjalin kerjasama dengan berbagai penyedia jasa layanan
musik di Indonesia dan dunia, dengan tujuan menyebarkan seluas-luasnya karya musisi Indonesia agar mendapatkan manfaat yang lebih baik. Layanan yang diberikan Musikator adalah
mendistribusikan musik ke toko digital dengan cakupan global seperti Spotify, Deezer, Rdio
dan Nokia Mix Radio (total distribusi ke 60 negara). Hingga saat ini, sudah mendistribusikan
konten musik dan video untuk lebih dari 100 band Indonesia. Musikator juga saat ini berperan
sebagai booking agency yang menghubungkan band Indonesia dengan pengelola festival musik
di Inggris dan Eropa. Layanan lainnya adalah music metrics, yang menganalisa relevansi sebuah
kelompok musik dengan perusahaan sponsor.
Sumber: musikator.com
(10) Didik Yandiawan. 2012. Peranan Pajak Bagi Peningkatan Pertumbuhan Industri Musik di Indonesia. http://www.
pajak.go.id/node/4675?lang=en. (diakses 18 Juli 2014)
19
20
22
BAB 2
Ekosistem dan Ruang
Lingkup Industri Musik
Indonesia
23
24
Pengaturan musik (arrangement) adalah proses rekonseptualisasi musik dari karya yang
sudah ada dengan cara reharmonisasi, parafrase melodi, orkestrasi, atau pengembangan
struktur formal;11
Audio recording adalah proses untuk menangkap suara dan menjadinya format-format
yang diharapkan seperti MP3, WAV, DAT, atau MIDI;
Audio mixing adalah proses menyatukan beberapa track yang sudah direkam menggunakan
peralatan mixing digital atau analog;
Karya musik adalah produk kekayaan intelektual hasil budi daya manusia yang perlu untuk
diatur keseimbangan dalam penggunaannya agar menunjang pertumbuhan ekonomi.14
Keluaran dari rantai kreasi adalah berupa komposisi musik dan seni pertunjukan. Keluaran
25
26
komposisi musik dalam berbagai format seperti MP3, WAV, DAT, MIDI, dan lain sebagainya
akan diteruskan ke proses rantai-rantai kreasi berikutnya agar benar-benar dapat dinikmati oleh
konsumen. Sementara itu, komposisi musik untuk tujuan seni pertunjukan dapat dinikmati
langsung oleh konsumen di panggung-panggung pementasan.
Proses penyusunan karya musik, rekaman, mixing, dan mastering melibatkan musisi atau penampil/
performers dan sound engineer atas arahan penata musik yang bertanggung jawab terhadap music
director. Music director bertanggung jawab terhadap produser dan produser eksekutif untuk menjaga
kualitas karya musik. Produser bertugas untuk mengatur teknis, penjadwalan, dan lisensi kontrak
lagu. Produser eksekutif bertindak sebagai pemodal kegiatan produksi musik. Karya musik yang
telah berhasil di-mastering, didaftarkan pada LMK untuk proses lisensi.
Sebuah proses lisensi mengacu pada peraturan yang mengatur praktik perlindungan kekayaan
intelektual. Organisasi yang mengatur kekayaan intelektual di dunia, World Intellectual Property
Organization (WIPO), yang berada di bawah asuhan Perserikatan Bangsa Bangsa atau United
Nations (UN), dan berkantor pusat di Jenewa, Swiss, membuat sebuah standar untuk praktik
perlindungan kekayaan intelektual tersebut. Standar ini mencakup dua hak mendasar yang
harus dipertimbangkan dalam menggunakan karya musik sebagai kekayaan intelektual untuk
keperluan komersial:
1. Copyright dalam sebuah karya (penulisan lagu, komposisi lagu, aransemen musik, dan
atau lirik);
2. Hak yang berhubungan dengan pertunjukan (performance) dan rekaman (phonograms).
Adapun karya musik memiliki hak-hak yang di antaranya mencakup:
Moral rights adalah hak eksklusif yang tidak dapat dipindahtangankan. Hak ini akan tinggal
pada pemilik konten meskipun telah terjadi perpindahan hak ekonomis. Ada dua yang temaktub
dalam hak moral ini, yaitu: (i) integritas, yang memberi hak pencipta atau penulis dan penampil
karya musik untuk menolak perubahan terhadap hasil karyanya yang dapat merusak reputasi
dan kehormatan pencipta atau penulis dan penampil karya musik tadi; (ii) paternitas, yang
memberi hak pencipta atau penulis dan penampil untuk disebutkan namanya atas karya musik
yang ditampilkan di tempat publik.
Performing rights adalah hak yang didapatkan oleh pemilik hak cipta ketika karya musiknya
ditampilkan atau diperdengarkan di muka umum, seperti konser, kelab malam, restoran, juga
mencakup siaran televisi kabel, radio, dan musik pertunjukan yang dibawakan ulang.
Mechanical rights adalah izin tertulis dari penerbit untuk memproduksi dan mendistribusikan
hasil rekaman dalam bentuk CD, kaset audio, DVD, dan piringan hitam untuk komposisi
hak cipta tertentu. Jumlah royalti yang dibayarkan kepada penulis lagu dari mechanical rights
ditentukan oleh berapa banyak rekaman yang dijual.
27
Synchronization rights dibayarkan kepada pemilik hak cipta ketika musik mereka digunakan
dalam kombinasi menggunakan gambar visual, seperti musik dalam film, TV, video, atau program
komputer. Produser audio-visual biasanya meminta synchronization rights dari penerbit lagu.15
Making Available adalah hak yang dimiliki oleh pencipta atau penulis, penampil, dan juga
produser karya rekaman musik yang memungkinkan karya tersebut bisa diunduh atau diakses,
baik dengan atau nirkabel dari sebuah tempat di mana pengguna karya musik tersebut dapat
berinteraksi dengan memilih karya musik apa yang ia ingin dengarkan. Ini biasanya digunakan
pada layanan streaming yang dapat memilih lagu yang ingin didengarkan (on-demand).
Dramatic Rights atau Grand Rights merujuk pada penggunaan karya musik untuk keperluan
dramaturgi, baik digunakan dalam komposisi aslinya ataupun digubah ulang sesuai keperluan
drama cerita. Biasanya royalti yang didapat dari eksploitasi hak ini dihitung berdasarkan nilai
kotor dari penjualan tiket mingguan atau perhitungan royalti rata-rata dari tiap pertunjukan.16
Permasalahan yang terjadi adalah karya musik di Indonesia belum dilindungi dengan baik oleh
pemerintah. Dari sisi bisnis pun, terlihat masih banyak pengusaha di Indonesia yang memiliki
pandangan negatif terhadap perlindungan kekayaan intelektual atas karya musik. Pengusaha,
dalam hal ini adalah pemilik kafe, pengusaha karaoke, pemilik tempat-tempat perbelanjaan,
melihat bahwa konsep perlindungan HKI (Hak Kekayaan Intelektual) hanya akan memberikan
kerugian bagi mereka. Setiap harinya mereka memutar karya musik tanpa batas dan tanpa
memperhitungkan royalti. Menurut Ketua DPP HIPPI Bidang Hukum dan Kelembagaan Dr.
Dhaniswara K. Harjono, S.H., M.H., M.B.A., perlindungan hak cipta melalui lisensi musik hanya
akan menjadi wacana pemerintah, sehingga tidak mungkin dijalankan di masyarakat. Prosedur
pendaftaran dan pembuktian kepemilikan yang ada rumit, sementara konsep perlindungan yang
ada pada Undang-Undang masih abstrak, sehingga menyebabkan penyalahgunaan dan kesalahan
penafsiran. Selain itu, dari sisi penegakan hukum, tidak sedikit pengusaha yang kecewa, karena
sistem pengadilan dan ketidaktahuan hakim yang kurang menguasai wacana HKI di Indonesia.17
Salah satu permasalahan yang penting adalah besarnya ketidaktahuan para penulis lagu atau musisi
mengenai pentingnya pendaftaran lisensi musik. Selain itu, peran penerbit musik (music publisher)
juga masih sedikit dimanfaatkan oleh para musisi. Padahal, penerbit musik berperan penting
sebagai pihak yang bisa membantu penulis lagu atau musisi mendaftarkan karya musiknya kepada
Lembaga Manajemen Kolektif (Collecting Society). Di Indonesia, tercatat tiga manajemen kolektif,
yaitu KCI (Karya Cipta Indonesia), WAMI (Wahana Musik Indonesia), dan RAI (Royalti Anugrah
Indonesia). Walaupun demikian, proses yang ada di lapangan tidak semulus yang diharapkan. Maka,
diperlukan satu LMK nasional yang bertindak sebagai koordinator seluruh LMK yang ada, di mana
tujuan utamanya adalah untuk mempermudah birokrasi bagi pengguna lisensi musik. Sebagai
perbandingan, para musisi di negara lain lebih bisa terjamin kemakmurannya karena di negara
(15) BMI and Performing Rights dari situs BMI. Tautan: http://www.bmi.com/licensing/entry/business_using_music_bmi_and_performing_rights. Terakhir diakses pada 25 September 2014.
(16) What are Music Publishing Rights, dari situs web Alter & Kendrick, LLP: Attorneys At Law. Tautan: http://alterandkendrick.com/protecting-your-musical-copyrights/what-are-music-publishing-rights/ Terakhir diakses pada
25 September 2014.
(17) Widi Asmoro, Adakah Masa Depan untuk Musik Indonesia, www.widiasmoro.com, 5 Juni 2013. Tautan: http://
www.widiasmoro.com/2013/06/05/masa-depan-untuk-musik-indonesia/ Terakhir diakses pada 25 September 2014.
28
mereka para LMK sudah berhasil mengumpulkan royalti dengan nilai yang sangat signifikan.18
Sebagai contohnya adalah PRS for Music dari Inggris.
Contoh Lembaga Manajemen Kolektif dari Inggris
PRS for Music Limited (sebelumnya MCPS-PRS Alliance Limited) adalah lembaga manajemen
kolektif dari Inggris yang melakukan manajemen hak kolektif untuk karya musik. PRS for
Music adalah rumah dari PRS (Performing Right Society) dan MCPS (Mechanical-Copyright
Protection Society), yang mewakili hak-hak dari sekitar 100.000 anggotanya di Inggris. PRS
for Music memberikan lisensi hak cipta musik atas nama anggota pada organisasi yang membutuhkan. PRS for Music juga mendistribusikan royalti kepada para anggota, mempromosikan,
dan melindungi nilai hak cipta. Tanpa PRS for Music, organisasi-organisasi pengguna ini harus
menghubungi ribuan penulis lagu, komposer, dan penerbit musik untuk mendapatkan semua
izin yang mereka butuhkan. Sementara itu, penulis lagu, komposer, dan penerbit musik juga
harus berurusan dengan ribuan permintaan dari pengguna musik. PRS menyediakan beberapa
jenis layanan lisensi musik.
Recorded Media: semua format fisik, termasuk CD dan DVD, dan untuk penggunaan musik
pada barang-barang seperti sampul majalah, karaoke, dan mainan musik.
Online: lisensi layanan musik online dan mobile di Inggris dan di seluruh Eropa.
Broadcasting: ratusan lisensi TV dan stasiun radio di Inggris, dari BBC ke layanan radio
komunitas. PRS for Music juga menawarkan lisensi untuk podcast, produksi perusahaan, situs
web, radio rumah sakit, dan nada dering.
Public Performance: 350.000 pemegang lisensi bisnis di PRS for Music meliputi beberapa
merek dunia yang paling terkenal, perusahaan yang bergerak di bidang hiburan, perusahaan
multinasional, dan usaha kecil seperti penata rambut dan kafe.
Uang didapatkan dengan cara pengumpulan royalti atas musik untuk pertunjukan, baik secara
langsung atau direkam, atau dari siaran radio, televisi, dan online. MCPS menghasilkan uang
melalui biaya lisensi dari rekaman anggotanya pada banyak format yang berbeda, termasuk CD
dan DVD. PRS for Music dan MCPS membayarkan uang yang berhasil mereka kumpulkan
kepada penulis lagu, komposer, dan penerbit musik yang merupakan anggota mereka. Kedua
organisasi ini bekerja bukan untuk keuntungan dan hanya mengurangi biaya administrasi
atau mengutip komisi yang kecil dari pendapatan anggotanya demi menutupi biaya operasional.
Sumber: www.prsformusic.com
Melalui donatur
Saat ini ditemukan banyak musisi yang mendapatkan pendanaan untuk proses
produksi lagu dari donatur. Donatur biasanya merupakan perorangan yang memiliki
latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda dan sektor bisnis yang berbeda-beda pula,
tidak harus dari subsektor industri musik.
29
Selain yang sudah dijelaskan di atas, ada juga suatu fenomena pergerakan baru yang diusung oleh
musisi-musisi indie di Indonesia, yaitu membebaskan penggunaan lagunya di bawah naungan
lisensi Creative Commons.
Lisensi Creative Commons atau biasa disebut juga lisensi CC merupakan lisensi yang
berisi ketentuan yang memungkinkan suatu ciptaan untuk dibagikan dan digunakan
30
kembali di bawah persyaratan yang fleksibel dan sesuai ketentuan hukum yang berlaku.19
Pada umumnya musisi yang menggunakan lisensi Creative Commons bernaung di bawah Netlabel.
Netlabel adalah platform untuk distribusi online dan promosi di mana karya musik dirilis secara
gratis di bawah lisensi Creative Commons atau yang serupa. Mereka adalah bagian dari scene musik
gratis, yang telah berkembang secara dinamis sejak munculnya internet dan budaya digitalisasi.20
(19) Apakah yang Dimaksud dengan Lisensi Creative Commons? creativecommons.or.id, Oktober 2011. Tautan: http://
creativecommons.or.id/2011/10/apakah-yang-dimaksud-dengan-lisensi-creative-commons/ Terakhir diakses pada
25 September 2014.
(20) Patryk Galuszka, Netlabels and democratization of the recording industry, First Monday: Peer-reviewed Journal
on The Internet, Volume 17, No. 7, 2 Juli 2012. Tautan: http://firstmonday.org/ojs/index.php/fm/article/view/3770/3278
Terakhir diakses pada 25 September 2014.
(21) Jean Cook, Invisible Genres & Metadata, situs web Future of Music Coalition. Tautan: http://www.futureofmusic.
org/article/article/invisible-genres-metadata Terakhir diakses pada 25 September 2014.
(22) Dari Frequently Asked Questions, dalam www.ddex.net. Tautan: http://www.ddex.net/frequently-asked-questions
Terakhir diakses pada 25 September 2014.
(23) Whay is the Difference Between CD Replication and CD Duplication? dalam situs web WiseGEEK: Clear Answer
for Common Questions. Tautan: http://www.wisegeek.org/what-is-the-difference-between-cd-replication-and-cdduplication.htm. Terakhir diakses pada 25 September 2014.
31
Pelaku utama dari proses reproduksi adalah label rekaman dan penerbit musik (publisher). Jika
dilihat dari sudut pandang ukuran dan struktur bisnis, terdapat empat jenis label rekaman di dunia:
Major Label adalah perusahaan rekaman besar di mana produk mereka didistribusikan
oleh salah satu dari tiga besar perusahaan distributor musik. Mereka adalah Universal
Music, Sony Music Entertainment, dan Warner Music Group;
Mini Major Label adalah label rekaman yang berafiliasi dengan dan didistribusikan
melalui salah satu dari empat label rekaman besar. Pada umumnya mini major label
dimiliki oleh salah satu major label;
Major Distributed-Independent Label adalah label rekaman yang dibuat atas dasar
perjanjian produksi independen dengan musisi yang sudah mapan dan memiliki pengalaman
di dunia rekaman untuk menemukan bakat-bakat baru dan mengarahkan bakat-bakat
baru itu ke label besar;
True Independent Label adalah label rekaman yang mendistribusikan produknya sendiri atau
melalui distributor independen. Mereka memiliki sedikit karyawan dan tidak berafiliasi
dengan major label atau mini major label tertentu. Label ini seringkali beroperasi dengan
bujet yang minim dan sering dibiayai dengan anggaran terbatas oleh pemilik dan/atau
investor mereka.24
Namun, jika melihat kondisi industri musik di Indonesia, kategorisasi label rekaman dan definisinya
bisa dibagi sebagai berikut:
Major Label adalah label rekaman besar yang memiliki induk perusahaan di luar negeri.
Contoh: Warner Music Indonesia, Sony Music Entertainment Indonesia, dan Universal
Music Indonesia;
Major-Independent Label atau Local Label adalah label rekaman asli Indonesia yang
memiliki sumber pembiayaan sendiri dan beroperasi dengan skala yang tidak kalah
bersaing dengan major label. Contoh: Musica Studios, Nagaswara, Trinity Optima
Production, dan Aquarius;
Independent label:
Vanity Label adalah label rekaman yang mendapat pendanaan dari salah satu
label rekaman besar (major label atau major-independent label) untuk menemukan
bakat-bakat dan karya-karya baru. Biasanya dibuat atas dasar perjanjian produksi
independen dengan musisi yang sudah mapan dan memiliki pengalaman di dunia
rekaman. Contoh: Pops, Independen, dan Forte;
DIY (Do it Yourself) atau bisa juga disebut Self Release adalah suatu usaha
dari musisi untuk bertindak seperti label rekaman dengan memproduksi,
mendistribusikan, dan menjual karya musik mereka sendiri. Walaupun demikian,
pada saat proses pendistribusian kadang kala musisi ini bekerja sama dengan
distributor independen. Contoh: High Octane Records dan Revolt;
True Independent Label adalah label rekaman yang mendistribusikan produknya
sendiri atau melalui distributor independen. Mereka memiliki sedikit karyawan
dan tidak berafiliasi dengan major label atau mini major label tertentu. Label ini
seringkali beroperasi dengan bujet yang minim sering dibiayai dengan anggaran
(24) Are there various types of record companies? dalam situs web Free Advice. Tautan: http://law.freeadvice.com/
intellectual_property/music_law/types_record_companies.htm Terakhir diakses pada 25 September 2014.
32
Aktivitas pendukung dari rantai ini adalah produksi media fisik (CD/kaset/vinyl), servis penggandaan
media fisik, pencetakan, pengurusan pajak pertambahan nilai untuk poduk fisik, dan pendaftaran
lisensi. Penerbit musik tugasnya adalah mengurus lisensi-lisensi yang diperlukan dan mengatur
penggunaan serta hak dari para pemegang lisensi. Untuk penerbit musik, terdapat beberapa nama
yang ada, yaitu: Aquarius Pustaka Musik, Arga Swara Kencana Musik, Arka Music Publishing,
Jawara Pustaka Musik, Mitra Kreasi Prima, Mobimax Multimedia, Musica Studios, Nagaswara
Publisherindo, PT Penerbit Karya Musik, Trinity Optima Production, dan Warner Music Indonesia.25
Karena perannya saling mendukung, tidak sedikit penerbit musik yang bekerja berdampingan
dengan label rekaman tertentu. Berdasarkan data, masih sedikit penerbit musik yang berdiri
secara independen.
(25) Widi Asmoro, Direktori Industri Musik Indonesia, dalam www.widiasmoro.com. Tautan: http://www.widiasmoro.
com/direktori/ Terakhir diakses pada 25 September 2014.
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia
33
Kegiatan utama dari distribusi produk dalam media digital adalah penyebaran produk musik
digital dalam berbagai format ke berbagai macam toko digital tertentu. Proses dari distribusi
itu mencakup:
1. Distributor produk digital menerima lagu yang sudah terstandar DDEX dari label atau
musisi atau publisher;
2. Lagu itu kemudian akan dimasukkan ke dalam suatu sistem pengolahan digital yang
meliputi uji kualitas, klasifikasi lagu, encoding atau decoding, sesuai dengan kebutuhan hasil
akhir lagu. Encoding adalah suatu proses konversi hasil rekaman ke bentuk digital. Proses
selanjutnya adalah menentukan music rights mana yang akan dipakai, yaitu performing
rights dan/atau mechanical rights. Bentuk akhir dari proses pengolahan ada yang berupa
Permanent Digital Download (PDD), Limited Download, Webcasting, Interactive
Streaming, Nada Dering (Ring tone), Peer to Peer, dan Ring Back Tone.
Adapun definisi dari masing-masing format produk musik digital di atas adalah:
Permanent Digital Download (PDD) adalah pengantaran hasil rekaman yang sudah
melalui proses transmisi digital untuk tujuan penggunaan permanen. ODD (On-Demand
Download) biasa juga disebut FTD (Full Track Download) atau untethered download;
Limited Download adalah pengantaran hasil rekaman yang sudah melalui proses transmisi
digital untuk tujuan penggunaan yang dibatasipada umumnya berdasarkan jumlah
hari atau kali penggunaan. Limited download biasa juga disebut tethered download;
Webcasting secara umum merujuk pada kegiatan menyalurkan (streaming) sumber audio
atau video dengan cara terkoneksi Internet (online) kepada pengguna secara simultan.
Kegiatan webcasting ini biasanya dilakukan oleh radio internet atau pun televisi internet;
Interactive Streaming adalah ketika file digital ditransmisikan secara elektronik ke komputer
atau perangkat lainnya untuk permintaan tertentu dari pengguna. Interactive Streaming
biasa juga disebut dengan on-demand streams;
Nada dering (ring tone) adalah bagian kecil dari lagu dalam bentuk digital yang di-render
dalam bentuk audio, baik dalam bentuk monophonic, polyphonic, ataupun true-tone. Nada
dering ini disimpan pada telepon genggam atau alat komunikasi portable lainnya dan bisa
didengarkan kapan saja ketika mendapatkan notifikasi, baik itu telepon, SMS, maupun
notifikasi lainnya;
Peer to Peer (P2P) juga lazim disebut sebagai file-sharing antarkomputer. Peer-to-peer
adalah aplikasi populer yang biasa digunakan untuk berbagi file di sebuah jaringan
(common network hub) dengan cara membuka akses hard drive kepada publik untuk
mencari dan mendownload;
Ring Back Tone atau biasa disebut answer tone atau caller-ringtone adalah bagian kecil dari
lagu dalam bentuk digital yang di-render dalam bentuk audio yang biasa diperdengarkan
ketika penelepon menunggu jawaban dari orang yang ditelepon untuk menjawab panggilan
tersebut.26
(26) Frequently Asked Questions, dalam www.harryfox.com. Tautan: http://www.harryfox.com/public/DigitalDefinitions.jsp#67 Terakhir diakses pada 25 September 2014.
34
Penyebaran produk digital musik ke toko digital biasanya dilakukan oleh penyedia konten atau
content provider (CP). Kehadiran CP juga berperan sebagai pendistribusi konten ke perusahaan
telekomunikasi. Pada sekitar 2010-an, saat munculnya layanan musik global pertama di Indonesia,
Nokia Comes With Music, dan juga resminya iTunes beroperasi di Indonesia pada 2012, kehadiran
para penyedia konten di luar label rekaman konvensional mulai tumbuh. Beberapa content aggregator
yang ada di Indonesia adalah Musikator, Gotong Royong Music, dan Mistral Musics. Ini juga
diiringi dengan masuknya content aggregator internasional seperti Believe Digital, Tunecore, CD
Baby, dan sebagainya, untuk membantu musisi Indonesia menyebarkan karya musik ke sebanyak
mungkin toko musik digital.
Kegiatan utama dalam distribusi produk dalam media fisik adalah meneruskan hasil keluaran
proses reproduksi ke toko-toko fisik konvensional dan nonkonvensional. Untuk produk fisik,
kebanyakan proses distribusi masih berjalan dengan cara konvensional oleh label rekaman dan
atau oleh penyedia jasa distribusi produk fisik.
Belakangan ini penyebaran produk fisik musik terbantu oleh kehadiran distributor nonkonvensional
dengan tidak hanya mendistribusikan produk fisik melalui toko-toko yang khusus berjualan
CD seperti Duta Suara dan Disc Tarra. Distributor ini biasanya berhubungan atau berada satu
payung dengan toko nonkonvensional. Contoh beberapa distributor nonkonvensional yang ada
di Indonesia adalah Swara Sangkar Emas dan Music Factory di bawah bendera KFC. Menyusul
adalah Texas Fried Chicken yang pada 2014 ini sukses merilis Ada Band, Andra & The Backbone,
Dmasiv, serta Geisha.
35
menjadi bagian dari label rekaman, walaupun seyogianya publisis dapat berdiri sendiri. Peran ini
sangat strategis tapi masih jarang pelakunya di industri musik Indonesia.
Saat ini, ada beberapa perusahaan yang khusus bertindak sebagai publisis dengan tugas melakukan
strategi publikasi, termasuk pengiriman materi ke radio, media cetak, dan TV. Beberapa contohnya
seperti Ayo Media (Ayo Records) dan Locker Media. Beberapa PR (Public Relation) Company
di Indonesia juga mulai bergerak di wilayah musik, seperti JavaPR, namun belum menjadi
spesialisasi. Publisis mempunyai hubungan strategis dengan media, sehingga menjadi salah satu
faktor penentu popularitas artis.
36
ada juga perusahaan yang menggunakan situs web saja untuk menawarkan produk musik seperti
Dotuku.com dan Digilive.co.id.
(27) BCA Berjaya Citibank Perlu Berbenah, www.marketing.co.id., 27 Februari 2013. Tautan: http://www.marketing.
co.id/bca-berjaya-citibank-perlu-berbenah/ Terakhir diakses pada 25 September 2014.
37
bertema, festival musik, bazar, dan lain sebagainya. Selain itu, diskotek, kafe, dan
restoran juga biasa digunakan sebagai venue untuk pertunjukan dalam skala kecil;
3. Booking Agency;
4. Penjual Tiket;
5. Penyewaan alat musik dan tata lampu;
6. Perusahaan penjual dan produsen merchandise;
7. Perusahaan pemberi dana sponsor.
Untuk produk pertunjukan, salah satu dinamika yang ada adalah meningkatnya jumlah konser
musik yang menampilkan musisi dari luar negeri. Walaupun demikian, para penyelenggaranya
selalu memasukkan musisi Indonesia untuk bisa berada satu panggung dengan musisi internasional.
Rata-rata konser musik di Indonesia selalu dipenuhi para konsumen yang biasanya berusia muda.
Hal ini bagus untuk mengembangkan pengetahuan musik dari generasi muda Indonesia, selain
berguna untuk meningkatkan budaya menonton konser berbayar sehingga bisa membantu
pemasukan para musisi. Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan dalam membuat suatu
pertunjukan musik adalah kontrak dengan pengisi acara, perizinan, venue, dan pajak tiket.
Fenomena lain
Selain melalui toko digital, konsumsi musik juga bisa dalam bentuk New Media. New Media adalah
cara mengkonsumsi musik dengan cara membeli barang atau jasa tertentu yang menawarkan
sejumlah musik sebagai nilai tambah, baik itu gratis atau pun dengan harga yang sangat rendah.
Contoh beberapa OEM (Original Equipment Manufacturer) yang menawarkan musik sebagai
nilai tambah pembelian produknya adalah Nokia, Nexian, dan Cross. Contoh lainnya adalah
in flight-entertainment, bentuk hiburan yang disediakan di penerbangan.
Salah satu hal baru di industri musik Indonesia adalah kehadiran netlabel. Sampai saat ini
ada 17 netlabel yang berada dalam naungan Indonesia Netlabel Union. Mereka adalah Yes
No Wave Music, Inmyroom Records, Hujan! Rekords, StoneAge Records, MindBlasting,
Pati Rasa Records, Tsefula/Tsefuelha Records, K A NA L 30, dan lain sebagainya. 28
Peran netlabel di sini adalah untuk menyediakan platform digital untuk musisi-musisi yang
membagikan karyanya secara gratis dan bebas bertanggung jawab dalam naungan lisensi
CC (Creative Common). Selain menyediakan lagu-lagu dalam lisensi CC, terkadang mereka
juga mencari pemasukan dengan cara menjual merchandise. Salah satu netlabel perdana adalah
Deathrockstar yang dikelola oleh Eric Wiryanata dan Ryan Koesuma.
B. Pasar
Konsumen dari produk musik ada dua jenis yaitu business-to-business dan business-to-consumer.
Konsumen business-to-business pada umumnya menggunakan produk musik untuk keperluan
promosi dari perusahaan atau produknya, sedangkan business-to-consumer adalah pengguna atau
(28) INF 2012 Zine: Direktori Netlabel Indoensia, www.indonesiannetlabelunion.net., 22 November 2012. Tautan: http://
indonesiannetlabelunion.net/inf-2012-zine-direktori-netlabel-indonesia/ Terakhir diakses pada 25 September 2014.
38
peningkat langsung musik baik dalam bentuk fisik, digital maupun pertunjukan. Konsumen
business-to-business (B to B) dapat dibedakan menjadi:
1. Retail; yaitu pengguna karya musik yang menggunakan musik untuk pertunjukan
sehingga tercipta performance right. Ini contohnya adalah pengusaha konser musik dan
juga pengusaha tempat hiburan karaoke.
2. Middle-man; contohnya adalah agency, production house, atau brand yang menggunakan
musik untuk menambahkan nilai pada produk yang dijualnya. Sebagai contoh adalah
production house yang menggunakan lagu sebagai soundtrack sinetron, film pendek, atau
film layar lebar. Ada juga perusahaan pembuat game interactive atau perusahaan penyedia
jasa video yang menggunakan lagu untuk backsound atau soundtrack. Pada skema ini,
perusahaan pengguna lagu akan membayar synchronization rights kepada penerbit musik
dan/atau label rekaman. Namun, apabila yang digunakan adalah master dari suatu
rekaman, maka pengguna lagu juga harus membayar mechanical rights kepada si pemilik
master, yaitu musisi atau label atau penerbit musik.
Kosumen business-to-consumer (B to C) bisa terdiri dari dua jenis:
1. Konsumen musik murni, yaitu penikmat musik dalam bentuk digital, fisik, dan pertunjukan;
2. Prosumers (Producer-Consumer), yaitu konsumen musik yang juga bertindak sebagai
musisi atau kelak akan menjadi musisi, namun sedang dalam masa pencarian. Prosumers
cenderung lebih kritis dan proaktif terhadap industri musik. Konsumen musik ini juga
ada yang berlaku sebagai fans. Fans yang die-hard terkadang diberdayakan oleh musisi
atau manajemen artis untuk melakukan promosi via komunitas dan media sosial maupun
sebagai penggerak fans yang lain (fans coordinator).
Jumlah pembajakan untuk produk digital dan fisik sangat besar, di mana pembajakan lagu di internet
saat ini mencapai angka 10 juta download per harinya dan menyebabkan kerugian per tahunnya
mencapai angka 14 triliun.29 Setiap tahun penjualan produk musik rekaman di Indonesia mencapai
Rp 5 triliun di mana 90%-nya mengalami pembajakan dan merugikan negara serta musisi.30
Walaupun demikian, menurut data yang didapat dari berbagai sumber, 80% dari pangsa
pasar dalam negeri adalah karya musik Indonesia. Hal ini termasuk konsumsi produk fisik
dan pertunjukan. Ini menandakan bahwa pasar musik dalam negeri sangat menghargai musik
Indonesia dan ini bisa memberikan kesempatan pada perkembangan subsektor industri musik
Indonesia yang berkelanjutan.
(29) Strategi Penanggulangan Pembajakan Musik di Ranah Dunia Maya, www.ambadar.com. Tautan: http://www.
ambadar.com/update/strategi-penanggulangan-pembajakan-musik-di-ranah-dunia-maya(30) Azis Kurmala, Kerugian Akibat Pembajakan Musik Rp4,5 triliun Setahun, www.antaranews.com, 17 Mei 2013.
Tautan: http://www.antaranews.com/berita/375286/kerugian-akibat-pembajakan-musik-rp45-triliun-setahun.
Terakhir diakses pada 25 September 2014.
39
Namun, jika dilihat dari sisi yang lain, selain memberantas maraknya pembajakan, ada peluang
pasar yang harus diambil. Salah satu yang ada adalah potensi dari produk digital, di mana jumlah
pengguna internet di Indonesia pada 2013 berjumlah 28% dari total penduduk Indonesia. Angka
ini sudah mengalami kenaikan sebesar 13% dibanding 2012 yang sekitar 63 juta pengguna (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia-APJII). Nilai ini masih bisa jauh dikembangkan lagi
dengan adanya sosialisasi dan pemerataan penggunaan internet ke daerah-daerah. Para pemain
di musik digital harus menangkap potensi ini dan menguatkan program sosialisasi serta promosi
untuk meningkatkan konsumsi masyarakat akan produk musik digital.
Pada saat ini, pasar untuk produk pertunjukan dinilai besar dan memberikan kontribusi
pemasukan yang paling besar pada musisi. Selain pertunjukan, turunan dari produk fisik dan
pertunjukan, yaitu merchandise, juga terbukti mampu menambah pemasukan para musisi.
Kini para fans yang merupakan konsumen musik sudah mulai didayagunakan sebagai reseller.
Printed rights diberlakukan untuk produksi merchandise yang bukan dilakukan oleh musisi atau
manajemennya. Printed rights merupakan hak pemilik hak cipta atas penggunaan nama atau
lirik yang dicetak di suatu media.
40
stakeholders industri musik, seperti label rekaman, musisi, penulis lagu, dan wartawan. Tugas dari
dewan ini adalah mendengarkan lagu-lagu yang masuk dan mengelompokkannya dalam kategori
yang sudah ditentukan. Penyelenggara suatu penghargaan biasanya adalah asosiasi atau komunitas.
Sampai saat ini ada beberapa penghargaan untuk karya musik antara lain: AMI (Anugerah Musik
Indonesia) yang diberikan oleh Yayasan Anugerah Musik Indonesia (YAMI) dan ICEMA (Indonesia
Cutting Edge Music Award). Walaupun demikian, jumlah ini dirasa masih sangat kurang.
Literasi musik adalah kemampuan memahami suatu karya musik. Proses peningkatan literasi
merupakan kunci dari pembinaan pasar di mana di dalamnya terkandung proses membina
hubungan dengan konsumen yang sudah ada dan calon konsumen.
Proses literasi dapat dilakukan secara:
1. Formal, yaitu melalui lembaga pendidikan secara formal dan nonformal, dengan cara
mengintegrasikan pengetahuan mengenai industri musik pada kurikulum pendidikan
nasional. Sampai saat ini pendidikan musik sudah diterapkan sejak dini walau pengetahuan
yang diberikan masih sangat dasar.
2. Informal, yaitu melalui suatu community hub yang merupakan sebuah bangunan yang
dapat diakses oleh semua kelompok di lingkungan atau subsektor yang dilayaninya.31
Ini adalah sentra komunitas yang menyediakan berbagai servis yang berkualitas dengan
biaya yang efektif. Adanya community hub yang melayani sentra komunitas bisa membuka
peluang-peluang kolaborasi baru sehingga menciptakan inovasi-inovasi produk dan
jasa ke depannya. Aktivitas di dalam community hub bisa berupa forum diskusi, forum
kolaborasi, dan lain-lain, yang dibuka untuk umum dengan harapan dapat memberikan
pengetahuan pada peserta yang datang.
3. Umum, bisa melalui pendidikan formal dengan mengandalkan suatu ekstra kurikuler,
melalui event musik, seminar, atau diskusi mengenai industri musik. Bisa juga melalui
riset mengenai industri musik yang dilakukan oleh individu atau komunitas, media cetak
seperti majalah, surat kabar, dan buku, media elektronik seperti blog dan situs web, dan juga
melalui national music chart. Seminar-seminar dan forum diskusi tentang industri musik,
baik berbentuk pertemuan maupun melalui media sosial, juga mulai banyak ditemukan
meski sebagian besar masih dalam skala kecil dan sporadis di berbagai kota di Indonesia.
Salah satu literasi umum yang berpotensi untuk memberikan dampak signifikan terhadap industri
musik Indonesia adalah pertemuan musik yang bersifat internasional, di antaranya seperti Music
Matters yang diselenggarakan tahunan untuk pasar Asia, di mana Gumilang Ramadan dari
Musica Studios tampil beberapa kali sebagai pembicara panel.
41
Lalu ada juga SXSW yang diselengarakan di Amerika Serikat dan juga mencakup hingga Eropadi
mana grup band White Shoes & The Couples Company pernah tampil. The Great Ecape yang
merupakan konferensi terkemuka untuk menemukan musik-musik baru juga sempat dihadiri
delegasi dari Indonesia, yaitu Robin Malau dan Indra Ameng pada 2014.
Sementara itu, MIDEM (March International du Disque et de lEdition Musicale) adalah music
trade show terbesar di dunia sejak 1966. MIDEM selalu memiliki program yang mengikuti
kebutuhan dan perkembangan industri musik masa kini dan selalu diadakan di Cannes, Prancis.
Mulai 19951997, MIDEM Asia diselenggarakan di Hong Kong. Seharusnya pada 1998 MIDEM
diadakan di Bali tapi tidak jadi dilaksanakan. Delegasi Indonesia yang terakhir kali hadir di
MIDEM pada 2000 adalah Krakatau, AB Three, Ita Purnamasari, dan Nourma Yunita. Mulai
2015, diharapkan Indonesia selalu hadir pada trade show ini dengan membawa pertunjukan musik
dan pembicara bisnis musik untuk menyampaikan pergerakan dinamis yang terjadi di industri
musik Indonesia. Hubungan dan kolaborasi yang terjadi di MIDEM diharapkan akan membantu
Indonesia memiliki bentuk industri yang lebih terpola dan menguntungkan para pelaku usaha
di indusri musik Indonesia.
C.2 Pendidikan
Pendidikan adalah hal yang penting untuk menunjang kemajuan industri musik Indonesia
dalam hal penciptaan orang-orang kreatif yang andal dan berkualitas. Pendidikan musik yang
dibutuhan untuk keberlangsungan industri ini adalah yang mencakup kegiatan hulu ke hilir,
seperti pendidikan untuk berkreasi (kemampuan bermain alat musik, penyusunan musik, dan
produksi musik), dan kemampuan untuk melakukan manajemen pada reproduksi, distribusi,
dan konsumsi (pendidikan manajemen musik).
Umumnya terdapat tiga jenis pendidikan yang ada di Indonesia:
Pendidikan Formal adalah pendidikan yang berjalan di sekolah dan memiliki jenjang pendidikan
yang jelas. Kegiatan yang dilakukan di pendidikan formal bersifat sistematis, berstruktur,
bertingkat, dan berjenjang. Pendidikan formal yang khusus membahas musik berada di sekolah
42
tinggi dan universitas, baik dibiayai oleh swasta maupun pemerintah. Sampai saat ini terdapat
beberapa pendidikan formal yang mengkhususkan pendidikan di bidang musik atau memiliki
program studi musik, yaitu Institut Musik Indonesia, Institut Kesenian Jakarta, Universitas
Pendidikan Indonesia, Universitas Sumatera Utara, Universitas Pasundan, Institut Seni Indonesia,
Universitas Negeri Semarang, Universitas Pelita Harapan, Universitas Negeri Jakarta, Sekolah
Tinggi Musik Bandung, Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Universitas Negeri Medan, dan Institut
Musik Daya Indonesia. Untuk menjamin kualitas lulusan yang siap menopang kemajuan industri
musik Indonesia, diperlukan suatu skema di mana para siswa mendapatan gambaran riil industri
musik di Indonesia. Untuk itu, program seperti magang atau praktik langsung sangat dibutuhkan
bagi para siswa.
Pendidikan Nonformal adalah pendidikan yang tidak selalu berjenjang dan bertingkat namun
terorganisir dan sistematis meski berada di luar sistem persekolahan yang mapan. Model pendidikan
ini biasanya merupakan bagian kecil dari suatu tujuan dan kegiatan yang lebih luas, dilakukan
secara mandiri, dan memiliki fokus pada peserta didik tertentu. Contoh dari pendidikan nonformal
adalah kursus dan workshop musik seperti Yamaha Music Course, Purwacaraka, ArtSonica, SAE,
dan sebagainya.
Di Indonesia, ditemukan banyak sekali pendidikan nonformal di bidang musik dalam bentuk
kursus-kursus. Selain kursus musik untuk alat musik tertentu, sekarang di Indonesia mulai marak
juga kursus DJ dan produksi musik. Ada pula master class, kursus yang diadakan oleh musisi
yang piawai di bidangnya untuk musisi pemula. Beberapa kursus ini diadakan oleh musisi yang
sudah sukses berkarya di dalam dan luar negeri. Beberapa musisi yang kerap membuka kelas ini
adalah Indra Lesmana dan Indro Hardjodikoro;
Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan melalui keluarga dan lingkungan seperti forum
komunitas, dan biasanya dilakukan secara mandiri atau kolektif atas dasar kesukaan yang sama,32
contohnya adalah Institut Musik Jalanan (http://institutmusikjalanan.org/).
D. Pengarsipan
Pengarsipan (archiving) adalah salah satu bagian penting dari industri. Tujuan dari proses
pengarsipan ini adalah menciptakan media penyedia informasi dan data-data terkait industri musik.
Data-data ini mesti dapat diakses oleh publik untuk dijadikan sumber inspirasi atau juga sebagai
media literasi. Arsip juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran di lembaga pendidikan.
Tugas pengarsipan ini biasanya dilakukan oleh lembaga swasta atau pemerintah. Adapun tahapan
yang ada pada proses pengarsipan pada umumnya melalui pengumpulanrestorasipenyimpanan
preservasi. Proses restorasi hanya dilakukan apabila dokumen atau hal yang perlu diarsipkan
sudah mengalami kerusakan atau ketidaksesuaian, sehingga perlu dilakukan proses perbaikan
tanpa mengubah nilai atau makna aslinya sebelum dilakukan proses penyimpanan dan preservasi.
Di Indonesia, belum ada lembaga baik pemerintah maupun nonpemerintah yang serius menangani
pengarsipan musik ini. Sejauh pemantauan, terdapat tiga lembaga yang melakukan pengarsipan
(32) Dari www.duniacipleks.blogspot.com. Tautan: http://duniacipleks.blogspot.com/2011/02/perbedaan-pendidikanformal-informal.html. Terakhir diakses pada 25 September 2014.
43
musik di Indonesia: Arsip Nasional, Galeri Malang Bernyanyi, dan Museum Musik Indonesia.
Banyak individu yang malah menjadi kolektor musik Indonesia, seperti Ali Gunawan (Jakarta),
Faiz M. (Malang), Roi Hermanto (Jakarta), Denny Sakrie (Tangerang), Denny MR (Bogor),
serta David Tarigan (Jakarta).
Satu yang perlu mendapat perhatian adalah Irama Nusantara yang didirikan David Tarigan,
Alvin Yunata, dan teman-teman penikmat musik Indonesia. Di situs www.iramanusantara.org,
kita bisa menemukan banyak harta karun musik Indonesia yang bisa kita simak dengan cara
streaming. Tujuan situs ini bukan untuk komersial.
44
Dua hal utama yang penting dimiliki oleh para pelaku industri pendukung ini adalah akses dan
kualitas. Artinya, kemudahan dalam mendapatkan hal yang dibutuhkan akan sangat mempermudah
proses reproduksi. Namun, tak cukup hanya itu, hal ini juga harus didukung dengan kualitas
barang yang baik. Hasil reproduksi untuk produk digital dan fisik ini selanjutnya diteruskan
pada proses promosi. Sedangkan untuk produk pertunjukan, hasil kreasi berlanjut pada proses
promosi tanpa melalui proses reproduksi.
45
Selain dibutuhkan oleh konsumen, proses ini juga terkait erat dengan industri video, baik itu
video pertunjukan ataupun dokumenter.
46
Kegiatan jasa perekaman suara di studio atau tempat lain, termasuk hasil pemrograman
radio yang direkam (tidak langsung), audio untuk film, televisi, dan lain-lain
Penerbitan musik, meliputi kegiatan perolehan dan pencatatan hak cipta untuk gubahan
musik; promosi, pengesahan, dan penggunaan gubahan dalam perekaman, radio, televisi,
film, pertunjukan langsung, media cetak, dan lainnya; pendistribusian rekaman suara ke
pedagang besar, eceran, atau langsung ke masyarakat Penerbitan buku musik dan buku
lembaran musik. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh pemilik hak cipta atau pihak lain
yang bertindak sebagai administrator dari hak cipta musik atas nama pemilik hak cipta
INDUSTRI PENDUKUNG
(FORWARD LINKAGE)
Industri Pariwisata
Performing Art
Industri Periklanan
Industri Fashion
Industri Perfilman
Industri FMCG
Industri Video
AKTOR INDUSTRI
MUSIK
Compact Disc
Cassette
INDUSTRI UTAMA
Musisi
Produk Fisik
Vinyl
Produk Digital
DVD
Penulis Lagu
Produser
Conventional Store:
Record Store/CD/Vinyl
store
Unconventional Store:
Distro, toko buku,
restoran cepat saji
PROMOSI /
MARKETING
Komposer
Label Rekaman
PERTUNJUKAN
KONSUMEN
MP 3
Lembaga Manajemen
Kolektif (Collecting
Society Performing
Rights)
INDUSTRI PENDUKUNG
(BACKWARD LINKAGE)
RBT/FDT/Trutone/
Ringtone/Polyphonic
tone
Cellular provider
Media Cetak
Media Elektronik
Venue (Tour
booking agent / EO)
KREASI
REPRODUKSI
DISTRIBUSI
KONSUMSI
47
48
suara ke pedagang besar, eceran, atau langsung ke masyarakat, termasuk penerbitan buku musik
dan buku lembaran musik.
63112 KEGIATAN PENYIMPANAN DATA DI SERVER (HOSTING) DAN KEGIATAN YBDI
Kelompok ini mencakup usaha jasa pelayanan yang berkaitan dengan penyediaan infrastruktur
penyimpanan data di internet (hosting), layanan pemrosesan data dan kegiatan ybdi, dan spesialisasi
dari penyimpanan data di server, seperti web-hosting, jasa streaming, dan aplikasi hosting.
32201 INDUSTRI ALAT MUSIK TRADISIONAL
Kelompok ini mencakup usaha pembuatan alat-alat musik tradisional, baik alat musik senar,
tiup, pukul, dan lainnya, seperti kecapi, seruling bambu, angklung, calung, kulintang, gong,
gambang, gendang, terompet tradisional, rebab, dan tifa, termasuk pembuatan peluit, call horn
(semacam terompet), dan alat sinyal suara yang ditiup lainnya.
32202 INDUSTRI ALAT MUSIK BUKAN TRADISIONAL
Kelompok ini mencakup usaha pembuatan alat-alat musik nontradisional, seperti alat musik
petik (gitar, bass, dan sejenisnya), alat musik tiup (terompet, saksofon, klarinet, harmonika,
dan sejenisnya), alat musik gesek (biola, cello, dan sejenisnya), alat musik perkusi (drum set,
selofon, metalofon, dan sejenisnya), termasuk usaha pembuatan piano/organ, pianika gamitan,
akordeon, dan garpu tala. Usaha pembuatan mikrofon, loudspeaker, headphone, dan komponen
yang sejenisnya dimasukkan dalam kelompok 26420, sedangkan alat-alat musik untuk mainan
dimasukkan dalam kelompok 32402.
47597 PERDAGANGAN ECERAN ALAT MUSIK
Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran khusus alat musik, baik alat musik tradisional
maupun alat musik modern, seperti kecapi, seruling bambu, calung, angklung, kulintang, perangkat
gamelan, rebab, rebana, tifa, sasando, flute, saksofon, harmonika, trombon, gitar, mandolin,
ukulele, harpa, bass, gambus, biola, cello, piano/organ, drum set, dan garpu tala.
18111 INDUSTRI PENCETAKAN UMUM
Kelompok ini mencakup kegiatan industri percetakan surat kabar, majalah, dan penerbitan
periodik lainnya, seperti tabloid, surat kabar, majalah, jurnal, pamflet, buku, dan brosur, juga
naskah musik, peta, atlas, poster, katalog periklanan, prospectus, dan iklan cetak lainnya, serta
prangko pos, prangko perpajakan, dokumen, cek, dan kertas rahasia lainnya, buku harian,
kalender, formulir bisnis.
Barang-barang cetakan komersial lainnya, seperti kertas surat atau alat tulis pribadi dan barangbarang cetakan lainnya yang berasal dari hasil mesin cetak, offset, klise foto, fleksografi, mesin
pengganda, printer komputer, huruf timbul, dan sebagainya, termasuk alat cetak cepat; pencetakan
langsung ke bahan tekstil, plastik, kaca, logam, kayu, dan keramik, kecuali pencetakan tabir sutera
pada kain dan pakaian jadi; dan pencetakan pada label atau tanda pengenal (litografi, pencetakan
tulisan di makam, pencetakan fleksografi, dan sebagainya); termasuk pula mencetak ulang melalui
komputer, mesin stensil, dan sejenisnya, misal kegiatan fotokopi atau thermocopy. Barang cetakan
ini biasanya memiliki hak cipta. Industri label kertas atau karton termasuk kelompok 17099.
74909 JASA PROFESIONAL, ILMIAH, DAN TEKNIS LAINNYA YTDL
Kelompok ini mencakup usaha jasa profesional, ilmiah, dan teknik lainnya yang tidak diklasifikasikan
di tempat lain, seperti jasa konsultasi ilmu pertanian (agronomist), konsultasi lingkungan, konsultasi
49
teknik lain, dan kegiatan konsultan selain konsultan arsitek, teknik, dan manajemen. Kelompok
ini juga mencakup kegiatan yang dilakukan oleh agen atau perwakilan atas nama perorangan
yang biasa terlibatkan dalam pembuatan gambar bergerak, produksi teater, atau hiburan lainnya
atau atraksi olahraga dan penempatan buku, permainan (sandiwara, musik dan lain-lain), hasil
seni, fotografi dan lain-lain, dengan publisher, produser dan lain-lain.
46522 PERDAGANGAN BESAR DISKET, PITA AUDIO DAN VIDEO, CD, DAN DVD
KOSONG
Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar disket, pita audio dan pita video kosong, CD,
dan DVD kosong.
90004 JASA IMPRESARIAT BIDANG SENI
Kelompok ini mencakup kegiatan pengurusan dan penyelenggaraan pertunjukan hiburan baik
yang berupa mendatangkan, mengirim maupun mengembalikan serta menentukan tempat, waktu,
dan jenis hiburan. Kegiatan usaha jasa impresariat pada kelompok ini khusus untuk bidang seni
46496 PERDAGANGAN BESAR ALAT MUSIK
Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar berbagai alat musik, baik alat musik tradisional
maupun alat musik modern, seperti kecapi, seruling bambu, calung, angklung, kulintang, perangkat
gamelan, rebab, rebana, tifa, sasando, flute, saksofon, harmonika, trombon, gitar, mandolin,
ukulele, harpa, bass, gambus, biola, cello, piano/organ, drum set, dan garpu tala.
50
dan dana pemasaran, promosi, dan tur. Sebagai gantinya, pelaku kreatif setuju untuk membagikan
sebagian dari hasil pendapatan mereka yang meliputi penjualan produk digital, fisik, pertunjukan,
dan pendapatan lainnya pada label rekaman. Untuk menambah pemasukan, tidak sedikit label
rekaman yang melakukan kerja sama (model bisnis partnership) dengan usaha kreatif lainnya.
Dan jika label rekaman memiliki modal dan sumber daya yang kuat, yang biasanya dijalankan
adalah model bisnis vertical integration.
Gambar 2-3 Model Bisnis di Industri Musik
Beberapa label rekaman yang mengkhususkan diri pada produk digital biasanya bekerja sama
dengan pengumpul konten untuk melakukan digitalisasi produk musik. Selain itu, para pengumpul
konten juga bisa sekaligus menyebarkan produk musik kepada beberapa penyedia jasa penjualan
produk digital. Dan bagi label rekaman yang memiliki modal besar, mereka berani melakukan
integrasi vertikal dengan menyediakan servis produksi hingga pengelolaan karya kreatif dari
hulu ke hilir.
51
distribution biasanya dilakukan pada produk fisik di mana produk fisik tersebut diantarkan
langsung dari distributor label rekaman atau bahkan manajemen artis kepada konsumen musik.
Namun direct distribution bisa dilakukan oleh musisi yang merilis karyanya sendiri atau oleh
label rekaman true independent atau DIY.
52
54
BAB 3
Kondisi Umum Industri
Musik Indonesia
55
SATUAN
2010
2011
2012
2013
RATA-RATA
Nilai Tambah
Subsektor (ADHB)*
Miliar
Rupiah
3,972.74
4,475.44
4,798.88
5,237.08
4,621.04
Kontribusi Nilai
Tambah Subsektor
Terhadap Ekonomi
Kreatif (ADHB)*
Persen
0.84
0.85
0.83
0.82
0.83
Kontribusi Nilai
Tambah Subsektor
Terhadap Total PDB
(ADHB)*
Persen
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
Pertumbuhan Nilai
Tambah Subsektor
(ADHK)**
Persen
3.25
2.34
4.37
3.32
2. Berbasis Ketenagakerjaan
a
Jumlah Tenaga
Kerja Subsektor
Orang
50,612
53,127
55,030
55,958
53,681
Tingkat Partisipasi
Tenaga Kerja
terhadap
Ketenagakerjaan
Sektor Ekonomi
Kreatif
Persen
0.44
0.46
0.47
0.47
0.46
Tingkat Partisipasi
Tenaga Kerja
terhadap
Ketenagakerjaan
Nasional
Persen
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
Pertumbuhan
Jumlah Tenaga
Kerja Subsektor
Persen
4.97
3.58
1.69
3.41
Produktivitas
Tenaga Kerja
Subsektor
Ribu Rupiah/
Pekerja
Pertahun
78,495
84,240
87,205
93,590
85,882.61
56
Jumlah
Perusahaan
Subsektor
Perusahaan
14,954
15,377
15,803
16,182
15,579
Kontribusi Jumlah
Perusahaan
terhadap Jumlah
Perusahaan
Ekonomi Kreatif
Persen
0.28
0.29
0.29
0.30
0.29
Kontribusi Jumlah
Perusahaan
terhadap Total
Usaha
Persen
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
Pertumbuhan
Jumlah
Perusahaan
Persen
2.83
2.77
2.40
2.67
Nilai Ekspor
Subsektor
Juta Rupiah
899,558.70
909,294.48
913,802.97
934,236.67
914,223.20
Kontribusi
Ekspor Subsektor
Terhadap Ekspor
Sektor Ekonomi
Kreatif
Persen
0.93
0.86
0.83
0.79
0.85
Kontribusi
Ekspor Subsektor
Terhadap Total
Ekspor
Persen
0.06
0.05
0.05
0.05
0.05
Pertumbuhan
Ekspor Subsektor
Persen
1.08
0.50
2.24
1.27
Nilai Konsumsi
Rumah Tangga
Subsektor
Kontribusi
Konsumsi Rumah
Tangga Subsektor
terhadap Konsumsi
Sektor Ekonomi
Kreatif
Persen
0.44
0.45
0.48
0.50
0.47
Kontribusi
Konsumsi Rumah
Tangga terhadap
Total Konsumsi
Rumah Tangga
Persen
0.08
0.08
0.08
0.09
0.08
Pertumbuhan
Konsumsi Rumah
Tangga
Persen
14.04
16.17
15.63
15.28
Juta Rupiah
2,806,895.00 3,200,967.31
*ADHB = Atas Dasar Harga Berlaku **ADHK = Atas Dasar Harga Konstan
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah
57
Pada 2013, industri musik berkontribusi sebesar 5,24 triliun rupiah bagi Nilai Tambah Bruto
(NTB) Indonesia. Jumlah ini terbilang relatif rendah, karena hanya bernilai 1% dari NTB
yang didapat keseluruhan sektor ekonomi kreatif. Namun, laju pertumbuhan industri musik
terhadap NTB Ekonomi Kreatif dan NTB Indonesia sebesar 4.37%, yang relatif lebih rendah
dibandingkan laju pertumbuhan NTB Ekonomi Kreatif (5,76%) dan NTB Indonesia (5,74%),
disebabkan karena masih ada bagian-bagian yang tak terhitung sebagai kontribusi NTB dari
industri musik. Perhitungan di atas kemungkinan berada di bawah nilai NTB subsektor industri
musik Indonesia yang sebenarnya.
58
Dari grafik di atas dapat kita lihat jumlah tenaga kerja industri musik yang mencapai 55.968
tenaga kerja pada 2013. Ini menunjukkan penyerapan tenaga kerja di industri musik relatif
masih kecil dibandingkan dengan subsektor lainnya. Sebab, jumlah tersebut hanya memberi
kontribusi sebesar 0,47% dari total keseluruhan tenaga kerja yang ada dalam bidang ekonomi
kreatif. Dari laju pertambahan tenaga kerja industri musik yang mengalami penurunan cenderung
menunjukkan terjadinya pengurangan jumlah tenaga kerja di industri musik sebanyak -0.5%, di
mana untuk laju pertambahan tenaga kerja di ekonomi kreatif dan nasional pun menurun namun
tetap bernilai positif (masih ada pertambahan jumlah tenaga kerja). Hal ini juga menunjukkan
bahwa produktivitas dari industri musik yang meningkat melihat peningkatan laju pertambahan
NTB terhadap PDB saat jumlah tenaga kerja di subsektor industri musik menurun. Namun,
nilai ini masih dirasa under estimate jika dibandingkan kenyataan yang sebenarnya, mengingat
masih adanya jenis pekerjaan di industri musik yang tidak terdefinisikan dalam KBLI Indonesia,
terutama pada ruang lingkup fragmen artistik dan fragmen industri-servis.
BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia
59
Jumlah unit usaha industri musik pada 2013 sebanyak 16.182 unit, sehingga rasio jumlah unit
usaha dengan jumlah tenaga kerja hampir berbading 1:4. Nilai tersebut memberi kontribusi sebesar
0,3% dari total unit usaha ekonomi kreatif yang ada. Ini masih termasuk kecil jika dibandingkan
dengan subsektor lainnya. Menurut data yang tersedia, laju pertumbuhan unit usaha dalam industri
musik menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya. Tapi penurunan ini terjadi tidak hanya
pada industri musik, tapi juga keseluruhan kegiatan ekonomi kreatif secara nasional. Meski,
laju pertumbuhan unit usaha dalam industri musik (0,9%) masih lebih rendah dibandingkan
laju pertumbuhan unit usaha ekonomi nasional (2,4%), namun lebih tinggi dibandingkan laju
pertumbuhan unit usaha ekonomi kreatif (0.41%). Hal ini menunjukkan adanya potensi industri
musik yang belum digali secara optimal. Namun, angka ini masih berpotensi untuk berubah
akibat adanya unit usaha yang belum terdefinisi secara detail di dalam KBLI industri musik.
60
Nilai konsumsi rumah tangga industri musik sebesar 4,3 triliun rupiah telah memberi kontribusi
sebesar 0,5% dari total konsumsi rumah tangga ekonomi kreatif. Grafik di atas menunjukkan
bahwa produk industri musik mengalami peningkatan konsumsi rumah tangga yang dapat
dilihat dari laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga subsektor industri musik sebesar 12,25%.
Angka ini relatif lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi kreatif (10,83%), namun
masih lebih rendah dibanding konsumsi rumah tangga ekonomi nasional yang cenderung
menurun (15,63%). Jika melihat data ini dapat dikatakan bahwa nilai yang ditampilkan adalah
underestimated, karena ada potensi pemasukan subsektor industri musik dari performing rights
yang terhitung. Hal ini dikarenakan tidak adanya Undang-Undang Hak Cipta yang diperbaharui
dan mencakup beberapa hal yang bisa menambah nilai konsumsi rumah tangga industri musik.
61
62
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa perbandingan antara nilai ekspor dan impor tidak
berbeda jauh. Namun secara proporsional, terlihat bahwa laju pertumbuhan impor jauh di atas
laju pertumbuhan ekspor. Hal ini dapat memberikan kesimpulan bahwa daya saing industri
musik masih rendah bila dibandingkan dengan produk dari luar negeri. Meski begitu, ini
bukan berarti industri musik Indonesia tidak berdaya saing.
Meskipun secara nominal ekspor dan impor bertambah, tapi dapat dilihat bahwa distribusi ekspor
cenderung menurun sejak 2010 hingga 2013, diiringi dengan naiknya distribusi impor dari industri
musik Indonesia berkaitan dengan jauhnya perbedaan laju pertumbuhan ekspor dan impor. Tapi,
kondisi ini masih berpeluang untuk tidak sesuai dengan kondisi riilnya (nilainya terlalu kecil,
kemungkinan perkiraan yang terlalu kecil) karena masih adanya pengelompokan produk industri
musik yang tidak pada tempatnya, ataupun sebaliknya, di mana produk nonindustri musik
digolongkan dengan produk industri musik yang dapat mengakibatkan terjadinya perbedaan
nilai kontribusi ekspor dan impor.
Kemampuan ekspor industri musik Indonesia terbilang cukup tinggi. Selain data-data di atas,
beberapa fakta lain menunjukkan itu, seperti banyaknya musisi Indonesia yang karya musiknya
banyak dikonsumsi di negara-negara lain, baik itu berupa produk fisik, digital, atau pun pertunjukan.
Bahkan ada musisi Indonesia yang karya musiknya digunakan juga oleh industri periklanan dan
industri perfilman negara lain. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas musik Indonesia tidak kalah
bersaing dengan negara-negara lain, bahkan mungkin lebih baik. Besarnya kemampuan dan
sumber daya untuk meningkatkan kualitas dan produksi dari industri musik Indonesia sendiri
membuat kesempatan untuk meningkatkan daya saingnya lebih besar.
63
TAHUN
1990
Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam
1991
1997
Keputusan Presiden RI No. 18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention For The
Protection of Literary and Artistic Works
Keputusan Presiden RI No. 19 Tahun 1997 tentang Pengesahan WIPO Copyrights Treaty
2002
2004
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang sarana produksi
berteknologi tinggi untuk cakram optik (optical disc)
2008
Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 4/pj/2008 tentang Pajak Pertambahan Nilai Atas
Penyerahan Produk Rekaman Suara
2013
2014
1. Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya
Rekam dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Np. 70 Tahun 1991 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 Serah Simpan Karya Cetak dan
Karya Rekam
Analisis:
Karya musik di Indonesia sangat beragam. Maka, karya-karya ini perlu dikelola dengan
baik agar rekam jejak karya anak bangsa tersebut dapat terus ditemukan oleh generasi
selanjutnya. Pengarsipan yang buruk akan menghilangkan informasi penting yang
bisa mendidik anak bangsa. Kalau tidak, dikhawatirkan rekaman peristiwa yang telah
dihasilkan oleh berbagai lembaga tersebut akan sulit ditemukan kembali. Oleh karena itu
pemerintah membuat Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah-Simpan Karya
Cetak dan Karya Rekam dan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1990 dan Peraturan
Pelaksana Undang-undang No. 4 Tahun 1990.
64
Undang-Undang ini menjelaskan bahwa bahwa setiap penerbit yang ada di wilayah Indonesia
wajib menyerahkan 2 (dua) buah cetakan dari setiap judul karya cetak yang dihasilkan
kepada Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dan sebuah lagi kepada kepala Perpustakaan
Daerah (Perpusda) di ibukota provinsi yang bersangkutan, selambat-lambatnya setelah 3
(tiga) bulan diterbitkan. Atas dasar itu, setiap penerbit diwajibkan menyerahkan karyakaryanya ke lembaga yang telah ditunjuk. Undang-Undang ini juga mengatur tentang
sanksi yang dikenakan kepada setiap penerbit yang tidak menyerahkan karyanya.33
Namum pada pelaksanaannya, Undang-Undang ini kurang optimal. Sebabnya, para wajib
serah simpan karya rekam suara masih kurang memiliki kesadaran untuk mengantarkan
langsung atau mengirimkan hasil karya rekam suaranya pada Badan Perpustakaan dan
Arsip Daerah. Sehingga terkadang penyerahan karya rekam suara perlu dijemput langsung
oleh Tim Hunting Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah.
Kesimpulan:
Mengingat pentingnya pengarsipan untuk karya musik, maka perlu dilakukan sosialisasi
kepada para wajib serah simpan karya rekam suara mengenai pentingnya pengarsipan,
juga mengenai tata cara pengarsipan. Selain itu, setiap wilayah perlu melakukan
identifikasi dan penyusunan basis data para sasaran wajib serah simpan karya cetak
dan karya rekam. Untuk mengantisipasi ketidaktaatan para penerbit, keberadaan
sebuah tim hunting atau pelacak karya cetak dan karya rekam juga dirasa penting.
2. Hak Cipta: Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Analisis:
Lisensi musik, sebagai salah satu produk hak cipta, merupakan suatu bentuk perjanjian yang
konteksnya tunduk pada kebebasan berkontrak Pasal 1338 KUHPerdata, namun isinya juga
dibatasi pada UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Lisensi musik merupakan suatu
media pengalihan karya cipta, yang biasanya dilakukan oleh pemilik karya cipta kepada
industri musik untuk dapat dialihwujudkan agar dapat didistribusikan kepada konsumen
sasarannya. Pemberian lisensi ini seringkali direpresentasikan dengan perjanjian baku,
dengan form yang dibuat oleh industri rekaman lalu diberikan kepada si pencipta untuk diisi.
Kesimpulan:
Beberapa penamba han yang perlu ada sebagai pemba haruan dari UndangUndang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah:
Dengan adanya peraturan ini, iklim bisnis di industri musik Indonesia akan meningkat.
Pemasukan musisi akan membaik karena setiap penggunaan karyanya di ruang publik
atau untuk keperluan lainnya akan terhitung dengan jelas, sebab ada pembagian
keuntungan serta royalti yang jelas. Selain itu, pelaku usaha juga akan merasakan
adanya transparansi dan dampak jangka panjang yang disebabkan banyaknya generasi
(33) Arwendria, Efektivitas Pelaksanaan Undang-undang No. 4 Tahun 1990 Tentang Serah Simpan Karya Cetak dan
Karya Rekam pada Badan Perpustakaan dan Arsip Sumatera Barat, dalam situs web Pusat Kajian Budaya Islam,
1 Desember 2010. Tautan: http://lppbi-fiba.blogspot.com/2010/12/efektifitas-pelaksanaan-undang-undang.html.
Terakhir diakses pada 29 September 2014.
65
muda yang mau menentukan jalur karier di industri musik karena industrinya sudah
mapan.
66
pengadaan sarana produksi, pelaporan dan pengawasan, dan sanksi administrasi untuk
pelangaran dari kegiatan produksi berteknologi tinggi untuk cakram optik.
Kesimpulan:
Pelaksanaan peraturan ini mencakup pengawasan kegiatan industri cakram atas
kelengkapan dokumen laporan berkala dan ketentuan penggunaan kode produksi.
Namun bagaimanapun pembajakan terhadap produk fisik musik tetap terjadi.
Untuk itu perlu ditegaskan lagi aspek penegakan hukum oleh penyidik Polri dan/
atau penyidik pegawai negeri sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku atas perusahaan yang berindikasi telah melakukan pelanggaran.
4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 4/pj/2008 tentang Pajak Pertambahan Nilai
atas Penyerahan Produk Rekaman Suara
Analisis:
Peraturan ini merupakan perubahan dari Direktur Jenderal Pajak yang telah menerbitkan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak (Kepdirjen) No. KEP-81/PJ./2004 tentang Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) atas Penyerahan Produk Rekaman Suara. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak No. 4/pj/2008 ini mengatur mekanisme pemungutan PPN atas media
rekaman suara di Indonesia melalui penebusan dan penempelan stiker lunas PPN pada
produk rekaman fisik dalam bentuk kaset, CD, VCD, LD, DVD, dan media fisik lainnya.
Peraturan ini juga mengatur hal-hal teknis sebagai berikut: konten dan jenis media rekaman
suara; harga jual rata-rata berbagai produk rekaman suara; spesifikasi stiker lunas PPN;
tata cara penatausahaan dan penebusan stiker lunas PPN; dan asosiasi pengusaha rekaman
suara yang ditunjuk sebagai pemberi rekomendasi dalam penebusan stiker lunas PPN.
Walaupun peraturan ini telah dirancang menjadi lebih komprehensif, tapi masih ada
beberapa hambatan pada pelaksanaannya. Salah satunya adalah masih adanya perusahaan
rekaman independen dan lokal (label) yang belum terdaftar secara resmi pada asosiasi
yang ada, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam penebusan stiker lunas PPN.
Hal ini mengakibatkan banyak ditemuinya produk musik fisik tanpa stiker lunas PPN.
Kesimpulan:
Untuk membantu proses pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 4/pj/2008
maka perlu dilakukan pertemuan khusus untuk dengar pendapat dan diskusi dengan
para pelaku industri rekaman suara, yang meliputi perusahaan rekaman, asosiasi
pengusaha rekaman, musisi, media massa, dan kolektor musik. Selain itu diperlukan juga
peningkatan pembinaan dan pengawasan untuk meminimalisir penyimpangan maupun
penyalahgunaan penggunaan stiker lunas PPN dengan cara memaksimalkan penyuluhan,
dan penegakan hukum. Untuk mendorong para pelaku usaha rekaman suara menebus
stiker lunas PPN, diperlukan juga suatu sistem dan penatausahaan yang lebih sederhana.34
(34) Didik Yandiawan, Record Store Day dan dan Momentum Penyempurnaan Regulasi PPN atas Penyerahan Media
Rekaman Suara, www.pajak.go.id, 19 april 2013. Tautan: http://www.pajak.go.id/content/article/record-store-daydan-momentum-penyempurnaan-regulasi-ppn-atas-penyerahan-media. Terakhir diakses pada 29 September 2014.
67
Analisis:
Peraturan Menteri Kominfo No. 21 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Jasa Penyediaan
Konten pada Jaringan Bergerak Seluler dan Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel dengan
Mobilitas Terbatas ini merupakan perubahan atau revisi terhadap Peraturan Menkominfo
No. 1/PER/M.KOMINFO/1/2009 tentang Penyelenggaraan Jasa Pesan Premium dan
Pengiriman Jasa Pesan Singkat (Short Messaging Service/SMS) ke Banyak Tujuan
(Broadcast). Perubahan ini dilakukan karena Peraturan Menteri Kominfo No. 1
Tahun 2009 tersebut dirasa sudah tidak sesuai dengan perkembangan teknologi dan
kebutuhan masyarakat. Selain itu, perkembangan teknologi telekomunikasi dan
internet yang semakin terkonsentrasi telah melahirkan beragam jenis jasa layanan baru
di mana salah satunya adalah jasa penyediaan konten pada jaringan bergerak seluler
dan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas. Jasa layanan baru ini
memerlukan pengaturan tersendiri agar dapat tercipta iklim usaha yang kondusif.
Kesimpulan:
Peratuan baru ini dirasa sudah cukup dapat mewakili dan melindungi kepentingan
publik, penyelenggara telekomunikasi, dan kepentingan nasional. Selain itu juga
dapat memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan jasa penyediaan
konten pada jaringan bergerak seluler dan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan
mobilitas terbatas. Hal yang terpenting dan merupakan penambahan dari peraturan
yang sebelumnya adalah memberikan perlindungan kepada pengguna layanan jasa
penyediaan konten yang meliputi hak privasi, akurasi dan transparansi pembebanan
biaya (charging), dan hak lain yang diatur dalam undang-undang perlindungan.35
6. Peraturan Menkominfo No. 19 Tahun 2014 tentang Penanganan Situs Internet
Bermuatan Negatif
Analisis:
Peraturan ini disahkan oleh Menkominfo pada 7 juli 2014 dan diundangkan oleh
menteri hukum dan HAM pada 17 juli 2014. Dengan adanya peraturan ini, pemerintah
sudah mempunyai dasar hukum atas kewenangan memblokir situs-situs yang dianggap
bermuatan negatif. Seperti tercantum pada bab III pasal 4 dari peraturan menteri
tersebut, sebuah situs yang termasuk bermuatan negatif adalah situs yang mengandung
pornografi dan kegiatan ilegal lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Kesimpulan:
Kegiata n pembaja k a n terma su k penyedia a n konten lag u gratis ta npa izin
dari pemilik ha k atas lagu merupa kan suatu kegiatan yang ilega l. Dengan
(35) Siaran Pers No. 65/PIH/KOMINFO/8/2013 tentang Peraturan Menteri No. 21 Tahun 2013 Yang Mengatur Jasa
Penyediaan Konten Sebagai Pengganti Peraturan Menteri No. 1 Tahun 2009. Tautan http://www.postel.go.id/info_
view_c_26_p_2047.htm. Terakhir diakses pada 29 September 2014.
68
(36) Michael Gunadi Widjaja, Sekilas Musik Kontemporer Indonesia, dalam www.imajiner07.blogsot.com, 29 Agustus
2013. Tautan: http://imajiner07.blogspot.com/2013/08/sekilas-musik-kontemporer-di-indonesia.html?m=1. Terakhir
diakses pada 29 September 2014.
69
2. Musik populer
Pop, contoh musisi: Koes Plus, Alm. Chrisye, Kla Project, Noah, Agnes Monica,
Mocca, dan lain sebagainya;
Rock, contoh musisi: The Rollies, Godbless, Gigi, PAS Band, /rif, Netral, dan
sebagainya;
Metal/hardcore, contoh musisi: Burgerkill, Puppen, Seringai, Deadsquad, Jasad,
dan lainnya;
Jazz, contoh musisi: Benny Likumahua, Indra Lesmana, Ermy Kulit, Bubi Chen,
Ireng Maulana, Andien, dan sebagainya;
Dance/elektronik, contoh musisi: Andy Ayunir, Electrofux, Agrikulture, Homogenic,
Rock and Roll Mafia, Bottle Smoker, dan lain sebagainya;
Ska/reggae/dub, contoh musisi: Shaggy Dog, Tony Q, dan sebagainya;
Hiphop/rap, contoh musisi: Soul ID, Iwa K, Yacko, dan lain sebagainya.
3. Musik nusantara
Musik khas daerah, contoh: gambang kromong, goong renteng, santi swara
dan laras madya, krumpyung, gong luang, karang dodou, huda, senandung
jolo, ganghanggase, tradisi kombi, tabuh salimpat, syair telimaa, panting, dan
sasando gong;
Rata-rata setiap musisi memiliki keunikan yang berbeda-beda di tiap genrenya. Keunikan itu
terkadang tertuang dalam subgenre dari satu genre yang besar. Masing-masing subgenre ini
berkembang secara berbeda-beda satu sama lain dan juga memiliki pengikut dan komunitas
penggemar tersendiri. Penerimaan pasar pun berbeda-beda terhadap hasil karya para musisi ini.
Pada umumnya beberapa aliran musik yang paling populer dan menempati tangga lagu teratas
diiringi dengan penjualan tertinggi di Indonesia adalah musik pop dan dangdut.
70
DIY (Do it Yourself) atau bisa juga disebut Self Release: High Octane Records
dan Revolt Music.
Jumlah pemain di ranah ini terus menurun tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan maraknya produk
bajakan yang memiliki harga jauh lebih murah dari produk yang asli. Perkembangan Internet
pun menjadi pemicu karena konsumen dapat menikmati produk musik secara gratis walaupun
kebanyakan di antaranya bersifat ilegal. Jika ancaman-ancaman pembajakan tidak juga dapat
ditanggulangi dan terus menerus membentuk budaya masyarakat yang tidak menghargai hak cipta,
maka hambatan untuk masuk ke rantai reproduksi di industri musik Indonesia menjadi tinggi.
71
produk musik pertunjukan yang inovatif. Produk-produk tersebut memiliki ingredient atau
imaginary yang berbeda dan dikonsumsi oleh individu yang berbeda kebutuhannya. Hal ini
menyebabkan pemain-pemain pada industri musik bisa menentukan harga sendiri, walaupun
tidak akan terlalu drastis berbeda, karena mereka yakin akan positioning dan value proposition
mereka di mata konsumennya.
Namun di sisi lain, ada saatnya daya tawar konsumen terhadap produk musik menjadi rendah.
Hal ini karena adanya fenomena perputaran lagu dan musisi yang sangat cepat dan adanya tren
untuk hanya memproduksi one hit single. Menurut Andre Opa Sumual (Trax Magazine), pada
umumnya sebuah lagu one hit single hanya bertahan selama dua hingga empat bulan di pasaran.
Setelah itu, musisi harus bisa memproduksi lagu-lagu hits lainnya tanpa perlu memproduksi
sebuah album. Walau dirasa memberikan keuntungan yang besar pada waktu tertentumisalnya
tingginya tawaran untuk menggelar pertunjukanhal ini tidak akan membuat suatu karya musik
atau musisi bertahan lama di kancah perindustrian musik Indonesia. Pasar yang sudah terbiasa
dengan budaya one hit single akan dengan mudah beralih ke karya musik atau musisi yang lain
dan segera melupakan musisi dan karya musik yang sebelumnya. Konsumen juga tidak akan rela
untuk membayar mahal atas produk yang seperti ini. Maka, untuk meningkatkan daya tawar
konsumen perlu ditingkatkan kualitas karya musik dan juga nilai tambah dari setiap produk
musik yang ditawarkan.
KEADAAN ASOSIASI
Beberapa asosiasi yang menaungi orang dan usaha kreatif pada rantai kreasi ini adalah PAMMI
(Persatuan Artis Musik Melayu/Dangdut Indonesia) dan PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi,
Pencipta Lagu, dan Penata Musik Rekaman Indonesia). Pada ruang lingkup fragmen industri,
khususnya servis, terdapat beberapa organisasi nonpemerintah yang biasa menerima pendaftaran
lisensi musik di mana kemudian membantu manajemen lisensi suatu karya musik di Indonesia.
Organisasi tersebut adalah KCI (Karya Cipta Indonesia) dan WAMI (Wahana Musik Indonesia).
Adapun asosiasi lain yang merupakan perkumpulan dari para LMK adalah ASIRINDO (Asosiasi
Industri Rekaman Indonesia), APMINDO (Asosiasi Penerbit Musik Indonesia), dan PRISINDO
(Performers Right Society of Indonesia). Terdapat dua asosiasi yang menaungi usaha kreatif
di rantai reproduksi yaitu ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia) dan GAPERINDO
(Gabungan Perusahaan Rekaman Indonesia). Di rantai distribusi, hingga kini tercatat ada tiga
buah asosiasi Content Provider yaitu: IMOCA (Indonesian Mobile & Online Content Provider
Association), IMMA (Indonesian Mobile Multimedia Association), dan AKDI (Asosiasi Konten
Digital Indonesia).
72
73
Industri
Dapat dilihat pada gambar 3-1 bahwa komponen industri dengan nilai 7,3 memiliki nilai yang
paling baik dibandingkan dengan komponen lainnya. Hal ini diakibatkan oleh komponenkomponen industri yang selayaknya ada pada industri musik sudah dimiliki oleh industri musik
Indonesia, meskipun masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya.
Jumlah unit usaha di bidang reproduksi musik terbilang cukup banyak. Ada 66 label rekaman
yang bernaung di bawah ASIRI dan 15 label rekaman yang berada di bawah naungan asosiasi
GASPERINDO. Untuk bidang distribusi, terdapat kurang lebih 400 penyedia konten (content
provider), 11 distributor konvensional, dan 4 distributor nonkonvensional yang tersebar di seluruh
Indonesia.
Dari sisi profesionalisme, kemampuan atau keterampilan, dan pengetahuan, para pelaku kreatif
di industri musik sudah sangat kompeten akibat inisiatif mereka dalam pemutakhiran ilmu
pengetahuannya, khususnya di bidang industri musik, melalui berbagai sumber. Jumlah wirausaha
kreatif di fragmen artistik industri musik sangat banyak dan mereka sudah sering menghadiri
atau terlibat dalam konferensi dan ajang pertemuan industri musik internasional sehingga mampu
memiliki jejaring berskala internasional. Contoh hasil jejaring berskala internasional tersebut adalah
adanya kerjasama antara content aggregator di Indonesia dengan portal musik digital di luar negeri.
Musik Indonesia masih menjadi tuan rumah di negerinya sendiri di mana 70% musik yang
dikonsumsi di Indonesia merupakan karya yang dibawakan dan atau diciptakan oleh musisi
Indonesia. Di Indonesia juga ditemukan berbagai genre musik yang berkembang secara nasional,
yaitu genre yang berbasiskan budaya populer, kontemporer, budaya daerah, dan keagamaan.
Kualitas karya-karya musiknya pun sudah mampu bersaing dan mendapat apresiasi dari dunia
internasional yang ditandai dengan adanya musisi Indonesia yang go international. Selain itu
banyak juga kolaborasi yang dilakukan antar para pelaku industri musik dan juga lintas sektor,
seperti kolaborasi dengan industri fashion, perfilman, dan permainan (permainan interaktif).
Pembiayaan
Memperoleh skor 2,7, pembiayaan memiliki nilai yang paling rendah untuk industri musik.
Hal ini diakibatkan oleh belum adanya alternatif pembiayaan yang ideal untuk digunakan dalam
kegiatan industri musik. Selama ini para pelaku industri musik bertahan dengan menggunakan
bantuan investor, sponsor, atau juga dengan sistem crowd-funding yang relatif banyak bergantung
pada keuletan dan usaha dari pelakunya sendiri. Indonesia saat ini belum memiliki lembaga
penyedia pembiayaan yang khusus untuk pelaku industri kreatif. Selain itu, Indonesia juga tidak
memiliki fasilitas atau fasilitator yang dapat merealisasikan proses matchmaking antara pemilik
modal dengan pelaku industri musik.
Pemasaran
Secara umum, keberadaan internet membantu pelaku industri musik Indonesia untuk mendapatkan
dan memanfaatkan informasi mengenai pasar luar negeri. Banyak juga pelaku industri musik yang
melakukan promosi secara mandiri dengan menggunakan berbagai media dan ajang networking
internasional. Keberadaan situs-situs dan platform penyedia musik digital menjadi peluang bagi
para pelaku industri musik untuk memasarkan karya-karyanya.
74
Terlepas dari segala kondisi positif tersebut, nilai pemasaran industri musik Indonesia masih
rendah di mana hanya mencapai angka 4,3. Hal ini diakibatkan oleh tidak adanya lembaga atau
platform terintegrasi yang menjadi penghubung antara industri musik Indonesia dengan dunia
musik internasional. Begitu juga dengan ketiadaan lembaga yang khusus menangani advokasi
musik Indonesia di dalam dan luar negeri. Padahal, lembaga advokasi tersebut juga bisa berperan
menjadi pihak yang mampu memperluas jejaring promosi dan distribusi di luar negeri, termasuk
juga meningkatkan kualitas branding, promosi, misi dagang, networking B to B karya kreatif di
dalam dan di luar negeri.
Kelembagaan
Kelembagaan merupakan isu yang cukup menentukan dalam pengembangan industri musik
Indonesia. Perolehan nilai 4,6 menunjukkan bahwa isu kelembagaan masih belum cukup baik
di industri musik Indonesia. Meskipun peraturan atau regulasi dalam hal kegiatan pendukung
industri musik sudah ada, masih terdapat kekurangan dalam hal regulasi yang bersifat khusus
bagi industri kreatif khususnya industri musik, terutama dalam hal pembiayaan, perluasan pasar,
dan pengembangan atau penyediaan teknologi serta infrastruktur pendukung. Undang-Undang
Hak Cipta Tahun 2002 yang menjadi acuan bagi industri ini pun kini dirasa sudah tidak sesuai
dengan perkembangan industri musik terkini. Kurangnya penegakan hukum untuk pembajakan
musik dan penggunaan lisensi musik di Indonesia masih terlihat belum tepat sasaran akibat tidak
adanya koordinasi antara pihak-pihak terkait. Kurangnya ketersediaan dan kualitas dari gedung
pertunjukan musik (venue musik) juga menjadi hambatan yang signifikan dalam hal kelembagaan.
Masih banyak hal penting yang belum dimiliki oleh Indonesia berkaitan dengan industri musik.
Jika melihat ke luar, keberadaan wadah seperti creative hub yang bisa mengumpulkan para pelaku
industri kreatif multi sektor untuk berkolaborasi merupakan salah satu aset berharga untuk
pengembangan industri kreatif negaranya. Penghargaan karya kreatif termasuk karya musik
untuk masing-masing genre meski diperlakukan sebagai hal yang bukan sekadar formalitas.
Tangga lagu nasional pun menjadi patokan atau barometer independen industri musik di sana.
Hal-hal tersebutlah tidak dimiliki oleh Indonesia, dan itu yang menyebabkan terhambatnya
pengembangan industri musik Indonesia. Misalnya, lisensi musik dan penggunaannya termasuk
sistem pengawasannya yang merupakan nyawa dari industri musik Indonesia. Sayangnya, ini
belum disosialisasikan dengan baik kepada seluruh komponen atau stakeholder-nya.
75
POTENSI
(Peluang dan kekuatan)
PERMASALAHAN
(tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)
INDUSTRI
1
76
POTENSI
(Peluang dan kekuatan)
PERMASALAHAN
(tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)
10
77
POTENSI
(Peluang dan kekuatan)
PERMASALAHAN
(tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)
PEMBIAYAAN
1
PEMASARAN
1
78
POTENSI
(Peluang dan kekuatan)
PERMASALAHAN
(tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)
KELEMBAGAAN
1
79
POTENSI
(Peluang dan kekuatan)
7
PERMASALAHAN
(tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)
7
10
11
12
13
14
15
16
80
82
BAB 4
Rencana Pengembangan
Industri Musik
Indonesia
83
84
Secara strategis, pengembangan ekonomi kreatif tahun 2015-2019 bertujuan untuk menciptakan
ekonomi kreatif yang berdaya saing global. Tujuan ini akan dicapai antara lain melalui peningkatan
kuantitas dan kualitas orang kreatif lokal yang didukung oleh lembaga pendidikan yang sesuai
dan berkualitas, peningkatan kualitas pengembangan dan pemanfaatan bahan baku lokal yang
ramah lingkungan dan kompetitif, industri kreatif yang bertumbuh, akses dan skema pembiayaan
yang sesuai bagi wirausaha kreatif lokal, pasar yang makin beragam dan pangsa pasar yang makin
besar, peningkatan akses terhadap teknologi yang sesuai dan kompetitif, penciptaan iklim usaha
yang kondusif dan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap karya kreatif lokal.
MISI
VISI
Tabel 4-1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan Industri Musik 2015-2019
Terciptanya industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis sebagai landasan yang kuat untuk
pengembangan ekonomi kreatif indonesia
Mengembangkan dan
Menumbuhkembangkan usahaMengembangkan lingkungan
mengoptimalkan pemanfaatan
usaha kreatif untuk menunjang
industri musik yang berdaya
sumber daya untuk menciptakan industri musik yang berdaya
saing, kondusif dan dinamis yang
industri musik yang berdaya
saing, kondusif dan dinamis
mengarus utamakan kreativitas
saing, kondusif dan dinamis
dalam pembangunan nasional
dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan
SASARAN STRATEGIS
TUJUAN
4. Pengembangan pembiayaan
yang sesuai, kompetitif, dan
mudah diakses
5. Perluasan pasar di dalam dan
luar negeri secara berkualitas dan
berkelanjutan
2. Pengembangan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta budaya
bagi industri musik secara
berkelanjutan
1. Meningkatnya kualitas,
4. Meningkatkan wirausaha musik
keragaman dan kualitas lembaga lokal yang berdaya saing dan
pendidikan yang mendukung
dinamis
penciptaan pelaku industri
musik secara berkelanjutan
7.Meningkatnya ketersediaan
pembiayaan bagi industri musik
lokal yang sesuai, mudah diakses,
dan kompetitif
85
ASARAN STRATEGIS
Industri musik yang berdaya saing adalah industri dengan keluaran berupa pangsa pasar
yang optimal baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Industri musik yang kondusif adalah industri dengan lingkungan yang mendukung untuk
para kreator dan pelaku bisnis menjalankan kegiatannya (adanya regulasi yang tepat,
lembaga yang menaungi dan kolaborasi antar pihak yang terkait)
Industri musik yang dinamis adalah industri yang selalu bisa mengikuti perkembangan
yang ada di dunia secara global dan di indonesia secara lokal
87
2. Meningkatnya kuantitas dan kualitas tenaga kerja di industri musik Indonesia yang dapat
diindikasikan oleh:
Terselenggaranya program pengembangan kapasitas diri melalui program hibah
sertifikasi yang bertingkat nasional dan internasional
Terselenggaranya program pelatihan dengan tema dan kebutuhan spesifik bagi para
pelaku industri musik Indonesia
Meningkatnya tenaga kerja di bidang musik yang berkualitas
3. Tersedianya informasi sumber daya budaya lokal yang akurat dan terpercaya dan dapat
diakses secara mudah dan cepat yang dapat diindikasikan oleh:
Tersedianya informasi sumber daya budaya lokal yang lengkap, akurat dan mudah
diakses
Terselenggaranya program hibah penelitian pengembangan sumber budaya lokal
Terciptanya suatu sistem data pokok kebudayaan Indonesia yang akurat dan terpercaya,
dikelola secara profesional
4. Meningkatnya wirausaha musik lokal yang berdaya saing dan dinamis yang dapat
diindikasikan oleh:
Terciptanya suatu program mentoring dengan menghadirkan mentor bisnis
berpengalaman di tingkat nasional dan global
Terciptanya suatu inkubator bisnis yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan
dan dikelola secara profesional
Meningkatnya wirausaha musik yang berdaya saing dan dinamis
5. Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang musik yang berdaya saing, bertumbuh, dan
berkualitas yang dapat diindikasikan oleh:
Terciptanya suatu skema fasilitasi pembiayaan untuk wirausaha musik pemula dalam
memulai usahanya
Terciptanya suatu program meeting/seminar/konferensi reguler antara antar usaha
kreatif di tingkat lokal, nasional, dan global
Terselenggaranya program magang (internship) tenaga kerja musik
Terselenggaranya program percepatan pertumbuhan industri penunjang/pendukung
usaha kreatif di dalam negeri, terutama di bidang musik
Terselenggaranya program advokasi untuk pengembangan standar usaha di bidang
musik nasional yang memenuhi standar global
Meningkatnya jumlah usaha kreatif yang berdaya saing dan berkualitas
6. Meningkatnya keragaman dan kualitas karya musik lokal yang dapat diindikasikan oleh:
Terselenggaranya program hibah penciptaan karya atas dasar pengembangan sumber
budaya lokal
Meningkatnya karya musik yang berkualitas dan beragam
88
89
12. Terciptanya lembaga yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan
industri musik yang dapat diindikasikan oleh:
Terciptanya Lembaga Manajemen Kolektif satu pintu di Indonesia
Terciptanya Lembaga/pusat/lembaga/badan/balai Pengarsipan Musik Indonesia
Terciptanya Lembaga/pusat/lembaga/badan/balai Advokasi Industri Musik Indonesia
Meningkatnya jumlah pendaftar dan pengguna karya seni musik melalui LMK satu
pintu
Lengkapnya jumlah karya musik yang diarsipkan dari tahun ke tahun
Meningkatnya kualitas dan kuantitas karya dan pelaku industri musik Indonesia
13. Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri
musik secara berkualitas dan berkelanjutan yang dapat diindikasikan oleh:
Terciptanya kelompok kerja pengembangan ekonomi kreatif nasional yang dapat
mensinergikan seluruh program dan kegiatan lintas sektor dan lintas regional yang
dikelola secara profesional
Meningkatnya kegiatan forum komunikasi antar aktor (intelektual, bisnis, komunitas,
dan pemerintah) maupun antar pelaku industri musik
Adanya organisasi non pemerintah (asosiasi usaha, asosiasi profesi) yang berkualitas
sebagai rekan pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan daya saing usaha dan
musisi di tingkat nasional dan global
Meningkatnya jumlah program dan kegiatan pengembangan industri kreatif lintas
sektor dan lintas regional yang dikelola secara profesional
14. Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/ wirausaha/usaha musik lokal di dalam dan
luar negeri yang dapat diindikasikan oleh:
90
91
4.4.5 Arah Kebijakan Perluasan Pasar Di Dalam Dan Luar Negeri Secara
Berkualitas Dan Berkelanjutan
1. Mengembangkan sistem informasi pasar karya kreatif yang dapat diakses dengan mudah
dan informasinya didistribusikan dengan baik.
2. Memperluas jangkauan distribusi karya musik di dalam dan luar negeri melalui diplomasi
budaya sebagai softpower dan kemitraan, peningkatan kualitas branding; promosi; misi
dagang, B to B networking usaha/wirausaha kreatif di dalam dan luar negeri.
92
93
4.5.3 Tersedianya Informasi Sumber Daya Budaya Lokal Yang Akurat Dan
Terpercaya Dan Dapat Diakses Secara Mudah Dan Cepat
Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi :
1. Memfasilitasi penelitian untuk mengidentifikasi dan mengembangkan sumber daya budaya
lokal mengenai musik yang merupakan inspirasi dalam pengembangan karya musik yang
berwawasan budaya Indonesia.
2. Mengembangkan sistem data pokok kebudayaan Indonesia yang akurat dan terpercaya,
dikelola secara profesional.
3. Memfasilitasi penelitian dan pengembangan sumber daya budaya lokal menjadi karya
kreatif yang dikemas dengan semangat kekinian sehingga dapat diterima oleh pasar
dalam dan luar negeri.
Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut:
1. Fasilitasi pengarsipan budaya dan artefak musik Indonesia.
2. Fasilitasi pengembangan dan pembuatan sistem data pokok kebudayaan Indonesia yang
akurat dan terpercaya, dikelola secara profesional.
3. Fasilitasi penelitian dan pengembangan sumber daya budaya lokal menjadi karya kreatif yang
dikemas dengan semangat kekinian sehingga dapat diterima oleh pasar dalam dan luar negeri.
94
95
96
97
98
99
BAB 5
Penutup
5.1 KESIMPULAN
Dalam penyusunan Rencana Aksi Jangka Menengah Industri Musik 2015-2019, industri musik
didefinisikan sebagai: Segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan,
kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik.
Definisi tersebut merupakan hasil elaborasi dari proses analisis yang meliputi: kajian pustaka,
wawancara mendalam, dan focus group discussion, yang melibatkan para narasumber yang
mewakili pemangku kepentingan dari unsur pemerintah, pelaku industri, komunitas/asosiasi,
dan kalangan intelektual.
Secara umum ruang lingkup pengembangan industri musik meliputi industri yang dikenal di
dunia sebagai industri rekaman, yang terdiri dari dua aktivitas besar, yaitu fragmen artistik dan
fragmen industrial. Cakupan di dalam fragmen artistik adalah pelaku yang melakukan segala jenis
kegiatan yang berhubungan dengan kreativitas dan seni untuk menghasilkan suatu karya musik.
Sedangkan pada fragmen industri, para pelaku melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan
suatu keluaran yang berupa layanan atau produk. Fragmen artistik merupakan penyuplai utama
fragmen industrial sehingga dua fragmen ini tidak bisa dipisahkan dari industri musik.
Perkembangan industri musik di Indonesia dimulai tahun 1940 dengan berdirinya Tio Tek
Hong, perusahaan rekaman Batavia yang menjadi pelopor subsektor industri musik rekaman di
Indonesia. Pada era 1950-an, mulai bermunculan beberapa perusahaan rekaman di Indonesia. Di
era 1990-an, untuk menghindari kasus pelanggaran hak cipta yang lebih besar, maka muncullah
perwakilan langsung perusahaan rekaman internasional di Indonesia. Pada era tahun 1990-an,
terdapat beberapa album yang mencapai penjualan lebih dari 1 juta kopi. Pada awal tahun 2000,
terdapat fenomena baru di industri musik Indonesia. Dengan terbukanya kesempatan usaha
berkat teknologi modern dan iklim bisnis yang kondusif, banyak bermunculan pelaku industri
musik independent. Tahun 2006 merupakan titik perkembangan musik digital, yang memberikan
dampak signifikan untuk industri musik di Indonesia.
Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara setiap peran di dalam proses
penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar, dikembangkan peta ekosistem industri musik
yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu: rantai nilai kreatif, lingkungan pengembangan,
pasar, dan pengarsipan. Rantai nilai kreatif industri musik adalah proses kreasi, reproduksi,
distribusi, dan konsumsi. Lingkungan pengembangan industri musik adalah pendidikan dan
apresiasi. Karakteristik pasar industri musik terdiri dari dua jenis, yaitu: B2B dan B2C. Pengarsipan
yang dimaksud dalam industri musik merupakan pusat data dan sejarah untuk penelitian dan
pengembangan ragam budaya.
Dampak ekonomi dari pengembangan industri musik dapat dilihat dari peta industri yang
menggambarkan keterkaitan dari suatu proses rantai nilai kreatif ke arah hulu (backward linkage)
dan ke arah hilir (forward linkage). Backward linkage di dalam industri musik diantaranya adalah
penyedia studio rekaman, penyedia alat musik, industri komputer dan piranti lunak, penyedia jasa
desain, penyedia jasa fotografi, dan lainnya . Forward linkage di dalam industri desain diantaranya
adalah industri periklanan, industri perfilman, industri permainan interaktif, industri tv dan
radio, dan lainnya. Selain digunakan dalam melihat dampak ekonomi dari industri kuliner,
rantai nilai kreatif juga digunakan dalam mengidentifikasi model bisnis yang umumnya terjadi
di industri musik, yaitu pada proses kreasi terdapat crowd sourcing, advertising, dan open; pada
proses reproduksi terdapat 360 degrees, partnership, dan vertical integration; pada proses distribusi
102
terdapat super distribution, longtail, cross platform, dan direct distribution; pada proses konsumsi
terdapat free, tipping, subscription, pay per download, ad funded, bundle, merchandise, sponsorhip,
dan do it yourself.
Kontribusi ekonomi industri musik dapat dilihat dari nilai tambah bruto, ketenagakerjaan,
aktivitas perusahaan, konsumsi rumah tangga, dan nilai ekspor. Sebagai contoh dapat dilihat
di tahun 2013, industri musik memberikan kontribusi nilai tambah bruto sebesar 1% terhadap
total nilai tambah bruto industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan 2010-2013
sebesar 3,32%. Dari sisi ketenagakerjaan, industri musik memberikan kontribusi sebesar 0,47%
terhadap total jumlah tenaga kerja industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan
2010-2013 sebesar 3,41%.
Berdasarkan kondisi industri musik di Indonesia saat ini, tantangan yang mungkin dihadapi,
serta dengan memperhitungkan daya saing serta potensi yang dimiliki dan juga arahan strategis
pembangunan nasional serta pengembangan ekonomi kreatif periode 20152019, maka visi
pengembangan industri kuliner selama periode 20152019 adalah Terciptanya industri musik
yang berdaya saing, kondusif dan dinamis sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan
ekonomi kreatif Indonesia.
5.2 SARAN
Pengembangan industri musik dalam satu tahun kedepan akan difokuskan pada:
Mulai memfasilitasi pembuatan website interaktif khusus yang berisi segala informasi
mengenai perkembangan industri musik di Indonesia dan dunia.
Mulai memfasilitasi lokakarya dan seminar berkala yang berkaitan dengan industri musik
bagi pelaku industri musik di Indonesia.
Mulai memfasilitasi pembenahan ruang publik untuk berbagai kegiatan musik di setiap
kota di Indonesia.
Untuk penyempurnaan studi dan penulisan buku rencana aksi periode selanjutnya, perlu
dilakukan beberapa hal seperti: meningkatkan intensitas kolaborasi antar pemangku kepentingan
di industri musik, meningkatkan intensitas komunikasi lintas kementerian, dan memutakhirkan
data kontribusi ekonomi dengan perbaikan pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLI) Kreatif.
BAB 5: Penutup
103
104
LAMPIRAN
Lampiran
105
106
Arah Kebijakan
Strategi
1.1
1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di industri musik yang berdaya saing dan dinamis
MISI 1: Mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk menciptakan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis
Misi/Tujuan/Sasaran
MATRIKS TUJUAN, SASARAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI MUSIK
Lampiran
107
1.2
Misi/Tujuan/Sasaran
Arah Kebijakan
Strategi
Mengembangkan dan meningkatkan kualitas
pertukaran informasi dan pengetahuan antara
dunia pendidikan dengan dunia usaha dengan
melibatkan wirausaha, orang kreatif,dan
komunitas kreatif dalam pengajaran dan
penyusunan kurikulum pendidikan terkait
dengan industri musik
108
Arah Kebijakan
Strategi
3.1
MISI 2: Menumbuhkembangkan usaha-usaha kreatif untuk menunjang industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis
2.3
2. Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya bagi industri musik secara berkelanjutan
Misi/Tujuan/Sasaran
Lampiran
109
3.2
3.3
Misi/Tujuan/Sasaran
Arah Kebijakan
Strategi
110
Arah Kebijakan
Strategi
4.1
MISI 3: Pengembangkan lingkungan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis yang mengarusutamakan kreativitas dalam pembangunan nasional
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
Misi/Tujuan/Sasaran
Lampiran
111
Arah Kebijakan
5.1
5. Perluasan pasar di dalam dan luar negeri secara berkualitas dan berkelanjutan
Misi/Tujuan/Sasaran
Strategi
112
Arah Kebijakan
6.1
6.2
Menjamin ketersediaan,kesesuaian,jangk
auan harga/biaya, sebaran/penetrasi, dan
performansi, infrastruktur telematika-jaringan
internet
6. Penyediaan dan pengembangan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna dan mudah diakses
Misi/Tujuan/Sasaran
Strategi
Lampiran
113
Arah Kebijakan
7.1
7. Penciptaan kelembagaan dan iklim usaha yang mendukung pengembangan industri musik
Misi/Tujuan/Sasaran
Strategi
114
7.3
7.2
Misi/Tujuan/Sasaran
Arah Kebijakan
Memfasilitasi diciptakannya lembaga-lembaga
pemerintah atau swasta yang mendorong
terjadinya industri musik yang lebih baik
Strategi
Mengembangkan Lembaga/pusat/lembaga/
badan/balai Advokasi Industri Musik Indonesia
Mengembangkan Lembaga/pusat/lembaga/
badan/balai Pengarsipan Musik Indonesia
Lampiran
115
7.4
Misi/Tujuan/Sasaran
Arah Kebijakan
Strategi
116
Misi/Tujuan/Sasaran
Arah Kebijakan
Meningkatkan komunikasi keberadaan orang/
karya/wirausaha/usaha musik lokal dan
konsumsi karya musik lokal
10
Strategi
Mengembangkan sistem informasi dan
mengintensifkan komunikasi mengenai orang/
karya/wirausaha/usaha di bidang musik yang
dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat
Indonesia
Lampiran
117
Indikasi Strategis
1.2
Terselenggaranya program pelatihan dengan tema dan kebutuhan spesifik bagi para pelaku industri
musik Indonesia
Tebentuknya program studi musik yang spesifik dan beragam setiap PT musik di Indonesia.
Terselenggaranya program pengembangan kapasitas diri melalui program hibah sertifikasi yang
bertingkat nasional dan internasional
Terselenggaranya kerjasama antar lembaga pendidikan dalam negeri dengan luar negeri dalam
peningkatan kualitas dan kapasitas lembaga
Tersebarnya lembaga pendidikan khusus musik di seluruh daerah Indonesia, terutama di daerah
dengan potensi ekonomi kreatif yang besar
2.1
a
b
c
2. Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya bagi industri musik secara berkelanjutan
1.1
1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di industri musik yang berdaya saing dan dinamis
MISI 1: Mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk menciptakan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis
Misi/Tujuan/Sasaran
118
Indikasi Strategis
3.1
3.2
3.3
Terselenggaranya program advokasi untuk pengembangan standar usaha di bidang musik nasional
yang memenuhi standar global
Terselenggaranya program hibah penciptaan karya atas dasar pengembangan sumber budaya lokal
Terciptanya suatu skema fasilitasi pembiayaan untuk wirausaha musik pemula dalam memulai
usahanya
Terciptanya suatu inkubator bisnis yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan dikelola
secara profesional
MISI 2: Menumbuhkembangkan usaha-usaha kreatif untuk menunjang industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis
Misi/Tujuan/Sasaran
Lampiran
119
Indikasi Strategis
Meningkatnya jumlah pengguna fasilitas pembiayaan bagi industri kreatif, khususnya di bidang
musik
Adanya skema pemberian insentif bagi wirausaha musik berpotensi
Adanya sistem informasi khusus untuk pembiayaan industri kreatif
b
c
d
5.1
Adanya suatu portal musik nasional yang berisi informasi pasar karya musik di dalam dan luar
negeri
Adanya suatu kegiatan aktivasi brand kekayaan musik daerah masing-masing melalui festival
daerah dan berbagai media cetak dan elektronik
Meningkatnya para pelaku industri musik yang mendapatkan hibah untuk mengikuti festival, misi
dagang, B to B networking orang/karya/usaha musik di dalam dan luar negeri
Terciptanya suatu hubungan kerjasama antar negara-negara kreatif sebagai soft power untuk
mempromosikan karya musik dalam negeri di pasar global
Meningkatnya kemitraan dan kerjasama distribusi karya musik lokal dengan pengusaha ritel
moderen di dalam negeri
Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar dalam dan luar negeri
b
c
d
e
f
g
Adanya hibah untuk melakukan riset pasar yang dilakukan untuk mengetahui pasar musik di dalam
dan luar negeri
5. Perluasan pasar di dalam dan luar negeri secara berkualitas dan berkelanjutan
4.1
MISI 3: Pengembangkan lingkungan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis yang mengarusutamakan kreativitas dalam pembangunan nasional
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
Misi/Tujuan/Sasaran
120
Misi/Tujuan/Sasaran
Indikasi Strategis
6.2
b
a
7.1
a
b
c
d
e
f
g
h
i
7. Penciptaan kelembagaan dan iklim usaha yang mendukung pengembangan industri musik
6.1
6. Penyediaan dan pengembangan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna dan mudah diakses
Lampiran
121
7.2
7.3
Misi/Tujuan/Sasaran
Adanya program sosialisasi dan kampanye mengenai penghargaan terhadap hak cipta
Meningkatnya penjualan lagu/album fisik dan digital dalam dan luar negeri
Meningkatnya penerimaan penghargaan di dalam dan luar negeri
d
e
Meningkatnya kualitas dan kuantitas karya dan pelaku industri musik Indonesia
Meningkatnya jumlah pendaftar dan pengguna karya seni musik melalui LMK 1 pintu
Indikasi Strategis
122
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Kementerian
Perindustrian
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Negara
Perencanaan
Pembangunan Nasional
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Kementerian
Perindustrian
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
SASARAN 1: Meningkatnya kuantitas, keragaman dan kualitas lembaga pendidikan yang mendukung penciptaan pelaku industri musik secara berkelanjutan
SASARAN/RENCANA AKSI
2019
Lampiran
123
SASARAN/RENCANA AKSI
c
PENANGGUNGJAWAB
2015
X
2016
X
2017
TAHUN
2018
2019
124
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Pekerjaan
Umum
Kementerian Negara
Riset dan Teknologi
Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
X
2018
SASARAN 2: Meningkatnya kuantitas dan kualitas tenaga kerja di industri musik Indonesia
SASARAN/RENCANA AKSI
2019
Lampiran
125
SASARAN/RENCANA AKSI
b
PENANGGUNGJAWAB
2015
X
2016
X
2017
TAHUN
2018
2019
126
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian Pekerjaan
Umum
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian Pekerjaan
Umum
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
SASARAN 3: Tersedianya informasi sumber daya budaya lokal yang akurat dan terpercaya dan dapat diakses secara mudah dan cepat
SASARAN/RENCANA AKSI
2017
TAHUN
2018
2019
Lampiran
127
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Pekerjaan
Umum
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
2018
SASARAN 4: Meningkatnya wirausaha musik lokal yang berdaya saing dan dinamis
SASARAN/RENCANA AKSI
2019
128
SASARAN/RENCANA AKSI
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Pekerjaan
Umum
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian Pekerjaan
Umum
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
2019
Lampiran
129
SASARAN/RENCANA AKSI
d
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
X
2017
TAHUN
2018
2019
130
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Pekerjaan
Umum
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
X
2018
SASARAN 5: Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang musik yang berdaya saing, bertumbuh, dan berkualitas
SASARAN/RENCANA AKSI
2019
Lampiran
131
SASARAN/RENCANA AKSI
b
PENANGGUNGJAWAB
2015
X
2016
X
2017
TAHUN
2018
2019
132
SASARAN/RENCANA AKSI
c
PENANGGUNGJAWAB
2015
X
2016
X
2017
TAHUN
2018
2019
Lampiran
133
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
Fasilitasi penyelenggaraan
perlombaan karya cipta lagu
nasional lintas genre
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian Pemuda dan
Olahraga
Kementerian
Perindustrian
Kementrian Luar Negeri
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Pekerjaan
Umum
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
X
2017
TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI
2018
2019
134
Fasilitasi penyelenggaraan
festival musik populer di
kota-kota di Indonesia dengan
membawa musisi-musisi
ternama di dalam dan luar negeri
SASARAN/RENCANA AKSI
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian Pemuda dan
Olahraga
Kementerian
Perindustrian
Kementrian Luar Negeri
Kementerian
Perdagangan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan InformatikaSeluruh
Pemerintah Daerah
Provinsi, Kota, dan
Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
2019
Lampiran
135
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
SASARAN 8: Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar karya musik di dalam dan luar negeri
SASARAN/RENCANA AKSI
2019
136
SASARAN/RENCANA AKSI
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Pemuda dan
Olahraga
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
2019
Lampiran
137
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
Fasilitasi pemerataan
penggunaan internet di seluruh
pelosok Indonesia
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
Bank Indonesia
Dewan Komisioner
Otoritas Jasa Keuangan
Badan Penanaman Modal
SASARAN/RENCANA AKSI
2019
138
SASARAN/RENCANA AKSI
c
PENANGGUNGJAWAB
X
2015
X
2016
X
2017
TAHUN
2018
X
2019
Lampiran
139
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
Fasilitasi pembiayaan
untuk penelitian mengenai
pengembangan teknologi untuk
industri musik
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Negara
Riset dan Teknologi
Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi
Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi,
Kota, dan Kabupaten
Badan Penanaman Modal
SASARAN 10: Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif
SASARAN/RENCANA AKSI
2019
140
SASARAN/RENCANA AKSI
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementrian Keuangan
Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan
Rakyat
Kementerian Pekerjaan
Umum
Kementerian Dalam
Negeri
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan Anak
Kementerian Pemuda dan
Olahraga
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
2019
Lampiran
141
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
Mengawasi pelaksanaan
regulasi mengenai hak cipta di
lapangan bekerjasama dengan
Kemenkumham
Harmonisasi-regulasi pajak
pertambahan nilai atas
penyerahan produk rekaman
suara
Kementerian Keuangan
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
SASARAN 11: Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri musik
SASARAN/RENCANA AKSI
2019
142
Harmonisasi-regulasi
penyelenggaraan program
kesenian/festival oleh
pemerintah
Harmonisasi-regulasi
penyelenggaraan jasa
penyediaan konten pada jaringan
bergerak seluler dan jaringan
tetap lokal tanpa kabel dengan
mobilitas terbatas
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Perdagangan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Perdagangan
Kementerian
Perindustrian
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
SASARAN 12: Terciptanya lembaga yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri musik
SASARAN/RENCANA AKSI
2019
Lampiran
143
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
X
2017
TAHUN
2018
Fasilitasi pendataan
dan sosialisasi berbagai
penghargaan-penghargaan yang
ada di dunia Internasional
SASARAN 13: Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/ wirausaha/usaha lokal di dalam dan luar negeri
SASARAN/RENCANA AKSI
2019
144
PENANGGUNGJAWAB
X
2015
X
2016
X
2017
TAHUN
2018
Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan Seluruh
Pemerintah Daerah
Provinsi, Kota, dan
Kabupaten
SASARAN/RENCANA AKSI
2019
Lampiran
145
Meningkatkan layanan
pendidikan dan layanan
informasi Hak Cipta kepada
masyarakat
SASARAN/RENCANA AKSI
Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan Seluruh
Pemerintah Daerah
Provinsi, Kota, dan
Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
2019
146
SASARAN/RENCANA AKSI
d
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
X
2017
TAHUN
2018
X
2019
Lampiran
147
SASARAN/RENCANA AKSI
e
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
X
2019