Вы находитесь на странице: 1из 18

F 6 .

Upaya P engobatan Dasar

DIABETES MELLITUS TIPE II


Untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti
Program Internsip Dokter Indonesia

Diajukan kepada:
dr. Anis Mustaghfirin
Disusun oleh:
dr. Swietenia Rambu Sabati

KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2015

F 6 . Upaya P engobatan Dasar

Nama Peserta

Nama
Pendamping

: dr. Swietenia Rambu Sabati

: dr. Anis Mustaghfirin

Tanda tangan :

Tanda tangan :

Nama Wahana

: PUSKESMAS Pringsurat Kab.Temanggung

Tema

: Diabetes Mellitus Tipe II

Tujuan

1.
2.
3.
4.
5.

Melakukan anamnesa
Melengkapi pemeriksaan fisik dan penunjang terhadap pasien
Menyampaikan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang
Menyampaikan hasil diagnosa, rencana terapi,
Edukasi mengenai pengetahuan dasar tentang penyakit DM tipe
2, pengelolaan dan pencegahan komplikasi

Hari/Tanggal

: Jumat, 21 Agustus 2015

Waktu

: Pukul 09.00 WIB

Tempat

: Balai Pengobatan Puskesmas Pringsurat Kab.Temanggung

Pasien

: Tn.ES, 56 tahun, dengan DM tipe II

A. PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit gangguan
metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah melebihi normal.
Terdapat beberapa tipe DM yang diketahui dan umumnya disebabkan oleh suatu
interaksi yang kompleks antara kompleks genetik, lingkungan dan gaya hidup. Bila
hal ini dibiarkan tidak terkendali dapt terjadi komplikasi metabolik akut maupun
komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati.
Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,
hal ini berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat, urbanisasi yang merubah
pola hidup tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas meningkat dan
kegiatan fisik kurang. DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif,
jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan.
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit menahun yang akan diderita
seumur hidup. Semakin bertambah usia, dapat terjadi gangguan pada metabolisme
karbohidrat yang meliputi tiga hal yaitu resistensi insulin, hilangnya pelepasan insulin
fase pertama, peningkatan kadar glukosa postprandial dengan kadar glukosa puasa
normal.
Dalam pengelolaan penyakit tersebut, selain dokter, perawat, ahli gizi, dan
tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi
kepada pasien dan keluarganya bertujuan dengan memberikan pemahaman mengenai
perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan DM, akan sangat
membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam usaha memperbaiki hasil
pengelolaan.
B. PERMASALAHAN
Di Indonesia, berdasarkan penelitian epidemiologis didapatkan prevalensi DM
sebesar 1,5 2,3% pada penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun, bahkan di daerah
urban prevalensi DM sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%. Prevalensi
tersebut meningkat 2 3 kali dibandingkan dengan negara maju, sehingga DM
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Berdasarkan data Badan Pusat

Statistik Indonesia tahun 2003 penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun
sebesar 133 juta jiwa, maka pada tahun 2003 diperkirakan terdapat penderita DM di
daerah urban sejumlah 8,2 juta dan di daerah rural 5,5 juta. Selanjutnya berdasarkan
pola pertambahan penduduk diperkirakan pada tahun 2030 akan terdapat 194 juta
penduduk yang berusia di atas 20 tahun, yang berarti terdapat penderita DM sejumlah
12 juta di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural.
Menurut Pola Penyakit pasien yang berobat ke Balai Pengobatasn Puskesmas
Pringsurat dari bulan Januari- Desember tahun 2014, Diabetes Melitus tipe 2
termasuk dalam 20 besar penyakit.

20 Besar Penyakit di Balai Pengobatan


900
800
700
600
500
400
300
200
100
0

Jumlah kasus

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Laporan ini disusun berdasarkan data dari pasien yang datang ke balai
pengobatan Puskesmas Pringsurat dengan keluhan kaki dan tangan sering kesemutan,
penururnan berat badan, sering buang air kecil, sering haus, dan sering lapar
Metode intervensi yang digunakan dengan tahapan berikut :
1. Melakukan anamnesa

2. Melengkapi pemeriksaan fisik sederhana dan pemeriksaan penunjang terhadap


pasien
3. Menyampaikan hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
4. Menyampaikan hasil diagnosa, rencana terapi, dan
5. Edukasi mengenai pengetahuan dasar mengenai penyakit, pencegahan dan
pengendalian penyakit.
D. PELAKSANAAN
1. Waktu dan Tempat Pemeriksaan
Hari/Tanggal

: Jumat, 21 Agustus 2015

Waktu

: Pukul 09.00 WIB

Tempat

: Balai Pengobatan Puskesmas Pringsurat

2. Subjektif
a) Keluhan Utama :
Kaki sering kesemutan.
b) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien sebelumnya datang ke posyandu lansia Desa Pagergunung pada tanggal
14 Agustus 2015 untuk memeriksakan tekanan darah dan mengeluh kaki dan
tangan sering kesemutan sejak 4 minggu belakangan ini. Keluhan dirasa
makin lama makin memberat kadang disertai mati rasa daerah kaki. Keluhan
juga disertai sering buang air kecil terutama malam hari, BAK lancar warna
kuning, >5x. Pasien juga merasa sering haus dan sering lapar. Pasien juga
mengeluh berat badan turun 5kg dalam 4 bulan terakhir. Karena pada saat
posyandu lansia tidak ada alat cek Gula Darah Sewaktu, pasien hanya
mendapat terapi obat hipertensi dan disarankan pasien memeriksakan diri ke
puskesmas Pringsurat. Dan ketika di datang ke Puskesmas Pringsurat pasien
masih mengeluh keluhan yang sama. Dada berdebar-debar disangkal.
Kelemahan anggota gerak disangkal. Keluhan mata kabur disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Pasien juga mempunyai penyakit hipertensi
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat penderita DM di keluarga disangkal.
3. Objektif
a) Pemeriksaan Fisik :

KU/Kes

: Cukup, Compos mentis

BB

: 78 kg

Vital Sign : TD = 140/80 mmHg


N

= 88 x/menit

RR = 20 x/menit
S

= 36,5 C

b) Status Lokalisata :
Kepala
Mata

: Mata cekung (-), pupil isokor kanan = kiri, konjungtiva


palpebra inferior pucat (-), reflek cahaya +/+

Telinga

: Serumen (-)

Hidung

: Simetris, sekret (-)

Mulut

: Mukosa bibir kering (-), sianosis (-)


Tonsil T1=T1, Tonsil hiperemis (-), Faring hiperemis (-)

Leher

: Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorax
Inspeksi

: Simetris, retraksi dinding dada (-)

Palpasi

: Stem fremitus kanan = kiri

Perkusi

Pulmo : Hipersonor pada kedua lapang paru


Cor

Auskultasi

: Batas kanan atas

: SIC II LPSD

Batas kanan bawah

: SIC IV LPSD

Batas kiri atas

: SIC II LPSS

Batas kiri bawah

: SIC V 2 jari lateral LMCS

:
Pulmo : Suara dasar vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor

: S1 > S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: Datar

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Perkusi

: Timpani

Palpasi

: Supel, nyeri tekan (-), Hepar/Lien tidak teraba

Genitalia

: , tidak diperiksa

Ekstremitas
Superior

: Edema (-/-), sianosis (-/-), reflek fisiologis (+/+)

Inferior

: Edema (-/-), sianosis (-/-), reflek fisiologis (+/+)

c) Pemeriksaan Penunjang :
GDS : 324 mg/dl
4. Diagnosis
Diabetes Mellitus (DM) Tipe II
Hipertensi Grade I
5. Plan
a) Terapi non medikamentosa
Edukasi :

Diet DM : rendah gula, rendah lemak dan rendah karbohidrat

Olahraga secara teratur dan perbanyak aktifitas fisik


7

Minum obat dan kontrol ke dokter secara teratur

b) Terapi medikamentosa

Glibenclamide 1x5 mg sebelum makan

Captopril 1x25 mg

Neurobion 1 x 1 tablet

E. MONITORING DAN EVALUASI


1. Monitoring
a. Memperhatikan respon pasien pada saat dilakukan anamnesa penyakit,
penjelasan mengenai hasil diagnosa, merencanakan terapi, pemberian edukasi
mengenai pengetahuan, pengelolaan dan pencegahan komplikasi penyakit.
b. Mengarahkan pasien untuk memberikan pertanyaan.
c. Menjawab pertanyaan yang diajukan.
d. Pasien bersedia untuk datang kembali setelah obat habis untuk memfollow up
kondisi kesehatannya.
e. Monitoring hasil pengobatan yang meliputi: tekanan darah, kadar glukosa
darah, kadar kolesterol, dan kadar trigliserid pasien. Selain itu monitoring
adakah efek samping obat yang mengganggu pasien serta komplikasi Diabetes
Melitus.
2. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Pasien mendengarkan dengan seksama setiap penjelasan yang disampaikan.
b. Evaluasi Proses
Pasien antusias dalam mengajukan pertanyaan mengenai penyakit yang
dideritanya.
c. Evaluasi Hasil
Pasien mengerti dan memahami setiap penjelasan yang diberikan.

F. TINJAUAN PUSTAKA
DIABETES MELITUS TIPE 2
Penegakan diagnosis diabetes melitus tipe 2 didasarkan atas anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Gejala klasik diabetes melitus tipe 2
berupa polidipsi, poliuria, polifagi.
Tabel 1. Gejala khas dan tidak khas diabetes melitus tipe 2.
1

Gejala khas (klasik)


Poliuria

Gejala tidak khas


Lemah

Polidipsia

Kesemutan

Polifagia

Gatal

Penurunan berat badan

Mata kabur

Disfungsi ereksi

10

Pruritus vulva

Berbagai faktor dapat berpengaruh terhadap terjadinya diabetes melitus. Faktorfaktor tersebut yaitu:
1

Riwayat diabetes melitus pada keluarga

Obesitas (IMT 25 kg/m2)

Kurangnya aktivitas fisik

Ras/etnis (afro-amerika, latin, amerika natif, asia-amerika, kepulauan pasifik)

Teridentifikasi memiliki kadar glukosa puasa terganggu (GPT), toleransi


glukosa terganggu (TGT) dan/atau HbA1C 5,7-6,4 %

Riwayat DM gestasional atau melahirkan bayi dengan BBL > 4 kg

Hipertensi (TD 140/90 mmHg)

Kadar kolesterol HDL <35 mg/dl dan/atau kadar trigliserida >250 mg/dl

Riwayat penyakit jantung

Algoritma diagnosis diabetes melitus tipe 2 dapat dilihat pada skema


berikut:

Gambar 1. Algoritma dasar penentuan diagnosis diabetes melitus tipe 2


Nilai kadar glukosa darah dalam penunjukkan kondisi tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2. Penilaian kadar glukosa darah
Jenis
Sunber
Gula darah puasa Plasma vena

Normal
<100

Belum pasti
100-125

DM
126

(GDP)
Gula

<90
<100

90-99
100-199

100
200

<90

90-199

200

Darah kapiler
darah Plasma vena

sewaktu (GDS)

Darah kapiler

10

Prosedur pelaksanaan tes toleransi glukosa oral (TTGO, WHO 1994) sebagai
berikut:
1.

Tiga hari sebelum pemeriksaan makan seperti biasa (karbohidrat cukup)

2.

Kegiatan jasmani seperti yang biasa dilakukan

3.

Puasa paling sedikit 8 jam mulai malam hari sebelum pemeriksaan, minum air
putih diperbolehkan

4.

Diperiksa kadar glukosa darah puasa

5.

Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anakanak), dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit

6.

Diperiksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa

7.

Selama proses pemeriksaan subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok
Pemeriksaan untuk diagnosis banding:
1. Kadar C peptida darah
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan potensi sel untuk memproduksi
insulin. Pada semua tipe DM kadarnya lebih rendah dibandingkan orang
normal. Makin lemah respon C peptida terhadap rangsang glukosa berarti
makin tinggi ketergantungan terhadap insulin.
2. Kadar insulin darah
NIDDM dijumpai dalam kadar rendah, normal, atau bahkan tinggi.
3. Pemeriksaan HLA
4. Pemeriksaan HLA DR dan B dilakukan untuk memperjelas tipe DM, karena
IDDM berkaitan dengan HLA DR 3, DR 4, Bb, B15.

Assessment yang dilakukan adalah mencari komplikasi makroangiopati dan


mikroangiopati. Komplikasi yang dapat timbul pada penderita diabetes melitus tipe 2

11

terdiri dari komplikasi akut dan kronik. Macam-macam komplikasi tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Komplikasi diabetes melitus tipe 2
Komplikasi akut
Ketoasidosis diabetic

1.

Komplikasi kronik
Mikrovaskuler :

(KAD)

Penyakit mata : retinopati, edema

Status hiperglikemia

macula

hiperosmolar

Neuropati

(sensorik,

motorik,

otonom)
Nefropati
Makrovaskuler :
Penyakit jantung koroner
Penyakit arteri perifer
Penyakit serebrovaskuler
Lain-lain:
Sistem gastrointestinal (paresis, diare),
System

urogenital

(uropati,

disfungsi

seksual), Dermatosis, Infeksi, Katarak,


Glaucoma, Penyakit periodontal, Kurang
pendengaran
Pilar penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 terdiri dari 4 pilar utama, yaitu:
1.

Edukasi

Edukasi yang penting pada penderita DM tipe 2 adalah edukasi mengenai


perubahan menuju gaya hidup sehat. Perilaku yang diharapkan dari adanya
edukasi ini yaitu:
a) Mengikuti pola makan sehat
b) Meningkatkan kegiatan jasmani
c) Menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan khusus secara
aman dan teratur
d) Melakukan pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan
memanfaatkan data yang ada

12

e) Melakukan perawatan kaki secara berkala


f) Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit
akut dengan tepat
g) Mempunyai ketrampilan mengatasi masalah yang sederhana dan mau
bergabung dengan kelompok penyandang diabetes serta mengajak
keluarga untuk mengerti pengelolaan penyandang diabetes
h) Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
2.
Terapi gizi medis
Pada pengelolaan terapi gizi medis, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan tersebut adalah pengaturan komposisi makanan dan kebutuhan
kalorinya. Komposisi makanan yang dianjurkan yaitu:
a)

Komposisi karbohidrat sebesar 45-65% dari total asupan

b)

Asupan lemak sebesar 20-25% kebutuhan kalori

c)

Konsumsi kolesterol <200mg/hari

d)

Komposisi protein sebesar 10-20% kebutuhan kalori, dengan


makanan laut sebagai sumber protein yang dianjurkan

e)

Asupan natrium dalam sehari tidak melebihi 3000mg atau 1 sendok


teh garam dapur

f)

Komposisi serat yang dianjurkan dalam sehari sebesar 25gram

g)

Pemanis alternatif baik digunakan dengan catatan tidak lebih dari


batas aman (Accepted Daily Intake-ADI)

Kebutuhan kalori bagi penderita diabetes melitus dapat ditentukan dengan


memperhitungkan kebutuhan kalori basal yaitu sebesar 25-30kkal/kgBB ideal.
Perhitungan berat badan ideal (BBI) dapat dihitung dengan rumus Brocca sebagai
berikut:
BBI=90% x (TB dalam cm 100) x 1 kg
Catatan: pria dengan TB <160 cm dan wanita <150 cm, rumus dimodifikasi menjadi:
BBI=(TB dalam cm 100) x 1 kg
BB normal : BBI 10%
kurus : < (BBI 10%)
gemuk : > (BBI + 10%)
Perhitungan index massa tubuh (IMT) dapat dihitung dengan rumus:

13

IMT=
Klasifikasi IMT :

BB(kg )
2
TB(m )

BB kurang : < 18,5


BB normal : 18,5 22,9
BB lebih : 23,0
Dengan risiko : 23,0 24,9
Obese I : 25,0 29,9
Obese II : > 30

3.

Latihan jasmani

Berikut ini beberapa aktivitas fisik yang dapat dilakukan untuk melatih
kesehatan jasmani bagi penderita diabetes melitus:
Tabel 4. Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita diabetes melitus
Label
Kurangi

Aktivitas
Sedenter (berdiam, bermalas-malasan) :

Sering

Menonton tv, menggunakan internet, bermain komputer


Olahraga rekreasi, aktivitas fisik liburan :

Harian

Jalan cepat, golf, olah otot, bersepeda, sepak bola


Kebiasaan sehari-hari :
Jalan kaki ke pasar, naik/turun melalui tangga, berjalan
menuju/dari tempat parkir

Pada pasien diabetes melitus tipe 2, latihan jasmani dapat berdampak positif
bagi tubuh, yaitu:
a)

Menurunkan kadar glukosa plasma

b)

Meningkatkan sensitivitas insulin

c)

Mengurangi lemak tubuh

d)

Menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler

Latihan jasmani tersebut dapat dilakukan setidaknya 3 kali dalam seminggu


masing-masing selama 30 menit. Pada sebagian penderita diabetes melitus
tipe 2, latihan jasmani dapat mengakibatkan hipoglikemia, yaitu pada
penderita yang menggunakan terapi insulin dan obat-obatan insulin

14

sekretagogue sebagai pilihan terapinya. Oleh karena itu, hendaknya penderita


mengecek terlebih dahulu kadar glukosanya sebelum, selama, dan setelah
latihan jasmani. Apabila sebelum melakukan latihan jasmani kadar glukosa
darahnya <100mg/dl, hendaknya penderita dapat mengkonsumsi tambahan
karbohidrat terlebih dahulu.
4.

Intervensi farmakologis

Intervensi farmakologis pada program terapi pada penderita diabetes melitus


tipe 2 berupa pemberian obat-obatan hipoglikemik oral yang bekerja pada
beberapa tempat kelainan. Macam-macam golongan obat sesuai dengan
tempat kerjanya terdapat dalam table 5 dan table 6.
Intervensi farmakologis pada penderita diabetes melitus tidak hanya berupa
obat-obatan hipoglikemik oral. Pada penderita yang masih belum berhasil
diterapi dengan obat hipoglikemik oral, maka terapi non-oral juga diperlukan
untuk keberhasilan terapi.EASD/ADA menyimpulkan insulin adalah obat
yang paling efektif untuk menurunkan hiperglikemi. Terapi insulin
direkomendasikan untuk pasien dengan diabetes melitus tipe 2, dengan
HbA1C > 9%, dan kadar gula yang tidak membaik dengan penggunaan obat
oral selama 2-3 bulan, GDS > 300 mg/dl, GDP > 250 mg/dl.
Insulin SP
>350

5 unit

301-350

4 unit

251-300

3 unit

201-250

2 unit

151-200

1 unit

100-150

unit

<100

Tabel 5. Macam-macam golongan obat hipoglikemik oral


Golongan

Cara kerja

Contoh

Keuntungan

Kerugian

15

Pemicu sekresi Meningkatkan

Sulfonylurea

Sangat efektif Meningkatkan

insulin (insulin sekresi insulin

(glibenclamid,

berat

sekretagogue)

glipizid), glinid

hipoglikemia,

(repaglinid,

mahal

badan,

nateglinid)
Peningkat

Menambah

Metformin,

Tidak

Dyspepsia, diare,

sensitivitas

sensitivitas

tiazolidindion meningkatkan asidosis

insulin

terhadap insulin

(pioglitazon)

Penghambat

Menekan produksi Metformin

laktat,

berat badan

KI:

Tidak

ginjal
Dyspepsia, diare,

glukoneogenesi glukosa di hati

meningkatkan asidosis

berat badan

KI:

penyakit

laktat,
penyakit

ginjal
Penghambat

Menghambat

Acarbose

Tidak

Flatulens,

feses

glukosidase-alfa absorpsi glukosa

meningkatkan lembek, mahal

(penghambat

berat badan

absorpsi
glukosa)
DPP-IV

Meningkatkan

inhibitor

sekresi

Vildagliptin,

insulin, sitagliptin,

menghambat

saxagliptin

Tidak

Sebah,

muntah,

meningkatkan mahal
berat badan

sekresi glukagon

Golongan

Cara kerja

Contoh

Keuntungan Kerugian

16

Insulin

Meningkatkan

Kerja cepat:

Aman

Injeksi,

penggunaan

Aspart, glulisin, lispro, regular

meningkatkan

glukosa,

Kerja panjang:

berat

menurunkan

Detemir, glargin, NPH

hipoglikemia

badan,

produksi glukosa Insulin kombinasi:


hepar

75% protamin lispro-25% lispro


70% protamin aspart-30% aspart
50% protamin lispro -50% lispro
70% NPH-30% regular

Agonis

Meningkatkan

Exenatide, liraglutide

Menurunkan Injeksi,

mual,

reseptor

insulin,

berat

GLP-1

menurunkan

tidak

produksi

menyebabkan hipoglikemia bila

glucagon,

hipoglikemia digunakan

badan, meningkatkan
risiko

memperlambat

bersama golongan

pengosongan

insulin

lambung

sekretagogue,
pancreatitis,
penyakit ginjal
Menurunkan Injeksi,
mual,

Agonis

Menurunkan

amilin

produksi

berat

glucagon,

menurunkan risiko

memperlambat

glikemik

hipoglikemia bila

posprandial

digunakan

Pramlintide

pengosongan
lambung

badan, meningkatkan

bersama insulin

Tabel 6. Macam-macam golongan obat-obatan non-oral

DAFTAR PUSTAKA

17

1. Rochmah W. Diabetes Mellitus pada Usia Lanjut. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th
ed. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2007.p.1915-18.
2. Subramaniam I, Gold JL. Diabetes Mellitus in Elderly. Journal of Indian
Academy
Geriatrics.
2005;2:77-81.
Available
from:
http://www.jiag.org/sept/diabetes.pdf
3. American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes 2010.
Diabetes
Care.
2010;33(1):S11-4.
Available
from:
http://care.diabetesjournals.org/content/33/Supplement_1/S11.extract
4. Lee FT. Advances in Diabetes Therapy in the Elderly. Journal Pharm Pract Res.
2009;39:63-7.
Available
from:
http://jppr.shpa.org.au/lib/pdf/gt/200903LeeGT.pdf
5. Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun
2011.
Available
at:
http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil2011
6. Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun
2012.
Available
at:
http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil2012
7. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. PB PERKENI. Jakarta. 2011.

18

Вам также может понравиться