Вы находитесь на странице: 1из 3

Perawatan Pasca Anestesi

Definisi
Perawatan pasca anestesi adalah perawatan yang dilakukan di PACU (Post Anesthesia Care
Unit) pada pasien yang baru menjalani pembedahan dengan anestesi Umum atau Regional
sebelum pasien tersebut dipindahkan ke ruang rawat inap setelah cukup stabil.
Perawatan pasca anestesi harus dilakukan dengan baik karena kemungkinan akan timbul
kegawat daruratan pada saat ini, fase ini sangat menentukan tingkat kematian pasca operasi.
Ruang pemulihan juga memiliki angka tuntutan yang tinggi dibandingkan unit lain dan
pernah dilakukan penelitian cohort selama 11 tahun bahwa hampir setengah kematian post op
terjadi 24 jam setelah pembedahan di ruang pulih sadar.
Komplikasi yang mungkin terjadi pasca anestesi:
1. Gangguan pernafasan, penyebabnya:
Sumbatan jalan nafas: Sumbatan jalan nafas paling sering diakibatkan karena

lidah yang jatuh ke belakang


Edema laring
Spasme laring akibat rangsangan laring oleh darah atau ludah, jika
penyababnya adalah spasme laring dapat diberikan deksamethason intravena

atau pelumpuh otot dengan tindakan nafas kendali atau dibantu.


Jika tidak ada tanda obstruksi jalan nafas apapun dan saturasi oksigen terus
turun maka diperhitungkan kemungkinan pernafasan dangkal dan lambat
karena pengaruh obat opioid atau muscle relaxant. Antagonis untuk opioid
adalah obat Nalokson sementara antagonis untuk pelumpuh otot adalah atropin

sulfat.
2. Gangguan kardiovaskular: ada 2 kemungkinan komplikasi kardiovaskular yang dapat
terjadi yaitu hipertensi dan hipotensi.
Hipertensi: kemungkinan penyebab terjadinya hipertensi pada pasien post anestesi
adalah karena rasa nyeri akibat pembedahan, hipoksia sistemik, infark miokard atau
perdarahan otak atau faktor psikis. Tekanan darah dapat diturunkan dengan obat
nitrospurid dengan dosis 1 mcg/KgBB/menit atau antihipertensi intravena dari
golongan lain. Jika penyebabnya adalah faktor psikis maka dapat diberikan obat
penenang seperti midazolam 0,05-0,1 mg/KgBB.

Hipotensi: komplikasi ini dapat terjadi karena 2 hal yaitu perdarahan saat operasi
yang banyak atau terapi cairan perioperatif yang diberikan tidak adekuat. Tata
laksananya adalah mencari apakah ada tanda-tanda syok seperti nadi cepat, akral
dingin, CRT>2detik. Terapi yang diberikan adalah terapi cairan dengan RL atau
asering 500 ml, jika mungkin perdarahan dihitung dengan melihat botol suction.
3. Gelisah dapat disebabkan oleh hipoksia, asidosis metabolik, efek samping obat,
hipotensi atau kesakitan. Tatalaksana sesuai dengan etiologi, atau diberikan obat anti
ansietas seperti Midazolam 0,05-0,1 mg/KgBB
4. Derajat nyeri dapat dilihat dengan Visual Analog Scale (VAS) dari skala 1-10 dan
dengan melihat keadaan umum pasien. Jika pasien sudah sadar perlu dianamnesis juga
sifat nyerinya apakah tajam terlokalisir seperti pada nyeri somatik atau nyeri tumpul
seperti pada nyeri viseral. Nyeri ringan-sedang dapat diberikan obat NSAID seperti
Ketorolac, Ketoprofen, Celecoxib dosis tunggal atau dikombinasi dengan opioid
lemah seperti Tramadol. Nyeri berat dapat diatasi dengan opioid seperti Fentanyl atau
Morfin.
5. Mual Muntah, hal ini terjadi akibat penggunaan opioid, bedah intra-abdominal,
hipotensi atau anestesi regional. Dapat diatasi dengan anti emetik seperti
metoklopramid 0,1mg/KgBB atau Ondansterone 0,1 mg/KgBB
6. Menggigil, Disebabkan karena suhu ruangan operasi yang terlalu dingin, hipotensi
atau syok. Dapat diatasi dengan obat Pethidin dengan dosis 10-20 mg intravena.

Setelah monitoring dan perawatan dilakukan, para praktisi medis menggunakan Skala
pulih anestesi untuk menentukan apakah pasien bisa dipindahkan dari ruang pulih sadar
ke ruang rawat biasa.
Nilai
Kesadaran
Warna

2
Kompos mentis
Merah muda, SaO2>92%

1
Dapat dibangunkan
Pucat atau

0
Tak dapat bangun
Sianosis, SaO2

Aktivitas

Empat ekstremitas

kehitaman
Dua ekstremitas

dibawah 90%
Ekstremitas tidak

Respirasi

bergerak
Dapat nafas dalam atau

bergerak
Nafas dangkal

bisa bergerak
Apnea atau

Kardiovaskula

batuk
BP berubah <20% dari pra

BP berubah 20-30%

Obstruksi
BP berubah >50%

operasi

Pasien boleh keluar dari ruang pulih sadar dan pindah ke rawat inap biasa jika nilai yang
didapat adalah 9-10.
Ada satu skoring lagi yang dipakai untuk menentukan apakah pasien dapat pulang pasca
anestesi atau tidak.
Nilai
Tanda vital

2
Dalam 20 % dari

1
20-40% nilai dasar

0
>40% nilai dasar pra

nilai TTV pra

pra operatif

operatif

Aktivitas

operatif
Gaya jalan stabil,

Memerlukan bantuan

Tidak bisa bergerak

Mual dan muntah

tidak linglung
Minimal, se,buh

Sedang, diatasi

Tetap setelah

dengan obat oral

dengan obat

medikasi berulang

Ya

parenteral
Tidak

Minimal, tidak

Sedang, memerlukan

Nyeri (dapat
dikontrol atau
ditoleransi dengan
obat)
Perdarahan

memerlukan transfusi 1-2 kantong transfusi


Dari hasil skoring ini pasien dapat pulang jika skornya 9-10.

Berat, lebih dari 3


kantong transfusi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:


1. Pasien sebaiknya tidak meninggalkan kamar operasi sebelum airway paten dan
stabil, ventilasi dan oksigenasi adekuat dan stabil hemodinamik nya
2. Menggigil dapat menyebabkan pemakaian oksigen berlebih, peningkatan CO2 dan
peningkatan curah jantung yang mungkin tidak bisa ditoleransi oleh pasien dengan
penyakit paru jantung yang sudah ada sebelum operasi
3. Masalah pernafasan adalah yang tersering terjadi di PACU
4. Penyebab masalah pernafasan yang paling sering adalah obat-obatan anestesi
seperti relaksan atau analgetik opioid
5. Pemberian nalokson sebagai antagonis opioid harus diperhatikan terjadinya
Depresi pernafasan yang diinduksi opioid (renarkotisasi)
6. Hipovolemia adalah penyebab hipotensi tersering
7. Penyebab hipertensi yang paling sering di PACU adalah nyeri dari intubasi
trakeal, nyeri luka insisi atau vesica urinaria yang terdistensi.

Вам также может понравиться