Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
flour juga digunakan saat semen slag atau semen fly ash digunakan pada proses pemboran.
Perusahaan service penyemenan sumur migas biasanya juga dilibatkan pada pelaksanaan
operasi penyemenan sumur geothermal. Mereka membawa campuran semen mereka sendiri
dan peralatan pemompaan serta material yang dibutuhkan untuk pekerjaan penyemenan ini.
Untuk mengurangi biaya, beberapa kontraktor pengeboran melaksanakan operasi
penyemenan dengan peralatan mereka sendiri dan menggunakan semen lokal.
Aditif seperti temperature retarders, fluid loss, friction reducer dan antifoam,
seringkali digunakan berdasarkan waktu pemompaan yang dibutuhkan, yang merupakan
fungsi dari suhu, ukuran pekerjaan, dan lainnya. Di Iceland, expanded perlite (bahan vulkanik
yang mengembang seperti pop-corn bila dipanaskan dengan cepat) telah digunakan untuk
mengurangi densitas semen menjadi 1.7 g/cm3 dan di negara-negara lain glass
"microspheres" atau "foaming" slurry dengan injeksi gas atau udara juga sering digunakan.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi tekanan collapse yang diberikan pada casing dari kolom
semen dan untuk mengurangi kemungkinan fluida formasi masuk ke formasi dan terjadinya
loss circulation. Semen pada sistem geothermal yang sering digunakan telah diajukan kepada
National Bureau of Standards (NBS) untuk diuji dan diverifikasi. Jenis semen tersebut tertera
di bawah ini:
Kelas G + 35% silika flour + 54% H2O
Kelas B + 35% silika flour + 54% H2O
Kelas J + 44% H2O
Kelas G + 35% silica flour + 2% bentonite + 8,5% perlite + 116% H2O
Kelas G + 35% silica flour + 15% diatomaceous earth+ 91% H2O Kelas G +
100% silika flour + 2% sodium silikat extender + 136% H2O
Penambahan Lignosulfonate sebanyak 0.2% berat semen pada setiap suhu, membawa
pengaruh positif pada semen. Compressive strength cement naik seiring temperatur naik, dan
bila temperatur konstan, compressive strength semen pun cenderung untuk naik (Satiyawira
and Fathaddin, 2010). Semen foamed adalah semen yang terbuat dari bubur semen (cement
slurry) konvensional API kelas G, foaming agents dan gas (biasanya nitrogen). Terdapat
gelembung-gelembung kecil (seringkali berukuran mikroskopik) dalam semen foamed,
namun tidak saling terhubung (interconnected). Karena itu, semen foamed memiliki berat
lebih ringan dibandingkan semen konvensional sehingga dapat mengurangi permasalahan
kehilangan sirkulasi (lost circulation) selama proses penyemenan tahap pertama/primer
(primary cementing). Semen foamed mampu menahan tekanan dari sekliling sumur (well
bore) lebih baik daripada semen konvensional, karena ikatannya lebih kuat dan young
modulusnya lebih tinggi dibandingkan dengan semen konvensional. Kapasistas insulasi-yaitu
kemampuan menahan aliran panas dari sekeliling sumur-dari semen foamed dua hingga
sepuluh kali lebih baik daripada semen konvensional. Semen yang biasa digunakan untuk
kedalaman dalam adalah semen kelas G, 40% silicaflour dan microsilica, aditif fluid loss,
retarder/accelerator (jika dibutuhkan). Untuk menyemen zona dangkal (shallow), maka
digunakan accelerator calcium cloride, dan untuk zona dalam, digunakan syntetic liquid
retarder. Biaya (cost per barrel )semen foamed sedikit lebih mahal daripada semen
konvensional, namun hasilnya lebih baik.