Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Limfoma maligna adalah tumor ganas primer dari kelenjar limfe dan
jaringan limfatik di organ lainnya. Penyakit ini dibagi dalam 2 golongan besar,
yaitu penyakit Hodgkin dan limfoma non Hodgkin (LNH). Sel ganas pada
penyakit Hodgkin berasal dari sel retikulum. Limfosit yang merupakan bagian
integral proliferasi sel pada penyakit ini diduga merupakan manifestasi reaksi
kekebalan seluler terhadap sel ganas tersebut. Limfoma non Hodgkin pada
dasarnya merupakan keganasan sel limfosit.1,2
Belakangan ini insiden limfoma meningkat relatif cepat. Sekitar 90%
limfoma Hodgkin timbul dari kelenjar limfe, hanya 10% timbul dari jaringan
limfatik di luar kelenjar limfe. Sedangkan limfoma non Hodgkin 60% timbul dari
kelenjar limfe, 40% dari jaringan limfatik di luar kelenjar. Jika diberikan terapi
segera dan tepat, angka kesembuhan limfoma Hodgkin dapat mencapai 80% lebih.
Prognosis limfoma non Hodgkin lebih buruk, tapi sebagian dapat disembuhkan.
Dengan semakin mendalam riset atas limfoma maligna, kini dalam hal klasifikasi
jenis patologik, klasifikasi stadium, metode terapi, diagnosis dan penilaian atas lesi
residif dan berbagai aspek lain limfoma telah mengalami kemajuan pesat, hal ini sangat
membantu dalam meningkatkan ratio kesembuhan limfoma.3,4
Limfoma maligna baik limfoma Hodgkin maupun non-Hodgkin dapat
menimbulkan berbagai macam manifestasi klinik, salah satunya bermanifestasi
pada rongga mulut (manifestasi oral).
Manifestasi rongga mulut lebih sering terkait dengan kasus Limfoma nonHodgkin dengan
prevalensi 2-3%
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
LIMFOMA
DEFINISI
Limfoma maligna adalah neoplasma ganas primer pada kelenjar getah
bening/sistem limfatis dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, biasanya
ditandai dengan kelainan umum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti
splenomegali, hepatomegali dan kelainan sumsum tulang. Dalam garis besar,
limfoma dibagi dalam 4 bagian yaitu: Limfoma Hodgkin (LH), Limfoma non
Hodgkin (LNH), Histiositosis x, Mycosis fungoides. Dalam praktek klinis, yang
dimaksud dengan limfoma biasanya adalah LH dan LNH, sedang Histiositosis x
dan mycosis fungoides sangat jarang ditemukan.
ETIOLOGI
Limfoma merupakan golongan gangguan limfoproliferatif. Penyebabnya
tidak diketahui, tetapi sering dikaitkan dengan virus, khususnya virus Epstein Barr
yang ditemukan pada limfoma Burkitt. Terdapat kaitan jelas antara limfoma
Hodgkin dan infeksi virus Epstein Barr. Pada kelompok terinfeksi HIV, insiden
limfoma Hodgkin agak meningkat dibanding masyarakat umum,
selain itu
manifestasi klinis limfoma Hodgkin yang terkait HIV sangat kompleks, sering kali
terjadi pada stadium lanjut penyakit, mengenai regio yang jarang ditemukan,
seperti sumsum tulang, kulit, meningen, dan lainnya.
Infeksi virus dan regulasi abnormal imunitas berkaitan dengan
timbulnya limfoma non Hodgkin, bahkan kedua mekanisme tersebut saling
berinteraksi. Virus RNA, HTLV-1 berkaitan dengan leukemia sel T dewasa, virus
imunodefisiensi humanus (HIV) yang menyebabkan AIDS, defek imunitas yang
diakibatkan berkaitan dengan timbulnya keganasan limfoma sel B yang tinggi,
kelenjar getah bening yang sering, tetapi pada beberapa orang limfoma terbentuk
di perut, hati atau yang jarang sekali di otak. Bahkan, suatu limfoma dapat
terbentuk di mana saja. Seringkali lebih dari satu bagian tubuh terserang oleh
penyakit ini.
Patogenesis morbus Hodgkin mungkin kompleks dan masih banyak hal
yang kurang jelas dalam bidang ini.
1. LIMFOMA HODGKIN
DEFINISI
Penyakit Hodgkin adalah kanker yang berawal dari sel-sel sistem imun.
Penyakit Hodgkin berawal saat sel limfosit yang biasanya adalah sel B (sel T
sangat jarang) menjadi abnormal. Sel limfosit yang abnormal tersebut dinamakan
sel Reed Sternberg.
Sel Reed Sternberg tersebut membelah untuk memperbanyak dirinya. Sel
Reed Sternberg yang terus membelah membentuk begitu banyak sel limfosit
abnormal. Sel-sel abnormal ini tidak mati saat waktunya tiba dan mereka juga
tidak melindungi tubuh dari infeksi maupun penyakit lainnya. Pembelahan sel
abnormal yang terus menerus ini menyebabkan terbentuknya massa dari jaringan
yang disebut tumor.
Jaringan limfatik banyak terdapat dalam banyak bagian tubuh, sehingga
penyakit Hodgkin dapat berawal dari mana saja. Biasanya penyakit Hodgkin
pertama kali ditemukan pada nodus limfatikus di atas diafragma, pada otot tipis
yang memisahkan rongga thoraks dan rongga abdomen. Tetapi penyakit Hodgkin
mungkin juga dapat ditemukan di kumpulan nodus limfatikus.
EPIDEMIOLOGI
Virus tertentu
Terinfeksi virus Epstein Barr (EBV) atau human immunodeficiency virus
(HIV) dapat meningkatkan risiko penyakit Hodgkin. Bagaimanapun juga,
limfoma tidak menular, sehingga tidak mungkin mendapatkan limfoma
dari orang lain.
2)
3)
Usia
Penyakit Hodgkin umumnya terdapat pada usia remaja dan dewasa muda
berumur 15-35 tahun, juga pada dewasa berumur 50 tahun.
4)
Riwayat keluarga
Anggota keluarga khususnya kakak atau adik dari seseorang dengan
penyakit
Hodgkin
atau
limfoma
lainnya,
dapat
meningkatkan
dari penyakit Hodgkin ada baiknya kita mengetahui tentang klasifikasi dari
penyakit-penyakit tersebut.
Klasifikasi patologis yang sering dipakai sekarang ini adalah menurut Lukas
dan Butler sesuai keputusan symposium penyakit Hodgkin dan Ann Arbor.
Menurut klasifikasi ini penyakit Hodgkin dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)
lymphocyte
predominant
Hodgkin
disease
(NLPHD)
morbus
Hodgkin
ditegakkan
berdasarkan
pemeriksaan
Limfoma malignum non Hodgkin atau limfoma non Hodgkin adalah suatu
keganasan primer jaringan limfoid yang bersifat padat. Limfoma non Hodgkin
merupakan penyakit yang heterogen, tergantung dari gambaran klinik,
imunofenotiping dan respons terhadap terapi. Gambaran penyakit yang progresif
lebih sering didapatkan pada anak dibanding dewasa. Demikian pula gambaran
histopatologik difus sering didapatkan pada anak (90%) daripada gambaran
noduler atau fotikuler pada dewasa. Lebih dari 45.000 pasien didiagnosis sebagai
limfoma non Hodgkin (LNH) setiap tahun di Amerika Serikat. Limfoma non
Hodgkin, khususnya limfoma susunan saraf pusat biasa ditemukan pada pasien
dengan keadaan defisiensi imun dan yang mendapat obat-obat imunosupresif,
seperti pada pasien dengan transplantasi ginjal dan jantung.
EPIDEMIOLOGI
Limfoma merupakan penyakit keganasan yang sering ditemukan pada
anak, hampir sepertiga dari keganasan pada anak setelah leukemia dan keganasan
susunan syaraf pusat. Angka kejadian tertinggi pada umur 7-10 tahun dan jarang
dijumpai pada usia di bawah 2 tahun. Laki-laki lebih sering bila dibandingkan
dengan perempuan dengan perbandingan 2,5:1. Angka kejadiannya setiap tahun
diperkirakan meningkat dan di AS 16,4 persejuta anak di bawah usia 14 tahun.
Angka kejadian limfoma malignum di Indonesia sampai saat ini belum diketahui
dengan pasti.
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Penyebab pasti limfoma non Hodgkin masih belum diketahui, namun LNH
dapat disebabkan oleh abnomalitas sitogenik, seperti translokasi kromosom dan
infeksi virus. Translokasi kromosom dan perubahan molekular sangat berperan
penting dalam patogenesis limfoma, dan berhubungan dengan histologi dan
imunofenotiping. Translokasi t(14;18)(q32;q21) adalah translokasi kromosomal
abnormal yang paling sering dihubungkan dengan LNH. Beberapa infeksi virus
berperan dalam patogenesis LNH, seperti virus Epstein Barr yang merupakan
penyebab paling sering pada limfoma Burkitt,limfoma pada pasien dengan
imunocompremised dan penyakit Hodgkin.
GAMBARAN HISTOLOGIK
Klasifikasi histopatologik sangat komplek dan tumpang tindih dengan
klasifikasi yang lain misalnya klasifikasi imunologik, sitogenetik maupun
molekuler
sehingga
masih
membingungkan.
Klasifikasi
yang
banyak
dipergunakan adalah dari Rappaport (R), Kiel (K), Lukes dan Collins, WHO, dan
Working Formulation (WF)
Klasifikasi histopatologik LNH pada anak.
Kiel
High grade
Limfoma
Rappaport
Burkitts
Working Formula
High grade
Small non cleaved cell
bentuk lainnya
Limfoblastik konvoluted
Limfoblastik
Histositik difus
Sentroblastik
Intermediate grade
Difus sel besar
Limfoma non Hodgkin pada anak seringkali mempunyai gambaran yang
dengan limfoma non Hodgkin, tidak ada penyebab penyakit yang dapat
ditemukan. Lebih jauh lagi, banyak orang yang terpapar pada salah satu faktor
resiko yang diketahui tidak menderita limfoma non Hodgkin. Beberapa faktor
resiko tersebut seperti infeksi, imunosupresi,dan faktor lingkungan.
Beberapa infeksi virus telah memperlihatkan adanya hubungan dengan
peningkatan limfoma non Hodgkin. Hal ini mungkin berhubungan dengan
kemampuan virus dalam menginduksi stimulasi antigen kronik dan disregulasi
sitokin yang menyebabkan stimulasi, proliferasi, dan limfomagenesis yang tidak
terkontrol dari sel B dan sel T.3Beberapa virus tersebut antara lain:
dari pada orang lainnya. Munculnya limfoma non Hodgkin pada orang dengan
HIV positif mengindikasikan bahwa full-blown AIDS telah terjadi.
Meningkatnya risiko kemungkinan terjadi karena penekanan sistim
kekebalan yang disebabkan oleh infeksi HIV. AIDS-yang berhubungan dengan
limfoma non Hodgkin memberikan gambaran tidak seperti umumnya atau timbul
disisi yang tidak umum dibandingkan dengan jenis limfoma non Hodgkin.
Virus Epstein-Barr adalah virus yang umum, menyerang kebanyakan
orang pada suatu waktu tertentu dalam masa hidupnya, dan mengakibatkan infeksi
singkat atau demam glandular. Akan tetapi, dalam sejumlah kecil kasus ekstrim, ia
dikaitkan dengan Limfoma Burkitt dan bentuk limfoma non Hodgkin yang
berhubungan dengan imunosupresi.
Human T-cell leukaemia-lymphoma virus-1 (HTLV-1), aslinya berasal dari
Jepang dan Karibia, juga suatu penyebab yang sangat jarang dari limfoma non
Hodgkin, terdapat suatu jarak antara infeksi virus dan timbulnya penyakit.
Infeksi bakterial lebih jarang dikaitkan dengan limfoma non Hodgkin
dibandingkan dengan infeksi virus. Akan tetapi, infeksi dengan Helicobacter
pylori, yang dapat menyebabkan tukak lambung dan menyerang lambung,
dihubungkan dengan bentuk limfoma yang jarang yang dikenal sebagai limfoma
MALT, yang biasanya timbul di lambung. Antibiotik untuk mengeradikasi infeksi
bakteri sering menyembuhkan kondisi ini, jika diberikan cukup dini.
Orang dengan imunosupresi, dimana sistim pertahanannya menurun,
menghadapi peningkatan risiko terserang limfoma non Hodgkin. Hal ini mungkin
karena kontrol multiplikasi sel B tergantung pada fungsi normal sel T. Jika fungsi
sel T menjadi abnormal, seperti pada kasus orang dengan imunosupresi, sel B
dapat berlipat ganda melalui suatu cara yang tidak terkontrol, meningkatkan
peluang untuk terserang penyakit ini.
Salah satu sebab utama imunosupresi adalah obat yang diberikan untuk
mencegah penolakan dari organ yang ditransplantasikan atau transplantasi
sumsum tulang. Pasien yang mendapatkan transplantasi organ mempunyai
peningkatan risiko menderita limfoma non Hodgkin.
MANIFESTASI KLINIS
Limfoma non Hodgkin mempunyai gambaran klinis berupa massa
abdominal dan intrathorakal (massa mediastinum) yang sering kali disertai dengan
adanya efusi pleura. Pada anak yang lebih besar massa mediastinal ini seringkali
(25-35%) ditemukan khususnya pada limfoma limfoblastik sel T. Gejala pada
sebagian besar pasien asimtomatik sebanyak 2% pasien dapat mengalami demam,
keringat malam dan penurunan berat badan. Gejala yang menonjol adalah nyeri,
disfagia, sesak napas, pembengkakan daerah leher, muka, dan sekitar leher akibat
adanya
obstruksi
vena
cava
superior.
Pembengkakan
kelenjar
limfe
dan asam urat yang meningkat sebagai akibat adanya tumor lisis maupun adanya
nekrosis jaringan.
Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening
di suatu tempat (misalnya leher atau selangkangan) atau di seluruh tubuh.
Kelenjar membesar secara perlahan dan biasanya tidak menyebabkan nyeri.
Kadang pembesaran kelenjar getah bening di tonsil (amandel) menyebabkan
gangguan menelan. Pembesaran kelenjar getah bening jauh di dalam dada atau
perut bisa menekan berbagai organ dan menyebabkan: gangguan pernapasan,
berkurangnya nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut, dan pembengkakan
tungkai.
Jika limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadi leukemia. Limfoma
dan leukemia memiliki banyak kemiripan. Limfoma non-Hodgkin lebih mungkin
menyebar ke sumsum tulang, saluran pencernaan dan kulit. Pada anak-anak,
gejala awalnya adalah masuknya sel-sel limfoma ke dalam sumsum tulang, darah,
kulit, usus, otak dan tulang belakang; bukan pembesaran kelenjar getah bening.
Masuknya sel limfoma ini menyebabkan anemia, ruam kulit dan gejala neurologis
(misalnya kelemahan dan sensasi yang abnormal). Biasanya yang membesar
adalah kelenjar getah bening di dalam, yang dapat menyebabkan: pengumpulan
cairan di sekitar paru-paru sehingga timbul sesak napas, penekanan usus sehingga
terjadi penurunan nafsu makan atau muntah, dan penyumbatan kelenjar getah
bening sehingga terjadi penumpukan cairan.
DIAGNOSIS
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sangat penting, diagnosis
ditegakkan dengan biopsi, pemeriksaan sitologis cairan efusi maupun aspirasi
sumsum tulang, bila dimungkinkan dengan pemeriksaan imunologik dan sitogenik
untuk membedakan antara sel B atau sel T. Kriteria untuk masing-masing
kelompok tersebut adalah:
a) Limfoblastik sel B ditandai oleh:
II
III
2.
3.
2)
PROGNOSIS
Banyak pasien yang dapat mencapai respons sempurna, sebagian
diantaranya dengan limfoma sel besar difus, dapat berada dalam keadaan bebas
gejala dalam periode waktu yang lama dan dapat pula disembuhkan. Pemberian
(eritematous), pembesaran tanpa rasa sakit, dan terdapat ulser sebagai akibat
dari trauma sekunder. Lokasi ulkus yang paling sering adalah pada lidah,
palatum, gingiva, mukosa bukal, bibir, dan orofaring.
Limfoma non-Hodgkin primer dapat berkembang di setiap daerah yang
ada jaringan limfoidnya, termasuk kelenjar-kelenjar limfe leher, mandibula
dan
berwarna merah muda sampai biru-ungu. Pengenalan dini dan biopsi sangat
penting, karena penyakit penyakit mungkin masih terbatas pada palatum
ditahap dini.
Selain itu, pada 5-10% kasus
BAB III
KESIMPULAN
bening/sistem limfatis dan imunitas tubuh yang secara klinis dibagi menjadi
limfoma Hodgkin maupun non-Hodgkin dan dapat menimbulkan berbagai macam
manifestasi klinik, salah satunya bermanifestasi pada rongga mulut (manifestasi
oral).
Manifestasi rongga mulut lebih sering terkait dengan kasus Limfoma nonHodgkin daripada limfoma Hodgkins dan ditemukan beberapa predileksi pada
palatum. Jika lesi primer mengenai palatum, maka keadaan tersebut kadangkadang disebut sebagai penyakit limfo proliferatif dari palatum.