Вы находитесь на странице: 1из 20

I.

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan

Rahmat

dan

Karunia-Nya,

sehingga

Modul

Praktikum Oseanografi Umum ini dapat disusun.


Memahami akan kekurangan dan keterbatasan referensi dalam
pelaksanaan praktikum Oseanografi Umum, maka kami menyajikan
suatu

pedoman

dirangkum

dari

Metode-metode

pelaksanaan

berbagai
praktis

praktikum

yang

pada

dasarnya

referensi

untuk

menuntun

praktikan.

diutamakan

untuk

memudahkan

dalam

pengukuran (pengambilan data di lapang). Buku Panduan Praktikum


ini terbatas pada pengukuran parameter-parameter utama yang
penting dan dilakukan di lapang.
Karni menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
telah membantu dalam penyelesaian buku ini. Menyadari akan
keterbatasan yang kami miliki, maka kami sangat mengharapkan
saran atau kritik konstruktif bagi penyempurnaan buku ini di lain
waktu.

Penulis

II. DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
I.

PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1.

Latar Belakang............................................................................... 1

1.2

Tujuan Umum Praktikum.................................................................1

II.

METODE........................................................................................... 2
2.1

III.

Alat dan Bahan..........................................................................2


METODE KERJA.............................................................................. 1

1.

Suhu.......................................................................................... 1

2.

Arus........................................................................................... 2

3.

Gelombang................................................................................ 2

4.

Kemiringan Pantai......................................................................4

5.

Salinitas..................................................................................... 5

6.

Oksigen Terlarut.........................................................................5

7.

Pasang Surut............................................................................. 6

8.

Sedimentasi............................................................................... 7

9.

Pencampuran massa air dengan kondisi yang berbeda.............8

MODUL PRAKTIKUM

III. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara umum oseanografi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari karakteristik-karakteristik dari laut. Definisi ini diketahui sebagai
definisi general, namun sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu
sendiri, oseanografi menjadi ilmu yang di dalamnya mencakup berbagai aspek
yang berhubungan dengan laut. Aspek-aspek yang dimaksud adalah aspek fisika,
kimia, biologi, geografi, geologi, dan ilmu-ilmu lainnya.
Ditinjau dari pentingnya laut, baik dari segi sumberdaya alam maupun dari
sisi sarana perhubungan dan perniagaan, Oseanografi dapat dikatakan ilmu yang
mempunyai peranan penting di dalam bidang perikanan dan kelautan maupun di
bidang-bidang lainnya secara umum. Peranan penting tersebut akan lebih terasa di
negara-negara kepulauan seperti Indonesia dimana hal-hal yang menghubungkan
antar pulau adalah laut, dan luas daerah lautan lebih besar daripada daratan.
Dengan adanya oseanografi, masalah-masalah yang berhubungan dengan laut
seperti seperti yang disebutkan diatas seharusnya dapat diatasi.
Praktikum Laboratorium meliputi pengolahan data oseanografi sehingga
didapatkan

gambaran

kondisi

oseanografi

secara

deskriptif.

Praktikum

Laboratorium ini dilanjutkan dengan praktikum lapangan untuk membandingkan


kondisi yang sebenarnya dengan kondisi dari hasil praktikum laboratorium.

1.2 Tujuan Umum Praktikum


Secara umum praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat
mengetahui dan menjelaskan fenomena oseanografi yang berkaitan dengan
bidang keilmuan lainnya, secara khusus tujuan dari praktikum ini adalah:

Memperoleh gambaran kuantitatif dari parameter fisika, parameter biologi


dan parameter kimia

MODUL PRAKTIKUM

Dapat mengetahui dan menjelaskan sebab dan akibat dari nilai kuantitatif

parameter fisika dan kimia yang telah diukur


Dapat memberikan kesimpulan dari data kuantitatif yang telah didapatkan

IV. METODE
2.1 Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat dan bahan praktikum lapangan
Parameter

Fisika
Suhu
Arus
Gelombang
Panjang
Tinggi
Periode
Sudut refraksi
Pasang surut
Kimia
Salinitas
Oksigen terlarut

Alat / Metode
Termometer
Floating Drodge
Tali berskala
Papan skala
Stop watch
Angle meter
Papan skala
Refraktometer
Metode Winkler

MODUL PRAKTIKUM

V. METODE KERJA
1. Suhu
Cara pengukuran suhu air laut pada kedalaman tertentu dilakukan dengan
menggunakan termometer balik. Termometer ini dari dua macam yaitu :
1) Termometer balik terbuka (unprotected reversing thermometer )
Pada thermometer ini merkuri termometernya memiliki pelindung
2) Termometer balik tertutup ( protected reversing thermometer )
Pada termometer ini merkuri termometernya memiliki pelindung
dan berhubungan langsung dengan parameter sebelumnya
Rumus thermometer protected :
Tw T 'C I
(T 'Vo )(T 't )
C
K 100
Keterangan :
Tw
= suhu air terkoreksi
T'
= suhu yang terbaca pada skala termometer utama
C
= koreksi muai panjang
I
= indeks koreksi termometer utama
V0
= volume air raksa di bawah suhu 0 - 120
T
= suhu pada termometer bantu
K
= koefisien muai panas termometer (dari tabel) = 6100
Rumus thermometer unprotected :
Tu Tu 'C I
(Tu 'Vo )(Tw t )
C
K
Keterangan :
Tu
= suhu air terkoreksi
Tu'
= suhu yang terbaca pada skala termometer utama
C
= koefisian muai panjang
I
= indeks koreksi termometer utama
V0
= volume air raksa di bawah suhu 0 - 130
T
= suhu pada termometer bantu
K
= koefisien muai panas termometer (dari tabel) = 6100
Untuk mengetahui kedalaman pengukuran suhu yang sesungguhnya adalah :
Z = (TW unprotected TW protected) / m.Q

MODUL PRAKTIKUM

Dimana : m = Densitas rata-rata lapisan air


Q = Koefisien tekanan dari thermometer unprotected
Cara kerjanya yaitu :

Kedua termometer itu diletakkan secara terbalik dan diturunkan ke


dalam perairan yang yang diinginkan.
Diamkan beberapa saat lalu lepas messenger melalui tali kemudian
angkat dan baca skalanya.
Pada masing-masing thermometer ini terdapat satu pasang termometer
yaitu termometer utama dan termometer Bantu. Cara menggunakannya dapat
dilihat pada termometer utamanya. Termometer utama berfungsi sebagai pembaca
skala suhu insitu, sedangkan termometer bantu berfungsi sebagai suhu koreksian
pada tabung gelas pelindung pada kedua termometer tersebut. Nilai termometer
bantu ini merupakan nilai koreksi suhu pada pembacaan suhu pada pembacaan
suhu pada termometer utama suhu insitu untuk menghindari kesalahan pembacaan
suhu insitu pada saat penarikan botol Nansen ke permukaan yang dapat
menimbulkan perubahan suhu di tabung gelas pelindungnya.

2.

Arus

Pengukuran arus dilakukan dengan dua metode yaitu metode langlarian.


Metode langlarian menggunakan alat floating droadge.
Cara kerjanya yaitu :

Hanyutkan floating droadge di permukaan air pada jarak tertentu


dengan menggunakan tali
Perhatikan waktu hingga tali tersebut menegang yang diakibatkan
oleh floating droadge yang terbawa oleh arus
Hitung waktu hingga tali tersebut menegang dengan menggunakan
stopwatch
Posisi diukur dengan menggunakan kompas ke arah utara dan
dibidikkan ke arah floating droadge.
Pengukuran dilakukan untuk 3 kali ulangan pada kondisi pasang
tertinggi dan pasang terendah selama 2 hari dengan interval setiap
6 jam.

3. Gelombang

a) Tinggi Gelombang
Tinggi gelombang merupakan selisih gelombang tertinggi dengan
gelombang terendah. Cara untuk menentukan tinggi gelombang adalah :

Gunakan papan skala untuk menentukan tinggi gelombang


tertinggi (puncak gelombang) dan gelombang terendah (lembah
gelombang)

MODUL PRAKTIKUM

Beberapa orang praktikan memegang papan skala pada kedalaman


tertentu
Saat gelombang datang dilihat tinggi gelombang tertinggi dan
gelombang terendah
Tinggi gelombang didapatkan dengan mengurangi nilai tinggi
gelombang tertinggi dan tinggi gelombang terendah
Pengukuran dilakukan pada kondisi tanpa angin dan dengan
kondisi penuh angin, masing-masing 10 kali ulangan

Puncak gelombang

Papan berskala

Tinggi Gelombang

Lembah
gelombang

Gambar 1. Metode Pengukuran tinggi gelombang

b)

Panjang Gelombang

Cara menentukan panjang gelombang adalah :

Pengukuran panjang gelombang dilakukan oleh dua orang


praktikan
Salah satu praktikan berdiri pada saat gelombang mencapai
puncak, sedangkan yang lain mengejar puncak gelombang
berikutnya
Jarak antara kedua praktikan dihubungkan dengan menggunakan
tali tambang kecil, kemudian dikonversikan kedalam satuan ukur
yang berlaku

panjang
gelombang

MODUL PRAKTIKUM

Gambar 2. Metode Pengukuran panjang gelombang

c)

Periode Gelombang

Cara penentuan periode gelombang adalah :

Periode gelombang dilakukan dengan menggunakan stopwatch


Seorang praktikan masuk ke dalam perairan dan mencatat
banyaknya gelombang yang menerpa tubuhnya dalam selang
waktu 1 menit.
Konversikan nilai-nilai yang didapat untuk mengetahui nilai
periode gelombang.
Pengukuran terhadap gelombang dilakukan sebelum gelombang itu
pecah.

d) Refraksi Gelombang
Pengukuran sudut refraksi gelombang dilakukan dengan menggunakan
view box, dengan cara sebagai berikut :

Siapkan kertas transparansi dan letakkan di depan view box yang


berfungsi untuk menggambar refraksi gelombang yang datang.
Satu orang praktikan melihat gelombang yang datang melalui celah
view box dan menandai gelombang yang datang dengan
menggunakan penggaris.
Setelah diketahui refraksi gelombangnya, lalu ditandai dengan
membuat garis di kertas transparansi yang digunakan.

4. Kemiringan Pantai
Pengukuran kemiringan pantai dilakukan dengan cara :

Beri tanda tempat mulai mengukur dengan menggunakan patok.


Dari patok tersebut diukur sepanjang 3 meter tegak lurus dengan
patok selanjutnya menggunakan tali.
Hitung jarak permukaan pasir dengan tali tersebut, konversi satuan
sudut dengan metode phytagoras
Ulangi hingga jaraknya dari pantai mencapai 15-30 meter
Lakukan pada 5 titik yang berbeda dengan jarak 10 m
3m

10

MODUL PRAKTIKUM

Gambar 3. Potongan menegak metode pengukuran kemiringan pantai


Ke arah laut
10 m

Gambar 4. Potongan melintang metode pengukuran kemiringan pantai

5.

Salinitas

Salinitas diukur dengan menggunakan refraktometer, yaitu dengan


langkah-langkah sebagai berikut :

Kalibrasi refraktometer dengan menggunakan akuades.


Keringkan dengan tissue lalu tanda tera diarahkan ke nol
(pengkalibrasian).
Bilas kembali refraktometer dengan akuades dan keringkan.
Beri satu tetes air sampel yang sudah diambil dengan
menggunakan botol Nansen.
Nilai salinitas akan terlihat pada skala refraktometer dengan
peneropongan.
Pengukuran salinitas dilakukan untuk setiap kedalaman yang
berbeda.

6. Oksigen Terlarut
Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan menggunakan metode
Winkler, dengan cara sebagai berikut :

Sampel air yang digunakan adalah sampel air laut yang diperoleh
dengan menggunakan botol Nansen.
Masukkan air sampel ke dalam botol BOD, diusahakan agar tidak
terjadi aerasi (bubbling).
Ke dalam air sampel tersebut ditambahkan Sulfanic Acid 1ml,
kemudian diaduk hingga larut.
Tambahkan lagi dengan 2ml MnSO4 dan 2ml NaOH + KI dan
diaduk kembali dengan cara membolak-balik botol BOD.

10

11

MODUL PRAKTIKUM

7.

Kemudian diamkan larutan tersebut selama beberapa saat sampai


terbentuk endapan coklat sempurna.
Lalu tambahkan 2ml H2SO4 pekat ke dalam larutan sehingga semua
endapan menjadi larut.
Selanjutnya ambil 100ml larutan tersebut dan masukkan ke dalam
Erlenmayer.
Kemudian titrasi sampel tersebut menggunakan Na-thio sulfat
sampai bewarna kuning muda.
Tambahkan indikator amilum sehingga berubah warna menjadi
biru.
Titrasi kembali larutan tersebut dengan Na-thio sulfat sehiungga
warnanya kembali bening (tidak berwarna).
Banyaknya oksigen terlarut adalah ekivalen dengan banyaknya
larutan baku Na-thio sulfat yang dipakai untuk titrasi.

Pasang Surut

Metode yang digunakan untuk mengukur pang surut yaitu dengan Tide
Pole yang merupakan alat pengukur pasut yang paling sederhana berupa papan
setebal 1-2 inci dan lebar 4-5 inci. Seddangkan panjangnya harus lebih dari
tunggang pasut dimana pemasangan tide pole ini sebaiknya pada kondisi muka air
terendah (lowest water) skala nolnya masih terendam air dan saat pasang
tertingggi skala terbesar haruslah masih terlihat dari muka air tertinggi (highest
water). Dengan demikian makatinggi rendahnya muka air laut dapat kita ketahui
dengan melihat menggunakan teropong atau melakukan pengamatan secara
langsung mendekati tide pole tersebut. Kita dapat mengetahui pola pasang surut di
suatu daerah pada waktu tetentu.
Lokasi pemasangan tide pole harus berada pada lokasi yang aman dan
mudah terlihat dengan jelas, tidak bergerak-gerak akibat gelombang atau arus laut.
Tempat tersebut tidak pernah kering pada saat kedudukan air yang paling surut.
Oleh karena itu panjang rambu pasut yang dipakai sangat tergantung sekali pada
kondisi pasut air laut di tempat tersebut.
Pada prinsipnya bentuk rambu pasut hampir sama dengan rambu dipakai
pada pengukuran sifat datar (leveling). Perbedaannya hanya dalam mutu rambu
yang dipakai. Mengingat bagian bawah tide pole harus dipasang terendam air laut,
maka tide pole dituntut pula harus terbuat dari bahan yang tahan air laut. Biasanya
titik nol skala rambu diletakkan sama dengan muka surutan setempat, sehingga

11

12

MODUL PRAKTIKUM

setiap saat tinggi permukaan air laut terhadap muka surutan tersebut atau
kedalaman laut dapat diketahui berdasarkan pembacaan pada rambu.
Pengukuran angin menggunakan alat papan skala (Gambar 27.).
Pengukuran dilakukan dengan melihat perubahan ketinggian permukaan air
dengan interval waktu pengamatan setiap jam dengan lama pengamatan adalah 72
jam. Perubahan ketinggian permukaan air dihitung dengan persamaan :
h=h th o
dimana h adalah ketinggian air; ht adalah ketinggian air pada waktu ke-t; dan ho
adalah ketinggian air waktu sebelumnya.

Muka air laut

Gambar 5. Pemasangan papan skala


Lokasi pemasangan papan skala dilakukan pada daerah yang terhindar dari
osilasi/gerak turun naiknya air laut karena pengaruh pergerakan kapal, pada
tempat yang mudah teramati. Pemasangan Papan skal hendaknya masih terendam
pada saat surut terendah.
Hasil pengamatan pasang surut disusun dalam bentuk table, kemudian
dianalisa untuk mengetahui komponen pasang surut dan ditentukan tipe pasang
surutnya berdasarkan bilangan Formzahl. Analisis data pasang surut
menggunakan metode analisis harmonic admiralty dengan bantuan perangkat
lunak dari BPPT.

8.

a)
(TSS)

Sedimentasi

Pengambilan data Total Suspended Solid


Satu liter air sampel diambil dari lokasi sampling. Kemudian air

sampel ditampung dalam botol sampel dan diberi label penanda.


Analisis sempel ini dilakukan di Laboratorium.

12

13

MODUL PRAKTIKUM

b)
Total Suspended Solid (TSS) atau Total
Padatan Tersuspensi
Tiga buah kertas saring ditimbang dengan menggunakan neraca
analitik. Satu liter sampel air disaring menggunakan kertas saring
tersebut dengan bantuan corong. Filtrat ditampung dalam Beaker glass
volume 1 liter. Setelah penyaringan, kertas saring dikeringkan hingga
kering sempurna menggunakan oven pengering (bisa menggunakan
oven biasa). Kertas saring ditimbang kembali. Selisih berat kertas
saring adalah nilai TSS yang dinyatakan dalam mg/l atau ppm.

c)
(TDS)

Pengambilan data Total Dissolved Solids

Diambil 600ml air sampling dari lokasi 1 dan 600ml dari lokasi 2.
Kemudian air sampel ditampung dalam botol sampel dan diberi label
penanda. Analisis ini dilakukan di Laboratorium.

d)
Padatan Terlarut

Total Dissolved Solids (TDS) atau Total

Dua buah beaker glass volume 250 ml ditimbang menggunakan


neraca analitik. Pada setiap beaker glass, dimasukkan 100 ml filtrate
hasil pengukuran TSS. Beaker glass dipanaskan dengan hati-hati
hingga filtrate menguap sempurna, kemudian beaker glass tersebut
didinginkan. Kemudian beaker glass tersebut ditimbang kembali.
Selisih berat beaker glass adalah nilai TDS dalam 100 ml air. Nilai ratarata dari 3 beaker glass tersebut diambil lalu dikonversikan ke dalam
mg/L atau ppm.
Peralatan yang dibutuhkan:

GPS
Kertas saring.
Botol aqua bekas untuk ambil sampel.
Timbangan analitik.
Oven pengering.

13

14

MODUL PRAKTIKUM

9.
berbeda

Pencampuran massa air dengan kondisi yang


Dalam praktikum ini alat dan bahan yang kita gunakan

yaitu:
1. Aquarium
2. Garam 350 grm
3. Pewarna makanan bewarna merah
4. Kompor
5. Panci
6. Es batu sebanyak 3 bungkus
7. Termometer digital
8. Timbangan Digital
9. Ember ukuran 5 liter
10. Gayung
11. Tissue
Praktikum ke-5 dilakukan di laboratorium dengan melakukan
lima perlakuan, yaitu:

1. Air normal dan air dingin

14

15

MODUL PRAKTIKUM

2. Air dingin dengan air panas

15

16

MODUL PRAKTIKUM

3. Air normal dengan air panas

16

17

MODUL PRAKTIKUM

17

18

MODUL PRAKTIKUM

18

Ditimbang garam sebanyak 175 gram dengan timbangan digital untuk salinitas 35
19

MODUL PRAKTIKUM

Dimasukkan garam kedalam ember yang berisi air sebanyak 5 liter dan diaduk sampai larut

Ditimbang garam sebanyak 75 gram dengan timbangan digital untuk salinitas 15


4. Air garam 35 %0 dan air normal

Dimasukkan garam kedalam ember yang berisi air sebanyak 5 liter dan diaduk sampe larut

Aquarium Dibagi 2 bagian A dan B diberi sekat


Diisi air garam 15 dibagian A setinggi 5 cm dan diukur suhunya

Diisi air garam 35 dibagian B setinggi 5 cm dan diukur suhunya dan diberi pewarna
dengan stopwatch

Dibuka sekat aquarium dengan cepat


Diberi pewarna pada bagian B
Diamati dan dihitung kecepatan air yang mengalir dengan stopwatch

Diukur suhunya jika air sudah tercampur


Hasil

5. Air garam 35 dan air garam 15

19

20

MODUL PRAKTIKUM

---Selamat berpraktikum
Safety is our main concern

20

Вам также может понравиться