Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Diajukan kepada:
dr. Anis Mustaghfirin
Disusun oleh:
dr. Swietenia Rambu Sabati
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2015
Nama Peserta
Nama
Pendamping
Tanda tangan :
Tanda tangan :
Nama Wahana
Tema
Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
Melakukan anamnesa
Melengkapi pemeriksaan fisik dan penunjang terhadap pasien
Menyampaikan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang
Menyampaikan hasil diagnosa, rencana terapi,
Edukasi mengenai pengetahuan dasar tentang penyakit DM tipe
2, pengelolaan dan pencegahan komplikasi
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat
Pasien
A. PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit gangguan
metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah melebihi normal.
Terdapat beberapa tipe DM yang diketahui dan umumnya disebabkan oleh suatu
interaksi yang kompleks antara kompleks genetik, lingkungan dan gaya hidup. Bila
hal ini dibiarkan tidak terkendali dapt terjadi komplikasi metabolik akut maupun
komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati.
Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,
hal ini berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat, urbanisasi yang merubah
pola hidup tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas meningkat dan
kegiatan fisik kurang. DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif,
jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan.
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit menahun yang akan diderita
seumur hidup. Semakin bertambah usia, dapat terjadi gangguan pada metabolisme
karbohidrat yang meliputi tiga hal yaitu resistensi insulin, hilangnya pelepasan insulin
fase pertama, peningkatan kadar glukosa postprandial dengan kadar glukosa puasa
normal.
Dalam pengelolaan penyakit tersebut, selain dokter, perawat, ahli gizi, dan
tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi
kepada pasien dan keluarganya bertujuan dengan memberikan pemahaman mengenai
perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan DM, akan sangat
membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam usaha memperbaiki hasil
pengelolaan.
B. PERMASALAHAN
Di Indonesia, berdasarkan penelitian epidemiologis didapatkan prevalensi DM
sebesar 1,5 2,3% pada penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun, bahkan di daerah
urban prevalensi DM sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%. Prevalensi
tersebut meningkat 2 3 kali dibandingkan dengan negara maju, sehingga DM
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik Indonesia tahun 2003 penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun
sebesar 133 juta jiwa, maka pada tahun 2003 diperkirakan terdapat penderita DM di
daerah urban sejumlah 8,2 juta dan di daerah rural 5,5 juta. Selanjutnya berdasarkan
pola pertambahan penduduk diperkirakan pada tahun 2030 akan terdapat 194 juta
penduduk yang berusia di atas 20 tahun, yang berarti terdapat penderita DM sejumlah
12 juta di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural.
Menurut Pola Penyakit pasien yang berobat ke Balai Pengobatasn Puskesmas
Pringsurat dari bulan Januari- Desember tahun 2014, Diabetes Melitus tipe 2
termasuk dalam 20 besar penyakit.
Jumlah kasus
Waktu
Tempat
2. Subjektif
a) Keluhan Utama :
Kaki sering kesemutan.
b) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien sebelumnya datang ke posyandu lansia Desa Pagergunung pada tanggal
14 Agustus 2015 untuk memeriksakan tekanan darah dan mengeluh kaki dan
tangan sering kesemutan sejak 4 minggu belakangan ini. Keluhan dirasa
makin lama makin memberat kadang disertai mati rasa daerah kaki. Keluhan
juga disertai sering buang air kecil terutama malam hari, BAK lancar warna
kuning, >5x. Pasien juga merasa sering haus dan sering lapar. Pasien juga
mengeluh berat badan turun 5kg dalam 4 bulan terakhir. Karena pada saat
posyandu lansia tidak ada alat cek Gula Darah Sewaktu, pasien hanya
mendapat terapi obat hipertensi dan disarankan pasien memeriksakan diri ke
puskesmas Pringsurat. Dan ketika di datang ke Puskesmas Pringsurat pasien
masih mengeluh keluhan yang sama. Dada berdebar-debar disangkal.
Kelemahan anggota gerak disangkal. Keluhan mata kabur disangkal.
KU/Kes
BB
: 78 kg
= 88 x/menit
RR = 20 x/menit
S
= 36,5 C
b) Status Lokalisata :
Kepala
Mata
Telinga
: Serumen (-)
Hidung
Mulut
Leher
Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: SIC II LPSD
: SIC IV LPSD
: SIC II LPSS
:
Pulmo : Suara dasar vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Auskultasi
Perkusi
: Timpani
Palpasi
Genitalia
: , tidak diperiksa
Ekstremitas
Superior
Inferior
c) Pemeriksaan Penunjang :
GDS : 324 mg/dl
4. Diagnosis
Diabetes Mellitus (DM) Tipe II
Hipertensi Grade I
5. Plan
a) Terapi non medikamentosa
Edukasi :
b) Terapi medikamentosa
Captopril 1x25 mg
Neurobion 1 x 1 tablet
F. TINJAUAN PUSTAKA
DIABETES MELITUS TIPE 2
Penegakan diagnosis diabetes melitus tipe 2 didasarkan atas anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Gejala klasik diabetes melitus tipe 2
berupa polidipsi, poliuria, polifagi.
Tabel 1. Gejala khas dan tidak khas diabetes melitus tipe 2.
1
Polidipsia
Kesemutan
Polifagia
Gatal
Mata kabur
Disfungsi ereksi
10
Pruritus vulva
Berbagai faktor dapat berpengaruh terhadap terjadinya diabetes melitus. Faktorfaktor tersebut yaitu:
1
Kadar kolesterol HDL <35 mg/dl dan/atau kadar trigliserida >250 mg/dl
Normal
<100
Belum pasti
100-125
DM
126
(GDP)
Gula
<90
<100
90-99
100-199
100
200
<90
90-199
200
Darah kapiler
darah Plasma vena
sewaktu (GDS)
Darah kapiler
10
Prosedur pelaksanaan tes toleransi glukosa oral (TTGO, WHO 1994) sebagai
berikut:
1.
2.
3.
Puasa paling sedikit 8 jam mulai malam hari sebelum pemeriksaan, minum air
putih diperbolehkan
4.
5.
Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anakanak), dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit
6.
7.
Selama proses pemeriksaan subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok
Pemeriksaan untuk diagnosis banding:
1. Kadar C peptida darah
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan potensi sel untuk memproduksi
insulin. Pada semua tipe DM kadarnya lebih rendah dibandingkan orang
normal. Makin lemah respon C peptida terhadap rangsang glukosa berarti
makin tinggi ketergantungan terhadap insulin.
2. Kadar insulin darah
NIDDM dijumpai dalam kadar rendah, normal, atau bahkan tinggi.
3. Pemeriksaan HLA
4. Pemeriksaan HLA DR dan B dilakukan untuk memperjelas tipe DM, karena
IDDM berkaitan dengan HLA DR 3, DR 4, Bb, B15.
11
terdiri dari komplikasi akut dan kronik. Macam-macam komplikasi tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Komplikasi diabetes melitus tipe 2
Komplikasi akut
Ketoasidosis diabetic
1.
Komplikasi kronik
Mikrovaskuler :
(KAD)
Status hiperglikemia
macula
hiperosmolar
Neuropati
(sensorik,
motorik,
otonom)
Nefropati
Makrovaskuler :
Penyakit jantung koroner
Penyakit arteri perifer
Penyakit serebrovaskuler
Lain-lain:
Sistem gastrointestinal (paresis, diare),
System
urogenital
(uropati,
disfungsi
Edukasi
12
b)
c)
d)
e)
f)
g)
13
IMT=
Klasifikasi IMT :
BB(kg )
2
TB(m )
3.
Latihan jasmani
Berikut ini beberapa aktivitas fisik yang dapat dilakukan untuk melatih
kesehatan jasmani bagi penderita diabetes melitus:
Tabel 4. Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita diabetes melitus
Label
Kurangi
Aktivitas
Sedenter (berdiam, bermalas-malasan) :
Sering
Harian
Pada pasien diabetes melitus tipe 2, latihan jasmani dapat berdampak positif
bagi tubuh, yaitu:
a)
b)
c)
d)
14
Intervensi farmakologis
5 unit
301-350
4 unit
251-300
3 unit
201-250
2 unit
151-200
1 unit
100-150
unit
<100
Cara kerja
Contoh
Keuntungan
Kerugian
15
Sulfonylurea
(glibenclamid,
berat
sekretagogue)
glipizid), glinid
hipoglikemia,
(repaglinid,
mahal
badan,
nateglinid)
Peningkat
Menambah
Metformin,
Tidak
Dyspepsia, diare,
sensitivitas
sensitivitas
insulin
terhadap insulin
(pioglitazon)
Penghambat
laktat,
berat badan
KI:
Tidak
ginjal
Dyspepsia, diare,
meningkatkan asidosis
berat badan
KI:
penyakit
laktat,
penyakit
ginjal
Penghambat
Menghambat
Acarbose
Tidak
Flatulens,
feses
(penghambat
berat badan
absorpsi
glukosa)
DPP-IV
Meningkatkan
inhibitor
sekresi
Vildagliptin,
insulin, sitagliptin,
menghambat
saxagliptin
Tidak
Sebah,
muntah,
meningkatkan mahal
berat badan
sekresi glukagon
Golongan
Cara kerja
Contoh
Keuntungan Kerugian
16
Insulin
Meningkatkan
Kerja cepat:
Aman
Injeksi,
penggunaan
meningkatkan
glukosa,
Kerja panjang:
berat
menurunkan
hipoglikemia
badan,
Agonis
Meningkatkan
Exenatide, liraglutide
Menurunkan Injeksi,
mual,
reseptor
insulin,
berat
GLP-1
menurunkan
tidak
produksi
glucagon,
hipoglikemia digunakan
badan, meningkatkan
risiko
memperlambat
bersama golongan
pengosongan
insulin
lambung
sekretagogue,
pancreatitis,
penyakit ginjal
Menurunkan Injeksi,
mual,
Agonis
Menurunkan
amilin
produksi
berat
glucagon,
menurunkan risiko
memperlambat
glikemik
hipoglikemia bila
posprandial
digunakan
Pramlintide
pengosongan
lambung
badan, meningkatkan
bersama insulin
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Rochmah W. Diabetes Mellitus pada Usia Lanjut. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th
ed. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2007.p.1915-18.
2. Subramaniam I, Gold JL. Diabetes Mellitus in Elderly. Journal of Indian
Academy
Geriatrics.
2005;2:77-81.
Available
from:
http://www.jiag.org/sept/diabetes.pdf
3. American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes 2010.
Diabetes
Care.
2010;33(1):S11-4.
Available
from:
http://care.diabetesjournals.org/content/33/Supplement_1/S11.extract
4. Lee FT. Advances in Diabetes Therapy in the Elderly. Journal Pharm Pract Res.
2009;39:63-7.
Available
from:
http://jppr.shpa.org.au/lib/pdf/gt/200903LeeGT.pdf
5. Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun
2011.
Available
at:
http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil2011
6. Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun
2012.
Available
at:
http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil2012
7. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. PB PERKENI. Jakarta. 2011.
18