Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB III

PERHITUNGAN PERENCANAAN KOPLING


3.1 Poros
a. Pada kendaraan city sport one (CS1), daya yang direncanakan sebesar:
P = 10 Ps
n = 10000 Rpm
Menurut diagram alir, hal yang perlu diperhatikan adalah jika daya yang diberikan dalam
daya kuda (PS) maka harus dikalikan dengan 0,735, sehingga:
P = 10 0.735
P = 7,35 Kw
b. Daya rencana (PD)
Untuk mencari daya rencana, digunakan rumus yang terdapat pada persamaan(1). Untuk
faktor koreksi (Fc) dapat dilihat dalam pada table 2.1, diambil karena daya rata-rata yang
diperlukan.
Pd = Fc . P
Pd = 1,2 . 7,35 Kw
Pd = 8,82 Kw
c. Moment puntir rencana (T)
Karena adanya putaran, maka akan timbul moment puntir sebesar :

T = 9,74 . 105

T = 9,74 . 105

Pd
n

(kg mm)

8,82
10000

T = 859,1 kg .mm

19

Agar dapat menahan beban pada perhitungan di atas, dipilih baja batang difinishing dingin
S45C-D, yang mendapat perlakuan panas dengan penormalan serta kekuatan tarik B sebesar
58 kg/mm2.
Faktor keamanan yang perlu dipertimbangkan adalah sebesar :
Sf1 = 6,0 untuk bahan S-C
Sf2 = 3,0
Harga 6,0 diambil untuk bahan S-C dengan pengaruh masa dan baja paduan, sedangkan
harga 3,0 diambil karena pengaruh konsentrasi yang cukup besar dan apabila beban
dikenakan kejutan atau tumbukan yang besar.
d. Tegangan geser yang di izinkan (a)

B
sf 1 .sf 2
a =
58
6,0 x1,3

=
= 7,44 kg/mm2

Faktor koreksi untuk pemakaian beban lentur (Cb) yang dianjurkan oleh ASME adalalah :
Cb = 1,2 - 2,3
Jika terjadi beban lentur Cb = 1,5
Jika tidak terjadi beban lentur Cb = 1,0
e. Diameter poros (ds)
Untuk menghitung diameter poros digunakan persamaan (4).

ds =

5,1.Kt.Cb.T

1
3

5,1x1,5 x1,5 x859,1

7,44

1
3

20

= 10,98 mm
Sesuai dengan tabel 2.2 normalisasi diameter poros dengan beban puntir, maka kita ambil ds
= 15 mm.

f. Tegangan geser yang terjadi (

5,1. T
a
ds 3

5,1.1242,8859,1
7,44kg / mm 2
3
(15)
=
= 3,312 kg/mm2 7,44 kg/mm2
Karena tegangan geser yang terjadi lebih kecil daripada tegangan geser yang diizinkan
(

) atau 3,312 kg/mm2 7,44 kg/mm2, maka konstruksi poros aman untuk digunakan.

3.2 Perencanaan Spline

Perhitungan spline yang akan direncanakan dapat ditentukan dengan standar spline dan
naf pada tabel 2.4:
a. Diameter luar spline (DL) = 90 mm
b. Tinggi spline (h) = 6 mm
Maka diameter dalam spline (Dd) = DL h
= 90 6
= 84 mm

c. Lebar spline (W) = Dm/2n


Di mana : Dm = Diameter rata-rata spline (DL + Dd)/2 mm
21

n = Jumlah spline (21 buah)


Maka :

W=

90 84
1
x
2
2.21

= 4,364 mm
d. Panjang spline (L) = 9 x masing-masing plat
= 9 x 3 mm
= 27 mm
e. Gaya tangensial

2T
Dm
F=

2(859,1)2
90 84

= 19,75 kg
f. Tegangan geser

F
L.W

19,75kg
3mm(4,364mm)

q
=

q
= 1,508 kg/mm2
Dari perhitungan di atas dapat di simpulkan bahwa kontruksi dari perencanaan ini aman
Karena a > q
22

3.3 Pasak
Untuk menghitung pasak digunakan persamaan :
T
(ds / 2)

F=

859,1
(10,98 / 2)
=
= 156,48 Kg
Tegangan geser yang diizinkan beban (P)

B
sf 1 .sf 2
P=

60
6.3

= 3,33 kg/mm
2

Oleh karena tekanan yang diizinkan (pa) = 8 kg/mm

k=

F
Pa
l1 .l 2

156,48
8
l1 .10
sehingga

l1 10,9mm

23

maka :

F
l 2 .t 2
156,48
8
l 2 .7,12

=
L = 3,912 harga terbesar diantara

sehingga l2 15,2mm
l1

dan

l2

L = panjang pasak 38 mm
3.4 Perencanaan Baut dan Mur
Gaya yang dialami baut
- Gaya awal ( F1 = 26,7 kg)
- Gaya tekan (F2 = 23,55 kg)
Maka gaya total yang terjadi:
Ftotal = 26,7 + 23,55
= 50,25 kg
a. Tegangan tarik yang terjadi :

Ftotal

n d2
4

Di mana : n = Jumlah baut (4 buah)


d = Diameter baut (direncanakan 10 mm)
Maka :

50,25
0,16
2
4 10
4

kg/mm2

b. Tegangan geser

24

Fg

n d2
4

Di mana :
Fg (gaya geser) = T/rmi
Maka :
T
r i
m

n d2
4

T
D2 D1
i
4

n d2
4
859,15
110 90
10
4

0,0341
3,14 2
4
10
4

kg/mm2

Untuk menentukan apakah suatu konstruksi aman atau tidak, maka harus dicari tegangan
geser maksimum :

max

max

2 4 g2
2
(0,16) 2 4(0,0341) 2
2

0,12kg / mm 2

25

Dalam perancangan ini bahan yang digunakan adalah baja S35 C-D (JIS G 3123). Dengan
kekuatan tarik b = 53 kg/mm2. Faktor keamanan : Sf1 = 6 dan Sf2 = 3.
Besarnya tegangan geser yang diizinkan :

b
Sf 1 ( Sf 2 )

53
kg / mm 2
6(3)

= 2,94 kg/mm2
Syarat aman :
a > q
2,94 > 0,1 kg/mm2

3.6 Perencanan Pegas


Dengan berpedoman pada diagram aliran untuk merancangkan pegas ulir maka disini kita
dapat menghitung pegas berdasarkan faktor yang menentukan untuk merencanakan sebuah
pegas.

a. Beban maximum yang bekerja pada setiap pegas (WL)


Disini, pegas yang di rencanakan untuk kopling kedaraan Honda city sport one berjumlah 6
buah dimana gaya (F) tersebut dapat digunakan ke 6 pegas

Wl =

F
6

23,55
6

26

= 3,91 kg
3.6.1

Bahan pegas

Bahan pegas dapat dibuat dari beberapa jenis bahan. Menurut pemakaiannya, bahan baja
dengan penampang lingkaran adalah yang banyak dipakai. bahan yang dipakai adalah baja
pegas SUP 4 yaitu pegas untuk tumpuan kendaraan.
a. Tegangan rencana (b)
Dalam perencanaan besarnya tegangan rencana harus diambil maximal 80% maka d
diperoleh :
b = 0,8.a
= 0,8.2,94
= 2,352 kg/mm2
b. Tegangan geser yang terjadi (a)

a = K

8 DWl
d3

Diameter rata-rata lilitan dapat diperoleh dari, yaitu untuk a = 65 Kg/mm2 maka diameter
lilitannya diperoleh 18 mm. Indek pegas adalah C = D/d dimana Harga D/d terletak antara
4 sampai 10 ,dalam hal ini C didapat sekitar 6

c. Diameter kawat pegas


Diameter kawat pegas adalah diameter luar lilitan dikurangi diameter dalam lilitan D/d = C
maka :

d=

D
C

27

18
6

= 3 mm
d. Faktor tegangan (K)
K

4C 1 0,615

4C 1
C

Dimana :
C =6
Faktor ini dapat dicari dengan persamaan
K

4.6 1 0,615

4.6 1
6

= 1,25
e. Frekwensi pegas (Ns)
Ns = C.n
= 6.10000
= 60000 L/mm
f. Lilitan aktif (na)

na = 2,13.107

= 2,13.107

d
Ns.D 2

3
60000.18 2

= 3,287 lilitan (4 lilitan)


g. jumlah lilitan seluruhnya (N)

28

N = na +

1,5

2,0

=4+2
=6

3.5 Perencanaan Bantalan


a. Dalam perhitungan bantalan ini diambil bahan dengan nomor 6002 JIS dengan data-data
sebagai berikut :
Diameter dalam (d)

: 15 mm

Diameter luar (D)

: 32 mm

Tebal bantalan (B)

: 9 mm

Kapasitas nominal dinamis spesifik (C)

: 440 kg

b. Beban aksial equivalen statis


Beban aksial ini dapat dihitung.
Dimana :
Gaya (F) adalah berat dari kopling (2 kg)
Fa= /4 (D22 D12) Pa

Xo = 0,6 ; Yo = 0,5

= 3,14/4 (1102 - 902) 0,0075

Maka : Po = 0,6 x 1,5 + 0,5 x 23,5

= 23,55 kg

= 12,69 kg

c. Beban dinamis yang timbul


Jika C (kg) beban nominal dinamis spesifik dan Fr (kg) beban equivalen dinamis, maka faktor
kecepatan (Fn) pada bantalan radial adalah:
n = 10000 rpm

33,3
fn

10000

1
3

0,149

29

Maka faktor umur bantalan adalah:

fh fn

C
Po

0,149(440)
12,69

= 5,166
Maka umur bantalan dapat dihitung dengan persamaan:
Lh = 500 fn3
= 500 (5,166)3
= 68933,96 jam
= 7,98 tahun
Be

Baris tunggal

Baris ganda

Fa/Fr >e

Fa/VFr

ba
n
Beban
putar pada
cincin
dalam

pu
tar

pa
da

Baris tunggal

Baris ganda

e Fa/VFr > e
e

cin
cin
lua
r

Xo

Yo

Yo

Fa/Co
= 0,014
= 0,028
= 0,056
Banta

= 0,084

lan

= 0,11

bola

= 0,17

alur

= 0,28

dalam

= 0,42

1,2

0,56

= 0,56

0,43

=
Banta

20

lan

= 250

bola

= 300

sudut

0,41

= 35

= 40

0,39
1

1,2

0,37
0,35

2,30

2,30

0,19

1,99

1,90

0,22

1,71

1,71

0,26

1,55

1,55

0,28

1,45

1,45

0,30

1,31

1,31

0,34

1,15

0,59

1,15

0,38

1,04

1,04

0,42

1,00

1,00

0,44

0,6
0
0,5

0,5

1,00

1,09

0,70

1,63

0,57

0,42

0,84

0,87

0,92

0,67

1,41

0,68

0,38

0,76

0,76

0,78

0,63

1,24

0,80

0,33

0,66

0,60

107

0,95

0,55

0,57

0,93

1,14

0,66
0,57

Tabel 3.1 Faktor-faktor V, X, Y dan Xo dan Yo


30

0,5

0,29
0,26

0,66
1

0,58
0,52

Sumber : Sularso. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta : Pradnya Paramita, 1987

31

Вам также может понравиться