Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
Febia Arinda (04124705069)
Hasbiallah Yusuf (04124905001)
I Made Bayu Wisnu Wardhana (04124708054)
Pembimbing:
dr. Sri Handayani, SpS
DEPARTEMEN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
VERTIGO PERIFER DAN VERTIGO SENTRAL
Oleh:
Febia Arinda
Hasbiallah Yusuf
I Made Bayu Wisnu Wardhana
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar
mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar.
Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non
spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang
digambarkan oleh pasien, dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling
sering diutarakan oleh pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat
jenis dizziness vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi
mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding pria (2:1), sekitar
88% pasien mengalami episode rekuren.1
pasien
infark
serebelum,
hanya
memiliki
gejala
vertigo
dan
BAB II
STATUS PASIEN
PASIEN 1
IDENTIFIKASI
Nama
: Ny. H
Umur
: 45 tahun
Agama
: Islam
yang disertai dengan penurunan fungsi pendengaran. Tidak ada riwayat trauma
kepala. Tidak ada riwayat pemakaian jangka panjang dari obat-obatan seperti
streptomisin, gentamisin, kuinin, atau obat-obatan anti-neoplastik.
Keluhan ini diderita untuk pertama kalinya.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: 15 (E4M6V5)
Suhu Badan
: 36,5C
Nadi
: 76 x/menit
Pernapasan
: 22 x/menit
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Tinggi Badan
: 155 cm
Berat Badan
: 60 kg
Gizi
: Cukup
STATUS INTERNUS
Jantung
Paru-paru
Hepar
: Tidak teraba
Lien
: Tidak teraba
Anggota Gerak
Genitalia
STATUS PSKIATRIKUS
Sikap
: Wajar, kooperatif
Perhatian : Ada
: Ada
STATUS NEUROLOGIKUS
Kepala
Bentuk
: Brachiocephali
Deformitas
: (-)
Ukuran
: Normal
Fraktur
: (-)
Simetris
: Simetris
Nyeri fraktur
: (-)
Hematom : (-)
Tumor
Pulsasi
: (-)
: (-)
Leher
Sikap
: Lurus
Deformitas
: (-)
Tortikolis
: (-)
Tumor
: (-)
Kaku kuduk
: (-)
Saraf-saraf otak
N. Olfaktorius
Penciuman
Kanan
Tidak ada kelainan
Kiri
Tidak ada kelainan
Anosmia
(-)
(-)
Hyposmia
(-)
(-)
Parosmia
(-)
(-)
N. Opticus
Visus
Kanan
Kiri
6/6
6/6
Anopsia
(-)
(-)
Hemianopsia
(-)
(-)
Fundus oculi
-
Papil edema
tidak diperiksa
tidak diperiksa
Papil atrofi
tidak diperiksa
tidak diperiksa
Perdarahan retina
tidak diperiksa
tidak diperiksa
Kanan
Kiri
Diplopia
(-)
(-)
Celah mata
(-)
(-)
Ptosis
(-)
(-)
Strabismus
(-)
(-)
Exophtalmus
(-)
(-)
Enophtalmus
(-)
(-)
Deviasi konjugae
(-)
(-)
Pupil
-
Bentuknya
Besarnya
Isokori/anisokor
bulat
bulat
3 mm
3 mm
isokor
Refleks cahaya
-
Langsung
(+)
(+)
Konsensuil
(+)
(+)
Akomodasi
(+)
(+)
Kanan
Kiri
N. Trigeminus
Motorik
-
Menggigit
Trismus
Refleks kornea
(+)
(+)
Sensorik
-
Dahi
Pipi
Dagu
N. Facialis
Kanan
Kiri
simetris
simetris
lagoftalmus (-)
lagoftalmus (-)
Motorik
-
Mengerutkan dahi
Menutup mata
Menyeringai
Plica nasolabialis
- Istirahat
- Berbicara/bersiul
Bentuk Muka
Sensorik
-
Otonom
- Salivasi
- Lakrimasi
Chvosteks sign
N. Vestibulocochlearis
(-)
(-)
Kanan
Kiri
Suara bisikan
Detik arloji
Tes Weber
Tes Rinne
Dix-Hallpike
Nistagmus
(+)
(-)
(+) horizontal
(+) horizontal
Kanan
Kiri
simetris
simetris
Nn. Glossopharingeus
dan Vagus
Arcus pharingeus
Uvula
Gangguan menelan
disfagia (-)
Suara serak/sengau
disfonia (-)
Denyut jantung
normal
Refleks
-
Muntah
(+)
Batuk
(+)
Okulokardiak
(+)
Sensorik
-
N. Accessorius
Mengangkat bahu
Kanan
Kiri
simetris
simetris
Memutar kepala
N. Hypoglossus
Mengulur lidah
Fasikulasi
(-)
Atrofi papil
(-)
Disartria
(-)
Fungsi Motorik
Lengan
Kanan
Kiri
Gerakan
cukup
cukup
Kekuatan
normal
normal
Tonus
Refleks fisiologis
-
Biceps
normal
normal
Triceps
normal
normal
Radius
normal
normal
Ulna
normal
normal
Refleks patologis
-
Hoffman Ttromner
(-)
(-)
Leri
(-)
(-).
Meyer
(-)
(-)
Trofik
eutrofik
eutrofik
Kanan
Kiri
Gerakan
cukup
cukup
Kekuatan
Tungkai
Tonus
normal
normal
Klonus
-
Paha
(-)
(-)
Kaki
(-)
(-)
Refleks fisiologis
-
KPR
normal
normal
APR
normal
normal
Refleks patologis
-
Babinsky
(-)
(-)
Chaddock
(-)
(-)
Oppenheim
(-)
(-)
Gordon
(-)
(-)
Schaeffer
(-)
(-)
Rossolimo
(-)
(-)
Mendel-Beckhterew
(-)
(-)
Fungsi Sensorik
Tidak ada kelainan
Fungsi Vegetatif
Miksi
Defekasi
Kolumna Vertebralis
Kyphosis
: (-)
Lordosis
: (-)
Gibbus
: (-)
Deformitas
: (-)
Tumor
: (-)
Meningocele
: (-)
Hematoma
: (-)
Nyeri ketok
: (-)
: (-)
Kerniq
: (-)
Lasseque
: (-)
Brudzinsky
-
Neck
: (-)
Cheek
: (-)
Symphisis : (-)
Leg I
: (-)
Leg II
: (-)
: (-)
Romberg
: (+)
Hemiplegic
: (-)
Dyemsetria
: (-)
Scissor
: (-)
- Jari-jari
: normal
Propulsion
: (-)
- Jari-hidung
: normal
Histeric
: (-)
- Lutut-tumit
: normal
Limping
: (-)
Steppage
: (-)
Dysdiadochokinesis : (-)
Astasia-Abasia : (-)
Trunk Ataxia
: (-)
Limb Ataxia
: (-)
10
Gerakan Abnormal
Tremor
: (-)
Chorea
: (-)
Athetosis
: (-)
Ballismus
: (-)
Dystoni
: (-)
Myocloni
: (-)
Fungsi Luhur
Afasia motorik : (-)
Afasia sensorik : (-)
Apraksia
: (-)
Agrafia
: (-)
Alexia
: (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
RESUME
IDENTIFIKASI
Ny. H/45 tahun/perempuan/tinggal dalam Kota Palembang/Islam/MRS
tanggal 21 Oktober 2014.
ANAMNESA
Penderita dirawat di P2 IGD RSMH karena mengalami pusing berputar
yang dipengaruhi oleh posisi kepala.
1 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita mengalami pusing
berputar. Pasien merasa bahwa lingkungan berputar terhadap dirinya. Pasien
mengatakan bahwa keluhannya dicetuskan oleh perubahan posisi kepala, seperti
saat berdiri setelah duduk, atau berbaring, yang terutama terjadi saat kepala
11
bergerak ke arah kanan. Keluhan terjadi selama beberapa menit, dan hilang
timbul. Keluhan mereda jika pasien menggerakkan kepalanya ke posisi sebelum
keluhan timbul. Mual (+), muntah (-), telinga berdenging (-), gangguan
pendengaran (-), keluar cairan dari telinga (-), kejang (-), penurunan kesadaran (-),
kelemahan sesisi tubuh (-), bicara pelo (-), mulut mengot (-), gangguan
sensibilitas (-). Pasien tidak mengeluhkan pandangan ganda atau kelemahan pada
mata. Pasien tidak mengalami kesulitan dalam mengungkapkan atau memahami
dalam bahasa lisan, tulisan, maupun isyarat.
Pasien menderita hipertensi yang terkontrol sejak 8 tahun yang lalu. Tidak
ada riwayat demam. Tidak ada riwayat keluar cairan dari telinga. Tidak ada
riwayat mendengar suara berdenging di telinga, atau perasaan penuh di telinga,
yang disertai dengan penurunan fungsi pendengaran. Tidak ada riwayat trauma
kepala. Tidak ada riwayat pemakaian jangka panjang dari obat-obatan seperti
streptomisin, gentamisin, kuinin, atau obat-obatan anti-neoplastik.
Keluhan ini diderita untuk pertama kalinya.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Sense
: 15 (E4M6V5)
Suhu Badan
: 36,5C
Nadi
: 76 x/menit
Pernapasan
: 22 x/menit
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Gizi
: Cukup
STATUS NEUROLOGIKUS
Nn. Cranialis :
N. III
12
Fungsi motorik
Lengan Kanan
Lengan Kiri
Tungkai Kanan
Tungkai Kiri
Gerakan
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Kekuatan
Normal
Normal
Normal
Normal
(-)
(-)
Tonus
Klonus
Refleks fisiologis
Normal
Normal
Normal
Normal
Refleks Patologis
(-)
(-)
(-)
(-)
Fungsi Sensorik
Fungsi Luhur
Fungsi Vegetatif
GRM
: (-)
Gerakan abnormal
: (-)
DIAGNOSA
DIAGNOSA KLINIK
DIAGNOSA TOPIK
DIAGNOSA ETIOLOGI
: Idiopatik
PENGOBATAN
Tirah baring
Manuver Epley dan Semont
Latihan Brand-Daroff
Betahistine Mesylate 3 x 12 mg tablet
Dimenhydrinate 3 x 50 mg tablet
Vitamin B1, B6, B12 3 x 1 tablet
13
PROGNOSA
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: bonam
ANALISIS KASUS
Diagnosis banding Diagnosis Klinik:
1. Vertigo Lesi Perifer
2. Vertigo Lesi Sentral
1. Lesi Perifer
Onset tiba-tiba.
Onset tiba-tiba
habituasi (+).
2. Lesi Sentral
Onset tiba-tiba
14
habituasi (-).
serebellum.
1. Penyakit Meniere
di telinga.
kepala.
15
2. Vestibularis neuritis
kepala ke kanan.
Gangguan pendengaran.
fatigabel (-).
3. Medikasi (ototoksisitas)
anti-neoplasma.
telinga.
di telinga.
5. Trauma kepala
16
PASIEN 2
IDENTIFIKASI
Nama
: Ny. I
Umur
: 43 tahun
: Dalam Kota
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pedagang
17
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: 15 (E4M6V5)
Suhu Badan
: 36,4C
Nadi
: 84 x/menit
Pernapasan
: 22 x/menit
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Tinggi Badan
: 160 cm
Berat Badan
: 65 kg
Gizi
: Cukup
STATUS INTERNUS
Jantung
Paru-paru
Hepar
: Tidak teraba
Lien
: Tidak teraba
Anggota Gerak
Genitalia
18
STATUS PSKIATRIKUS
Sikap
: Wajar, kooperatif
Perhatian : Ada
Kontak Psikis
: Ada
STATUS NEUROLOGIKUS
Kepala
Bentuk
: Brachiocephali
Deformitas
: (-)
Ukuran
: Normal
Fraktur
: (-)
Simetris
: Simetris
Nyeri fraktur
: (-)
Hematom : (-)
Tumor
Pulsasi
: (-)
: (-)
Leher
Sikap
: Lurus
Deformitas
: (-)
Tortikolis
: (-)
Tumor
: (-)
Kaku kuduk
: (-)
Saraf-saraf otak
N. Olfaktorius
Penciuman
Kanan
Tidak ada kelainan
Kiri
Tidak ada kelainan
Anosmia
(-)
(-)
Hyposmia
(-)
(-)
Parosmia
(-)
(-)
N. Opticus
Kanan
Kiri
NLP
6/6
Anopsia
(+)
(-)
Hemianopsia
(-)
(-)
Visus
19
Fundus oculi
-
Papil edema
tidak diperiksa
tidak diperiksa
Papil atrofi
tidak diperiksa
tidak diperiksa
Perdarahan retina
tidak diperiksa
tidak diperiksa
Kanan
Kiri
Diplopia
(-)
(-)
Celah mata
(-)
(-)
Ptosis
(-)
(-)
Strabismus
(-)
(-)
Exophtalmus
(-)
(-)
Enophtalmus
(-)
(-)
Deviasi konjugae
(-)
(-)
Pupil
-
Bentuknya
Besarnya
Isokori/anisokor
bulat
bulat
3 mm
3 mm
isokor
Refleks cahaya
-
Langsung
(-)
(+)
Konsensuil
(+)
(-)
Akomodasi
(-)
(+)
N. Trigeminus
Kanan
Kiri
Motorik
-
Menggigit
Trismus
Refleks kornea
20
Sensorik
-
Dahi
Pipi
Dagu
N. Facialis
Kanan
Kiri
simetris
simetris
lagoftalmus (-)
lagoftalmus (-)
Motorik
-
Mengerutkan dahi
Menutup mata
Menyeringai
Plica nasolabialis
- Istirahat
- Berbicara/bersiul
Bentuk Muka
Sensorik
-
Otonom
- Salivasi
- Lakrimasi
Chvosteks sign
N. Vestibulocochlearis
(-)
(-)
Kanan
Kiri
Suara bisikan
Detik arloji
Tes Weber
Tes Rinne
Nistagmus
(+) horizontal
(+) horizontal
21
Nn. Glossopharingeus
dan Vagus
Arcus pharingeus
Kanan
Kiri
simetris
simetris
Uvula
Gangguan menelan
disfagia (-)
Suara serak/sengau
disfonia (-)
Denyut jantung
normal
Refleks
-
Muntah
(+)
Batuk
(+)
Okulokardiak
(+)
Sensorik
-
N. Accessorius
Mengangkat bahu
Kanan
Kiri
simetris
simetris
Memutar kepala
N. Hypoglossus
Mengulur lidah
Fasikulasi
(-)
Atrofi papil
(-)
Disartria
(-)
Fungsi Motorik
Lengan
Kanan
Kiri
Gerakan
kurang
kurang
Kekuatan
4+
4+
Tonus
22
Refleks fisiologis
-
Biceps
Triceps
Radius
Ulna
Refleks patologis
-
Hoffman Ttromner
(-)
(-)
Leri
(-)
(-).
Meyer
(-)
(-)
Trofik
eutrofik
eutrofik
Kanan
Kiri
Gerakan
kurang
kurang
Kekuatan
4+
4+
Tonus
Tungkai
Klonus
-
Paha
(-)
(-)
Kaki
(-)
(-)
Refleks fisiologis
-
KPR
APR
Refleks patologis
-
Babinsky
(-)
(-)
Chaddock
(-)
(-)
Oppenheim
(-)
(-)
Gordon
(-)
(-)
Schaeffer
(-)
(-)
Rossolimo
(-)
(-)
Mendel-Beckhterew
(-)
(-)
23
Fungsi Sensorik
Tidak ada kelainan
Fungsi Vegetatif
Miksi
Defekasi
Kolumna Vertebralis
Kyphosis
: (-)
Lordosis
: (-)
Gibbus
: (-)
Deformitas
: (-)
Tumor
: (-)
Meningocele
: (-)
Hematoma
: (-)
Nyeri ketok
: (-)
: (-)
Kerniq
: (-)
Lasseque
: (-)
Brudzinsky
-
Neck
: (-)
Cheek
: (-)
Symphisis : (-)
Leg I
: (-)
Leg II
: (-)
24
: (+)
Romberg
Hemiplegic
: (-)
Dyemsetria
: (+)
Scissor
: (-)
- Jari-jari
: terganggu
Propulsion
: (-)
- Jari-hidung
: terganggu
Histeric
: (-)
- Lutut-tumit
: terganggu
Limping
: (-)
Steppage
: (-)
Dysdiadochokinesis : (-)
Astasia-Abasia : (-)
Trunk Ataxia
: (-)
Limb Ataxia
: (+)
Gerakan Abnormal
Tremor
Chorea
: (-)
Athetosis
: (-)
Ballismus
: (-)
Dystoni
: (-)
Myocloni
: (-)
Fungsi Luhur
Afasia motorik : (-)
Afasia sensorik : (-)
Apraksia
: (-)
Agrafia
: (-)
Alexia
: (-)
25
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM (24 OKTOBER 2014)
DARAH RUTIN
Hb
: 11,6 g/dl
BSS
: 113 mg/dl
Eritrosit
: 4.170.000/mm3
PT
: 13,7 detik
Ht
: 34 vol%
APPT
: 111.200 detik
Leukosit
: 15.100/mm
Diff count
: 0/0/0/83/12/5 %
: 0,32 g/dl
DARAH KIMIA
pH
: 7,481
pCO2
: 45,8 mmHg
pO2
: 181,6 mmHg
HCO3
: 34,5 mmol/L
HATI
GINJAL
Ureum
: 20 mg/dl
Albumin
: 3,9 gr/dl
Kreatinin
: 0,46 mg/dl
Globulin
: 2,2 gr/dl
ELEKTROLIT
Calsium (Ca)
: 8,9 mg/dl
Phospor
: 2,8 mg/dl
: 141 mEq/L
Kalium (K)
: 3,4 mEq/L
Klorida (Cl)
: 105 mmol/L
26
Pada pemeriksaan CT-Scan kepala tanpa kontras, potongan axial, slice thickness
3-7 mm dengan brain dan bone window didapatkan:
-
Ventrikel IV terdorong.
27
28
Brain MRI potongan axial, coronal, sagital, T1, T2, FLAIR, slice thickness 7 mm,
interval 8 mm, pre dan post kontras Gadolinium DTPA intravena:
-
Ventrikel II normal.
RESUME
IDENTIFIKASI
Ny. I/43 tahun/perempuan/tinggal dalam Kota Palembang/Islam/MRS
tanggal 15 September 2014.
29
kanan, kemudian sisi tubuh kiri. Pasien tidak mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan atau memahami dalam bahasa lisan, tulisan, maupun isyarat.
Penderita memiliki riwayat vertigo dan operasi tumor serebellum pada
tahun 2003, setelah operasi penderita mengalami kebutaan pada mata kanan.
Tumor diangkat total, dan pasien dapat kembali beraktivitas seperti biasa. Pada
tahun 2006, pasien menjalani operasi pemasangan selang VP-shunt pada tahun.
Pada tahun 2009, tumor serebellum kembali tumbuh dan penderita menjalani
operasi pengangkatan tumor sekali lagi. Tumor diangkat total sekali lagi,
kemudian penderita dapat beraktivitas seperti biasa. Penderita tidak memiliki
riwayat hipertensi. Tidak ada riwayat demam. Tidak ada riwayat keluar cairan dari
telinga. Tidak ada riwayat mendengar suara berdenging di telinga, atau perasaan
penuh di telinga, yang disertai dengan penurunan fungsi pendengaran. Tidak ada
riwayat trauma kepala. Tidak ada riwayat pemakaian jangka panjang dari obatobatan seperti streptomisin, gentamisin, kuinin, atau obat-obatan antineoplastik.
Penyakit ini diderita untuk ketiga kalinya, yang pertama pada tahun 2003,
kemudian pada tahun 2009. Pada setiap kejadian penyakit, dilakukan
pengangkatan total dari tumor.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Sense
: 15 (E4M6V5)
Suhu Badan
: 36,4C
Nadi
: 84 x/menit
Pernapasan
: 22 x/menit
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Gizi
: Cukup
30
STATUS NEUROLOGIKUS
Nn. Cranialis :
N. II
N. III
Fungsi motorik
Lengan Kanan
Lengan Kiri
Tungkai Kanan
Tungkai Kiri
Gerakan
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kekuatan
4+
4+
4+
4+
Tonus
(-)
(-)
Klonus
Refleks fisiologis
Refleks Patologis
(-)
(-)
(-)
(-)
Fungsi Sensorik
Fungsi Luhur
Fungsi Vegetatif
GRM
: (-)
Gerakan abnormal
DIAGNOSA
DIAGNOSA KLINIK
DIAGNOSA TOPIK
: Serebellum
DIAGNOSA ETIOLOGI
: SOL Intrakranial
31
PENGOBATAN
Tirah baring
O2 3L/menit via kanul
IVFD RL gtt XX/menit
Betahistine Mesylate 3 x 6 mg tablet
Flunarizine 1 x 10 mg tablet
Injeksi Vit. B1, B6, B12 1 x 3 mg ampul IM
Pengangkatan Tumor Serebellum
PROGNOSA
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
ANALISIS KASUS
Diagnosis banding Diagnosis Klinik:
1. Lesi Sentral
habituasi (-).
habituasi (-).
32
melakukan aktivitas.
2. Lesi Perifer
Onset tiba-tiba.
menetap.
habituasi (+).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
33
34
Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan tiga pasang
kanalis semisirkularis. Otolith terbagi atas sepasang kantong yang disebut sakulus
dan utrikulus. Sakulus dan utrikulus masing-masing mempunyai suatu penebalan
atau makula sebagai mekanoreseptor khusus. Makula terdiri dari sel-sel rambut
dan sel penyokong. Kanalis semisirkularis adalah saluran labirin tulang yang
berisi perilimfe, sedang duktus semisirkularis adalah saluran labirin selaput berisi
endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis terletak saling tegak lurus.4
Sistem vestibular terdiri dari labirin, bagian vestibular nervus kranialis
kedelapan (nervus vestibularis bagian dari nervus vestibulokokhlearis), dan nuklei
vestibularis di bagian otak, dengan koneksi sentralnya. Labirin terletak di dalam
bagian petrosus os tempolaris dan terdiri dari utrikulus, sakulus, dan tiga kanalis
semisirkularis. Labirin membranosa terpisah dari labirin tulang oleh rongga kecil
yang terisi dengan perilimfe, organ membranosa itu sendiri berisi endolimfe.
Urtikulus, sakulus, dan bagian kanalis semisirkularis yang melebar (ampula)
mengandung
organ
reseptor
yang
berfungsi
untuk
mempertahankan
keseimbangan.4
Tiga kanalis semisirkularis terletak di bidang yang berbeda. Kanalis
semisirkularis lateral terletak di bidang horizontal, dan dua kanalis semisirkularis
lainnya tegak lurus dengannya dan satu sama lain. Kanalis semisirkularis posterior
sejajar dengan aksis os petrosus, sedangkan kanalis semisirkularis anterior tegak
lurus dengannya. Karena aksis os petrosus terletak pada sudut 450 terhadap garis
tengah, kanalis semisirkularis anterior satu telinga pararel dengan kanalis
semisirkularis posterior telinga sisi lainnya, dan kebalikannya. Kedua kanalis
semisirkularis lateralis terletak di bidang yang sama (bidang horizontal).
Masing-masing dari ketiga kanalis semisirkularis berhubungan dengan
utrikulus. Setiap kanalis semisirkularis melebar pada salah satu ujungnya untuk
membentuk ampula, yang berisi organ reseptor sistem vestibular, krista ampularis.
Rambut-rambut sensorik krista tertanam pada salah satu ujung massa gelatinosa
yang memanjang yang disebut kupula, yang tidak mengandung otolit. Pergerakan
endolimfe di kanalis semisirkularis menstimulasi rambut-rambut sensorik krista,
yang dengan demikian, merupakan reseptor kinetik (reseptor pergerakan). 4
35
36
37
38
2.2. Vertigo
disebabkan
oleh
berkurangnya
perfusi
cerebral),
light-headness,
2.2.2. Epidemiologi
Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan
prevalensi sebesar 7%. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki
epidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness.
Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan oleh
pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat jenis dizziness
vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi
mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding pria (2:1),
sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren.1
Frekuensi di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang menderita stroke setiap
tahunnya. Dari stroke yang terjadi, 85% merupakan stroke iskemik, dan 1,5%
diantaranya terjadi di serebelum. Rasio stroke iskemik serebelum dibandingkan
dengan stroke perdarahan serebelum adalah 3-5:1. Sebanyak 10% dari pasien
infark serebelum, hanya memiliki gejala vertigo dan ketidakseimbangan. Insidens
sklerosis multiple berkisar diantara 10-80/100.000 per tahun. Sekitar 3000 kasus
neuroma akustik didiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat.1
39
resiko
yang
berkaitan,
diantaranya
hipetensi,
diabetes
melitus,
2.2.3. Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya antara lain akibat
kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit
atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan
mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di
telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area
40
tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam
saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.5
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi
tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.
Penyebab umum dari vertigo:6
1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di
dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal
positional
4. infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere.
5. peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,
sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,
persyarafannya atau keduanya.
7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak (transient ischemic attack) pada arteri
vertebral dan arteri basiler.
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler
sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai
ke korteks. Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo.
Penyebab vertigo serta lokasi lesi:7
pasca trauma
penyakit menierre
fistula labirin
41
neuritis vestibular
neuroma akustikus
Otitis media
Tumor
Sentral
Supratentorial
- Trauma
- Epilepsi
Infratentorial
42
2.2.4. Klasifikasi
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau
otak) atau di perifer (telinga dalam, atau saraf vestibular).7
1. Fisiologik : ketinggian, mabuk udara.
Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi
dari sekitar penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik
berfungsi baik. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain :
a.
b.
c.
2. Patologik :
Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi:2
a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak atau
cerebellum
b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus
cranialis vestibulocochlear (N. VIII)
Kata kunci untuk vertigo yang berasal dari sentral adalah gejala atau tanda
batang otak lainnya atau tanda onset akut misalnya sakit kepala tuli dan temuan
neurologis lainnya misalnya trigeminal sensory loss pada infark arteri cebellar
43
postero inferior. Pada pasien seperti ini perlu cepat dirujuk dan diinvestigasi. Red
flag pada pasien dengan vertigo meliputi :7
Sakit kepala
Gejala neurologis
Tanda neurologis
Vertigo perifer
Vertigo sentral
saraf perifer)
Penyebab
vertebrobasiler insufisiensi,
Tidak ada
SSP
Masa laten
3-40 detik
Tidak ada
Habituasi
Ya
Tidak
Fatigabel
Ya
Tidak
Berat
Ringan
Intensitas vertigo
44
Telinga
Kadang-kadang
Tidak ada
berdenging dan
atau tuli
Nistagmus
spontan
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di
serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala
lain yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia,
perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah.5
Vertigo perifer memiliki beberapa episode berdasarkan lama waktu
berlangsungnya serangan vertigo :9
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan
oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian
mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun dapat
juga diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di telinga atau oleh
neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala menghilang secara
spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit
meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun
(tuli), vertigo dan tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit gawat
darurat. Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang
menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa
hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada
neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai nistagmus.
45
Sentral
Mendadak
Lambat
Berat
Ringan
(+)
(-)
Gejala otonom
(++)
(-)
Gangguan pendengaran
(+)
(-)
Bangkitan vertigo
Derajat vertigo
Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer berdasarkan
nystagmus. Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya involunter, bolak
balik, ritmis, dengan frekuensi tertentu. Nystagmus merupakan bentuk reaksi dari
refleks vestibulo oculer terhadap aksi tertentu. Nystagmus bisa bersifat fisiologis
atau patologis dan manifes secara spontan atau dengan rangsangan alat bantu
seperti test kalori, tabung berputar, kursi berputar, kedudukan bola mata posisi
netral atau menyimpang atau test posisional atau gerakan kepala.
Nystagmus
1. Arah
Vertigo Sentral
Vertigo Perifer
Berubah-ubah
Horizontal /
horizontal rotatoar
2. Sifat
Unilateral / bilateral
Bilateral
3. Test Posisional
-
Latensi
Singkat
Lebih lama
Durasi
Lama
Singkat
Intensitas
Sedang
Larut/sedang
Sifat
Susah ditimbulkan
Mudah ditimbulkan
Dominasi arah
Sering ditemukan
jarang ditemukan
46
5. Fiksasi mata
Tidak terpengaruh
Terhambat
Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai
beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring
diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama
sekali. Sesuai kejadiannya,
vertigo ada beberapa macam yaitu :
Vertigo spontan
Vertigo ini timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari
penyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan
endolimfa yang meninggi. Vertigo spontan komponen cepatnya mengarah
ke jurusan lirikan kedua bola mata.
Vertigo posisi
Vertigo ini disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul karena
perangsangan pada kupula kanalis semisirkularis oleh debris atau pada
kelainan servikal. Debris ialah kotoran yang menempel pada kupula kanalis
semisirkularis.
Vertigo kalori
Vertigo yang dirasakan pada saat pemeriksaan kalori. Vertigo ini penting
ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat membandingkan
perasaan vertigo ini dengan serangan yang pernah dialaminya. Bila sama,
maka keluhan vertigonya adalah betul, sedangkan bila ternyata berbeda,
maka keluhan vertigo sebelumnya patut diragukan.7
47
sering, disebabkan oleh disfungsi dari telinga dalam. Jika bersamaan dengan
nistagmus, pasien biasanya merasakan
Karekteristk dizziness
Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah sensasi
berputar, atau sensasi non spesifik seperti giddiness atau liht headness, atau
hanya suatu perasaan yang berbeda (kebingungan).
48
Keparahan
Keparahan dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya: pada acute
vestibular neuritis, gejala awal biasanya parah namun berkurang dalam
beberapa hari kedepan. Pada Mnires disease, pada awalnya keparahan
biasanya meningkat dan kemudian berkurang setelahnya. Sedangakan
pasien mengeluh vertigo ynag menetap dan konstan mungkin memilki
penyebab psikologis.3
Kemungkinan Diagnosis
Beberapa detik
Beberapa menit
perilymphatic fistula
49
Beberapa jam
Beberapa hari
Beberapa minggu
Psychogenic
Faktor Pencetus
Faktor pencetus dan dapat mempersempit diagnosis banding pada
vertigo vestibular perifer. Jika gejala terjadi hanya ketika perubahan posisi,
penyebab yang paling mungkin adalah BPPV. Infeksi virus yang baru pada
saluran pernapasan atas kemungkinan berhubungan dnegan acute vestibular
neutritis atau acute labyrhinti. Faktor yang mencetuskan migraine dapat
menyebabkan vertigo jika pasien vertigo bersamaan dengan migraine.
Vertigo dapat disebabkan oleh fistula perilimfatik. Fistula perimfatik dapat
disebabkan oleh trauma baik langsung ataupun barotraumas, mengejan,
bersin atau gerakan yang mengakibatkan telinga ke bawah akan
memprovokasi vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik. Adanya
fenomena Tullios (nistagmus dan vertigo yang disebabkan suara bising
pada frekuensi tertentu) mengarah kepada penyebab perifer. Stres psikis
yang berat dapat menyebabkan vertigo, menanyakan tentang stress
psikologis atau psikiatri terutama pada pasien yang pada anamsesis tidak
cocok dengan penyebab fisik vertigo manapun. 3
Kemungkinan diagnosis
Perubahan posisi
kepala
cerebellopontine
angle tumor; multiple sclerosis; perilymphatic fistula
50
Episode spontan
Infeksi Viral
Saluran Napas Atas
Stress
Immunosuppressi
Perubahan pada
Perilymphatic fistula
tekanan telinga,
trauma kepala,
suara berdenging
Gejala Penyerta
Gejala penyerta berupa penurunan pendengaran, nyeri, mual, muntah
dan gejala neurologis dapat membantu membedakan diagnosis penyebab
vertigo. Kebanyakan penyebab vertigo dengan gangguan pendengaran
berasal dari perifer, kecuali pada penyakit serebrovaskular yang mengenai
arteri auditorius interna atau arteri anterior inferior cebellar. Nyeri yang
menyertai vertigo dapat terjadi bersamaan dengan infeksi akut telinga
tengah, penyakit invasive pada tulang temporal, atau iritasi meningeal.
Vertigo sering bersamaan dengan muntah dan mual pada acute vestibular
neuronitis dan pada meniere disease yang parah dan BPPV.
Pada vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu parah. Gejala
neurologis berupa kelemahan, disarthria, gangguan penglihatan dan
pendengaran, parestesia, penurunan kesadaran, ataksia atau perubahan lain
pada fungsi sensori dan motoris lebih mengarahkan diagnosis ke vertigo
sentral misalnya
51
Kemungikanan diagnosis
Acoustic neuroma; Mnires disease
telinga
Kelemahan wajah
Temuan defisit
neurologis fokal
Sakit kepala
Tuli
52
2.2.6. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat
kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan
impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik
dan proprioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan
nuklei N.III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik. Reseptor vestibuler memberikan kontribusi
paling besar, yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang
paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.9
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan
wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-
53
otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi
alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/tidak
fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga
muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat
berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.12
Ada
beberapa
teori
yang
berusaha
menerangkan
kejadian
ketidakseimbangan tubuh:
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori
ini
berdasarkan
menyebabkan
hiperemi
asumsi
bahwa
rangsang
kanalis
semisirkularis
yang
berlebihan
sehingga
fungsinya
54
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha
adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim simpatis
terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.
5. Teori neurohumoral
Diantaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori
serotonin
(Lucat)
yang
masing-masing
menekankan
peranan
55
Rombergs sign
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan
2.
56
Pasien disuruh berjalan dalam garis lurus, dengan ujung tumit kaki
yang di depan menyentuh ujung jari kaki yang di belakang. Tes ini
dimulai dengan mata terbuka, kemudian mata tertutup. Jika pasien
gagal mempertahankan posisi tubuh lurus saat berjalan, maka dikatakan
hasil tes positif.
3.
57
58
59
Bila ini juga tidak menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa
labirin tidak berfungsi.
Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin
normal hipoaktif atau tidak berfungsi. Pemeriksaan ini juga dapat ditinjau
dengan melakukan :
1. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus
tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif.
2. Posturografi
Dalam
mempertahankan
mempunyai
peranan
keseimbangan
penting:
terdapat
sistem
visual,
unsur
vestibular,
yang
dan
60
61
62
CVA, tuli unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur dan
integritas batang otak, cerebellum, dan periventrikular white matter, dan
kompleks nervus VIII.11
2.5. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sekitar 2040% pasien dapat didiagnosis segera setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis juga dapat ditentukan berdasarkan komplek gejala yang terdapat pada
pasien.
Meniere disease
Vestibular neuritis
Labyrinthitis
Benign positional
Vertebrobasilar insufficiency
vertigo
dan thromboembolism
Acute vestiblar
Tumor otak
Labyrinthine trauma
dysfunction
Acoustic neuroma
Medication induced
Migraine
vertigo e.g
aminoglycosides
Acute cochleovestibular
dysfunction
Cervical spondylosis
Multiple sklerosis
63
Syphilis (rare)
Following flexion-
extension injury
64
65
66
67
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga
memfiksasi pada objek yang diam.
Keterangan Gambar:
1. Ambil posisi duduk.
3. Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik
posisi duduk.
4. Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing
gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang kali.
5. Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin bertambah.
2.8 Kesimpulan
68
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
Arsyad Soepardi, Efiaty, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung tenggorokan Kepal & Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
6.
7.
8.
9.
10.
December: 2006.
11.
tanggal
April
2011.
Diunduh
dari
http://emedicine.medscape.com/article/884048-overview#a0104.
12.
Chain, TC. 2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient
with
69