Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstrak
Latar belakang: Pneumonia komunitas (CAP) salah satu penyebab kematian tertinggi pasien rawat inap. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui respons pengobatan selama perawatan pasien CAP secara empiris serta faktor yang berkaitan dengan pola bakteri, respons
pengobatan, gejala klinis, laboratorium, foto toraks, lama rawat, dan faktor komorbid di RS persahabatan.
Metode: Penelitian kohort prospektif pasien pneumonia komunitas yang menjalani rawat inap di RS Persahabatan selama 15 bulan.
Evaluasi dilakukan pada gejala klinis, hasil laboratorium, foto toraks dan hasil mikrobiologi. Sampel mikrobiologi dikumpulkan sebelum dan
sesudah pemberian antibiotik.
Hasil: Terkumpul 47 pasien, laki-laki 74,5% dan perempuan 25,5%. Rerata umur 61 tahun setelah pengobatan empiris, gejala klinis sesak
napas 51% berkurang 27,7% dan batuk 32% berkurang 23,4%. Nilai awal leukosit rerata 15,27 sel/mm3 berkurang 12,0 sel/mm3. Foto toraks
awal infiltrat 89,3% menurun 38,3%. Patogen pada sputum sebelum penggobatan Klebsiella pneumonia 34,0%. Hasil sputum pascaterapi
empiris eradikasi 91,5%. Pengobatan antibiotik tersering seftriakson. Faktor komorbid tersering keganasan rongga toraks. Lama rawat
minimal 4 hari dengan terapi sulih minimal 3 hari.
Kesimpulan: Pasien CAP paling dominan menunjukan gejala klinis sesak napas dan batuk, gambaran infiltrat pada foto toraks dan Gramnegatif Klebsiella pneumonia pada sputum. Terjadi penurunan leukosit setelah pemberian antibiotik. (J Respir Indo. 2014; 34:60-70)
Kata kunci: pneumonia, leukosit, faktor risiko, mikroorganisme, resistensi.
Background: Pneumonia is the first leading disease with the highest mortality in hospitalized patients. The purpose of this study are to
determine treatment responsse for the empirical treatment of CAP patients and the factors associated with patterns of bacteria, treatment
responsse, clinical symptoms, laboratory and chest X-ray, length of stay and comorbidities in Persahabatan Hospital, Jakarta.
Methods: Prospective cohort study in hospitalized community acquired pneumonia patients were evaluated at Persahabatan Hospital along
15 month. Clinical symptoms, laboratory findings, chest x-ray and microbiologic were evaluated. Microbiologic test conducted before and
after antibiotic administration.
Results: There were 47 patients, male 74.5% and female 25.5%. The average age was 61 years old. Clinical symptoms empirical before
treatment were dyspnea 51% decreased to 27.7% and cough 32% decreased to 23.4%. Leukocytes count was 15.27 cell/mm3 decreased
to 12.0 cell/mm3. Chest x-ray infiltrates 89.3% decreased to 38.3%. Before-treatment microbiological patterns were K. pneumoniae 34.0%.
Result after empirical treatment was eradication 91.5%. The most frequent innitial antibiotik administration was ceftriaxone.The most frequent
comorbidity was thoracic malignancy. The patients were hospitalized at least for 4 days with replacement therapy at least for 3 days.
Conclusion: Patients with CAP predominantly showed symptoms of dyspnea and cough, infiltrates on chest x-ray and Gram-negative Klebsiella
pneumonia in sputum samples. There were decrease of leucocyte counts after antibiotic administration. (J Respir Indo. 2014; 34: 60-70)
Keywords: pneumonia, leucocyte, risk factors, microorganism, resistence.
60
Fikri Faisal: Penilaian Respons Pengobatan Empiris pada Pasien Rawat Inap dengan Pneumonia Komunitas
PENDAHULUAN
Pneumonia komunitas atau community acquired
pneumonia (CAP) adalah pneumonia yang didapat
di masyarakat. Pneumonia komunitas merupakan
salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
di dunia. Sekitar 5,6 juta pasien di Amerika menderita
CAP setiap tahunnya dengan biaya pengobatan sekitar
US$ 12 miliar. Di Amerika pada tahun 2006 terdapat
diagnostik invasif.2
61
Fikri Faisal: Penilaian Respons Pengobatan Empiris pada Pasien Rawat Inap dengan Pneumonia Komunitas
Median
15.270
12.000
11,60
11,50
35
33
260
279
Minimum
9.910
6.000
5,00
7,70
11
25
76
106
Maximum
42.370
32.000
16,00
17,00
49
51
790
678
P*
0.001
0.536
0.059
0.789
Awal (%)
8 (17.1)
5 (10.6)
7 (14.9)
3 (6.4)
12 (25.5)
7 (14.8)
2 (4.3)
Akhir (%)
4 (8.5)
3 (6.4)
3 (6.4)
2 (4.3)
8 (17.1)
4 (8.5)
2 (4.3)
P
0.355
0.714
0.316
1.000
0.313
0.336
1.000
*Uji McNemar
62
Fikri Faisal: Penilaian Respons Pengobatan Empiris pada Pasien Rawat Inap dengan Pneumonia Komunitas
Hasil
Mikrobiologi awal Klebsiella pneumonia
Acinetobacter baumanii
Streptococcus viridans
Escherichia coli
Pseudomonas aeruginosa
Staphylococcus epidermidis
Enerobacter spp.
Escherichia cloacae
N
16
99
6
5
5
3
1
1
%
34
19,1
12,8
10,7
10,7
6,4
2,1
2,1
Klebsiella oxytica
1
2,1
Mikrobiologi akhir Acinetobacter baumanii
1
2,1
Enterobacter gergoviae
1
2,1
Escherichia coli
1
2,1
Pseudomonas aeruginosa
1
2,1
tidak tumbuh
43 91,5
Antibiotik
Beta laktam
24 51,1
Beta laktam + aminoglikosida
7 14,9
Fluorokuinolon
6 12,8
Beta laktam + makrolid
5 10,6
Fluorokuinolon + makrolid
2
4,3
Fluorokuinolon + aminoglikosida 2
4,3
Intermediate
N
%
2 5,30
10 22,20
6 13,60
5
12 13,50
25,50
2
3 4,70
6,40
2 4,90
1 2,30
8
3
17,40
6,40
Sensitif
N
%
17 44,70
18 40,00
22 50,00
20 66,70
20 54,10
20 42,60
33 70,20
29 67,40
31 66,00
32 74,40
29 70,70
32 74,40
38 80,90
30 65,20
38 80,90
45 100,00
11 100,00
P*
Referensi
0,791
0,250
0,120
0,118
0,219
0,276
0,016
0,031
0,039
0,020
0,020
0,031
0,007
0,001
bak
teri yaitu tidak ditemukan bakteri (era
dikasi)
Faktor komorbid
63
Fikri Faisal: Penilaian Respons Pengobatan Empiris pada Pasien Rawat Inap dengan Pneumonia Komunitas
Hasil pemeriksaan
didapatkansefepim
tiga jenis yang
bakteri
terbanyak
yaitu penilaian.
K. pneumoniae,
A.
tetrasiklin,
seftriakson, sefoperazon,
banyak
mengganggu
Lama terapi
dan ampisilin-sulbaktam.
Persentase
resistensi S. resistensi
sulih dari
injeksi menjadi
oral mediannya
baumanii
dan S. viridans.
K. pneumoniae
hampir
semuapengobatan
obat, resistensi
bakteri
viridans cukup rendah antara 5-10%, sedangkan
terhadap
tetramisin, sefotaksim dan ampi-sulbaktam ditemukan antara 50-60%. Resistensi
resistensi yang bersifat intermediet sedikit lebih
dan maksimum selama 9 hari. Lama rawat pasien
terhadap
kloramfenikol, tetrasiklin, kotrimoksasol,
sefazolin,
sefotaksim,
seftriakson,
tinggi yaitugentamisin,
antara 8-22%.
paling cepat empat
hari satu
pasien terlama
30 hari
Gambar tersebut menunjukkan hubungan jenis
dengan
tiga pasien,
terbanyak
hari ketujuh
dengan
sefoperazon,
dan sefepim antara 35-50%. Bakteri A.
baumanii
memiliki
resistensi
35% terhadap
antibiotik resisten dan intermediet bakteri yang dida
kloramfenikol
danK. sebagian
besar
terhadap tetrasiklin, seftriakson, sefoperazon,
patkan (A. baumanii,
pneumoniae,
dan S.intermediate
viridans).
penelitian ini adalah lima hari. Terapi sulih paling
Jenis bakteri
adalah K. pneumoniae
di resistensi
sefepim
danterbanyak
ampisilin-sulbaktam.
Persentase
S. viridans
rendah
antara
5-10%,
cepat dilakukan
padacukup
hari ketiga
dan yang
paling
lama
dapat
kan 16 bakteri resisten hampir 50% terhadap
adalah
hari. Sebanyak
10 orang
sedangkan resistensi yang bersifat intermediet sedikit
lebihsembilan
tinggi yaitu
antara 8-22%.
Kuman
Kuman
Kuman
Kuman
Kuman
Kuman
Kuman
Kuman
Kuman
Kuman
Kuman
Kuman
Kuman
pasien,
Kuman
Kuman
Gambar
Grafik
Boxplot
(kiri)
lama perawatan
sesuai
yang
digunakan
(1) Sefotaksim (2)
Gambar 1.1.
Grafik
Boxplot
(kiri) lama
perawatan
sesuai dengan
jenisdengan
antibiotikjenis
yang antibiotik
digunakan (1)
Sefotaksim
(2) Sefotaksim+azitromisin
Sefotaksis+azitromisin
(3)
Seftriakson+gentamicin
(4)
levofloksasin
(5)
levofloksasin+azitromisin
(6)
(3) Seftriakson+gentamicin (4) levofloksasin (5) levofloksasin+azitromisin (6) Seftriakson+azitromisin (7) Levofloksasin+gentamisin
(7) Levofloksasin+gentamisin
(8) Seftazidim+gentamisin
(9) Seftriakson
(10)
(8) Seftriakson+azitromisin
Seftazidim+gentamisin (9) Seftriakson
(10) Seftazidim (11) Levofloksasin+seftazidim.
Gambaran resistensi
(kanan) berbagai
antibiotik
terhadap(11)
kuman
penyebab Pneumonia
Seftazidim
Levofloksasin+seftazidim.
Gambaran resistensi (kanan) berbagai antibiotik terhadap
kuman penyebab Pneumonia
64
Gambar tersebut menunjukkan hubungan jenis antibiotik resisten dan intermediat bakteri
Fikri Faisal: Penilaian Respons Pengobatan Empiris pada Pasien Rawat Inap dengan Pneumonia Komunitas
PEMBAHASAN
Tujuan
penelitian
ini
untuk
mengetahui
respons
pengobatan,
klinis,
laboratorium,
foto
perhitungan statisitik.
Tabel 5. Profil lama rawat berdasarkan golongan anibiotik dan penyakit komorbid.
Komorbid
Lama
rawat
Antibiotik
Beta
Laktam
Beta Laktam+
Aminoglikosida
Beta
Laktam+
Makro lid
Fluorokuinolon
Tumor
Med
Mini
Maks
Med
Min
Maks
Med
Min
maks
21
5
30
8
5
21
9
7
10
17
6
22
10
10
10
10
9
10
20
20
20
7
7
10
12
8
16
6
4
8
Lain-lain
Tidak ada
kelainan
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon
+ Aminoglikosida + Beta laktam
Fluorokuinolon
+ Makro lid
12
11
12
10
10
10
7
7
7
30
30
30
65
Fikri Faisal: Penilaian Respons Pengobatan Empiris pada Pasien Rawat Inap dengan Pneumonia Komunitas
Respons laboratorium
dkk.
10
66
Fikri Faisal: Penilaian Respons Pengobatan Empiris pada Pasien Rawat Inap dengan Pneumonia Komunitas
pneumoniae,
14
Respons mikroorganisme
Pseudomonas
spp.S.aureus
dan
penggu
naan antibiotik, dan keadaan disertai ko
mor
bid penyakit paru. Faktor risiko tersebut juga
Fikri Faisal: Penilaian Respons Pengobatan Empiris pada Pasien Rawat Inap dengan Pneumonia Komunitas
adalah K. pneumonia.
Lama rawat
Fikri Faisal: Penilaian Respons Pengobatan Empiris pada Pasien Rawat Inap dengan Pneumonia Komunitas
2004;1:16-23.
cidence
2006;53:166-74.
rongga toraks.
of
community-acquired
pneumonia
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia:
pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indo
nesia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003. h. 1-34.
2. Rusli A. Perbandingan terapi sulih levofloxasin
intravena oral dengan seftriakson intravena dan
sefuroxsim asetil oral pada penatalaksaan pneu
monia komonitas risiko sedang atau berat. Tesis.
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran
Respirasi FKUI. Jakarta; 2004.
3. Soeharno W. Penilaian efikasi terapi sulih dini
levofloxasin intravena dilanjutkan oral diband
ingkan seftriakson inrtavena dilanjutkan sefu
69
Fikri Faisal: Penilaian Respons Pengobatan Empiris pada Pasien Rawat Inap dengan Pneumonia Komunitas
30: 397-404.
19. File TM, Segret J, Dunbar L, Player R, Kohler R,
Williams RR. A multicenter, randomized study
pneumonia.
Antimicrob
2004;24:779-85.
70
community-acquired