Вы находитесь на странице: 1из 20

MiniDramaNatal:

Pengharapan di Tengah Kesesakan


Oleh: Purnawan Kristanto

Sinopsis:
Di padang Efrata, Zakaria bertengkar dengan Zebulon. Mereka berebut padang
penggembalaan. Simeon menengahi pertengkaran itu. Mereka sepakat untuk menyampaikan
persoalan ini kepada majikan masing-masing.
Di tempat lain, Naftali dan Dina (adik-adik Simeon) dikejar-kejar
tentara Romawi karena mengamen di pasar. Dia bersembunyi di
dalam rumah. Tentara Romawi menyusul sampai di rumah. Sarah
(ibu Naftali) memintakan maaf untuk anak-anaknya. Tentara Romawi
bersedia melepaskan setelah meminta uang suap.
Di rumah pak Yoas, Simeon menyampaikan persoalan di padang
Efrata kepada majikannya itu. Pak Yoas malah mengeluhkan
keadaan yang semakin sulit. Padang rumput semakin susah didapat karena dipakai oleh
tentara Romawi untuk membangun benteng pertahanan dan pasar. Padang-padang rumput
yang tersisa juga dikuasai oleh tentara Romawi. Setiap peternak harus membayar sewa untuk
menggembalakan di situ. Yoas tidak merasa tidak mampu membayar sewa. Yoas punya
rencana untuk berhenti berternak domba saja.
Simeon pulang ke padang Efrata dengan hati gundah. Kalau Yoas benar-benar menutup
usahanya, maka dia akan kehilangan pekerjaan. Padahal dia harus menghidupi ibunya, yang
sudah menjanda dan Naftali, adiknya. Saat Simeon sampai di padang Efrata, ibu dan adiknya
sudah menyusul di sana. Mereka memberitahukan bahwa kehabisan uang untuk makan
besok. Simeon hampir putus asa. Sebelum pulang, ibunya mengingatkan Simeon tentang janji
Tuhan yang akan mengirimkan seorang Mesias, yang akan memerintah dengan adil. Simeon
menanggapinya dengan dingin.
Tak lama kemudian, terjadi peristiwa luarbiasa. Malaikat mendatangi Simeon dan kawankawannya, untuk memberitahukan kedatangan Juruselamat. Para gembala segera pergi ke
Betlehem, seperti yang diperintahkan malaikat. Sesudah itu Simeon pulang untuk
memberitakan dua kabar baik. Pertama, kabar baik tentang kedatangan juruselamat. Kedua,
tentang perkenalannya dengan para Majus di Betlehem. Para Majus itu memberitahukan ada
padang rumput yang sangat subur dan luas di sebelah Timur. Simeon lalu berpamitan untuk
untuk menggembala di sana.

Pengharapan di Tengah Kesesakan

Tokoh-tokoh:
1.Simeon

Penggembala. Umurnya 10-12 tahun. Jujur, rendah hati, tulus, sederhana,


suka menolong.

2.Sarah

Ibu Simeon. Janda dari seorang nelayan yang mati tenggelam. Penyabar,
lembut, penyayang, penuh pengertian.

3.Dina

Adik perempuan Simeon. Berumur 8-9 tahun. Ulet dan rajin. Menyayangi
keluarga.

4.Naftali

Adik Simeon dan Dina. Berumur 5-7 tahun.

5.Yoas

Majikan Simeon. Pemilik Domba. Pintar, bijaksana dan jujur.

6.Yunius

Tentara Romawi. Tegas, tegap tapi mata duitan.

7.Zakaria

Teman Simeon sebagai sesama penggembala domba milik pak Yoas.

8.Zebulon Penggembala.
9.Gabriel

Malaikat

Alat:
Sandiwara ini membutuhkan sebuah layar putih besar di pojok panggung. Lampu besar
disorotkan dari arah belakang layar. Dibutuhkan juga beberapa boneka dari karton yang akan
ditampilkan di balik layar.
Boneka-boneka tersebut adalah:

Kawanan domba

Rumah besar

Tentara Romawi

Kandang Betlehem

Anak Laki-laki dan Perempuan

Maria

Keledai

Yesus

Kambing

Yusuf

Rumah Timur Tengah

Gembala (3 buah)

Onta

Orang Majus (3 buah)

Babak I
Pertengkaran Gembala
Di padang Efrata yang berumput hijau, terlihat ada banyak domba yang digembalakan.

Layar: Menampilkan kawanan domba yang sedang merumput. Terdengar suara domba-domba yang
mengembik.

Pengharapan di Tengah Kesesakan

Narator:
Tersebutlah sebuah kisah di sebuah negeri Israel. Bangsa yang tinggal dan
berdiam di negeri ini adalah umat pilihan Tuhan. Mereka telah
menyaksikan mukjizat dan pertolongan Tuhan, ketika Tuhan
membebaskan mereka dari perbudakan di tanah Mesir.
Selama empat puluh tahun bangsa Israel mengembara di padang pasir
menuju tanah perjanjian. Selama itu pula Tuhan mencukupi segala
kebutuhan mereka. Meski Allah sudah membebaskan bangsa Israel dari
perbudakan dan memberikan tanah yang berlimpah susu dan madu, tapi
mereka sering memberontak kepada Tuhan. Hukuman demi hukuman,
peringatan demi peringatan, teguran demi teguran, tak juga membuat
mereka jera.
Kira-kira duaribu tahun yang lalu, Allah membiarkan Israel dijajah dan
dikuasai kerajaan Romawi. Di bawah pemerintahan Romawi, kebebasan
mereka dibatasi. Mereka harus membayar pajak yang tinggi. Kegiatan
mereka dimata-matai. Mereka tak boleh menentukan nasib mereka
sendiri.
Di tengah kesesakan, Israel kembali berpaling dan berseru kepada Tuhan.
Mereka menantikan pembebasan yang dijanjikan. Datangnya Penyelamat
yang datang dengan penuh keperkasaan. Yang memimpin mereka
berperang melawan penindasan.
Tapi, mengapa sang Pembebas tak kunjung menjelang? Kapankah
Penyelamat akan datang? Kapankah kesesakan itu 'kan terhilang?

FADE IN
Zebulon masuk dari arah kiri panggung sambil menghardik domba-domba milik orang lain supaya
menjauh. Tak lama kemudian Zakaria masuk dari arah kanan panggung dengan wajah marah.
1. Zakaria

: Hei, Zebulon . . . .!!! Apa yang kamu lakukan?!! Mengapa kamu


menghalau domba-dombaku??!!

2. Zebulon

: Zakaria, kamu bisa menggembala, tidak sih?!! Lihat, tuh! Dombadombamu masuk ke dalam wilayah penggembalaanku. Makanya
kuhalau saja domba-dombamu.

3. Zakaria

: Lho, emangnya padang rumput ini milikmu saja??!! Setiap orang bebas
menggembala di sini. Siapa yang lebih dulu menggembala ada di sini,
dia berhak melepas domba-dombanya di situ. Kami sudah ada di sini
lebih dulu daripada kalian. Jadi kamu dan teman-temanmu itu uang
sebenarnya mengganggu tempat kami.

4. Zebulon

: Salah, Bung! Justru kami yang berhak atas padang rumput ini. Tahu,

Pengharapan di Tengah Kesesakan

nggak . . . Majikan kami sudah mendapat ijin untuk menggembala di


sini.
5. Zakaria

: Ijin? Ijin apaaan? Dari jaman nenek moyang kita sampai sekarang tidak
ada ijin-ijinan untuk menggembala domba.

6. Zebulon

: Jaman sudah berubah Bung! Sekarang ada aturan-aturan yang harus


ditaati. Sekarang ini ada aturan baru. Untuk menggembala di sini harus
mendapat ijin.

7. Zakaria

: Siapa yang membuat peraturan itu?

8. Zebulon

: Ya, pemerintah Romawi. Kamu punya ijin, nggak? Kalau nggak punya,
giringlah domba-domba kalian dari tempat ini!

9. Zakaria

: Sudah kubilang, kami tidak butuh ijin-ijinan

10. Zebulon

: Kalau tidak punya ijin, berarti kamu adalah gembala liar

11. Zakaria

: Apa katamu?!!! Jangan sembarangan menuduh kami gembala liar, ya!


Tarik kembali ucapanmu itu, kalau tidak . . .

12. Zebulon

: Kalau tidak . . .mau apa??

13. Zakaria

: Kamu menantang, ya??!!!

Keduanya menyanyi bersahut-sahutan saling menantang. Lagu: "Ada Gerakan Roh Allah di Sini"
Zakaria:
Hai kau pengganggu di sini
Pergilah dari sini
Ke Barat ke Timur, Utara atau Selatan
Terserah kemana kau pergi

Zebulon:
Hai kau gembala liar
Kau yang harusnya pergi
Kamilah yang punya
Ijin di tempat ini
Pergilah dari sini

Mereka bersiap berkelahi. Simeon masuk untuk melerai.


14. Simeon

: Berhenti . . . berhenti . . . jangan bertengkar! Itu tidak baik! Kenapa sih


bertengkar? Apa tidak dapat dibicarakan baik-baik?

15. Zebulon

: Hei, Simeon. . . nasihati tuh temanmu supaya tidak menyerobot tempat


penggembalaan kami.

16. Zakaria

: Enak saja. Justru Zebulon ini yang menyerobot wilayah kita. Aku
sudah ngomong baik-baik dengannya, tapi dia malah mengatakan aku
gembala liar. Apa tidak keterlaluan tuh!

Pengharapan di Tengah Kesesakan

17. Zebulon

: Kalau orang yang tidak punya ijin itu disebut apa? Liar, 'kan? Lha kalau
memang liar, harus dibilang apa lagi? Kalau liar, ya liar. . . liar . . . liar!!!

18. Zakaria

: Jaga mulutmu ya!! [mulai marah]

19. Simeon

: [meredakan suasana] Sudah . . . .sudah. Mari kita bicarakan baik-baik.


Penggunaan kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan masalah.
Kekerasan hanya akan menimbulkan dendam berkepanjangan.

20. Zakaria

: Kalau dia tidak bisa diomongi baik-baik, ya mau pakai cara apa lagi?!!

21. Simoen

: Hati boleh panas, tapi kepala harus tetap dingin. Mari kita bicarakan
jalan keluarnya. . . .

22. Zebulon

: Lihatlah . . . padang rumput ini sangat terbatas. Tempat ini tidak cukup
untuk memberi makan dua kawanan domba kita. Maka satu-satunya
cara maka salah satu di antara kita harus meninggalkan tempat ini.

23. Zakaria

: [menyahut] Betul . . . Kamu yang harus pergi dari sini

24. Zebulon

: Enak saja. . . kamu yang pergi!

25. Zakaria

: Kamu!

26. Zebulon

: Kamu!

27. Zakaria

: Kamu!

Simeon menyanyi:
Lihat betapa baik dan indahnya
|
Saudara yang rukun bersama.
|2x
Disatukan dalam persatuan, la la la la la la la 2X

Simeon, Zakaria dan Zebulon menyanyi bersama


Oh, betapa indahnya, dan betapa eloknya
Bila saudara seiman, hidup dalam kesatuan
Bak urapan di kepala Harun
Yang ke janggut dan jubahnya turun
Seperti embun yang dari Hermon
Mengalir ke bukit Sion
Ke sana tlah diperintahkan Tuhan
Agar berkat-berkat dicurahkan
Kehidupan untuk selamanya
Oh betapa indahnya

28. Simeon

2X

: Dengarkanlah baik-baik. Kita ini 'kan hanya menggembalakan dombadomba milik majikan kita. Iya, to? Jadi biarlah majikan-majikan kita
yang menyelesaikan masalah ini. Iya to? Sekarang begini saja. Mari kita
melaporkan persoalan ini kepada majikan kita masing-masing. Biarlah
mereka yang memutuskan apa yang harus dilakukan. Iya to? Untuk

Pengharapan di Tengah Kesesakan

sementara, biarlah domba-domba kita merumput bersama di sini.


Setuju, nggak?
29. Zebulon : [berpikir sejenak] Hmmmm. . . . baiklah, aku setuju.
30. Zakaria

: Aku juga setuju

31. Simeon

: Kalau begitu, Zebulon, melaporlah kepada majikanmu. Dan kamu,


Zakaria, jagalah kawanan domba kita dan kawanan domba Zebulon.
Aku juga mau melapor kepada pak Yoas, majikan kita.

Zebulon keluar melalui pintu kiri, Simeon keluar lewat pintu kanan
FADEOUT

Pengharapan di Tengah Kesesakan

Babak II
Pemerasan Tentara Romawi

Layar: Suasana perkotaan. Terlihat bangunan-bangunan khas Timur Tengah. Ada orang yang berlalu
lalang ambil menuntun onta dan keledai. Tiba ada tentara Romawi yang mengejar dua anak kecil. Back
Sound: Suasana perkotaan. Lampu layar mati
FADEIN
Sarah masuk sambil membawa baju baru yang belum selesai dijahit. Dia mencari-cari sesuatu
32. Sarah

: [Bicara sendirian] Aduh.... aku lupa di mana menyimpan jarum! Aku


letakkan di mana, ya? Kemarin sih rasanya aku selipkan di baju ini, tapi
sekarang kok tidak ada? Meski kecil, tapi benda ini sangat berjasa
membantuku mencari nafkah untuk keluargaku. Aku mendapat upah
dengan menjahit baju-baju tetangga.
Kalau benda itu sampai hilang, wah bisa gawat, nih. Aku terpaksa
membeli jarum lagi. Padahal semua harga sekarang mulai naik. Bahkan
harga jarum pun ikut naik. Padahal aku tidak dapat menaikkan upah
jahitku. Sekarang orang-orang yang menjahitkan baju semakin
berkurang. Jangankan bikin baju baru, untuk makan saja sudah susah.
Jaman memang serba susah. Meski jaman sedang susah, aku tidak
boleh ikut-ikutan susah karena Allah selalu menyertaiku. Tuhan selalu
menghiburku.

[Sarah menyanyi]
Tak usah ku takut Allah besertaku
Tak usah ku bimbang Tuhan pliharaku
Tak usah ku susah Dia s'lalu hiburku
Tak usah ku cemas Dia memberkatiku
El Shaddai 2X Allah Maha Kuasa
Dia besar 2Xx El Shaddai Mulia
El Shaddai 2X Allah Maha Kuasa
BerkatNya melimpah El Shaddai

Tiba-tiba Naftali dan Dina menerobos masuk. Mereka kelihatan ketakutan sambil mencari-cari tempat
bersembunyi. Sarah menjadi heran. Dia ingin bertanya kepada kedua anaknya, tetapi tidak sempat karena
ada tentara Romawi yang menerobos masuk. Sikapnya terlihat sok kuasa.
33. Yunius

: [Suara tegas] Mana? Dimana kedua anak itu?!!

34. Sarah

: [Terkejut, tapi menjawab dengan sabar dan lembut] Mari, Pak. Silakan duduk,
Pak.

35. Yunius

: [Tidak menghiraukan Sarah] Hei Bocah! Ayo keluar!!! Aku tahu kalian

Pengharapan di Tengah Kesesakan

bersembunyi di rumah ini!!


36. Sarah

: Bapak . . . Ada perlu apa Bapak bertamu ke rumah kami? Bapak ini
siapa?

Yunius menyanyi [Lagu: "Aku seorang Kapiten"]


Aku tentara Romawi
Mempunyai tombak panjang
Kalau berjalan prok . . . prok . . .prok
Aku tentara Romawi

37. Yunius

: Namaku Yunius. Aku seorang tentara Romawi. Tugasku adalah


menjaga ketertiban kota. Namamu siapa?

38. Sarah

: Nama saya Sarah, Pak. Saya pemilik rumah ini.

39. Yunius

: Aku ke sini untuk mencari dua anak yang masuk ke dalam rumah ini.

40. Sarah

: Oh, mereka anak-anak saya, Pak. Namanya Dina dan Naftali. Apa
Bapak ada perlu dengan mereka?

41. Yunius

: Panggil mereka ke sini!!

42. Sarah
: Dina! Naftali! Ke marilah, Nak! Bapak Yunius ini mencari kalian.
Dina dan Naftali keluar dari persembunyiannya dengan wajah takut-takut. Dina masih memegang alat
musik dan Naftali memegang batok kelapa
43. Yunius

: Aku akan menangkap kedua anak ini.

44. Sarah

: Apa salah mereka, Pak?

45. Yunius

: Mereka telah mengganggu ketertiban kota.

46. Sarah

: [Berpaling kepada Dina dan Naftali] Apa yang telah kalian lakukan?

47. Dina

: Aku dan adikku hanya menyanyi-nyanyi di pasar. Orang-orang yang


senang dengan nyanyian kami lalu memberi uang kepada kami . . .

48. Naftali

: Tiba-tiba Bapak yang galak ini akan menangkap kami.

49. Yunius

: Yang kalian lakukan itu namanya mengamen. Pemerintah Romawi


melarang pengamenan selain karena nyanyian kalian yang asal-asalan,
juga mengganggu kenyamanan pembeli di pasar.

50. Dina

: Tapi kami tidak pernah memaksa mereka memberi uang, kok . . .

51. Naftali

: Kalau mereka tidak mau memberi uang juga tidak apa-apa

52. Yunius

: Pokoknya kamu telah melanggar peraturan! Titik! [membentak] Kamu


mau melawan pemerintah, ya?!!

53. Dina

: [Tertunduk takut] Tidak, pak.

54. Sarah

: Maafkan kedua anak kami, Pak.

Pengharapan di Tengah Kesesakan

55. Yunius

: Kamu sebagai orangtua, kok ya membiarkan mereka mencari duit.


Dimana suamimu?

56. Sarah

: Saya janda, Pak. Suami saya sudah meninggal.

57. Yunius

: Meninggal karena apa?

58. Sarah

: Suami saya seorang nelayan. Saat mencari ikan di danau Galilea,


kapalnya hancur diterjang badai. Beliau meninggal tenggelam bersama
kapalnya. Sekarang kami harus bekerja keras untuk mencari makan.
Saya mendapat upah dengan menerima jahitan baju dari tetangga.
Simeon, anak sulung saya, mendapat upah dengan menggembala
domba milik pak Yoas. Tapi saya tidak tahu kalau Dina dan Naftali
juga ikut-ikutan mencari uang.

59. Dina

: Saya kasihan pada Ibu karena akhir-akhir ini tidak banyak mendapat
pesanan jahitan baju. Makanya saya mengajak Naftali untuk mencari
uang.

60. Yunius

: Tapi caramu itu melanggar hukum.

61. Sarah

: Mereka 'kan masih kecil, Pak. Mereka belum paham soal hukum.

62. Yunius

: Alasan itu tidak diterima. Kalau melanggar hukum yang harus


ditangkap dan dihukum. Sekarang akan membawa kedua anakmu ke
markas kami.

63. Sarah

: Tunggu dulu. . . Apa tidak ada cara lain, Pak?

64. Yunius

: Hmmm . . . . Bagaimana ya? Aku sebenarnya hanya menjalankan tugas


dari komandan. Kalau nanti aku kembali ke markas tanpa membawa
kedua anak ini . . . wah, Komandanku bisa marah besar. Kecuali . . . .
[berhenti bicara]

65. Sarah

: [Menyahut] Kecuali apa, Pak?

66. Yunius

: Kecuali kalau ada sesuatu yang meredakan kemarahannya . . .

67. Sarah & : Apa itu?


Dina
68. Yunius

: Komandanku suka sekali pada daging Kebab Domba. Kalau diberi


bingkisan Kebab Domba, pastilah amarahnya akan reda kembali.

69. Sarah

: Tapi itu 'kan barang mahal. Kami tidak punya di sini . . .

70. Yunius

: Gampang . . . beli saja di pasar. Supaya tidak merepotkan Ibu, biar aku
yang membelika di pasar, sekalian kembali ke markas nanti. Ibu cukup
menitipkan uang sebanyak 500 shekel kepadaku.

71. Sarah

: [terkejut]Haaaa . . . 500 shekel?!! Itu uang yang banyak sekali!

72. Yunius

: Ya terserah kalianlah. Kalau begitu, aku terpaksa menangkap kedua


anak ini.

73. Sarah

: Jangan . . . jangan . . . pak. Anak saya jangan ditangkap ya, pak. Kami

Pengharapan di Tengah Kesesakan

punya tabungan, tapi hanya 300 shekel.


74. Yunius

: Itu masih jauh dari cukup . . .

75. Sarah

: Oh ini, ada tambahan 50 shekel. Ini sebenarnya untuk membeli


gandum untuk sebulan. [menyerahkan uang]

76. Yunius

: Wah, bagaimana ya . . . . Sebenarnya masih kurang, sih. Tapi ngomongngomong, di samping rumah aku melihat ada seekor kambing terikat di
pohon. Saya akan membawa kambing untuk menggenapi
kekurangannya.

77. Dina

: Tapi . . . [keberatan]

78. Sarah

: Nggak apa-apa Dina. Biarlah Bapak membawa kambing itu.

Yunius keluar. Dina duduk bersimpuh di kaki ibunya, diikuti oleh Naftali. Lampu meredup sejenak.
Layar: Yunius menuntun kambing. Kambingnya berontak. Yunius berusaha keras menarik, tapi malah
diseruduk. Laampu layar dimatikan, lampu panggung hidup.
79. Dina

: Maafkan Dina, ya Bu. . . karena telah menyusahkan Ibu.

80. Sarah

: Tidak apa-apa Dina. Ibu senang dan terharu karena kamu dan adikmu
juga ikut terbeban pada persoalan keluarga.

81. Dina

: Tuhan itu nggak adil, ya Bu!

82. Sarah

: [Heran] Lho kamu kok bisa berkata begitu?

83. Dina

: Bagaimana tidak, kita yang taat pada Tuhan, hidupnya susah melulu.
Tapi lihat tuh pejabat-pejabat Romawi yang tidak mengenal Tuhan.
Hidup mereka sungguh enak. Hampir setiap hari mereka mengadakan
pesta. Sedangkan kita, untuk cari makan sehari saja, sulitnya bukan
main. Apakah itu adil namanya.

84. Sarah

: Sabar, Nduk! Gusti Allah ora sare. Tuhan itu tidak tidur. Raja Daud
pernah berkata: "Sebab bukan untuk seterusnya orang miskin dilupakan,
bukan untuk selamanya hilang harapan orang sengsara."

85. Dina

: Oh. . . begitu. Jadi kita tidak boleh kehilangan pengharapan, ya bu?

86. Sarah

: Benar, Nduk. Ibu jadi ingat sebuah lagu

87. Dina

: Oh, ya . . . lagu apa itu?

88. Sarah

: Begini lagunya:

Sarah menyanyi:
Jangan kamu kuatir burung di udara Dia plihara
Jangan kamu kuatir bunga di padang Dia hiasi
Jangan kamu kuatir apa yang kau makan, minum pakai
Jangan kamu kuatir Allah di Surga memelihara

Dina dan Naftali menyanyi:


Aku tidak kuatir burung di udara Dia pelihara

10

Pengharapan di Tengah Kesesakan

Aku tidak kuatir bunga di padang Dia hiasi


Aku tidak kuatir apa yang kumakan, minum pakai
Aku tidak kuatir Allah di Surga memelihara

89. Dina

: Dina sekarang mengerti, Bu. Allah selalu memelihara dan memenuhi


kebutuhan kita.

90. Sarah

: Benar, Nduk. Tapi ngomong-ngomong, untuk makan besok Ibu tidak


memiliki uang lagi. Seluruh uang kita sudah dibawa oleh pak tentara
tadi.

91. Naftali

: Terus bagaimana dong, Bu? Apa besok kita harus puasa.

92. Sarah

: Coba deh kita tanya abangmu, Simeon. Mungkin dia masih punya
sedikit uang untuk membeli makanan. Sekalian kita beritahukan
tentang kambing itu, kepadanya. Ayo kita susul Abangmu ke padang
Efrata.
Sarah, Dina dan Naftali menyusul Simeon ke padang
FADEOUT

11

Pengharapan di Tengah Kesesakan

Babak III
Keluhan Majikan
FADEIN
[Di rumah yang besar, Yoas duduk di belakang meja. Dia terlihat serius menghitung uang dan mencatat di
buku. Simeon masuk]

93.

Simeon

: Permisi, pak Yoas.

94.

Yoas

: Eh, Simeon. . . mari masuk!

95.

Simeon

: Apakah saya mengganggu?

96.

Yoas

: Nggak apa-apa. Saya cuma menghitung-hitung saja. Ada perlu apa


kamu datang kemari? Siapa yang menjaga domba-dombaku?

97.

Simeon

: Zakaria yang menjaga domba-domba. Hmmm . . . begini pak. Ada


persoalan di padang Efrata.

98.

Yoas

: Persoalan? Persoalan apa? Apakah ada binatang buas yang menerkam


dombaku?

99.

Simeon

: Bukan, itu pak.

100. Yoas

: Apa ada orang yang mencuri domba-dombaku?

101. Simeon

: Bukan itu juga.

102. Yoas

: Apa ada domba yang sakit?

103. Simeon

: Juga bukan itu.

104. Yoas

: [bingung] Lalu apa, dong?

105. Simeon

: Begini, pak. Kami, para gembala yang menggembalakan domba-domba


Bapak berebut padang rumput dengan para gembala yang
menggembalakan domba-domba milik tuan Hizkia. Tadi sore, kami
malah diusir oleh gembala tuan Hizkia. Katanya kami tidak punya ijin.
Padahal kami 'kan sudah lebih dulu menggembala di sana. Berarti kami
yang lebih berhak menggembala di sana. Iya 'kan pak?

106. Yoas

: [Menghela napas panjang]

107. Simeon

: Benar, 'kan pak? Kami punya hak menggembala di sana?

108. Yoas

: [Berdiam sejenak] Gembala tuan Hizkia itu benar . . .

109. Simeon

: [Bingung] Maksud Bapak?

12

Pengharapan di Tengah Kesesakan

110. Yoas

: Mereka lebih berhak menggembala di padang Efrata . . .

111. Simeon

: [Semakin bingung] Lho, kok bisa begitu sih Pak?

112. Yoas

: Begini lho Simeon. Pemerintah sekarang menetapkan peraturan baru.


Mereka mengambil alih semua padang rumput yang ada di Israel ini.
Kalau ada orang yang mau menggembala di sana, maka dia harus punya
ijin dari pemerintah.

113. Simeon

: Oooo jadi yang dikatakan oleh Zebulon itu benar. Jadi kita harus punya
ijin penggembalaan.

114. Yoas

: Tepat sekali.

115. Simeon

: Lalu, kenapa Bapak tidak memintakan ijin untuk kami?

116. Yoas

: Karena untuk mendapatkan ijin, maka kita harus membayar pajak.

117. Simeon

: Kenapa Bapak tidak membayar pajak? Peternak yang lain membayar


juga 'kan?

118. Yoas

: Itulah yang sedang bikin aku pusing saat ini. Uang yang harus
dibayarkan itu sangat tinggi. Setelah aku hitung-hitung, ternyata tidak
seimbang dengan pendapatan yang aku dapat dari hasil ternak domba
ini. Yang membuat aku semakin pusing, harga domba juga sedang
jatuh . . .

119. Simeon

: Lho, kok bisa jatuh, pak?

120. Yoas

: Soalnya pemerintah Romawi membuat kebijakan baru, yaitu


mendatangkan domba-domba dari negeri seberang. Padahal persediaan
domba di Israel saja melimpah. Apalagi ditambah masuknya domba
dari negeri seberang. Akibatnya harga domba-domba semakin anjlok.
Nah, kalau pendapatanku menurun, aku tidak bisa membayar pajak
untuk mendapatkan ijin itu.

121. Simeon

: Kalau begitu, apakah kami berpindah ke padang rumput yang lain saja,
Pak?

122. Yoas

: Percuma saja. Kamu mau pindah kemana lagi? Sekarang ini padang
rumput semakin menyempit karena dipakai untuk mendirikan bentengbenteng pertahanan tentara Romawi dan untuk membangun pasarpasar. Sedangkan semua padang rumput yang tersisa sudah diambil alih
pemerintah Romawi. Semua penggunaannya harus memakai ijin.

123. Simeon

: Bagaimana kalau domba-domba itu dikandangkan saja. Kita tinggal


memberi makan?

124. Yoas

: Itu juga sudah aku pikirkan. Tapi tahu, nggak. . . sejak ongkos angkutan
naik, maka harga pakan ternak juga ikut naik. Setekah dihitung-hitung,
cara seperti ini malah rugi.

125. Simeon

: Lalu, bagaimana, dong pak?

126. Yoas

: Aku juga tidak tahu harus bagaimana lagi. Sekarang ini aku sedang

13

Pengharapan di Tengah Kesesakan

menimbang-nimbang sebuah keputusan yang pahit . . .


127. Simeon

: [Cemas] Apa itu pak?

128. Yoas

: Aku akan menutup usaha ini. Aku akan menjual semua dombadombaku . . .

129. Simeon

: Terus, bagaimana dengan nasib kami, pak? Ketrampilan kami hanyalah


menggembala domba. Kalau semua domba dijual, kami harus kerja
apa lagi? Bagaimana dengan nanti dengan nasib Ibu dan adik-adik saya?

130. Yoas

: Itulah yang membuatku merasa sedih. Sebenarnya aku juga tidak tega
melakukan ini. Tapi bagaimana lagi? Sekarang cobalah kamu ikut
memikirkan jalan keluarnya. Begini saja, kalau kamu punya usulan yang
bagus, aku berjanji akan memberikan sepersepuluh dari dombadombaku. Tapi kalau dalam tujuh hari ini tidak ada usulan yang bagus,
aku terpaksa menutup usaha ini.

131. Simeon

: Baiklah, pak. Saya akan berusaha ikut memikirkannya. Saya minta


permisi dulu. Saya akan kembali ke padang Efrata untuk
memberitahukan hal ini pada teman-teman.

132. Yoas

: Oh, ya. Ini ada sedikit rejeki buatmu. Terimalah [memberi uang kepada
Simeon]

[Simeon pergi dari rumah pak Yoas]


FADEOUT

14

Pengharapan di Tengah Kesesakan

Babak IV
Kedatangan Malaikat
FADEIN
[Zakaria dan Zebulon duduk mengelilingi api unggun. Sayup-sayup terdengar suara lolongan serigala]

133. Zebulon : [Gemetar] Zakaria, apakah kau mendengar suara itu?


134. Zakaria

: Suara apa?

135. Zebulon : Itu tuh. . . suara anjing hutan.


136. Zakaria

: Oh, itu . . . saya mendengar sih. Tapi mereka 'kan ada di kejauhan.

137. Zebulon : Iya sih, tapi bagaimana kalau mereka datang mendekat pada saat kita
sedang tertidur. Lalu mereka menerkam kita . . . hiiii . . . ngeri!!!
138. Zakaria

: Makanya, kita membuat api unggun. Selama api ini masih menyala,
anjing-anjing hutan ini takut mendekat.

139. Zebulon : Tapi bagaimana dengan singa? Bagaimana kalau dia mengendap-endap
di sekeliling kita, lalu tiba-tiba menerkam kita?
140. Zakaria

: Zebulon, Zebulon . . . Hidup dan mati kita itu ada di tangan Tuhan.
Percayalah, Tuhan akan menjaga kita. Tuhan itu menjadi Gembala kita.
Sama seperti kita menjaga domba-domba kita, Allah juga menjaga
domba-domba kita.

141. Zebulon : Ah, kamu ini ada-ada saja. Tuhan kok menjadi gembala. Masa' Tuhan
disamakan dengan kita.
142. Zakaria

: Eeeeee . . . kamu belum pernah mendengar nyanyian raja Daud, ya?


Raja Daud pernah menyanyi seperti ini, nih:
[Zakaria menyanyi:]
Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku
Ia membaringkan aku, di padang yang berumput hijau
Ia membimbingku, ke air yang tenang
Ia menyegarkan jiwaku
Ia menuntunku ke jalan yang benar
Oleh karna namaNya
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman

[Sarah, Dina dan Naftali masuk ke dalam panggung]


143. Zakaria

: Eh . . . bu Sarah. Apa kabar? Tumben menyusul kemari . . .

144. Sarah

: Kabar baik, nak Zakaria. Lho, ini malah ada nak Zebulon di sini, juga.

15

Pengharapan di Tengah Kesesakan

145. Zebulon : Iya, bu. Ini kami sedang menggembala bersama-sama.


146. Sarah

: Oh, begitu. Eh, dimana Simeon? Aku ingin bertemu dengannya!

147. Zakaria

: Dia sedang pergi ke rumah pak Yoas, bu. Tapi sebentar lagi juga
datang. Tunggu saja.

148. Zebulon : Ini kok datang ramai-ramai. Dina dan Naftali juga ikut . . .
149. Sarah

: Itulah, nak Zebulon. Saya tidak tega meninggalkan mereka berdua di


rumah. Jadi saya ajak saja mereka di sini.
[Simeon masuk dengan wajah murung]
150. Zakaria : Nah itu, Simeon sudah datang!
151. Simeon : Ada apa, Bu? Mengapa menyusul kemari?
152. Sarah

: Simeon, tadi siang Dian dan Naftali ini akan ditangkap tentara Romawi
karena mengamen di pasar. Supaya tidak ditangkap, Ibu terpaksa
memberi uang dan kambing peliharaan kita kepada tentara itu.
Sekarang Ibu tak punya uang untuk membeli makan hari esok. Apakah
kamu masih menyimpan uang?

153. Simeon : Ada, bu. Kebetulan aku tadi diberi uang oleh pak Yoas. Tapi setelah
ini, saya tidak tahu apa saya masih bisa punya uang lagi [sedih].
154. Sarah

: [Heran] Memangnya kenapa?

155. Simeon : Pak Yoas akan menjual seluruh domba-dombanya.


156. Sarah

: Lho memangnya kenapa?

157. Simeon : Di bawah pemerintah Romawi, keadaan kita semakin sulit saja.
Pemerintah Romawi membuat kebijakan-kebijakan yang membuat
sengsara rakyat Israel. Tentara-tentara Romawi juga bertindak kejam
pada kita.
158. Sarah

: Yah kita harus bersabar saja, Nak.

159. Simeon : Bersabar? Kita sudah cukup lama bersabar. . . sampai kapan lagi kita
harus bersabar?
160. Sarah

: Hingga Allah memenuhi janji-Nya.

161. Simeon : Janji? Janji apa? Kita sudah kenyang dengan janji-janji manis, tapi tidak
semanis kenyataannya.
162. Sarah

: Allah selalu menepati janji-Nya. Kamu masih ingat 'kan pengajaran


yang Ibu berikan? Pada jaman dulu, Allah telah membebaskan bangsa
kita dari perbudakan di tanah Mesir?

163. Naftali

: [bersemangat] Aku ingat, Bu. Waktu itu Tuhan menuntun bangsa Israel
melewati padang gurun yang gersang.

164. Dina

: [bersemangat]Pada siang hari, Allah mengirimkan tiang awan supaya kita

16

Pengharapan di Tengah Kesesakan

tidak kepanasan. Pada malam hari Allah mengirimkan tiang berapi


untuk menerangi jalan dan supaya kita tidak kedinginan.
165. Naftali

: [bersemangat] Supaya kita tidak kelaparan, Allah mengirimkan roti dan


manna setiap hari.

166. Dina

: [bersemangat] Pada saat kehausan, Allah pernah mengalirkan air dari


dalam batu yang keras.

167. Sarah

: Nah, tuh . . . anak kecil saja tahu!

168. Simeon : Ya, itu 'kan cerita jaman dulu. Cerita itu sudah kunoooo . . . Tidak ada
artinya pada jaman sekarang. Nyatanya, lihat saja! Dimanakah
pertolongan Allah dalam keadaan yang serba susah saat ini?!!!
169. Sarah

: Dengar, nak . . . Tuhan berjanji akan memberikan seorang penyelamat


bagi kita. Nabi Yeremia telah bernubuat begini. Dengarkan baik-baik :
"Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN,
bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan
memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan
dan kebenaran di negeri. Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan,
dan Israel akan hidup dengan tenteram dan inilah namanya yang
diberikan orang kepadanya: TUHANkeadilan kita."
Sarah, Dina dan Naftali menyanyi "O Datanglah Imanuel" KJ 81
170. Simeon : Alaaaaa . . . Itu 'kan cerita lama Bu. Nyatanya apa? Sudah ratusan tahun
sejak nubuatan itu diucapkan, tapi sampai sekarang belum juga
digenapi. Mungkin Tuhan sudah lupa pada janjinya!!!
171. Sarah

: Tuhan pasti menepati janji-Nya tepat pada waktunya. Waktu Tuhan,


bukan waktu kita.

172. Simeon : Sudahlah . . . Ibu dan adik-adik pulang saja. Kepala saya sedang pusing,
nih. Saya mau istirahat sebentar.
173. Sarah

: Ya, sudah . . . Jaga dirimu baik-baik ya. Ibu dan adik-adikmu akan
pulang.

Sarah, Dina dan Naftali pulang ke rumah. Simeon membaringkan diri untuk istirahat. Zebulon dan
Zakaria masih berjaga-jaga.
Layar: Tiba-tiba datanglah malaikat yang disertai dengan sinar yang terang. Para gembala itu menjadi
takut. Malaikat menyanyi : "Hai Gembala Efrata" dari Kidung Pelengkap Jemaat no. 65
174. Malaikat : Jangan takut!
175. Simeon

: Siapakah Tuan?

176. Malaikat : Aku adalah malaikat.


177. Zakaria

: Mengapa Tuan datang kepada kami yang hina ini?

178. Malaikat : Aku akan memberitakan kabar gembira untuk seluruh bangsa

17

Pengharapan di Tengah Kesesakan

179. Zebulon : Kabar apa itu?


180. Malaikat : Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota
Daud.
181. Simeon

: Bagaimana kami dapat mengetahui Juruselamat itu?

182. Malaikat : Carilah seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam
palungan. Sekarang pergilah!
Malaikat pergi. Terdengar suara malaikat yang bernyanyi: "Gita Sorga Bergema" KJ no. 99

183. Simeon

: Ayo kita segera pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di
sana!

184. Zakaria

: Ayo . . . .

185. Zebulon : Bagaimana dengan domba-domba kita? Siapa yang akan menjaga?
186. Simeon

: Kita tinggal saja. Kabar ini lebih penting daripada domba-domba kita.
Ayo segera berangkat!

Simeon, Zebulon dan Zakaria pergi ke Betlehem sambil bernyanyi: "Hai Mari Berhimpun" KJ 109
Layar: di kandang Betlehem ada Yusuf,Maria dan bayi Yesus. Orang Majus menyembah bayi Yesus dan
menyerahkan hadiah. Disusul para gembala menyembah bayi Yesus.Background: Lagu: "Malam Kudus"
KJ no. 92. Lampu layar padam.
FADEOUT

18

Pengharapan di Tengah Kesesakan

Babak V
Pengharapan Baru
FADEIN
Di rumah, Sarah sedang menjahit baju. Dina dan Naftali sudah tertidur. Simeon menghambur masuk.
Kedua adiknya terbangun.

187. Simeon : Ibu. . ibu . . aku punya kabar gembira!!!


188. Sarah

: Wah . . . heboh banget. Lihat, tuh . . . kamu membangunkan adikadikmu.

189. Simeon : [terengah-engah] Yang dikatakan Ibu tadi sore memang benar.
190. Sarah

: [Tak mengerti] Benar apanya?

191. Simeon : Itu lho, tentang janji Tuhan bahwa akan memberikan soerang
Penyelamat. Janji itu sudah ditepati.
192. Sarah

: Maksdmu itu apa, to?

193. Simeon : Bu, tadi aku baru saja didatangi malaikat Tuhan. Aku diperintahkan
pergi ke Betlehem. Aku pergi ke sana dan bertemu dengan Penyelamat
itu, Bu. Namanya Yesus [girang]
194. Dina

: Benarkah itu?

195. Simeon : Benar, dik. Juruselamat itu telah datang.


196. Sarah

: Terpujilah Allah, pembebas Israel. Sebentar lagi kita akan dibebaskan


dari penjajahan tentara Romawi.

197. Simeon : Masih ada satu lagi kabar gembira . . .


198. Naftali

: Apa itu?

199. Simeon : Waktu di Betlehem tadi, aku berkenalan dengan orang Majus yang
datang dari negeri Timur. Mereka memberitahu kalau ada padang
rumput di sebelah Timur negeri kita. Katanya, di sana kita bebas
menggembalakan domba.
200. Naftali

: Apakah Abang akan menggembala domba di sana?

201. Simeon : Besok aku akan melihat tempat itu. Kalau informasi itu memang benar,
maka kita dapat hidup lebih baik.
202. Dina

: Mengapa bisa begitu, Bang?

203. Simeon : Kalau aku dapat menemukan padang rumput yang baru, maka pak
Yoas akan memberikan sepersepuluh domba-domba kepada kita.

19

Pengharapan di Tengah Kesesakan

204. Naftali

: Berarti kita dapat memiliki domba-domba sendiri?

205. Simeon : Ya, betul. Nanti aku menggembala domba-domba pak Yoas dan kamu,
Naftali, boleh menggembala domba-domba milik kita.
206. Naftali

: Asyiiiik!!!

207. Sarah

: [bersyukur] Tuhan memang baik. Ayo, jangan lupa kita harus mengucap
syukur kepada Tuhan!!

Sarah, Simeon, Dina dan Naftali bergandengan tangan dan bersama-sama menyanyi lagu:"Hai Dunia
Gembiralah" KJ no. 119
LAYAR DITUTUP
TAMAT

20

Pengharapan di Tengah Kesesakan

Вам также может понравиться