Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. Hari Kusta Sedunia ditetapkan oleh seorang pendiri Yayasan Kusta Raoul Fallereau.
Nama yayasan ini ditetapkan oleh pendirinya sama dengan namanya sendiri yaitu Roul
Fallereau (RF), seorang wartawan berkebangsaan Perancis. Selama 30 th Raoul Fallereau
mengabdikan dirinya untuk memperjuangkan nasib penderita kusta. Raoul Fallereau ini
berjuang untuk menghilangkan stigma social di masyarakat. Roul Fallereau
mengorganisir penetapan Hari Kusta (Leprosy Day) untuk mendapatkan kepedulian
terhadap kusta. Pada tahun 1955, ada 150 radio dari 60 negara yang menyiarkan tentang
kampanye kusta.
2. Suatu cara yang menarik terjadi di Amerika Tengah pada tahun 1953 untuk
memperlihatkan bagaimana stigma social tersebut. Seorang yang mengetahui dirinya
terserang kusta setelah didiagnosa oleh Dokter beberapa hari kemudian bunuh diri
dengan melompat dari jendela. Dari hasil hasil pemeriksaan visum, ternyata ia hanya
menderita kelainan kulit yang tidak begitu berbahaya. Dari kejadian ini dapat diambil
kesimpulan bahwa Seorang penderita kusta tidak mati karena penyakit kustanya, tetapi
mati karena ia penyandang kusta.
3. Peristiwa pertama kali orang-orang Afrika laki-laki, perempuan, anak-anak secara
besar-besaran datang berkunjung ke Leprosary ditetapkan sebagai Hari Kusta (Leprosy
Day). Peristiwa ini terjadi pada hari Minggu, minggu terakhir bulan Desember 1955.
Oleh karena itu di Eropa, Hari Kusta Sedunia atau World Leprosy Day ditetapkan pada
hari Minggu, minggu terakhir bulan Desember.
4. Di India Presiden Mahatma Gandhi adalah seorang yang sangat menaruh perhatian
dan besar jasanya kepada penderita Kusta. Mahatma Gandhi meninggal karena terbunuh
pada hari Minggu, minggu terakhir bulan Januari. Untuk mengenang jasa-jasanya pada
kusta, maka Hari Kusta Sedunia di Negara-negara Asia ditetapkan pada hari Minggu,
Minggu terakhir bulan Januari.
Tujuan dari peringatan Hari Kusta adalah meningkatkan kesadaran dan kepedulian
masyarakat dan berbagai stakeholder dalam pemberantasan kusta untuk mencapai
Indonesia Bebas Kusta.
KUSTA
Kusta atau Lepra atau disebut juga Penyakit Morbus Hansen, Penyakit Hansen
adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari
saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila
tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, sarafsaraf, anggota gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta
tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah, seperti pada penyakit
tzaraath
Kusta atau Lepra atau disebut juga Penyakit Morbus Hansen, Penyakit Hansen
adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari
saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila
tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-
saraf, anggota gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta
tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah, seperti pada penyakit
tzaraath.
Sejarah Singkat Kusta
Kusta berasal dari kata kustha di bahasa Sansekerta, yang berarti kumpulan gejala-gejala
kulit secara umum. Penderita Kusta sebenarnya telah ditemukan sejak tahun 600 Sebelum
Masehi. Namun, kuman penyebab penyakit Kusta, yakni Mycobacterium leprae,
ditemukan pertama kali oleh sarjana dari Norwegia GH Armauer Hansen pada tahun
1873, maka dari itu Kusta ini dikenal juga dengan nama Morbus Hansen, sesuai dengan
penemu kuman penyebab kusta tersebut.
Penyakit ini diduga berasal dari Afrika dan Asia tengah dan kemudian tersebar melalui
perpindahan penduduk di beberapa belahan dunia, penyebaran penyakit tersebut
umumnya dibawa oleh para pedagang yang melintasi batas negara. Sedangkan Kusta
masuk ke Indonesia ini melalui para pedagang dan penyebar agama sekitar abad ke IV-V
oleh orang India.
Hari Kusta
Penyakit Kusta juga diperingati sebagai Hari Kusta Sedunia (World Leprosy Day), yang
awalnya di inspirasi oleh seorang wartawan berkebangsaan Perancis yang benama Raoul
Fallereau. Wartawan tersebut juga mengabdikan dirinya untuk memperjuangkan nasib
penderita Kusta selama 30 tahun. Raoul berjuang untuk menghilangkan stigma sosial di
masyarakat. Sampai dengan tahun 1955, terdapat 150 radio dari 60 negara yang
menyiarkan kampanye pemberantasan Kusta. Peristiwa yang terjadi pada akhir minggu
bulan Desember tahun 1955 ini ditetapkan sebagai Hari Kusta Sedunia.
Sementara itu, di sejumlah negara-negara Asia termasuk Indonesia, peringatan Hari Kusta
Sedunia diperingati pada minggu akhir bulan Januari sebagai penghormatan terhadap
jasa-jasa Mahatma Gandhi yang meninggal diakhir bulan Januari tersebut. Mahatma
gandhi adalah tokoh pejuang India yang menaruh perhatian yang sangat besar kepada
penderita Kusta, khususnya di India.
Penyebab
Mycobacterium leprae adalah penyebab dari kusta.Sebuah bakteri yang tahan asam M.
leprae juga merupakan bakteri aerobik, gram positif, berbentuk batang, dan dikelilimgi
oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari spesies Mycobacterium. M. leprae belum
dapat dikultur pada laboratorium.
Masa belah diri kuman kusta ini memerlukan waktu yang sangat lama dibandingkan
dengan kuman lain, yaitu 12-21 hari. Sehingga masa tunas pun menjadi lama, yaitu
sekitar 25 tahun.
Kuman Kusta ini pertama kali menyerang saraf tepi, yang selanjutnya dapat menyerang
kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot,
tulang dan juga testis, kecuali susunan saraf pusat. Kusta yang merupakan penyakit
menahun ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan anggota tubuh penderita tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Penderita Kusta kebanyakan dari masyarakat ekonomi menengah kebawah yang kurang
atau belum memahami arti penting dari kebersihan lingkungan. terlebih bagi mereka yang
tinggal di daerah kumuh dan terbatas akan fasilitas air bersih. Sehingga, setelah
mengetahui faktor penyebab Kusta, maka anggapan masyarakat bahwa Kusta adalah
penyakit kutukan Tuhan dan penyakit keturunan adalah SALAH
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
Jenis Kusta
Dari sisi medis, Kusta diklasifikasikan berdasarkan banyak faktor, hal tersebut bertujuan
untuk mempermudah cara penanganan dari penyakit kulit ini. Namun, pada Program P2
Kusta dibagi menjadi dua, yakni kusta Pausibasilar (PB) atau kusta tipe kering dan kusta
Multibasilar (MB) atau kusta tipe basah.
Kusta Pausibasilar (PB)
Tanda-tandanya:
Bercak putih seperti panu yang mati rasa, artinya bila bercak putih tersebut disentuh
dengan kapas, maka kulit tidak merasakan sentuhan tersebut.
Permukaan bercak kering dan kasar
Permukaan bercak tidak berkeringat
Batas (pinggir) bercak terlihat jelas dan sering ada bintil-bintil kecil.
Kusta tipe kering ini kurang/tidak menular, namun apabila tidak segera diobati akan
menyebabkan cacat. Umumnya, orang mengira bercak putih seperti tanda-tanda di atas
adalah panu biasa, sehingga pemeriksaan pun tidak segera dilakukan sebelum akhirnya
orang tersebut telah mengalami Kusta pada level lebih lanjut. Sehingga, pemeriksaan dan
pengobatan semenjak dini ke Puskesmas atau pun Rumah Sakit terdekat pun sangat
dianjurkan. Pengobatan kusta tipe PB ini cenderung lebih sebentar daripada tipe basah.
Kusta Multibasilar (MB)
Tanda-Tandanya:
Bercak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata diseluruh kulit badan.
Terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak.
Pada permukaan bercak, sering ada rasa bila disentuh dengan kapas.
Pada permulaan tanda dari tipe kusta basah sering terdapat pada cuping telinga dan muka.
Kusta tipe basah ini dapat menular, maka bagi yang menderita penyakit tipe kusta tipe
basah ini harus berobat secara teratur sampai selesai seperti yang telah ditetapkan oleh
dokter. Namun, umumnya kendala yang dihadapi adalah pasien tidak mentaati resep
dokter, sehingga selain mereka tidak menjadi lebih baik, mereka pun akan resisten
terhadap obat yang telah diberikan.
Untuk Kusta MB ini menular lewat kontak secara langsung dan lama. Penularan terjadi
apabila seseorang kontak dengan pasien sangat dekat dan dalam jangka panjang, dr. Ina
kembali menjelaskan. Sehingga bagi pasien kusta MB harus segera melakukan
pengobatan, dan melakukan penyembuhan secara teratur.
Cacat Kusta
Apabila kita mendengar kata Kusta, salah satu hal yang terbersit dalam pikiran kita
adalah penyakit yang dapat menyebabkan cacat bagian tubuh lebih lagi pada mutilasi
beberapa bagian tubuh tertentu. Seperti halnya penyakit lain, cacat tubuh tersebut
sebenarnya dapat dicegah apabila diagnosis dan penanganan penyakit dilakukan
semenjak dini. Demikian pula diperlukan pengetahuan berbagai hal yang dapat
menimbulkan kecacatan dan pencegahan kecacatan, sehingga tidak menimbulkan cacat
tubuh yang tampak menyeramkan.
Menurut WHO (1980) batasan istilah dalam cacat Kusta adalah:
Impairment: segala kehilangan atau abnormalitas struktur atau fungsi yang bersifat
psikologik, fisiologik, atau anatomik, misalnya leproma, ginekomastia, madarosis, claw
hand, ulkus, dan absorbsi jari.
Dissability: segala keterbatasan atau kekurangmampuan (akibat impairment) untuk
4
5
6
1
2
melakukan kegiatan dalam batas-batas kehidupan yang normal bagi manusia. Dissability
ini merupakan objektivitas impairment, yaitu gangguan pada tingkat individu termasuk
ketidakmampuan dalam aktivitas sehari-hari, misalnya memegang benda atau memakai
baju sendiri.
Handicap: kemunduran pada seorang individu (akibat impairment atau disability) yang
membatasi atau menghalangi penyelesaian tugas normal yang bergantung pada umur,
seks, dan faktor sosial budaya. Handicap ini merupakan efek penyakit kusta yang
berdampak sosial, ekonomi, dan budaya.
Deformity: kelainan struktur anatomis
Dehabilitation: keadaan/proses pasien Kusta (handicap) kehilangan status sosial secara
progresif, terisolasi dari masyarakat, keluarga dan teman-temannya.
Destitution: dehabilitasi yang berlanjut dengan isolasi yang menyeluruh dari seluruh
masyarakat tanpa makanan atau perlindungan (shelter).
Jenis Cacat Kusta
Cacat yang timbul pada penyakit Kusta dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu:
Kelompok pada cacat primer, ialah kelompok cacat yang disebabkan langsung oleh
aktivitas penyakit, terutama kerusakan akibat respons jaringan terhadap kuman Kusta.
Kelompok cacat sekunder, cacat sekunder ini terjadi akibat cacat primer, terutama akibat
adanya kerusakan saraf (sensorik, motorik, otonom). Kelumpuhan motorik menyebabkan
kontraktur sehingga dapat menimbulkan gangguan mengenggam atau berjalan, juga
memudahkan terjadinya luka. Kelumpuhan saraf otonom menyebabkan kulit kering dan
elastisitas berkurang. Akibatnya kulit mudah retak-retak dan dapat terjadi infeksi
sekunder.
Pencegahan Cacat Pada Kusta
Pencegahan cacat Kusta jauh lebih baik dan lebih ekonomis daripada
penanggulangannya. Pencegahan ini harus dilakukan sedini mungkin, baik oleh petugas
kesehatan maupun oleh pasien itu sendiri dan keluarganya. Di samping itu perlu
mengubah pandangan yang salah dari masyarakat, antara lain bahwa Kusta identik
dengan deformitas atau disability.
Upaya pencegahan cacat terdiri atas:
Untuk Upaya pencegahan cacat primer, meliputi:
diagnosis dini
pengobatan secara teratur dan akurat
diagnosis dini dan penatalaksanaan reaksi
Upaya pencegahan sekunder, meliputi:
Perawatan diri sendiri untuk mencegah luka
Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk mencegah terjadinya
kontraktur
Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidak mendapat
tekanan yang berlebihan
Bedah septik untuk mengurangi perluasan infeksi, sehingga pada proses penyembuhan
tidak terlalu banyak jaringan yang hilang
Perawatan mata, tangan dan atau kaki yang anestesi atau mengalami kelumpuhan otot.
Prinsip yang penting pada perawatan sendiri untuk pencegahan cacat kusta adalah:
pasien mengerti bahwa daerah yang mati rasa merupakan tempat risiko terjadinya luka
pasien harus melindungi tempat risiko tersebut (dengan kaca mata, sarung tangan, sepatu,
dll)
pasien mengetahui penyebab luka (panas, tekanan, benda tajam dan kasar)
pasien dapat melakukan perawatan kulit (merendam, menggosok, melumasi) dan melatih
sendi bila mulai kaku
penyembuhan luka dapat dilakukan oleh pasien sendiri dengan membersihkan luka,
mengurangi tekanan pada luka dengan cara istirahat
Penularan Kusta
Sampai saat ini penyebab penularan penyakit Kusta yang pasti masih belum diketahui,
namun para ahli mengatakan bahwa penyakit Kusta dapat ditularkan melalui saluran
pernafasan dan juga melalui kulit.
Walau tidak terdapat hukum-hukum pasti penularan Kusta ini, perlu diketahui bahwa
jalan keluar dari kuman Kusta ini adalah melalui selaput lendir hidung penderita. Namun
ada beberapa artikel yang menyatakan bahwa penularan Kusta ini melalui sekret hidung
penderita yang telah mengering dimana basil dapat hidup 2 -7 hari. Cara penularan lain
yang umumnya diungkapkan adalah melalui kulit ke kulit, namun dengan syarat tertentu.
Karena tidak semua sentuhan kulit ke kulit itu dapat menyebabkan penularan.
Sampai saat ini masih belum ditemukan vaksinasi terhadap Kusta, namun berdasarkan
beberapa sumber, dikatakan bahwa apabila kuman Kusta tersebut masih utuh bentuknya
maka memiliki kemungkinan penularan lebih besar daripada bentuk kuman yang telah
hancur akibat pengobatan. Sehingga, perlu ditekankan bahwa pengobatan merupakan
jalan untuk mencegah penularan penyakit Kusta ini.
Penanggulangan Kusta
Tujuan utama adanya upaya penanggulangan Kusta adalah memutus mata rantai
penularan untuk menurunkan insiden penyakit, mengobati, dan menyembuhkan
penderita, serta mencegah timbulnya cacat. Salah satu cara penanggulangan penyakit
Kusta yang telah lama dilaksanakan adalah melalui program MDT (Multi Drug Therapy).
Program MDT ini dimulai pada tahun 1981, yaitu ketika Kelompok Studi Kemoterapi
WHO secara resmi mengeluarkan rekomendasi pengobatan Kusta dengan rejimen
kombinasi yang selanjutnya dikenal sebagai rejimen MDT-WHO. Rejimen ini terdiri atas
kombinasi obat-obat dapson, rifampisin, dan klofazimin. Selain untuk mengatasi
resistensi dapson yang semakin meningkat, penggunaan MDT dimaksudkan juga untuk
mengurangi ketidaktaatan penderita dan menurunkan angka putus-obat (drop-out rate)
yang cukup tinggi pada masa monoterapi dapson. Di samping itu diharapkan juga MDT
dapat mengeliminasi persistensi kuman Kusta dalam jaringan. Namun dalam pelaksanaan
program MDT-WHO ada beberapa masalah yang timbul, yaitu adanya persister, resistensi
rifampisin dan lamanya pengobatan terutama untuk kusta MB.
Semakin dini diatasi maka semakin kecil kemungkinan penularan. Kusta tidak menular,
apabila kita peduli dan memiliki niat kuat untuk menanggulanginya.
What is leprosy?
Leprosy is an infectious disease of the skin and nerves
which, if not diagnosed and treated quickly, can result in
debilitating disabilities. The effects of leprosy are
exacerbated by the negative stigma surrounding the
disease.
In countries like India and Bangladesh, people are subjected
to discrimination and social exclusion simply because they
are, or have previously been, affected by leprosy. In India
there are still 17 laws which discriminate against people with
this disease. 2
sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca diluar tubuh
manusia tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kuman
kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari masuk ke
dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat yang
lembab. Ada beberapa obat yang dapat menyembuhkan penyakit
kusta. Tetapi kita tidak dapat menyembuhkan kasus-kasus kusta
kecuali masyarakat mengetahui ada obat penyembuh kusta, dan
mereka datang ke Puskesmas untuk diobati. Dengan demikian
penting sekali agar petugas kusta memberikan penyuluhan kusta
kepada setiap orang, materi penyuluhan kusta kepada setiap
orang, materi penyuluhan berisikan pengajaran bahwa : Ada obat
yang dapat menyembuhkan penyakit kusta Sekurang-kurangnya
80 % dari semua orang tidak mungkin terkena kusta Enam dari
tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain Kasus-kasus
menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan
secara teratur Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah
sebagian besar cacat fisik Penyakit Kusta merupakan salah satu
permasalahan indonesia dari sekian banyak permasalahan yang
masih saja terjadi selain meningkatnya penyakit lainya serta
munculnya penyakit-penyakit baru. Mudah-mudahan program
yang diselenggarakan pemerintah ini memiliki solusi dan tindakan
nyata yang disertai dukungan lintas sektor. Karena Hingga kini
berdasarkan wawancara pihak puskesmas dan kepala desa
disekitar tempat tinggal saya, salah satu program kesehatan yaitu
"Desa dan Kelurahan Siaga Aktif" yang di programkan pemerintah
dari tahun 2006 hingga muncul "pedoman desa dan kelurahan
siaga aktif" tahun 2010 dan pedoman tahun 2011 yang baru oleh
kementrian kesehatan hingga kini banyak yang belum
mengetahui program tersebut yang semestinya sudah berjalan
dan dievaluasi untuk mencapai target 80 % desa dan kelurahan
siaga aktif untuk menjadi basis Indonesia sehat. Semoga hal ini
tidak terjadi di sebagian besar daerah Indonesia. Melalui
Peringatan Hari Kusta sedunia ini pemerintah, masyarakat dan