Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SKRIPSI
WALUYO
Oleh :
TRI WULANDARI BUDI S
030112b077
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak tetrdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari terbukti
bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman/sanksi
apapun sesuai peraturan yang berlaku.
Pembimbing I
Pembimbing II
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Perbedaan Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun Sebelum Dan Setelah
Pemberian Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Simulasi Pada Anak Sindrom
Down Di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Ungaran Kabupaten
Semarang Tahun 2014. Skripsi yang penulis susun ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Ilmu Terapan di Program Studi
IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.
D-
Proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari masukan, bantuan, bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. H. Asaat Pitoyo, S.Kp., M.Kes., selaku Ketua STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran.
2. H. dr. Adil Zulkarnaen, Sp.OG (K), selaku Ketua Program Studi D-IV
Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran yang telah memberikan ijin
untuk melakukan penelitian pendahuluan.
3. Puji Lestari, S.Kep.,Ns.,M.Kes (Epid) dan Meilita Dwi Pundrianagari,
S.TP.,M.Gizi., selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan, bantuan, motivasi dan masukan yang sangat
berarti dalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh staff STIKES Ngudi Waluyo Ungaran yang telah membantu dalam
kelancaran penyusunan skripsi.
5. Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Ungaran Kabupaten
Semarang yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
6. Kedua orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan semangat dan
motivasi untuk menyelesaikan skripsi.
7. Teman-teman satu angkatan dan sahabat-sahabatku, Yulinda Laska, Ni Putu
Eka Ratnasari, Tecky Affifah Santi Amarta yang selalu ada buatku dalam
menyelesaikan pendidikan ini.Love You All.
8. Rikchi Setiawan yang selalu membantu dan memberikan motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini, makasih sayang.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan demi kelancaran penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari dengan segala keterbatasan dan kendala yang ada,
penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran yang membangun untuk koreksi kearah perbaikan. Akhir
kata, penulis berharap skripsi ini dapat dilanjutkan dan membawa manfaat bagi
berbagai pihak.
Ungaran,
Februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
ABSTRAK........................................................................................................ii
ABSTRACT.....................................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................v
KATA PENGANTAR.......................................................................................vi
DAFTAR ISI.....................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................5
1. Tujuan Umum.................................................................................5
2. Tujuan Khusus................................................................................5
D. Manfaat Penelitian................................................................................6
1. Manfaat Teoritis..............................................................................6
2. Manfaat Praktis...............................................................................6
Kerangka Teori......................................................................................55
Kerangka Konsep..................................................................................56
Variabel Penelitian................................................................................56
Hipotesis Penelitian..............................................................................56
Definisi Operasional.............................................................................57
Desain Penelitian..................................................................................59
Populasi, Sampel dan Teknik Sampling................................................60
Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................62
Alat Pengumpulan Data........................................................................62
Teknik Pengumpulan Data....................................................................63
Etika Penelitian.....................................................................................65
Pengolahan Data...................................................................................67
Analisis Data ........................................................................................68
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) disekolah adalah
sekumpulan perilaku yang di praktikan oleh peserta didik, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan sehat (Promkes Depkes RI, 2008).
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran menilai PHBS
sekolah, antara lain mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun,
mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, karena lebih terjamin
kebersihannya, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, serta menjaga
kebersihan jamban, olahraga dan aktifitas fisik yang teratur dan terukur,
sehingga mengingkatkan kebugaran dan kesehatan peserta didik,
memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin, tidak merokok di
sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan peseta didik
setiap 6 bulan untuk memantau pertumbuhan peserta didik, membuang
sampah pada tempatnya.
Salah satu komponen dalam delapan PHBS di sekolah yang mulai
digalakkan oleh pemerintah yaitu Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
Mencuci tangan merupakan hal yang penting karena tangan merupakan
sumber media penyebaran infeksi sehingga menyebabkan beberapa
penyakit seperti diare dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA).
Mencuci tangan adalah salah satu proses pembuangan kotoran dan debu
secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan
air mengalir (Kusmiyati, 2007). Tangan terkena kuman sewaktu kita
bersentuhan dengan orang lain, hewan atau permukaan yang tercemar
kuman, kemudian kuman tersebut dapat masuk ke tubuh ketika tangan
menyentuh mata, hidung dan mulut.
Anak usia sekolah merupakan objek yang perlu ditanamkan cara
mencuci tangan yang benar karena pada masa ini mereka masih belum
paham akan kebersihan tubuhnya, sedangkan kuman ada dimanapun
sehingga mencuci tangan merupakan salah satu cara untuk menghilangkan
kuman dan untuk menghindari penularan penyakit. Masalah kesehatan
seperti diare, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), bahkan cacingan
timbul karena kurang kebersihan terhadap makanan yang dimakan dan
kebersihan anggota tubuh seperti kedua tangan. Oleh karena itu sangat
penting untuk diketahui dan diingatkan bahwa perilaku cuci tangan pakai
sabun merupakan perilaku sehat yang sangat efektif untuk mencegah
penyebaran berbagai penyakit menular yang diakibatkan karena kurang
terjaganya kebersihan tangan (Rompas, 2013).
Kebiasaan dan kemampuan cuci tangan tidak timbul begitu saja,
tetapi harus dibiasakan sejak kecil. Anak-anak merupakan obyek
perubahan untuk memberikan edukasi baik untuk diri sendiri dan
lingkungannya sekaligus mengajarkan pola hidup bersih dan sehat
(Batanoa, 2008). Tidak hanya pada anak-anak normal, kebiasaan cuci
suatu sistem atau proses dengan peragaan memakai model statistik atau
pemeran. Keunggulan dari metode simulasi ini adalah siswa dapat
melakukan interaksi sosial dan komunikasi dalam kelompoknya, dapat
membina hubungan personal yang positif, dapat membangkitkan imajinasi,
dan membina hubungan komunikatif serta bekerja sama dalam kelompok.
Metode simulasi ini diharapkan mampu membantu keterampilan motorik,
meningkatkan kekuatan otot, memperbaiki postur tubuh dan keseimbangan
pada anak Sindrom Down.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 04
Oktober 2013, di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Ungaran menggunakan
daftar tilik (checklist) cuci tangan pakai sabun, didapatkan hasil dari 10
responden yang diambil secara acak, di temukan hanya 2 responden yang
dapat melakukan cuci tangan dengan benar, sedangkan pada 8 responden
yang lain, teknik mencuci tangan belum benar. Berdasarkan latar belakang
tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan kemampuan cuci
tangan pakai sabun sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan
dengan menggunakan metode simulasi pada anak Sindrom Down di
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Ungaran Kabupaten Semarang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan dalam penelitian ini
Adakah perbedaan kemampuan cuci tangan pakai sabun sebelum dan
sesudah pemberian pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode
simulasi pada anak Sindrom Down di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
Negeri Ungaran Kabupaten Semarang ?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian pendidikan kesehatan dengan
menggunakan metode simulasi terhadap kemampuan cuci tangan pakai
sabun pada anak Sindrom Down usia di Sekolah Dasar Luar Biasa
(SDLB ) Negeri Ungaran Kabupaten Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kemampuan cuci tangan pakai sabun sebelum
diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode
simulasi pada anak Sindrom Down di Sekolah Dasar Luar Biasa
(SDLB) Negeri Ungaran Kabupaten Semarang.
b. Mengetahui kemampuan cuci tangan pakai sabun setelah diberikan
pendidikan kesehatan dengan metode simulasi pada anak Sindrom
Down di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Ungaran
Kabupaten Semarang.
c. Menganalisis perbedaan kemampuan cuci tangan pakai sabun
sebelum
dan
setelah
pemberian
pendidikan
kesehatan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Kesehatan
1. Definisi Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2003) Pendidikan kesehatan adalah suatu
penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan. Dilihat dari
segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis
atau praktek kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan behavioral
tersebut,
kelompok
atau
individu
dapat
tahap
itu
dilakukan
pemberian
informasi
untuk
selanjutnya
adalah
tahap
edukasi,
yang
bertujuan
b) Pendidikan
kesehatan
kelompok
dengan
sasaran
kesehatan
masyarakat
dengan
sasaran
kelompok
c) Pendidikan
masyarakat
sasaran
murid
yang
pelaksanaannya
1) Bimbingan
dan
pendidikan
kesehatan(guidance
and
counseling)
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih
intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat
dikorek, dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien
tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran,
penuh
pengertian
akan
menerima
perilaku
tersebut
(mengubah perilaku).
2) Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan
klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima
menguasai
diceramahkan.
materi
Untuk
itu
dari
yang
akan
penceramah
harus
bantu
pengajaran
misalnya;
makalah
arti
psikologis),
penceramah
dapat
alat-alat
semaksimal mengkin.
bantu
lihat
(AVA)
b) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar
dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah
suatu penyajian (presentasi) dari suatu ahli atau beberapa
ahli tentang suatu topic yang dianggap penting dan
biasanya dianggap hangat di masyarakat.
2) Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang, biasanya
kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk
kelompok kecil ini antara lain :
a) Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota
kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka
formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa
sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling
memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk
lingkaran atau segi empat. Pemimpin diskusi/ penyuluh
juga duduk di antara peserta, sehingga tidak menimbulkan
kesan ada yang lebih tinggi. Tepatnya mereka dalam taraf
yang sama, sehingga tiap anggota kelompok ada
kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Bedanya
pada
permulaannya
pemimpin
pendapatnya,
tiap
anggota
dapat
meragakan
misalnya
bagaimana
interaksi/
pendidikan
(pendekatan)
massa
untuk
2) Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesanpesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat.
3) Flyer (selebaran), ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam
bentuk lipatan.
4) Flip chart (lembar balik), media penyampaian pesan
kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk
buku, di mana tiap lembar (halaman) berisi gamabr peragaan
dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi
berkaitan dengan gambar tersebut.
5) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar
6) Poster, ialah bentuk media cetak berisi pesan atau informasi
kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok di
tempat umum, atau di kendaraan umum.
7) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
b. Media elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesanpesan atau informasi kesehatan berbeda-beda jenisnya, antara lain
: Radio, televise, internet, telepon, handphone, teleconference.
c. Media lain : Surat
sejalan
dengan
strategi
pemberdayaan
masyarakat
(empowerement).
b. Sasaran Sekunder (Secondary Target)
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan
sebagainya.
Disebut
sasaran
sekunder,
karena
dengan
B. Metode Simulasi
Menurut Syaefudin (2005), metode simulasi adalah sebuah
replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem, misalnya
perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu.
Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi adalah sebuah model yang berisi
seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sebuah sistem
kehidupan yang sebenarnya.
Dalam pengajaran modern teknik ini banyak dilakukan sehingga
siswa bisa berperan seperti orang-orang atau dalam keadaan yang
dikehendaki.
Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk seperti orang yang
dimaksudkan, dengan tujuan agar orang dapat mempelajari lebih
mendalam tentang bagaimana orang merasa dan berbuat sesuatu. Jadi,
siswa itu berlatih memegang peran sebagai orang lain.
Metode simulasi dalam pendidikan kesehatan adalah pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk meniru suatu
kegiatan yang dituntut dalam pekerjaan sehari-hari atau berkaitan dengan
tanggung jawabnya.
Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode simulasi
antara lain adalah :
1. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.
eksperimen
berlangsung
tanpa
memerlukan
sebagian menyebutkan
bahwa
usia
sekolah
termasuk
kelompok
masyarakat
yang
d. Faktor geografis
e. Faktor kurangnya upaya promotif tentang kesehatan khususnya
mengenai PHBS dari puskesmas dan instansi kesehatan lain.
6. Sasaran PHBS di Sekolah
Sasaran pembinaan PHBS di sekolah, di tujukan untuk :
a. Siswa / peserta didik.
b. Warga sekolah, antara lain : Kepala Sekolah, Guru, Karyawan
sekolah, Komite sekolah dan orangtua siswa.
c. Masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam, dan lainlain).
7. Manfaat PHBS di Sekolah
a. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan
dan ancaman penyakit.
b. Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak
pada prestasi belajar siswa.
c. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat
sehingga mampu menarik minat orang tua.
d. Meningkatkan citra pemerintah daerah di bidang pendidikan.
D. Mencuci Tangan
1. Pengertian Mencuci Tangan
Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan
yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang
menular di pelayanan kesehatan, penyebaran mikroorganisme
multiresisten dan telah diakui sebagai kontributor yang penting
tehadap timbulnya wabah (Boyce dan Pitter, 2002 dalam Kusmiyati
2008). Cuci tangan dianggap sebagai salah satu langkah paling efektif
untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi.
Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari kotoran,
mulai dari ujung jari hingga siku dan lengan atas dengan cara tertentu
sesuai kebutuhan. Mencuci tangan mencegah terjadinya infeksi silang
melalui tangan dan menjaga kebersihan individual. Adapun variasi
mencuci tangan adalah dengan mencuci tangan bersih dan mencuci
tangan steril.
Cuci tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan
cuci tangan menggunakan sabun anti microbial, iritasi kulit jauh lebih
rendah apabila menggunakan sabun biasa (Kusmiyati, 2008).
2. Manfaat Mencuci Tangan
aureus,
Salmonella
sp,
Neisseria
mucosa,
pada
E. Sindrom Down
1. Pengertian
John Langdom adalah seorang dokter dari Inggris yang pertama
kali menggambarkan kumpulan gejala dari Sindrom Down pada tahun
1886. Tetapi sebelumnya Esquirol pada tahun 1838 dan Senguin pada
tahun 1846 telah melaporkan seorang anak yang mempunyai tandatanda mirip dengan Sindrom Down (Durand, 2007).
Sumbangan Down yang terbesar adalah kemampuannya untuk
mengenali karakteristik fisik yang spesifik dan diskripsinya yang jelas
tentang keadaan ini, yang secara keseluruhan berbeda dengan anak
normal. Karena matanya yang khas seperti bangsa Mongol maka dulu
disebut juga sebagai Mongoloid, tetapi sekarang istilah ini sudah
tidak digunakan lagi karena dapat menyinggung perasaan suatu
bangsa (Soetjiningsih, 1995).
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat
dikenali dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas,
yang terjadi akibat jumlah kromosom 21 yang berlebih. Diperkirakan
bahwa materi genetik yang berlebih tersebut terletak pada bagian
lengan bahwa dari kromosom 21 dan interaksinya dengan fungsi gen
lainnya
menghasilkan
suatu
perubahan
homeostasis
yang
Bukti
yang
mendukung
teori
ini
adalah
endrogen,
menurunnya
kadar
hidroepiandrosteron,
Frekuensi (%)
98
98
96
95
96
91
87
85
83
81
77
75
65
58
57
55
52
51
50
47
38
35
34
33
28
16
13
11
11
8
2
atau kelainan pada gigi akan nampak jelas dengan bertambahnya umur
anak. Demikian pula dengan retardasi mental ataupun perawakan
pendek akan bertambah jelas dengan bertambahnya umur anak.
Berdasarkan atas diketemukannya karakteristik dengan
frekuensi yang tinggi pada Sindrom Down, maka gejala-gejala
tersebut dianggap sebagai cardinal sign dan petunjuk diagnostik
dalam mengidentifikasi Sindrom Down secara klinis. Tetapi yang
perlu diketahui adalah tidak adanya kelainan fisik yang terdapat secara
konsisten dan patognomonik pada Sindrom Down. Bentuk muka anak
dengan Sindrom Down pada umumnya mirip dengan lainnya,
sehingga nampak seperti saudara.
5. Tumbuh Kembang Anak Dengan Sindrom Down
Keanekaragaman faktor biologis, fungsi dan prestasi yang
terdapat pada manusia yang normal, juga terdapat pada anak dengan
Sindrom Down. Sehingga pada anak dengan kelainan ini juga terdapat
variasi yang luas pada semua aspek kehidupannya. Pola pertumbuhan
fisiknya dapat berkisar dari anak yang sangat pendek sampai yang
tinggi diatas rata-rata. Dari anak yang beratnya kurang sampai yang
obesitas. Demikian pula dengan kemampuan intelektual anak, yaitu
dari anak yang retardasi mental sampai yang intelegensinya normal.
Seperti halnya perilaku dan emosinya yang juga bervariasi sangat luas.
Seorang anak dengan Sindrom Down dapat lemah dan tidak aktif,
sedangkan yang lainnya agresif dan hiperaktif. Sehingga gambaran
Usia Prasekolah
0-5 tahun
Usia Sekolah
6-21 tahun
Dewasa di atas 21
tahun
Ringan
(50-70)
Sering terlihat
Menguasai
Biasanya dapat
tidak memiliki
keterampilan
mencapai
gangguan tetapi
praktik serta
keterampilan sosial
lambat dalam
kemampuan
dan vokasional
berjalan, makan
membaca &
untuk membiayai
sendiri, dan
aritmetika sampai
diri sendiri;
bicara dibanding
kelas 3-6 SD
mungkin
anak-anak
dengan pendidikan
membutuhkan
lainnya
khusus. Dapat
bimbingan dan
diarahkan pada
dukungan dalam
konformitas sosial
menghadapi
tekanan sosial dan
ekonomi yang tidak
Sedang
(35-49)
Keterlambatan
yang nyata pada
perkembangan
motorik,
terutama dalam
bicara; berespons
terhadap
pelatihan dalam
berbagai selfhelp.
biasa.
Dapat mempelajari Dapat melakukan
komunikasi
tugas-tugas
sederhana,
sederhana dalam
perawatan
lingkungan pusat
kesehatan dan
pelatihan;;
keselamatan dasar, berpartisipasi
serta keterampilan dalam rekreasi
tangan sederhana; sederhana;
tidak mengalami
berpergian secara
kemajuan dalam
mandiri ke tempatfungsi membaca
tempat yang
dan aritmatika.
dikenal; biasanya
tidak dapat
melakukan self
maintenance.
Perkiraan
Usia Prasekolah
Rentang
0-5 tahun
Skor IQ
Usia Sekolah
6-21 tahun
Dewasa di atas 21
tahun
Berat
(20-34)
Parah
(di bawah
20)
Ditandai dengan
adanya
keterlambatan
dalam
perkembangan
motorik,
kemampuan
komunikasi yang
minim atau tidak
ada sama sekali;
dapat berespons
terhadap
pelatihan selfhelp mendasar,
misalnya makan
sendiri.
Retardasi
motorik kasar;
kapasitas
minimal untuk
berfungsi pada
area
sensorimotor;
membutuhkan
bantuan perawat.
Biasanya mampu
berjalan, tetapi
memiliki
ketidakmampuan
yang spesifik;
dapat mengerti
pembicaraan dan
memberikan
respons; tidak
memiliki
kemajuan dalam
kemampuan
membaca dan
aritmetika.
Dapat
menyesuaikan diri
dengan rutinitas
diri dengan
rutinitas sehari-hari
dan aktivitas
repetitif;
membutuhkan
pengarahan dan
supervise terusmenerus dalam
lingkungan yang
melindungi.
Keterlambatan
yang terlihat jelas
dalam semua area
perkemmbangan;
dapat menunjukan
respons emosional
dasar; mungkin
berespons terhadap
pelatihan
keterampilan
dengan
menggunakan
kaki, tangan, dan
rahang;
memerlukan
sepervisi/
pengawasan yang
ketat.
Dapat berjalan,
mungkin
membutuhkan
bantuan perawat,
dapat berbicara
secara primitive;
terbantu dengan
aktivitas fisik
teratur; tidak
melakukan selfmaintenance.
keadaan
dimana
anak
dengan
Sindrom
Down
pendengaran.
Oleh
karenanya
diperlukan
5) Kelainan Tulang
jumlah
rangsangan,
Dalam
membentuk
kemampuan
sosial.
Sekolah
hendaknya
memberi
dengan
masyarakat.
Banyak
masyarakat
yang
untuk
memberikan
8. Prognosis
terhadap
harapan
hidup
penderita
ini
adalah
BAB III
Pendidikan kesehatan KERANGKA
:
KERJA PENELITIAN
- Bimbingan dan
penyuluhan
A. Kerangka Teori Penelitian
- Interview (wawancara)
- Ceramah
- Seminar
- Diskusi kelompok
- Curah pendapat
- Bola Salju
Kemampuan cuci
tangan
Simulasi
Retardasi Mental
Ringan dan Sedang
Bagan 3.1 Kerangka Teori
- Penurunan
Keterampilan
Sumber : Effendy 2000, Soetjiningsih 2000, Notoatmodjo 2003
adaptif
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
B. Kerangka Konsep Teori
Variabel Independent
Variabel Dependent
Pendidikan kesehatan
Kemampuan cuci
Bagan 3.2 Kerangka Konsep
tangan pakai sabun
sabun dengan metode
cuci tangan pakai
C. Variabel
simulasiPenelitian
1. Variabel Independent
Variabel Independent dalam penelitian ini adalah pendidikan
kesehatan cuci tangan pakai sabun dengan metode simulasi.
2. Variabel Dependent
Variabel Dependent dalam penelitian ini adalah kemampuan cuci
tangan pakai sabun pada anak sindrom Down.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka, dapat disimpulkan bahwa hipotesis
Ada perbedaan kemampuan cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah
pemberian pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode simulasi pada
anak sindrom di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Ungaran
Kabupaten Semarang .
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Variabel
Pemberian informasi
Independent
Pendidikan
Alat dan
Cara Ukur
-
Hasil Ukur
-
Skala
Data
-
kesehatan dengan
memperagakan dan
kesehatan
mengikutsertakan
cuci tangan
responden dalam
pakai sabun
pelaksanaannya
dengan
secara langsung
metode
simulasi
Variabel
Alat ukur
Hasil ukur
mampu menerapkan
menggunak
dikategorikan
an
cuci tangan
checklist,
menjadi :
1. Baik bila
pada anak
yang terdiri
Sindrom
dari 9 item
Dependent
Kemampuan
skor 7-9
2. Cukup bila
skor 5-6
Ordinal
Down
penilaian.
sabun ke telapak
Cara
mengukur
bila
dilakukan
diberi skor
1 dan
apabila
tidak
dilakukan
diberi skor
0.
berlawanan, lakukan
secara bergantian. (d)
Gosok punggung jari
secara bergantian. (e)
Gosok ibu jari secara
bergantian. (f) Gosok
ujung jari pada telapak
tangan secara
bergantian. (g) Bilas
kedua tangan dengan
air bersih yang
mengalir. (h)Tutup
kran dengan tissue
atau handuk bersih. (i)
Keringkan tangan
dengan handuk bersih,
dengan benar
berdasarkan cuci
3. Kurang bila
skor < 4
tangan 9 langkah
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan Pre Eksperimental Design
dengan
rancangan
Dikatakan
Pre
Posttest
02
1 + 79 (0,1)2
79
n=
1,79
n = 44,1
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan jumlah sampel yang harus
diteliti adalah 44,1 sampel dan peneliti membutuhkan menjadi 45
responden.
a. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi
oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2010). Kriteria Inklusi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa dengan Sindrom Down di Sekolah
Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Ungaran Kabupaten Ungaran.
b. Kriteria Eksklusi
1) Siswa yang tidak bersedia menjadi responden
2) Siswa yang pada saat penelitian dilakukan tidak berangkat
sekolah
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian
ini yaitu teknik Simple Random Sampling, dikatakan simple
(sederhana)
karena
pengambilan
sampel
anggota
populasi
yang diperoleh dari pihak Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri
Ungaran Kabupaten Semarang.
2. Proses Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara
observasi menggunakan checklist cuci tangan pakai sabun, saat
dilakukan pretest dan posttest.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data. Instrumen penelitian ini berupa checklist.
Checklist adalah suatu daftar untuk mencek, yang berisi nama
subjek dan beberapa gejala serta identitas lainnya dari sasaran
pengamatan. Pengamatan tinggal memberikan tanda check (V) pada
daftar tersebut yang menunjukan adanya gejala atau ciri dari sasaran
pengamatan (Notoatmodjo, 2010).
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Peneliti mengajukan surat permohonan izin kepada Prodi DIV Bidan
Pendidik STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, kemudian mengajukan
izin ke Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan
Masyarakat (KESBANGPOLLINMAS) Kabupaten Semarang.
sebagai
posttest,
peneliti
melakukan
observasi
F. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2009), Etika penelitian ada 3, yaitu :
1. Informed Concent
Yaitu persetujuan dari responden atau subjek yang akan diteliti setelah
mendapatkan informasi tentang rencana penelitian yang akan
melibatkannya. Persetujuan ini perlu dibuat untuk menyakinkan bahwa
subjek telah memahami dan tidak berkeberatan sebagai subjek
penelitian. Pada penelitian ini karena responden memiliki keterbatasan
dalam melakukan tanda tangan, maka persetujuan dilakukan dengan
menggunakan cap jempol.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden maka peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, cukup
dengan memberi kode nomor pada masing-masing lembar tersebut.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti karena hanya
kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai
riset.
4. Respect for person (Menghormati manusia)
Aspek yang terkandung dalam etika penelitian adalah otonomi
responden untuk terlibat atau tidak dalam penelitian (Sugiono, 2009).
5. Privacy
Privacy adalah privasi partisipan, tempat pengambilan data berlangsung
dilingkungan sekolah yaitu diteras ruang kelas sehingga tidak terganggu
pihak lain yang tidak berkepentingan dalam penelitian (Notoatmodjo,
2010).
G. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010), pengolahan data meliputi :
1. Editing (Penyutingan Data)
Editing adalah tahap pengolahan data yang dilakukan untuk mengoreksi
atau memeriksa kembali data-data yang sudah terkumpul meliputi
kelengkapan data dan kesesuaian data sehingga hasil yang diperoleh
tidak akan error. Jika pengukuran belum lengkap maka akan dilakukan
pengukuran kembali.
2. Scoring
Scoring adalah memberikan nilai terhadap hasil observasi pelaksanaan
sesuai dengan kriteria penilaian yang ditetapkan peneliti untuk
mengukur hasil penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Data hasil penilaian checklist pelaksanaan cuci tangan diberi skor :
a. Skor 1 dikerjakan
b. Skor 0 tidak dikerjakan
3. Coding (Pemberian Kode)
Coding atau pengkodean adalah mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2010).
Mengklasifikasikan hasil pengamatan. Klasifikasi dilakukan dengan
cara menandai dengan kode berupa angka, kemudian dimasukan dalam
tabel guna mempermudah membacanya.
Data hasil pengolahan pelaksanaan cuci tangan pakai sabun :
a. Kode 3 untuk pelaksanaan Baik
b. Kode 2 untuk pelaksanaan Cukup
c. Kode 1 untuk pelaksanaan Kurang
4. Tabulating
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Univariat
1. Kemampuan cuci tangan pakai sabun sebelum pemberian pendidikan
kesehatan dengan metode simulasi pada anak Sindrom Down di Sekolah
Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Ungaran Kabupaten Semarang.
Tabel 5.1
Frekuensi
5
34
6
45
Persentase (%)
11,1
75,6
13,3
100,0
Frekuensi
0
14
31
45
Persentase (%)
0,00
31,1
68,9
100,0
B. Analisis Bivariat
p value
45
Mean
Rank
15,50
45
0,00
-5,477
0,000
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Kemampuan cuci tangan pakai sabun sebelum pemberian pendidikan
kesehatan dengan metode simulasi pada anak Sindrom Down di
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Ungaran Kabupaten
Semarang.
Sebelum pemberian pendidikan kesehatan dengan metode simulasi,
dilakukan pretest dan didapatkan hasil sebagian besar responden
mempunyai kemampuan cuci tangan kurang sebanyak 5 responden
(11,1%), cukup sebanyak 34 responden (75,6%) dan baik sebanyak 6
responden (13,3%).
Responden yang memiliki kemampuan cuci tangan baik, berasal
dari kelas 5 dan kelas 6, karena sudah pernah mendapatkan pendidikan
kesehatan cuci tangan pakai sabun dan responden masuk dalam kategori
anak dengan IQ sedang. Responden yang memiliki kemampuan cuci
tangan cukup rata-rata berasal dari kelas 3 dan kelas 4, mereka juga sudah
pernah mendapatkan pendidikan kesehatan dari pihak Puskesmas Ungaran,
sehingga mereka sudah mempunyai pengetahuan tentang cuci tangan pakai
sabun.
Pada responden yang memiliki kemampuan cuci tangan pakai
sabun yang kurang berasal dari kelas 1 sampai kelas 2, karena belum
pernah mendapatkan pendidikan kesehatan sebelumnya. Ada beberapa
langkah cuci tangan yang tidak dilakukan pada saat dilakukan pretest.
rendah
akan
lambat
dalam
bertindak,
selain
itu
keanekaragaman faktor biologis, fungsi dan prestasi yang terjadi pada anak
Sindrom Down juga mempengaruhi kemampuan, apalagi berkaitan dengan
pelatihan dalam berbagai selfhelp.
Di SDLB Negeri Ungaran pernah diberikan pendidikan kesehatan
mengenai cuci tangan pakai sabun dari Puskesmas Ungaran kira-kira 1
tahun yang lalu. Walaupun sudah pernah mendapatkan pendidikan
kesehatan, karena pada anak-anak Sindrom Down mengalami defisit
memori, khususnya untuk informasi yang ditampilkan secara verbal,
sehingga mereka mengalami kesulitan dalam mengingat informasiinformasi yang pernah diberikan dan kemungkinan metode yang
digunakan tidak sesuai dengan karakteristik anak dengan Sindrom Down.
Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya
pelaksanaan PHBS di sekolah, antara lain faktor perilaku dan non perilaku
fisik, faktor sosial ekonomi, faktor teknis, faktor geografi, faktor
kurangnya upaya promontif tentang kesehatan khususnya mengenai PHBS
diharapkan
dapat
berpengaruh
terhadap
perilakunya
(Notoatmodjo, 2003).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Endang
Zulaicha Susilaningsih tahun 2013, mengenai pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap perilaku mencuci tangan siswa sekolah dasar
menunjukan hasil adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
perilaku mencuci tangan pada siswa SDN 01 Gonilan.
Dalam memberikan pendidikan kesehatan, perlu memperhatikan
metode atau teknik yang tepat, sesuai dengan karakteristik responden,
salah satu metode yang digunakan adalah metode simulasi. Metode
simulasi merupakan replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem.
Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi adalah sebuah model yang berisi
seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sebuah sistem
kehidupan yang sebenarnya.
Metode simulasi dapat meningkatkan kemampuan pada anak
dengan keterbatasan IQ seperti pada anak Sindrom Down, metode ini
dapat mengurangi hal-hal yang bersifat verbalis dan abstrak, serta dapat
menimbulkan respon positif dari anak-anak yang lamban kurang cakap.
Selain itu metode simulasi lebih dapat memberikan rasa nyaman dan
senang kepada anak-anak Sindrom Down, karena mereka merasa sedang
bermain bukan belajar, dengan begitu materi yang disampaikan akan lebih
mudah diterima oleh anak-anak Sindrom Down.
B. Analisis Bivariat
Perbedaan kemampuan cuci tangan pakai sabun sebelum dan setelah
pemberian pendidikan kesehatan dengan metode simulasi pada anak
Sindrom Down di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Ungaran
Kabupaten Semarang.
(Effendi, 2000).
Penggunaan metode yang tepat dan sesuai dengan karakteristik responden
juga sangat penting, sehingga materi yang disampaikan dapat diterima dengan
baik oleh responden, metode simulasi merupakan kegiatan pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk mengeluarkan pendapat
yang pada akhirnya diperoleh kesepakatan bersama dalam berfikir atau
memahami materi yang diberikan.
Cara pembelajaran seperti ini lebih pada meningkatkan kemampuan dalam
keterampilan berkomunikasi dan kepekaan terhadap aksi orang lain, sehingga
dengan keterbatasan IQ pada anak Sindrom Down dan kemampuan
komunikasi yang bersifat verbal, maka metode ini sangat tepat dalam
kegiatan pendidikan kesehatan. Didapatkan perubahan yang signifikan pada
responden antara sebelum dan setelah pemberian pendidikan kesehatan
dengan metode simulasi, efektifitas pendidikan kesehatan dengan metode
simulasi sangat baik dalam merubah perilaku seseorang.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sekar Arum (2012) menunjukkan
bahwa pendidikan kesehatan dengan metode simulasi teknik menggosok gigi
berpengaruh terhadap perubahan indeks kemampuan dan kebersihan gigi dan
mulut pada MI AT-Taufiq kelas V Lakarsanti Surabaya.
C. Keterbatasan Penelitian
dilakukan oleh peneliti saja, akan tetapi dilakukan juga oleh asisten
peneliti yang memungkinkan adanya subjektifitas pemberi pendidikan
kesehatan.
BAB VII
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Luar Biasa
(SDLB) Negeri Ungaran Kabupaten Semarang tahun 2014 tentang
Perbedaan Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun Sebelum dan Setelah
Pemberian Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Simulasi pada Anak
Sindrom Down di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Ungaran
Kabupaten Semarang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebagian besar responden mempunyai kemampuan cuci tangan pakai
sabun sebelum pemberian pendidikan kesehatan dengan metode simulasi
dalam kategori cukup sebanyak 34 responden (75,6%).
2. Responden
yang
B. Saran
1. Bagi Sekolah
Disaranakan
pihak
sekolah
untuk
lebih
berkomitmen
untuk
kesehatan
yang
lainnya
sehingga
dapat
membantu
DAFTAR PUSTAKA
Kusmiyati, Yuni. 2007. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.
Yogyakarta: Fitramaya.
Kusyati,Eni dkk. 2013. Ketrampilan & Prosedur Laboratorium
Keperawatan Dasar. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Nevid, Jeffery. Beverly, Green. Spencer, Rathus. 2003. Psikologi
Abnormal. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Alan, Emery.2003. Dasar-Dasar Genetika Kedokteran. Yogyakarta:
Yayasan Essential medica.
Soekidjo, Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Rineka cipta.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Sugiono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Bandung:
CV Alfabeta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka cipta.
Hidayat, Aziz. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Sugiono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: CV Alfabeta.
Soetjiningsih. 2000. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Effendi, Nasrul. 2000. Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC.
Mubarak. Adi Santoso, Bambang. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas.
Jakarta: Erlangga.
JADWAL PENYUSUNAN SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN SEBELUM DAN
SETELAH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE SIMULASI PADA ANAK SINDROM
DOWN DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB) NEGERI UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2013
No
Kegiatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Reliabilitas
Pelaksanaan Penelitian
Penyusunan Laporan
Ujian Skripsi
Revisi Skripsi
September
1 2 3 4
Oktober
1 2 3 4
November
Desember
1 2 3 4 1 2 3 4
Januari
1 2 3
Februari
1 2 3
Oleh
TRI WULANDARI BUDI S
030112b077
B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang cara cuci tangan
diharapkan siswa bisa menerapkan cuci tangan pakai sabun dengan
benar dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan pakai
sabun diharapkan anak SDLB Negeri Ungaran Kabupaten
Semarang :
a. Menjelaskan pengertian cuci tangan dengan benar
b. Menyebutkan manfaat cuci tangan dengan benar
c. Menjelaskan tata cara cuci tangan dengan tepat
d. Menjelaskan waktu cuci tangan dengan benar
e. Melakukan simulasi cuci tangan dengan baik
C. Pokok-pokok Materi
1. Pengertian cuci tangan
2. Manfaat cuci tangan
3. Tujuan cuci tangan
4. Tata cara cuci tangan
5. Waktu mencuci tangan
D. Kegiatan Penyuluhan
E. Tahap/
G. Kegiatan Pengajar
F. Waktu
K.
Pen 1. Mengucapkan salam
dahuluan
L.
H.
Kegiatan
M.
mahasiswa
Menjawa
menit
disampaikan
b salam
N.
I. Metode
S.
T.
Memperh
tangan
Memperh
X.
Ceramah
U.
atikan
O.
J. Media/alat
V.
W.
Tanya Jawab
atikan
P.
Memperh
atikan
Q.
Sumbang
saran
Y. Penyajian
R.
AW.
Z. 10menit
AX.
AA.
AB.
AC.
AY.
Sumbang
BY.
DD.
BZ.
DE.
CA.
saran
AZ.
Sumba
ng saran
CB.
DF.LCD,
Laptop dan
Power
AD.
AE.
AF.
AG.
AH.
AI.
AJ.
AK.
AL.
AM.
AN.
AO.
AP.
AQ.
AR.
AS.
siswa.
BA.
ah
BJ.
CG.
Power
Sumbang
CH.
Memperh
BL.
mahasiswa
BM.
BN.
Sumbang
Ceramah
CI.
CJ.
Memperh
BK.
DJ. LCD,
BE.
atikan
dari mahasiswa.
DI.
Laptop dan
BI.
Ceram
CF.
atikan
DG.
BD.
BG.
BH.
Point
DH.
CE.
saran
mahasiswa
Memperh
CD.
atikan
Ceram
ah
BB.
mahasiswa
CC.
atikan
Memperh
DK.
Ceramah
CK.
CL.
Point
DL.
DM.
Ceramah
CM.
DN.
DO.
CN.
DP.
CO.
DQ.
CP.Ceramah
CQ.
CR.
LC
D, Laptop
dan Power
Ceram
ah
Point
DR.
saran
AT.
AU.
BO.
BP.Memperhatikan
AV.
5. Memberikan kesempatan kepada
BQ.
CS.
DS.
CT.Ceramah
DT.
CU.
CV.
BR.
Memper
Melak
DV.
ukan simulasi
DW.
hatikan
cara cuci
BS.
tangan pakai
BT.Mengikuti
sabun 7
simulasi cara
cuci tangan
CW.
pakai sabun 7
CX.
langkah
CY.
BV.
BW.
Bertanya
BX.
nutup
Pe
EB.
Menjawab
EC.
DX.
Ala
t Peraga
DY.
langkah
BU.
DZ.
DU.
Tanya
jawab
CZ.
DA.
DB.
DC.
EJ. Ceramah
EK.
ET.
EA.
menit
ED.
EE.
Memperhat
EL.
EM.
Ceram
ikan
mengucapkan salam.
ah
EF.
EG.
Memperhat
EN.
EO.
Ceram
ikan
ah
EH.
EI.
Menjawab
EP.
EQ.
salam
Ceramah
ER.
ES.
EU.
EV.
Evaluasi
1. Prosedur : Posttest
2. Jenis
: Simulasi
3. Alat
: Checklist
EW.
Referensi
EX.
Kusmiyati, Yuni. 2007. Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
EY.
EZ.Kusyati,Eni dkk. 2013. Ketrampilan & Prosedur Laboratorium
Keperawatan Dasar. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
FA.
FB.Paisal,Zain.2013.
Manfaat
Cuci
Tangan
Pakai
Sabun
(CTPS). http://www.catatandokter.com/2013/01/manfaat- cucitangan-pakai-sabun-ctps.html. Diakses tanggal 23 Desember
2013.
FC.
FD.
Lampiran
FE.
Lampiran 1 : Materi
FF.
Lampiran 2 : Checklist
FG.
FH.
FI.
FJ.
FK.
FL.
FM.
FN.
FO.
FP.
FQ.
FR.
FS.
FT.
FU.
FV.Lampiran 1
FW.
FX.
MATERI
FY.
FZ.
6. Pengertian Mencuci Tangan
GA.
Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan
tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial
yang menular di pelayanan kesehtan, penyebaran mikroorganisme
GH.
9. Cara Mencuci Tangan
c. Persiapan alat
4) Bak cuci dengan air hangat yang mengalir (sesuaikan dengan
kondisi yang ada).
5) Sabun biasa atau antiseptik.
6) Handuk bersih dan tissue.
d. Prosedur pelaksanaan
4) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
5) Gulungkan lengan baju yang panjang hingga di atas
pergelangan tangan anda. Lepaskan perhiasan dan jam tangan.
6) Lakukan 7 langkah cuci tangan, meliputi :
(j) Basahi kedua telapak tangan anda dengan air mengalir dan
tuang sabun ke telapak tangan. Selanjutnya, gosok kedua
telapak tangan kearah depan dan belakang.
(k) Gosok punggung tangan anda dan masukkan jari ada ke
sela jari secara bergantian.
(l) Gosok sela jari dengan jari-jari tangan yang berlawanan,
lakukan secara bergantian.
(m)Gosok punggung jari secara bergantian.
(n) Gosok ibu jari secara bergantian.
(o) Gosok ujung jari pada telapak tangan secara bergantian.
(p) Bilas kedua tangan dengan air bersih yang mengalir.
(q) Tutup kran dengan tissue atau handuk bersih.
(r) Keringkan tangan dengan handuk bersih.
GI.
10. Waktu Mencuci Tangan
GJ.
Ada 6 saat penting untuk melakukan cuci tangan
pakai sabun menurut Zain (2013), yaitu :
g. Sebelum makan
h. Sesudah buang air besar atau buang air kecil di toilet
i. Sebelum memegang bayi
j. Sesudah menceboki anak
k. Sebelum menyiapkan makanan
l. Setelah batuk atau bersin yang mencemari tangan
GK.
GL.
GM.
GN.
GO.
GP.
GQ.
GR.
GS.
GT.
GU.
GV.
GW.
GX.
GY.
GZ.
HA. Lampiran 2
HB.
HC.
HE.
Kelompok
HF.
Nama Responden
HG.
N
HH.
HQ.
HR.
HW.
HX.
IB.
IC.
HN. HO.
1
HI.Nilai
HL.
HM.
HP.
HS.HT.
2 HU.
HV.
HY.HZ.
ID.
IA.
IE. Menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela
IG.
IH.
IM.
IN.
IR.
IS.
jari.
IF.
II.
saling mengunci.
IK.
IL.
IO. IP. Menggosok
6
ibu
jari
kiri
berputar
dalam
IT.
7
IX.
8
JC.
9
IQ.
IU. Menggosok dengan memutar ujung jari-jari tangan
IV.
IW.
secara
JA.
JB.
IZ.
JD. Bilas kedua tangan dengan air bersih yang
JE.
JF.
JH.
JK.
IY. Bersihkan
kedua
pergelangan
tangan
bergantian.
Total Score
JI.
JJ.
JL.
JM.
JN.
JO.
JY. NIM
: 030112b077
JZ.
KG.
KH.
untuk
menjadi
responden
penelitian. Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Perbedaan Kemampuan Cuci Tangan Pakai
Sabun Sebelum Dan Setelah Pemberian Pendidikan Kesehatan Dengan
Metode Simulasi Pada Anak Sindrom Down Di Sekolah Dasar Luar Biasa
(SDLB) Negeri Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2014. Saya telah
diberitahu peneliti, bahwa jawaban ini bersifat sukarela dan hanya
dipergunakan untuk keperluan penelitian. Oleh karena itu secara sukarela
saya ikut berperan serta dalam penelitian ini.
KN.
KO.
Semarang,
Februari
2014
KP.
KQ.
Responden
KR.
KS.
KT.
KU.
KV.
KW.
KX.
Tabulasi Data
MJ. C
uk
up
MU. Ba
ik
NG. C
uk
up
NQ.
7
NR. Ba
ik
OD. C
uk
up
OO. Ba
ik
LL.
J
LW.
J
LX. Ka
te
go
ri
OZ.
4
PA. C
uk
up
PK.
7
PL. Ba
ik
PW.
6
PX. B
ai
k
QI. Ba
ik
QU. C
uk
up
RF. Ba
ik
RQ.
5
RR. C
uk
up
SB.
8
SC. Ba
ik
SD. SE. SF. SG.SH. SI. SJ. SK. SL. SM. SN.
8 1 1 1 0 1 0 1 1 1 7
SO. B
ai
k
SY.
9
SZ. Ba
ik
TA. TB. TC. TD. TE. TF. TG. TH. TI. TJ.
9 1 1 1 0 0 1 1 1 1
TK.
7
TL. B
ai
k
TV.
7
TW. Ba
ik
TX.
TY. TZ. UA. UB. UC.UD. UE. UF. UG. UH.
1
1 1 1 1 0 0 0 1 1 6
UI. B
ai
k
UT. Ba
ik
UU.
UV. UW.UX. UY. UZ. VA. VB. VC. VD. VE.
1
1 1 1 1 0 0 0 0 1 5
VF. C
uk
up
VQ. Ba
ik
VR.
VS. VT. VU. VV. VW.VX. VY. VZ. WA. WB.
1
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
WC.C
uk
up
WN.Ba
ik
WO.
WP.WQ.WR.WS.WT.WU.WV.WW.WX. WY.
1
1 1 1 1 0 0 0 1 1 6
WZ. B
ai
k
XK. Ba
ik
XJ.
7
XL.
XM.XN. XO.XP. XQ.XR. XS. XT. XU. XV.
1
1 1 1 1 0 0 0 1 1 6
XW. B
ai
k
YG.
8
YH. Ba
ik
YI.
YJ. YK. YL. YM.YN. YO. YP. YQ.YR. YS.
1
1 1 1 0 0 0 0 0 1 4
YT. C
uk
up
ZD.
6
ZE. Ba
ik
ZF.
ZG. ZH. ZI. ZJ. ZK. ZL. ZM.ZN. ZO. ZP.
1
1 1 0 0 0 0 0 0 1 3
ZQ. K
ur
an
g
AAA. AAB.
5
Cukup
AAC.
AAN.
AAD.AAE.AAF.AAG.
AAH.AAI.AAJ.AAK.AAL. AAM.
1
Kuran
1 1 0 0 0 0 0 0 1 3
g
AAO.
AAP.AAQ.
AAR.AAS.AAT.AAU.AAV.AAW. AAX. AAY.
1 1 1 1 0 0 0 0 1 5
Cukup
AAZ.
ABA.ABB.ABC.ABD.ABE.ABF.ABG.
ABH.ABI. ABJ.
1
1 1 1 0 0 0 0 0 1 4
ABL.ABM.
ABN.ABO.
ABP.ABQ.
ABR.ABS.ABT. ABU. ABV.
1 1 1 0 1 0 0 0 1 5
Cukup
ABK.
Cukup
ABW.
ABX.ABY.ABZ.ACA.ACB.ACC.
ACD.
ACE.ACF. ACG. ACH.
1
1 1 1 1 0 0 0 0 1 5
Cukup
ACI.ACJ.ACK.ACL.ACM.
ACN.
ACO.
ACP.ACQ. ACR. ACS.
1 1 1 1 0 0 0 1 1 6
Baik
ACT.
ACU.
ACV.ACW.
ACX.ACY.ACZ.ADA.ADB.ADC. ADD. ADE.
2
1 1 1 1 0 0 0 0 1 5
Cukup
ADF.ADG.
ADH.
ADI.ADJ.ADK.ADL.ADM.
ADN. ADO. ADP.
1 1 1 1 1 0 0 1 1 7
Baik
ADQ.
ADR.
ADS.ADT.ADU.
ADV.ADW.
ADX.ADY.ADZ. AEA. AEB.
2
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
Cukup
AEC.AED.AEE.AEF.AEG.
AEH.AEI.AEJ.AEK. AEL. AEM.
1 1 1 1 0 0 0 1 1 6
Baik
AEN.
AEO.
AEP.AEQ.
AER.AES.AET.AEU.AEV.AEW. AEX. AEY.
2
1 1 1 1 0 0 0 0 1 5
Cukup
AEZ.AFA.AFB.AFC.AFD.AFE.AFF.AFG.AFH. AFI.
1 1 1 1 0 1 0 1 1 7
AFK.
AFL.AFM.
AFN.AFO.AFP.AFQ.AFR.AFS.AFT. AFU. AFV.
2
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
Cukup
AFW.
AFX.AFY.AFZ.AGA.
AGB.
AGC.
AGD.
AGE. AGF. AGG.
1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
Baik
AFJ.
Baik
AGH.
AGI.AGJ.AGK.
AGL.AGM.
AGN.
AGO.
AGP.AGQ. AGR. AGS.
2
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
Cukup
AGT.AGU.
AGV.AGW.
AGX.
AGY.AGZ.AHA.AHB. AHC. AHD.
1 1 1 1 0 0 1 0 1 6
Baik
AHE.
AHF.AHG.
AHH.
AHI.AHJ.AHK.AHL.AHM.
AHN. AHO. AHP.
2
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
Cukup
AHQ.
AHR.
AHS.AHT.AHU.
AHV.AHW.
AHX.AHY. AHZ. AIA.Ba
1 1 1 1 0 0 0 1 1 6
ik
AIB.
AIC.AID.AIE.AIF.AIG.AIH.AII. AIJ.AIK. AIL.
2
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
AIM.
Cukup
AIN.AIO.AIP.AIQ.AIR.AIS.AIT.AIU.AIV. AIW.
1 1 1 1 0 0 1 0 1 6
AIX.Ba
ik
AIY.
AIZ.AJA.AJB.AJC.AJD.AJE.AJF.AJG.AJH. AJI.
2
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
AJJ.C
uk
up
AJK.AJL.AJM.AJN.AJO.AJP.AJQ.AJR.AJS. AJT.
1 1 1 1 1 0 0 0 1 6
AJU.
Baik
AJV.
AJW.AJX.AJY.AJZ.AKA.AKB.AKC.AKD.AKE. AKF.
2
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
AKG.
Cukup
AKH.AKI.AKJ.AKK.AKL.AKM.
AKN.AKO.
AKP. AKQ. AKR.
1 1 1 1 0 0 1 1 1 7
Baik
AKS.
AKT.AKU.AKV.AKW.
AKX.AKY.AKZ.ALA.ALB. ALC. ALD.
2
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
Cukup
ALP.
ALQ.ALR.ALS.ALT.ALU.ALV.ALW.ALX.ALY. ALZ. AMA.
3
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
Cukup
AMB.
AMC.
AMD.
AME.
AMF.AMG.
AMH.
AMI.AMJ. AMK. AML.
1 1 0 1 0 0 1 0 1 5
Cukup
AMM.
AMN.
AMO.
AMP.AMQ.
AMR.
AMS.
AMT.AMU.
AMV. AMW. AMX.
3
1 1 1 1 0 0 0 0 1 5
Cukup
AMY.AMZ.
ANA.ANB.ANC.
AND.
ANE.ANF.ANG. ANH. ANI.Ba
1 1 1 1 0 0 0 1 1 6
ik
ANJ.
ANK.ANL.ANM.
ANN.
ANO.
ANP.ANQ.
ANR.
ANS. ANT. ANU.
3
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
Cukup
ANV.ANW.
ANX.ANY.ANZ.AOA.
AOB.
AOC.
AOD. AOE. AOF.
1 1 1 1 0 0 0 1 1 6
Baik
AOG.
AOH.
AOI.AOJ.AOK.
AOL.AOM.
AON.
AOO.
AOP. AOQ. AOR.
3
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
Cukup
AOS.
AOT.AOU.
AOV.AOW.
AOX.
AOY.AOZ.APA. APB. APC.
1 1 1 1 0 0 0 0 1 5
Cukup
APD.
APO.
APE.APF.APG.
APH.API.APJ.APK.APL.APM. APN.
3
Kuran
1 1 0 0 0 0 0 0 1 3
g
APP.APQ.
APR.APS.APT.APU.APV.APW.
APX. APY. APZ.
1 1 1 1 0 0 0 0 1 5
Cukup
AQA.
AQB.
AQC.
AQD.
AQE.
AQF.AQG.
AQH.
AQI.AQJ. AQK. AQL.
3
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
Cukup
AQM.
AQN.
AQO.
AQP.AQQ.
AQR.
AQS.
AQT.AQU. AQV. AQW.
1 1 0 1 1 0 0 0 1 5
Cukup
AQX.
ARI.C
AQY.AQZ.ARA.ARB.ARC.
ARD.
ARE.ARF.ARG. ARH.
3
uk
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
up
ARJ.ARK.ARL.ARM.
ARN.
ARO.
ARP.ARQ.
ARR. ARS. ART.
1 1 0 1 0 0 1 0 1 5
Cukup
ARU.
ARV.ARW.
ARX.ARY.ARZ.ASA.ASB.ASC.ASD. ASE. ASF.
3
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
Cukup
ASG.
ASH.ASI.ASJ.ASK.ASL.ASM.
ASN.ASO. ASP. ASQ.
1 1 1 1 0 1 0 0 1 6
Baik
ASR.
ASS.AST.ASU.ASV.ASW.
ASX.ASY.ASZ.ATA. ATB. ATC.
3
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
Cukup
ATO.
ATP.ATQ.ATR.ATS.ATT.ATU.ATV.ATW.
ATX. ATY.
3
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
ATZ.
Cukup
AUA.AUB.AUC.
AUD.
AUE.AUF.AUG.
AUH.
AUI. AUJ. AUK.
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
Cukup
AUL.
AUW.
AUM.
AUN.
AUO.
AUP.AUQ.
AUR.
AUS.AUT.AUU. AUV.
4
Kuran
1 1 0 0 0 0 0 0 1 3
g
AVI.
AVJ.AVK.AVL.AVM.
AVN.AVO.AVP.AVQ.AVR. AVS. AVT.
4
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
Cukup
AVU.AVV.AVW.
AVX.AVY.AVZ.AWA.
AWB.
AWC. AWD. AWE.
1 1 1 1 0 0 0 0 1 5
Cukup
AWF.
AWG.
AWH.
AWI.AWJ.AWK.
AWL.
AWM.
AWN.
AWO. AWP. AWQ.
4
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
Cukup
AWR.
AWS.
AWT.AWU.
AWV.
AWW.
AWX.
AWY.
AWZ. AXA. AXB.
1 1 0 1 0 0 0 1 1 5
Cukup
AXC.
AXD.AXE.AXF.AXG.
AXH.AXI.AXJ.AXK.AXL. AXM. AXN.
4
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
Cukup
AXO.
AXP.AXQ.
AXR.AXS.AXT.AXU.AXV.AXW. AXX. AXY.
1 1 0 1 0 1 0 1 1 6
Baik
AXZ.
AYA.AYB.AYC.AYD.AYE.AYF.AYG.AYH.AYI. AYJ.
4
1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
AYK.
Cukup
AYW.
AZH.
AYX.AYY.AYZ.AZA.AZB.AZC.AZD.AZE.AZF. AZG.
4
Kuran
1 1 0 0 0 0 0 0 1 3
g
AYL.AYM.
AYN.AYO.AYP.AYQ.AYR.AYS.AYT. AYU. AYV.
1 1 1 1 0 0 0 1 1 6
Baik
AZI.AZJ.AZK.AZL.AZM.
AZN.AZO.AZP.AZQ. AZR. AZS.
1 1 1 1 0 0 0 0 1 5
Cukup
AZT.
AZU.
AZV.
AZW.
AZX.
AZY.
AZZ.
BAA.
BAB.
BAC.
BAD.
BAE.
BAF.
BAG.
BAH.
BAI.
BAJ.
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N
Kategori Kemampuan
Posttest - Kategori
Kemampuan Pretest
Negative Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
0a
30b
15c
45
Mean Rank
.00
15.50
Sum of Ranks
.00
465.00
Test Statisticsb
Kategori
Kemampuan
Posttest Kategori
Kemampuan
Pretest
Z
-5.477a
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
BAK.
BAL.
BAM.
Frequencies
Statistics
BAN.
BAO.
BAP.
Valid
Missing
Kategori
Kemampuan
Pretest
45
0
Kategori
Kemampuan
Posttest
45
0
Frequency Table
Kategori Kemampuan Pretest
Valid
Kurang
Cukup
Baik
Total
Frequency
5
34
6
45
Percent
11.1
75.6
13.3
100.0
Valid Percent
11.1
75.6
13.3
100.0
Cumulative
Percent
11.1
86.7
100.0
BAQ.
Kategori Kemampuan Posttest
Valid
BAR.
BAS.
BAT.
Cukup
Baik
Total
Frequency
14
31
45
Percent
31.1
68.9
100.0
Valid Percent
31.1
68.9
100.0
Cumulative
Percent
31.1
100.0