Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
Kelompok
Kelas
Anggota Kelompok
Shinta Kusuma
Ariani Rahayu S
Claudia Tiffany
Alvia Muri P
Feby Neisya Attachmida
Yesinta Kurniawati
M. Aziz Anshori
Rianur Oktavia
Ayu Rohmawati
: A6 A7 A8
: A ( Kamis Pagi)
:
(051211131002)
(051211132082)
(051211133097)
(051211132107)
(051211133001)
(051211133006)
(051211133013)
(051211133014)
(051211133007)
Departemen Farmasetika
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
bahan
kemas,
dengannya
obat
ditransportasikan
dan/atau
disimpan.
Kemasanadalah penyatuan dari bahan yang dikemas (bahan yang diisikan) dan pengemas.
Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan sebagai bahan
kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya seperti kotak terlipat, karton dan
sebagainya dinamakan bahan kemas sekunder.
Pembagian wadah untuk injeksi dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Wadah dosis tunggal, adalah suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan jumlah
obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila
dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan tetap steril. Contoh: ampul.
2. Wadah dosis ganda, adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya
perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau kemurnian bagian
yang tertinggal. Contoh: vial atau botol serum
Dalam industri farmasi, kemasan yang terpilih harus cukup melindungi kelengkapan
suatu produk. Karenanya seleksi kemasan dimulai dengan penetuan sifat-sifat fisika dan
kimia dari produk itu, keperluan melindunginya, dan tuntutan pemasarannya. Secara umum,
hal-hal penting yang harus diperhatikan dari wadah adalah:
1. Harus cukup kuat untuk menjaga isi wadah dari kerusakan
2. Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi wadah
3. Penutup wadah harus bisa mencegah isi:
Kehilangan yang tidak diinginkan dari kandungan isi wadah
Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap yang akan
mempengaruhi penampilan dan bau produk.
4. Untuk sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari cahaya
5. Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan pembuat wadah
dan penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya difusi melalui dinding wadah
serta wadah tidak boleh melepaskan partikel asing ke dalam isi wadah
6. Menunjukkan penampilan sediaan farmasi yang menarik
Berdasarkan pertimbangan tentang kondisi penutupan dalam Farmakope Indonesia,
penyimpan obat dikelompokkan :
1. Wadah tertutup baik, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari zat padat dari luar dan
dari hilangnya obat pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan dan distribusi
yang lazim.
2. Wadah tertutup baik terlindung dari cahaya
3. Wadah tertutup rapat, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari kontaminasi cairancairan, zat padat atau uap dari luar, dari hilangnya obat tersebut, dan dari pengembangan,
pencairan, atau penguapan pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan, dan
distribusi yang lazim. Suatu wadah tertutup rapat ditutup kembali sehingga kemampuan yang
sama seperti sebelum dibuka.
4. Wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya
Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan dengan
bahan kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya, seperti kotak terlipat, karton dan
sebagainya dinamakan sebagai bahan kemas sekunder. Untuk menjamin stabilitas produk,
harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali
menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan
kemas sekunder pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas.
Jenis kemasan primer dalam sediaan steril terdapat wadah gelas, wadah plastik, wadah
metal, wadah karet.
WADAH KACA
I.
Kaca merupakan produk leburan senyawa organik yang didinginkan tanpa terjadinya
kristalisasi atau dapat disebut cairan kaku. Kaca digunakan sebagai bahan wadah pilihan
untuk sediaan Parenteral. Terutama terdiri dari silikon dioksida dengan jumlah yang
bervariasi dari oksida yang lain seperti natrium, kalium, maupun kalsium.
Wadah kaca yang baik, dapat digambarkan berikut :
a) Wadah kaca harus mampu menahan tekanan, khususnya selama siklus sterilisasi dengan
autoklaf.
b) Wadah juga harus transparan sehingga mudah untuk melakukan pemeriksaan terhadap isi
wadah.
c) Mempunyai ketahanan kimia terhadap interaksi dengan isi serta tidak mengabsorbsi atau
mengeluarkan bahan organic.
d) Mudah dibersihkan karena mempunyai permukaan yang licin.
II.
Gelas yang digunakan untuk kemasan dalam mengemas sediaan farmasi digolongkan
menjadi empat kategori tergantung pada bahan kimia dari gelas tersebut dan kemampuannya
untuk mencegah peruraian, yaitu :
a.
Pada proses pembuatan sebagian besar alkali dan kation tanah diganti oleh boron
dan atau alumunium serta zink. Mempunyai daya tahan kimiawi yang sangat baik sehingga
tidak mempengaruhi preparat parenteral yang sangat peka, lebih baik daripada gelas natrium
karbonat. Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral.
b.
Tipe II treated soda lime glass (gelas soda kapu yang diproses)
Adalah gelas soda kapur silikat yang sudah mengalami pengerjaan permukaan pada
bagian yang berhubungan dengan isinya dan mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas.
Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral bersifat asam dan netral.
c.
Tipe III regular soda lime glass (gelas soda kapur biasa)
Adalah gelas soda kapur silikat yang mempunyai daya tahan kimiawi yang cukup
sehingga tidak mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas. Biasanya tidak digunakan
untuk sediaan parenteral, kecuali jika data uji stabilitas yang sesuai menunjukkan bahwa
kaca Tipe III memenuhi untuk sediaan parenteral yang dikemas di dalamnya.
d.
Tipe NP general purpose soda lime glass (gelas soda kapur untuk penggunaan umum)
Adalah gelas soda kapur silikat yang digunakan untuk produk non parenteral yang
dimaksud untuk pemakaian penggunaan oral dan topical.
Gelas
Tipe 1
Komposisi
Borosilikat
Sifat-sifat
Aplikasi
Resistensi
terhadap Sediaan parenteral asidik dan
hidrolisis
Tipe II
termal rendah
alkali yang sama
Kaca soda kapur Resistensi hidrolitik relatif Sediaan parenteral asidik dan
(diperlukan
Tipe III
tinggi
dealkalisasi)
alkalin yang sesuai
Kaca soda kapur Sama dengan tipe II, tapi Cairan anhidrat dan produk
(tidak mengalami dengan pelepasan oksida
Tipe NP
perlakuan
sesuai
Kaca soda kapur Resistensi hidrolitik sangat Hanya
(penggunaan
rendah
umum)
digunakan
untuk
Wadah yang biasa menggunakan gelas adalah botol, pot, vial, dan ampuls. Kemasan
gelas dibuat dari tiga tipe gelas, yaitu gelas netral (Tipe I) bersifat kurang alkali dan lebih
banyak aluminium, gelas surface treated/borosilikat (Tipe II) bersifat kurang alkali dan lebih
banyak aluminium, sangat baik dan harganya sangat mahal, dan gelas soda / alkali (Tipe III)
digunakan untuk bahan padat kering dan cairan bukan air.
Untuk sediaan dengan berat di atas 2 g, biasa digunakan pot dari gelas. Gelas
melindungi dengan baik dan cocok dengan banyak produk. Untuk produk yang dipengaruhi
oleh cahaya, seperti salep yang mengandung fenol aktif atau garam merkuri, gelas yang
berwarna kuning - sawo matang (coklat) sering digunakan untuk mencegah perubahan warna
dari zat aktif. Tutup harus dapat mencegah sediaan menjadi kering atau penguapan air dan zat
aktif yang mudah menguap.
Kelebihan menggunakan gelas antara lain, inert, kedap udara, dibuat dari bahan yang
relatif murah, tidak mudah terbakar, bentuknya tetap, mudah diisi, mudah ditutup, dapat
dikemas menggunakan packaging line, mudah disterilisasi, mudah dibersihkan dan dapat
digunakan kembali.
Kekurangan gelas sebagai wadah untuk menyimpan sediaan semisolid dibandingkan
dengan logam dan plastik adalah lebih rapuh (mudah pecah) dan lebih berat untuk
pengiriman. Kemasan untuk konsumen yang terbuat dari gelas bukan merupakan wadah yang
paling higienis karena wadah akan sering dibuka berulang ulang oleh konsumen, dimana
tangannya tidak selalu bersih.
Oksida yang terkandung dalam formulasi kaca dapat tercuci ke dalam larutan pada
kontak dengan kaca, terutama selama peningkatan reaktivitas sterilisasi termal. Oksida yang
terlarut dapat:
a) menghidrolisis untuk menaikkan pH larutan.
b) mengkatalisis reaksi atau masuk ke dalam reaksi.
c) Selain itu, beberapa senyawa gelas dapat terdesak oleh larutan dan serpihan kaca masuk ke
dalam larutan.
Keterangan : hal tersebut dapat diminimalkan dengan pemilihan komposisi kaca yang tepat.
Source :
PAGE 22-24
III.
VALIDASI
Tabel 1. Tipe gelas USP, Batas uji dan petunjuk pemilihan
Tipe
Tipe Uji
Tipe I
Gelas borosilikat
Gelas yang
diserbuk
Batas Uji
Ukuran
H2SO4 0,020 N
(ml)
(ml)
Semua
1,0
100 atau
Tipe II
Gelas soda kapur
Serangan
air
yang diproses
kurang dari
100
Lebih dari
NP
Gelas soda kapur
tujuan umum
Gelas yang
diserbuk
Gelas yang
diserbuk
Semua
0,7
0,2
dengan pH dibawah 7
Serbuk
kering,
larutan
minyak
100
Tipe III
Gelas soda kapur
Pengunaan umum
8,5
Serbuk
kering,
larutan
minyak
Bukan
untuk
sedian
parenteral,
Semua
15,0
untuk
tablet,
1.
jumlah cahaya yang ditransmisi oleh wadah sediaan farmasi yang terbuat dari bahan gelas.
Penyiapan contoh:
Potong wadah kaca dengan gergaji melingkar yang dipasang dengan roda abrasif basah,
seperti suatu roda berlian. Wadah dari kaca tiup dipilih bagian yang mewakili ketebalan ratarata dinding dan potong secukupnya hingga dapat sesuai untuk dipasang dalam
spektrofotometer. Wadah gelas tadi dicuci dan dikeringkan dengan hati-hati untuk
menghindari adanya goresan pada permukaan. Gelas contoh kemudian dibersihkan dengan
kertas lensa dan dipasang pegangan contoh dengan bantuan paku lilin.
Prosedur:
Potongan diletakkan dalam spektrofotometer denagn sumbu silindris sejajar terhadap
bidang celah dan lebih kurang di tengah celah. Jika diletakkan dengan benar, sorotan cahaya
normal terhadap permukaan potongan dan kehilangan pantulan cahaya minimum. Ukur
tranmitans potongan dibandingkan dengan udara pada daerah spektrum yang diinginkan
terus-menerus dengan alat perekam atau pada interval lebih kurang 20 nm dengan alat
manual pada daerah panjang gelombang 290 nm450nm.
Batas:
Transmisi cahaya yang diukur tidak melewati batas yang tertera pada tabel 1, untuk
wadah sediaan parenterral. Transmisi cahaya wadah kaca atau gelas tipe NP untuk sediaan
oral atau topikal tidak lebih dari 10% pada setiap panjang gelombang dalam rentang 290nm
450nm.
Ukuran nominal
(dalam ml)
nm
Wadah segel tutup rapat
50
25
45
20
40
15
10
35
13
20
30
12
50
15
10
Catatan setiap wadah dengan ukuran antara seperti yang tertera pada tabel di atas
menunjukkan transmisi tidak lebih dari wadah ukuran lebih besar seperti yang terterapada
tabel. Untuk wadah lebih dari 50 ml, gunakan batas untuk 50 ml.
Pereaksi
1) Air kemurnian tinggi
konduktivitas 0,15m
2) Larutan merah metil
dengan
Prosedur
Bahan uji ditambahkan 5 tetes indikator dn memerlukan tidak lebih dari 0,020ml
natrium hidroksida 0,020 N LV untuk mengubah warna indikator dan ini terjadi pada pH 5,6.
3.
bersih dan kering. Hancurkan wadah hingga menjadi ukuran lebih kurang 25mm. Lalu
pecahan kaca dtumbuk dengan lumpang dan alu diteruskan dengan pengayakan nomor 20
setelah itu nomor 40.
Ulangi
kembali
penghancuran
danbahan
pengayakan.
Tabel
3. Alat
dan pereaksi
untuk uji
kimia Kemudian pecahan
kaca diayak dengan ayakan yang menggunakan penggoyang mekanis selama 5 menit.
Pindahkan bagian yang tertinggal pada ayakan nomor 50, yang bobotnya harus lebih dari 10
g ke dalam wadah bertutup dan simpan dalam desikator hingga saat pengujian
Sebarkan contoh pada sehelai kertas kaca dan lewatkan magnit melalui contoh
tersebut untuk menghilangkan partikel besi yang terikut selama pengahancuran. Masukkan
contoh kedalam labu Erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca tahan bahan kimia dan cuci 6 kali,
tiap kali dengan dengan aseton. Keringkan labu dan isi pada suhu 140 selam 20 menit,
pindahkan butiran ke dalam botol timbang dan dinginkan dalam desikator. Contoh uji
digunakan dalam waktu 48 jam setelah pengeringan.
Prosedur :
Timbang contoh uji, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml yang diekstraksi
dengan air kemurnian tinggi dalam tangas air pada suhu 90 selama tidak kurang dari 24 jam
atau pada suhu 121 selama 1 jam. Tambahkan 50,0 ml air kemurnian tinggi ke dalam labu
dan ke dalam labu lain untuk blanko. Tutup semua labu dengal gelas piala terbuat dari
borosilikat yang sebelumnya telah diperlakukan seperti ditetapkan denagn ukuran sedemikian
hingga dasar gelas piala menyentuh bagian tepi labu. Letakkan wadah dalam otoklaf dan
tutup hati-hati, biarkan lubang ventilassi terbuka. Panaskan hingga uap keluar dan lanjutkan
pemanasan selama 10 menit. Tutup lubang ventilasi dan atur suhu 121 . Pertahankan suhu
pada 121 2 selam 30 menit dihitung saat suhu tercapai. Kurangi panas hingga otoklaf
mendingin dan mencapai tekanan atmosfer dalam 38 menit hingga 46 menit, jika perlu buka
lubang ventilasi untuk mencegah terjadinya hampa udara. Dinginkan segera labu dalam air
mengalir, enaptuangkan air dalam labu ke dalam bejana sesuai yang bersih dan cuci sisa
serbuk kaca 4 kali , tiap kali dengan 15 ml air kemurnian tinggi.
Tambahkan 5 tetes larutan merah metil dan titrasi segera dengan asam sulfat 0,020 N
LV. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan untuk menetralkan ekstrak dari 10 g
contoh uji, lakukan titrassi blanko. Volume tidak lebih dari yang tertera pada tabel tipe kaca
dan tabel uji untuk tipe gelas yang diuji.
4.
Penyiapan contoh:
Pilih secara acak 3 atau lebih wadah bilas 2 kali dengan air kemurnian tinggi.
Prosedur :
Isi setiap wadah dengan air kemurnian tinggi hingga 90% dari kapasitas penuh dan
lakukan prosedur seperti yang tertera pada uji serbuk kaca mulai dengan Tutup semua
labu.., kecuali waktu pemansan dengan otoklaf 60 menit bukan 30 menit dan diakhiri
dengan untuk mencegah terjadinya hampa udara. Kosongkan isi dari 1 atau lebih wadah ke
dalam gelas ukur 100 ml. Jika wadah lebih kecil, gabungkan isi dari beberapa wadah untuk
memperoleh voluyme 100 ml. Masukkan kumpulan contoh dalam labu erlenmeyer 250 ml
terbuat dari kaca tahan bahan kimia, tambahkan 5 tetes larutan metil merah, titrasi dalam
keadaan hangat dengan asam sulfat 0,020N LV. Selesaikan titrasi dalam waktu 60 menit
setelah otoklaf dibuka. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan , lakukan titrasi
blanko dengan 100 ml air kemurnian tinggi pada suhu yang sama dan dengan jumlah
indikator yang sama. Volume tidak lebih dari yang tertera pada tabel tipe kaca dan batas uji
untuk tipe kaca yang diuji.
5.
Uji Arsen
Arsen tidak lebih dari 0,1 bpj;gunakan sebagai larutam uji 35 ml air dari 1 wadah kaca
tipe I, atau jika wadah lebih kecil , 35 ml dari kumpulan isi dari beberapa wadah kaca tipe I,
yang disiapkan sesuai prosedur seperti yang tertera pada ketahanan terhadap Air pada suhu
121.
Source : Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta. 1995.
WADAH PLASTIK
I.
Bahan plastik telah banyak digunakan sebagai wadah untuk berbagai produk. Saat ini,
plastik juga telah dikembangkan untuk pengemasan produk-produk parenteral termasuk
cairan infus dan injeksi volume kecil. Plastik yang digunakan sebagai wadah untuk berbagai
produk, baik sediaan farmasi maupun produk lainnya, harus memiliki kriteria berikut:
1. Komponen produk yang bersentuhan langsung dengan bahan plastik tidak diadsorpsi secara
signifikan pada permukaan plastik tersebut dan tidak bermigrasi ke atau melalui plastik
2. Bahan plastik tidak melepaskan senyawa-senyawa dalam jumlah yang dapat mempengaruhi
stabilitas produk atau dapat menimbulkan risiko toksisitas
II.
JENIS PLASTIK
Terdapat dua jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan sediaan parenteral, yaitu :
1. Termoset, yaitu jenis plastik yang stabil pada pemanasan dan tidak dapat dilelehkan sehingga
tidak dapat dibentuk ulang. Plastik termoset digunakan untuk membuat penutup wadah gelas
atau logam.
2. Termoplastik, yaitu jenis plastik yang menjadi lunak jika dipanaskan dan akan mengeras jika
didinginkan. Dengan kata lain, termoplastik adalah jenis plastik yang dapat dibentuk ulang
dengan proses pemanasan. Polimer termoplastik digunakan dalam pembuatan berbagai jenis
wadah sediaan farmasi.
Tabel 4: Contoh plastik yang digunakan untuk wadah sediaan parenteral
Sterile plastic device
Container for blood products
Disposable syringe
Irrigating solution container
IV infusion fluid container
Administration set
Catheter
III.
Plastic material
Polyvinyl chloride
Polycarbonate, polyethylene, polypropylene
Polyethylene, polyolefins, polypropylene
Polyvinyl chloride, polyester, polyolefins
Acrylonitrile butadiene styrene
Nylone (spike)
Polyvinyl chloride (tube)
Polymethylmetachrylate (needle adapter)
Polypropylene (clamp)
Teflon, polypropylene
kimia
3. Beberapa plastik sangat sensitif terhadap panas
4. Kurang impermeabel terhadap gas dan uap seperti gelas
5. Dapat memiliki muatan listrik yang akan menarik partikel
6. Zat tambahan pada plastik mudah dilepaskan ke produk yang dikemas
7. Senyawa-senyawa seperti zat aktif dan pengawet dari produk yang dikemas dapat tertarik
Wadah plastik untuk sediaan farmasi dibuat dari satu atau lebih polimer dengan
berbagai bahan tambahan. Dengan penambahan bahan tambahan, karakteristik penampilan
dari polimer dapat diperbaiki. Bahan tambahan tersebut dapat berupa cairan, padatan atau
serbuk halus. Bahan tambahan yang digunakan tergantung dari jenis polimer dan metode
produksi yang digunakan. Bahan tambahan yang umumnya digunakan dalam wadah plastik
adalah antioksidan, stabilizer, lubricant, plastikizer, pengisi, dan pewarna.
IV.
BAHAN TAMBAHAN
1. Antioksidan
Polimer sering kali terurai dengan adanya panas, cahaya, ozon dan tekanan mekanik
yang menimbulkan udara yang terperangkap selama proses pembuatan dan penggunaan akhir.
Reaksi oksidasi dapat menghasilkan bentuk radikal bebas yang dikontribusikan secara
bergiliran untuk degradasi polimer yang menyebabkan plastik kehilangan fisik penting dan
sifat mekanik. Dengan adanya antioksidan di dalam formulasi plastik akan mengurangi
tingkat degradasi secara significant dan memperpanjang umur penggunaan wadah plastik
tersebut.
Ada dua tipe antioksidan, yaitu:
Antioksidan primer: merupakan ujung rantai radikal bebas. Pada dasarnya antioksidan primer
merupakan donor hydrogen yang dapat mengakhiri reaksi penggabungan radikal bebas.
Sering kali lebih dari satu antioksidan digunakan dalam suatu polimer untuk mendapatkan
efek yang sinergis dari kombinasi beberapa antioksidan.
2. Stabilizer
Berguna untuk mencegah degragasi polimer oleh panas dan cahaya. Selain itu juga
dapa berguna untuk memperpanjang umur polimer. Contoh: garam asam lemak, oksida
anorganik, organometalik.
3. Lubricant
Lubricant digunakan untuk memodifikasi karakteristik permukaan dari polimer yang
dicetak dan membantu proses pencetakan. Penambahan lubricant pada polimer secara umum
mengurangi viskositas dari polimer tersebut, yakni menyenyebabkan polimer lebih mudah
mengalir selam rposes pencetakan. Lubricant juga memodifikasi permukaan polimer yang
dibuat agar polimer tersebut tidak melekat pada mesin pencetak. Lubricant yang paling
banyak dipakai adalalah asam lemak, logam stearat, lemak paraffin, silicon, fatty alcohol,
fatty esters, fatty amides.
4. Plasticizer
Plasticizer digunkan untuk memperbaiki daya kerja dari polimer, fleksibilitas,
ekstensibilitas, daya banting, dan kelenturan. Disamping itu penamabahan plasticizer dapat
mengurangi daya rentang polimer. Plasticizer yang sering dipakai adalah dialkil phtalat,
polimer dengan BM kecil.
5. Filler (Bahan Pengisi)
Penambahan bahan pengisi pada polimer memperbaiki fleksibilitas, ketahanan terhadap
bantingan, stabilitas terhadap panas, dan mengurangi biaya pembuatan. Penambahan bahan
pengisi biasanya tidak mengurangi transparansi dari wadah plastik.
6. Colorant (Bahan Pewarna)
Bahan pewarna ditambahkan untuk memberikan warna pada plastik.
V.
PLASTIK YANG
DIGUNAKAN
UNTUK
PARENTERAL VOLUME BESAR (LVP)
WADAH
SEDIAAN
Polyolefins
1. Polypropylene
Polypropylene adalah polyolefin yang paling banyak digunakan. Polyethylene berbentuk
linear. Struktur kimianya disusun secara komplit oleh carbon dan hidrogen.
-(- CH2 CH(CH3) CH2 CH(CH3) -)-n
Pengulangan dari struktur ini memberikan struktur kristal yang tinggi. Dalam susunan kristal,
gugus-CH3 menambah kekakuan dari polimer. Polypropylene memiliki daya rentang yang
tinggi yang mampu menahan tekanan. Daya rentang yang tinggi, dalam hubungannya dengan
titik leleh yang tinggi pula yaitu 165C, sangat penting untuk manufaktur LVP karena wadah
yang dibuat dari polypropylene memiliki kemapuan untuk menahan temperatur tinngi pada
proses sterilisasi tanpa terurai.
Polypropylene sangat resisten terhadap hampir semua pelarut organik pada temperatur
kamar, asam dan basa kuat. Polypropylene merupakan barier yang baik terhadap gas dan uap
air. Selain itu juga wadah yang terbuat dari polypropylene memberikan kejernihan yang
memuaskan. Kelemahan yang dimiliki polypropylene adalah rapuh pada temperatur kamar.
2. Polyethylene
Low density atau polyethylene yang bercabang adalah polimer etilen bercabang yang
dikomersialkan pertama kali. Polyethylene tipe ini disebut juga LDPE (Low Density
Polyethylene). Pada penggunaannya LDPE ini digantikan oleh linear low density
polyethylene (LLDPE) yang sedikit lebih mahal dan memiliki properti yang lebih diinginkan.
3. Copolymer
Kopolimer dari ethylene dan propylene telah banyak digunakan sebagai wadah
sediaan LVP. Dalam kenyataannya, polypropylene dan kopolimer dari etilen-propilen
merupakan polyolefins yang paling banyak digunakan sebagai wadah LVP.
Dengan pepaduan sedikit fraksi etilen sebagai kompleks polimer dengan propilen,
sejumlah sifat yang diinginkan dapat diperoleh. Penggabungan etilen mengurangi kekakuan
atau kekerasan dari propilen, memperbaiki pengolahan, dan sedikit mengurangi titik leleh
dari propilen. Titik lelehnya berkisar antara 145 dan 150C. Hal ini membuat kopolimer ethyl
propylene (EP) cocok untuk digunakan pada sterilisasi uap.
Semua produk yang terbuat dari PVC, 45% brsifat fleksibel. Sifat-sifat dari PVC antara lain
adalah sebagai berikut:
Rusak pada pemanasan yang berlebihan mulai 280C
Barier yang sangat baik terhadap minyak menguap, alkohol dan pelarut petrolatum.
Menahan odors dan flavors.
Barier yang baik terhadap oksigen, tidak dipengaruhi oleh asam, basa kecuali beberapa asam
oksidator.
Memiliki kerapatan yang lebih tinggi (1,161,35 g/cm3) dibandingkan dengan polimer lain
seperti polyethylene (0,920,96 g/cm3) dan polypropylene (0,90 g/cm3).
Tabel 5. Formulasi komponen PVC
Component
PVC resin
Plastikizer
Stabilizer
Level (phr)a
100
30 40
0,25 7
Polystyrene
Rigid, plastik kristal yang jernih, tidak bermanfaat untuk produk cair.
Transmisi uap air tinggi dan permeabilitas terhadap oksigen tinggi.
Wadah mudah tergores dan mudah retak bila jatuh.
Titik lelh rendah (190F) tidak dapat untuk bahan panas.
Tahan terhaadp asam (kecuali asam oksidator kuat) dan basa, dipengaruhi oleh bahan
senyawa kimia dan menyebabkan mudah retak.
2. Nylon
Dibuat dari asam dibasa dan diamin (Nylon 6/10 : 6 atom karbon dalam diamin dan 10
dalam asam).
Nylon dan poliamin tertentu dapat dibuat menjadi wadah dinding tipis.
Dapat di sterilisasi dengan autoclave, sangat kuat dan cukup sulit dirusak secara
mekanik.
Tahan terhadap berbagai bahan organik dan anorganik.
Impermiabilitasnya tinggi terhadap oksigen.
Bukan barier yang baik terhadap uap air.
3. Polycarbonate
Rigid seperti gelas dan dapat disterilkan berulang.
Cukup tahan terhadap bahan kimia.
Barier yang cukup terhadap kelembaban.
Tahan terhadap asam encer, zat oksidator dan reduktor, garam, minyak, minyak
pelumas, dan hidrokarbon alifatik.
Dipengaruhi oleh alkali, amin, keton, ester, hidrokarbon aromatik, dan beberapa
alkohol.
Mahal
4. Acrylic multi polymer (Nitrile Polymers)
Mewakili monomer acrylo nitrile atau methaacrylo nitrile.
Barier yang baik terhadap gas, tahan terhadap bahan kimia.
Kekuatan sangat bagus dan aman dimusnahkan dengan incinerator
Standar keamanan FDA: residu monomer acrylo nitrile kurang dari 11 ppm dengan
migrasi yang diizinkan kuang dari pada 0,3 ppm untuk semua produk makanan.
5. Polyethylene Terephtalate (PET)
Polimer kondensai dibentuk oleh reaksi asam terephtalat atau dimetil terephtalat
dengan ethylene glycol dengan adanya katalis.
Barier yang baik terhadap gas dan aroma.
Kekuatan sangat baik.
VI.
https://www.ismp.org/newsletters/acutecare/articles/200
20515.asp
http://www.indiamart.com/vishwaenterprise-ahmedabad/plasticampoul-cover.html
com.tr
VII.
2.
cairan
LVP
dalam
plastik,
sterilitas
dimasukkan
sebagai
Berdasarkan
penerimaan
karet
mentah,
manufaktur
farmasi
dapat
menjadi
rapuh
karena
sterilisasi
atau
proses
h. Pelabelan (labeling)
Label harus dilihat untuk memeriksa kelengkapan dari label pada
wadah, termasuk expiration date, penjelasan mengenai komposisi. Jika
label stampel panas dicetak pada wadah atau botol maka harus dilakukan
uji kebocoran dan integritas untuk menegaskan bahwa tidak ada kerusakn
pada wadah setelah pencetakan.
3. Uji Kimia
Uji kimia dari wadah LVP dan bahan polimer mentah itu sendiri
dilakukan tergantung pada polimer yang digunakan dan sifat yang
dinginkan pada wadah. Umumnya, pemeriksan kimia dari polimer yang
digunakan pada wadah LVP dilakukan oleh supplier/pemasok polimer.
Pemeriksaan
tersebut
meliputi
analisis
berat
molekul,
sisa
pijar,
dilakukan
Spectrum).
dengan
menggunakan
AAS
(Atomic
Absorption
meningkatkan
koefisien
panas.
Pengisi
yang sering
digunakan adalah kalsium karbonat dan talc. AAS dapat digunakan untuk
mendeteksi
adanya
kalsium
dari
kalsium
karbonat
dan
analisis
tidak dapat ditentukan, gunakan 0,1 g elastomer atau 0,2 g plastik atau
bahan lain untuk setiap mL cairan ekstraksi. Juga penting untuk berhatihati
dalam
penyediaan
bahan-bahan
tersebut
untuk
menghindari
berupa ringkasan uji yang ditentukan oleh FI untuk wadah injeksi dan alat
kesehatan.
Tabel 3. Klasifikasi plastik
I
Kelas Plastik
I II I V V
I I
X X X
X X X
V
X
X
I
X X
X X
an
Menc
sampel
it
dalam
50 mL/kg
ur
A (iv)
0,2
Injeksi
Kelin
mL/ekor
Natrium
ci
pada tiap
10
Klorida
tempat
penyuntik
X X
X X
X
X
X X
X X
Ekstrak
Menc
sampel
it
dalam
X X
X X
A (iv)
0,2
Larutan
Kelin
mL/ekor
Alkohol
ci
pada tiap
dalam
10
Larutan
tempat
Injeksi
penyuntik
Natrium
an
Klorida
X
an
50 mL/kg
dalam 20
Ekstrak
Menc
sampel
it
dalam
10 g/kg
A (ip)
0,2
Polietilen
Kelin
mL/ekor
Glikol 400
ci
pada tiap
10
tempat
penyuntik
X
X
X X
X X
Sampel
Menc
dalam
it
Minyak
Nabati
an
50 mL/kg
A (ip)
0,2
Kelin
mL/ekor
ci
pada tiap
10
tempat
penyuntik
implan
ci
X = uji yang diperlukan untuk setiap kelas
an
4
strip/ekor
= uji intrakutan
Prosedur
Penyiapan sampel Uji Injeksi sistemik dan Uji Intrakutan dapat dilakukan
dengan menggunkan ekstrak yang sama, atau dibuat ekstrak yang
terpisah untuk masing-masing uji. Pilih dan bagi menjadi bagian-bagian
Sampel dengan ukuran yang tertera. Buang partikel seperti serat dan
partikel bebas dengan memperlakukan setiap bagian sampel atau kontrol
negatif dengan cara sebagai berikut: Masukkan ke dalam labu ukur 100
mL bertutup kaca yang terbuat dari kaca Tipe I, dan tambahkan lebih
kurang 70 mL air untuk injeksi P. Kocok selama lebih kurang 30 detik dan
buang airnya, ulangi pencucian dan keringkan potongan sampel untuk
ekstraksi dengan minyak nabati dalam oven pada suhu tidak lebih dari
50C. Catatan Tidak boleh membersihkan sampel dengan kain kering
atau basah atau membilas atau mencuci dengan pelarut organik,
surfaktan, dsb.
Penyiapan ekstrak Masukkan sampel uji yang telah disiapkan ke dalam
wadah ekstraksi dan tambahkan 20 mL media ekstraksi yang sesuai.
Ulangi cara ini untuk setiap media ekstraksi yang diperlukan untuk uji.
Juga siapkan 20 mL blanko setiap media untuk penyuntikan pararel dan
dengan
cara
yang
sama
sebagai
pembanding.
Ekstraksi
dengan
fusi
atau
lelhnya
potongan
sampel,
yang
menyebabkan
Dinginkan sampai kira-kira suhu kamar tapi tidak kurang dari 20, kocok
kuat selama beberapa menit dan segera enaptuangkan setiap ekstrak
secara aseptik ke dalam wadah kering dan steril. Simpan ekstrak pada
suhu antara 20 dan 30, dan jangan digunakan untuk uji setelah lebih
dari 24 jam. Hal yang penting adalah kontak antara media ekstrasi
dengan daerah permukaan plastik yang tersedia, waktu dan suhu selama
ekstraksi, pendiginan yang semestinya, pengocokan dan proses enap
tuang, dan penanganan aseptik serta penyimpanan ekstrak setelah
ekstraksi.
TUTUP KARET
I.
ELASTOMERIC CLOSURE
Karet merupakan bahan polimer yang dapat ditarik/diregangkan sampai minimal dua
kali dari panjang dan akan kembali ke panjang semula jika dilepas, pada suhu kamar. Karet
merupakan bahan yang kompleks, terbentuk dari dua sampai 10 bahan dasar. Komponen
utama dari karet adalah elastomer. Tutup elastomerik dapat berasal dari bahan alam atau
sintetis. Sifat tutup elastomerik tidak hanya bergantung pada bahan-bahan di atas, tetapi juga
pada prosedur pembuatan seperti pencampuran, penggilingan, bahan pengabu yang
digunakan, pencetakan dan pemasakan. Contoh sifat yang diinginkan dari elastomer adalah
kompresibilitas dan kemampuan untuk menutup kembali.
Terdapat dua macam klasifikasi elastomer, yaitu jenuh dan tidak jenuh, tergantung
pada ikatan rangkap yang reaktif pada rantai utama atau rantai samping dari elastomer.
Derajat dari ikatan tak jenuh menunjukkan sifat fisik dan kimia dari elastomer yang nantinya
akan mempengaruhi sifat karet.
Permukaan harus licin dan tidak berlubang agar dapat dicuci bersih.
b.
Menutup rongga-rongga kecil pada permukaan, seperti leher bagian dalam vial
atau dinding-dinding bagian dalam syringe hipodermik. Bahan lain seperti
gelas, logam tak memiliki kemampuan ini.
c.
d.
Mudah ditembus oleh jarum syringe hipodermik dan menutup rapat kembali
dengan cepat setelah jarum ditarik.
e.
Pada masuknya jarum inJeksi tidak ada partikel tutup elastomerik yang
mencapai ke dalam larutan injeksi.
f.
g.
Pada pembuatan karet, disamping elastomer sebagai bahan utama juga digunakan bahan
tambahan:
walaupun tanpa panas. Sifat yang diinginkan dari karet untuk keperluan farmasi
adalah bersih, baik dari ekstrak atau bahan menguap.
2. Accelerators
Bahan ini berfungsi untuk mempercepat proses curing/vulkanisasi
3. Activator
Berfungsi untuk meningkatkan kecepatan penggabungan dengan cara bereaksi dengan
accelerator. Contoh : ZnO, asam stearat
4. Antioksidan-antiozon
Merupakan bahan antidegradasi. Bahan ini digunakan untuk meningkatkan ketahanan
dari elastomer tak jenuh. Terdapat dua macam antidegradan, yaitu :
a. Antidegradant kimia yang melindungi dengan cara teroksidasi terlebih dahulu,
missal fenol, amina.
b. Antidegradant fisika yang akan membentuk lapisan pelindung pada permukaan
karet, missal : lilin.
5. Plasticizers, lubrikan
Bahan ini digunakan untuk membantu proses pencampuran atau pembentukan karet,
melunakkan karet yang divulkanisir. Contoh : lilin paraffin, silicone oil, parrafinic oil,
organophospate.
6. Filler
Filler digunakan untuk memperbaiki karakteristik fisik; ketahanan terhadap gesekan;
densitas, serta mengurangi biaya. Contoh : carbon black, aliminium silikat (clay),
BaSO4, Magnesium silikat (talc), ZnO, silica. Yang perlu diperhatikan adalah : jumlah
filler, aktivitas permukaan dari filler, ukuran partikel (15-500 nm) dan bentuk.
7. Pigment
Bahan ini digunakan untuk keperluan estetika, memudahkan identifikasi produk.
Umumnya merupakan garam anorganik, ZnO, carbon black, pewarna organic.
Titanium oksida menghasilkan warna putih. FeO, CrO menghasilkan warna kuning,
merah, hijau. Phthalocyanine, ultramarine blue menghasilkan warna hijau dan biru.
Tutup vial
Tutup vial elastomer digunakan sebagai tutup primer vial parenteral dan
merupakan salah satu jenis bahan yang banyak digunakan sebagai tutup sediaan
farmasi. Karet dapat dibentuk menjadi tutup vial dalam berbagai bentuk dan
ukuran, dari unit-dose sampai tutup wadah bermuatan beberapa liter. Kedudukan
tutup vial dijaga oleh lapisan segel logam sampai ke leher vial.
2.
Tutup univial
Zat aktif yang tidak stabil dalam bentuk larutan berada dalam bentuk kering
sampai pada saat akan digunakan. Serbuk zat aktif berada pada bagian bawah
vial sedangkan diluen steril berada pada bagian atas. Dua bagian vial ini dibatasi
oleh karet, yang akan bergeser akibat adanya tekanan hidrostatik dari tekanan
yang diberikan pada tutup univial. Saat karet tergeser, akan terjadi proses
pencampuran dan disolusi dari serbuk zat aktif pada kompartemen bagian
bawah.
II.
Interaksi dipengaruhi oleh formulasi dari sediaan obat dan sistem dari tutup karet,
misal : suhu, luas permukaan, volume, pH, konsentrasi, tekanan lingkungan luar.
Contoh : absorbsi dari pengawet (benzyl alkohol, klorobutanol, metilparaben oleh
karet alam, karet neoprene, karet butyl).
III.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PENCUCIAN KARET
Direndam dalam larutan HCl 2% selama 2 hari
Direndam dalam (larutan tepol 1%, Na Karbonat 0,5%) satu hari.
Dididihkan dalam larutan tersebut diatas selama 15 menit.
Diulang dengan larutan yang baru
Diulangi sampai didapat larutan yang jernih.
Direndam dalam aquadest, otoklaf 110OC 20 menit (1 kali atau 2 kali). Lihat air
rendaman ad jernih.
7. Dibilas dengan spiritus dilutus-air aa (dalam beaker glass) ad jernih.
Catatan : Karet dengan kualitas baik : langkah 1 dan 2 tidak dilakukan.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745
SK Menkes No.193/Kab/B/VII/71
Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011 Tentang kriteria dan tata laksana registrasi obat
Nomor
Anonim. 2007. United States Pharmcopeia 30 - National Formulary 25. United States: The
United States Pharmacopeial Convention.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1995. hal. 977-978
Wadah plastik sediaan steril. http://ifhaa-jasmin.blogspot.co.id/2012/05/wadah-plastiksteril.html diakses tanggal 8 Desember 2015
Amin Mahmoud, Osama Dr. .STERILE DOSAGE FORMS (PARENTERALS).Page 22-24