Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh:
MONIKA TATYANA YUSUF
20100310057
Pembimbing: dr. Soetikno, Sp.B
RSUD Muntilan
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
BAB I
STATUS PASIEN
a. Identitas Pasien
Nama
: Ny. SA
Umur
: 31 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
b. Anamnesa
Keluhan Utama
Pasien datang post kecelakaan lalu lintas dengan riwayat mengenderai sepeda
motor, terpeleset kemudian ditabrak oleh mobil di belakangnya. Pasien mengeluh pusing,
nyeri leher, mual (-), munth (-), sesek (-), keluar darah dari lubang telinga kanan, nyeri
pada bagian pinggang dan punggung.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Dilakukan observasi vital sign selama 3 jam di IGD. Vital sign pasien cukup
stabil. Selain itu dilakukan pula untuk pemeriksaan fisik head to toe pada pasien. Selain
itu dilakukan pemeriksaan Hb serial setiap 1 jam. Pada saat observasi di IGD pasien tibatiba merasakan mual dan kemudian muntah darah.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengatakan bahwa sebelumnya tidak pernah ada riwayat penyakit apapun.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada riwayat penyakit dan keluhan yang sama dalam keluarga.
Tinjauan Sistem:
Kepala leher
Kulit
THT
Respirasi
Gastrointestinal
Kardiovaskular
Perkemihan
Sistem Reproduksi
Ekstremitas
Pasien datang post kecelakaan lalu lintas dengan riwayat mengenderai sepeda
motor, terpeleset kemudian ditabrak oleh mobil di belakangnya. Pasien mengeluh
pusing, nyeri leher, mual (-), munth (-), sesek (-), keluar darah dari lubang telinga
kanan, nyeri pada bagian pinggang dan punggung. Dilakukan observasi vital sign
selama 3 jam di IGD. Vital sign pasien cukup stabil. Selain itu dilakukan pula
untuk pemeriksaan fisik head to toe pada pasien. Selain itu dilakukan pemeriksaan
Hb serial setiap 1 jam. Pada saat observasi di IGD pasien tiba-tiba merasakan
A (Assessment)
:
o Trauma Cervical
P (Planning)
Obat yang digunakan
Dosis
Cara Pemberian
Infus RL
28 tpm
IV
Inj Ceftriaxone
2 x 1 gr
IV
Inj Ranitidine
2 x 50 mg
IV
Inj Ketorolac
3 x 30 mg
IV
Inj Piracetam
3 gr/ 8 jam
IV
Transfusi PRC
IV
Karena pada rontgen cervical ditemukan adanya fraktur, kompresi pada C2-C3
maka diputuskan untuk dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap guna
pemeriksaan yang lebih baik seperti dengan MRI, CT Scan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cedera Tulang Belakang
Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan
lumbalis akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga
dsb. Cedera akut tulang belakang spinal cord merupakan penyebab yang palingsering dari
kecacatan dan kelemahan setetah trauma, karena alasan ini, evaluasi danpengobatan pada
cedera tulang belakang, spinal cord dan nerve roots memerlukan pendekatan yang terintegrasi.
Diagnosa dini, prevervasi fungsi spinal cord danpemeliharaan aligment dan stabilitas
merupakan kunci keberhasilan manajemen. Penanganan, rehabilitas spinal cord dan kemajuan
perkembangan multidisipliner timtrauma dan perkembangan metode modern dari fusi cervical
dan stabilitasmerupakan hal penting harus dikenal masyarakat.
Fraktur servikal paling sering disebabkan oleh benturan kuat, atau trauma pukulan
di kepala. Atlet yang terlibat dalam olahraga impact, atau berpartisipasi dalam olahraga
memiliki resiko jatuh akibat benturan di leher (ski, menyelam, sepak bola, bersepeda) terkait
dengan fraktur servikal. Setiap cedera kepala atau leher harus dievaluasi adanya fraktur
servikalis. Sebuah fraktur servikal merupakan suatu keadaan darurat medis yang
membutuhkan perawatan segera. Spine trauma mungkin terkait cedera saraf tulang belakang
dan dapat mengakibatkan kelumpuhan, sehingga sangat penting untuk menjaga leher
B. Anatomi
Vertebra dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus, membentuk skeleton
dari leher, punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang cranium, costa dan sternum).
Fungsi vertebra yaitu melindungi medulla spinalis dan serabut syaraf, menyokong berat badan
dan berperan dalam perubahan posisi tubuh. Vertebra pada orang dewasa terdiri dari 33
vertebra dengan pembagian 5 regio yaitu 7 cervical, 12 thoracal, 5 lumbal, 5 sacral, 4
coccigeal.
7
Tulang belakang merupakan suatu satu kesatuan yang kuat diikat oleh ligamen di depan dan
dibelakang serta dilengkapi diskus intervertebralis yang mempunyai daya absorbsi tinggi
terhadap tekanan atau trauma yang memberikan sifat fleksibel dan elastis. Semua trauma
tulang belakang harus dianggap suatu trauma hebat sehingga sejak awal pertolongan pertama
dan transpotasi ke rumah sakit harus diperlakukan dengan hati-hati. Trauma tulang dapt
mengenai jaringan lunak berupa ligament, discus dan faset, tulang belakang dan medulla
spinalis. Penyebab trauma tulang belakang adalah kecelakaan lalu lintas (44%), kecelakaan
olah raga(22%), , terjatuh dari ketinggian(24%), kecelakaan kerja.
C. Pengertian Fraktur
Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur,sebagaimana yang dikemukakan para ahli
melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya
kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC
(2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993)
berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena
tekanan pada tulang yang berlebihan.
D. Etiologi
Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup
kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:
a. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa
pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan kekuatan
langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut
rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan
biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran
kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang
luas.
b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan
berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal
terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
c. Fraktur petologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh
E.
F.
Patofisiologi
Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989).
Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang
dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang
dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara
tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur.
Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan
vasodilatasi dari plasma dan leukoit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai
melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap
awal penyembuhan tulang. Hematon yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan
tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan
gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ
yang lain. Hematon menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan
kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan
protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema.
Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak
terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
h. Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan.
i. Defirmitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan
otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang
kehilangan bentuk normalnya.
j. Shock hipovolemik
Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat.
k. Gambaran X-ray menentukan fraktur
Gambara ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur
H.
Klasifikasi Fraktur
Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi fraktur
Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi:
1. Fraktur komplit
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi
menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta
mengenai seluruh kerteks.
2. Fraktur inkomplit
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak
menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang utuh).
a. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan
dunia luar, meliputi:
1. Fraktur tertutup
yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak menonjol
malalui kulit.
2. Fraktur terbuka
yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan
lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi
menjadi 3 grade yaitu:
a. Grade I : Robekan kulit dengan kerusakan kulit otot
b. Grade II : Seperti grade I dengan memar kulit dan otot
c. Grade III : Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf otot
dan kulit.
b. Long (1996) membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu:
11
1. Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi pada anak-anak dengan
tulang lembek
2. Transverse yaitu patah melintang
3. Longitudinal yaitu patah memanjang
4. Oblique yaitu garis patah miring
5. Spiral yaitu patah melingkar
c. Black dan Matassarin (1993) mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan kedudukan
fragmen yaitu:
1. Tidak ada dislokasi
2. Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi:
a. Disklokasi at axim yaitu membentuk sudut
b. Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh
c. Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang
d. Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang berjauhan dan
memendek.
I.
12
korpus vertebrae
Pembengkakan jaringan lunak pravertebral
14
b. Trauma Fleksi-rotasi
Terjadi dislokasi interfacetal pada satu sisi. Lesi stabil walaupun terjadi kerusakan
pada ligament posterior termasuk kapsul sendi apofiseal yang bersangkutan.
Tampak dislokasi anterior korpus vertebra. Vertebra yang bersangkutan dan
vertebra proksimalnya dalam posisi oblik, sedangkan vertebra distalnya tetap dalam
posisi lateral.
c. Trauma
a. Hiperekstensi
Tampak Lateral
Fraktur avulse korpus vertebra bagian postero-inferior. Lesi tidak stabil karena
terdapat kerusakan pada elemen posterior tulang leher dan ligament yang
bersangkutan.
15
2. Hangmans fracture
Terjadi fraktur arkus bilateral dan dislokasi anterior C2 terhadap C3.
16
bagian
menopang badan dan daerah cervical mendapat tekanan hebat. Condylus occipitalis pada basis
crani dapat menghancurkan cincin tulang atlas. Jika tidak ada cedera angulasi dan rotasi maka
pergeseran tidak berat dan medulla spinalis tidak ikut cedera. Pemeriksaan radiologi yang
dilakukan adalah posisi anteroposterior dengan mulut pasien dalam keadaan terbuka.
17
Terapi untuk fraktur tipe stabil seperti fraktur atlas ini adalah immobilisasi
cervical dengan collar plaster selama 3 bulan.
yang
atlantoaxial
dapat
mengakibatkan arthritis rheumatoid karena adanya perlunakan kemudian akan ada penekanan
ligamentum transversalis.
Fraktur dislokasi termasuk fraktur basis prosesus odontoid. Umumnya
ligamentum tranversalis masih utuh dan prosesus odontoid pindah dengan atlas dan dapat
menekan medulla spinalis. Terapi untuk fraktur tidak bergeser
cervical.Terapi untuk fraktur geser atlantoaxial
yaitu
imobilisasi
vertebra
selama
tidak
stabil.
minggu
dapat
Terapi
(masa
penyembuhan tulang)
4. Flexi Subluksasi Vertebral Cervical
Fraktur ini terjadi saat pergerakan kepala kearah depan yang tiba-tiba
sehingga terjadi deselerasi kepala karena tubrukan atau dorongan pada kepala
belakang, terjadi vertebra yang miring ke depan diatas vertebra yang
ligament posterior dapat rusak dan fraktur ini disebut
subluksasi,
ada
bagian
dibawahnya,
medulla
spinalis
18
terjadinya
pada satu atau kedua sisi kehilangan kestabilannya dengan bangunan sekitar. Jika dislokasi atau
fraktur dislokasi pada C7 Th1
posisi yang terbaik
maka posisi ini sulit dilihat dari posisi foto lateral maka
continu
fraktur
dapat
dipakai
sementara.
6. Ekstensi Sprain ( Kesleo) Cervical (Whiplash injury)
Mekanisme cedera pada cedera jaringan lunak yang terjadi bila leher
tiba-
tiba tersentak ke dalam hiperekstensi. Biasanya cedera ini terjadi setelah tertabrak
belakang; badan terlempar ke depan dan kepala tersentak ke
ketidaksesuaian mengenai patologi yang tepat tetapi
anterior meregang atau robek dan diskus
belakang.
dari
Terdapat
Pasien mengeluh nyeri dan kekakuan pada leher, yang refrakter dan
bertahan selama setahun atau lebih lama. Keadaan ini sering disertai dengan
lain yang lebih tidak jelas, misalnya nyeri kepala, pusing, depresi,
dan rasa baal atau paraestesia pada lengan. Biasanya
gejala
penglihatan
kabur
pemeriksaan dengan sinar-X hanya memperlihatkan perubahan kecil pada postur. Tidak ada
bentuk terapi yang
Adanya
spinosus yang disebut clay shovelers fracture. Fraktur ini nyeri tetapi tak berbahaya.
K.
1. Pada foto anteroposterior garis lateral harus utuh, dan prosesus spinosus dan bayangan
trakea harus berada pada garis tengah. Diperlukan foto dengan mulut terbuka untuk
memperlihatkan C1 dan C2 (untuk fraktur massa lateral dan odontoid).
19
2. Foto lateral harus mencakup ketujuh vertebra cer vical dan T1, jika tidak cedera yang
rendah akar terlewatkan. Hitunglah vertebra kalau perlu, periksa ulang dengan
sinar-X sementara menerapkan traksi ke bawah pada lengan. Kurva lordotik harus
diikuti dan menelusuri empat garis sejajar yang dibentuk oleh bagian depan korpus
vertebra, bagian belakang badan vertebra. massa lateral dan dasar-dasar prosesus
spinosus setiap ketidakteraturan menunjukkan suatu fraktur atau pergeseran. Ruang
interspinosa yang terlalu lebar menunjukkan luksasi anterior. Trakea dapat tergeser oleh
hematoma jaringan lunak.
3. Jarak tiang odontoid dan bagian belakang arkus anterior pada atlas tidak boleh melebihi 4,5
mm ( anak-anak ) dan 3mm pada dewasa
4. Untuk menghindari terlewatnya adanya dislokasi tanpa fraktur diperlukan film lateral pada
posisi ekstensi dan fleksi.
5. Pergeseran korpus vertebra ke arah depan terhadap korpus vertebra dibawahnya dapat berarti
klinis yaitu dislokasi permukaan unilateral jika pergeseran yang kurang dari setengah lebar
korpus vertebra. Untuk hal ini diperlukan foto oblik untuk memperlihatkan sisi yang terkena.
Pergeseran yang lebih dari setengah lebar korpus vertebra tersbut menunjukkan dislokasi
bilateral.
6. Lesi yang tidak jelas perlu dilanjutkn pemeriksaan CT scan.
L.
untuk membatasi gerakan pada cervical yang tidakstabil diperlukan untuk memungkinkan
penyembuhan tulang dan ligamentberlangsung, juga untuk melindungi spinal cord. Imobilisasi
dapat dilakukan dengancervical orthosis, collar, porter type orthosis, cervico thoracic dan halo
orthosis.
Cervical collar terdiri dari soft collar dan phila delphia collar. Soft collarmempunyai
keuntungan yang kecil pada pasien spinal cord injury dan hanyamembatasi pergerakan minimal
pada rotasi ekstensi dan fleksi. Philadelphia collarmemberikan proteksi yang lebih baik daripada
soft collar terutama pada gerakanfleksi dan ekstensi, tapi tidak efektif pada axial rotasi. Indikasi:
non/minimal displaceC1 C2 fracture, minimal body/processus spinasus fracture, post anterior
cervicaldisctomy dengan fusi. Poster type orthoses lebih rigid dan memiliki 3 point fiksasi,pada
20
mandibula occiput dan bahu atau thorax bagian atas. Halo vest membatasifleksi dan ekstensi,
axial rotasi dan lateral bending. Alat ini direkomendasikan untukdiscplace atlas fracture,
adontoid fracture, semua axis fracture dan kombinasi C1 C2fracture dan post operasi
imobilisasi setelah surgical fusion.
Penanganan Operasi
Goal dari penanganan operasi adalah: Reduksi mal aligment, decompresielemen neural dan
restorasi spinal stability Operasi anterior dan posterior.
21
BAB III
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
Japardi I. Cervical Injury : FK USU. Last updated 2002. http://www.Bedah- iskandar
Japardi7.pdf.
Moira Davinport. Fracture cervical spine. Last updated 30-04-2010. http://www.82340overview.htm.
Patel Pradip R. (2007) Lecture Notes Radiologi, Edisi kedua. Jakarta : Erlangga.
Rasad S. (2005). Radiologi Diagnostik, Edisi kedua. Jakarta : FK UI.
______ . Fraktur. Last updated 2010. http://www.fraktur-ilmu bedah.html.
______. Fraktur Cervical. Last updated 5-09-2008. http://www.Dislokasi-interfasetalbilateral.html
23