Вы находитесь на странице: 1из 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN BEDAH


STRIKTUR URETRA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners


Departemen Surgikal di Ruang 19 RS. Dr. Saiful Anwar

oleh:
Dewi Farida Vivtyasari
NIM. 115070207111005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

A. ANATOMI URETRA
Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium uretra interna dibagian buli-buli sampai
orifisium uretra eksterna glands penis, dengan panjang yang bervariasi. Uretra pria
dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian anterior dan bagian posterior. Uretra posterior
dibagi menjadi uretra pars prostatika dan uretra pars membranasea. Uretra anterior
dibagi menjadi meatus uretra, pendulare uretra dan bulbus uretra. Dalam keadaan
normal lumen uretra laki-laki 24 ch, dan wanita 30 ch. Kalau 1 ch = 0,3 mm maka lumen
uretra laki-laki 7,2 mm dan wanita 9 mm.

1. Uretra bagian anterior


Uretra anterior memiliki panjang 18-25 cm (9-10 inchi). Saluran ini dimulai dari
meatus uretra, pendulans uretra dan bulbus uretra. Uretra anterior ini berupa tabung
yang lurus, terletak bebas diluar tubuh, sehingga kalau memerlukan operasi atau
reparasi relatif mudah.
2. Uretra bagian posterior
Uretra posterior memiliki panjang 3-6 cm (1-2 inchi). Uretra yang dikelilingi kelenjar
prostat

dinamakan

uretra

prostatika.

Bagian

selanjutnya

adalah

uretra

membranasea, yang memiliki panjang terpendek dari semua bagian uretra, sukar
untuk dilatasi dan pada bagian ini terdapat otot yang membentuk sfingter. Sfingter ini
bersifat volunter sehingga kita dapat menahan kemih dan berhenti pada waku

berkemih. Uretra membranacea terdapat dibawah dan dibelakang simpisis pubis,


sehingga trauma pada simpisis pubis dapat mencederai uretra membranasea.

B. FISIOLOGIS URETRA

C. DEFINISI
Striktur uretra adalah berkurangnya diameter atau elastisitas uretra yang disebabkan
karena jaringan uretra digantikan oleh jaringan ikat, disebabkan penyempitan lumen
uretra akibat adanya jaringan parut dan kontraksi. Striktur uretra lebih sering terjadi
pada pria daripada wanita terutama karena perbedaan panjang uretranya (C. Smeltzer,
Suzanne; 2002 hal 1468).
D. KLASIFIKASI STRIKTUR URETRA
Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur uretra dibagi menjadi tiga
tingkatan:
1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra
2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan diameter lumen uretra
3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari diameter lumen uretra
Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus
spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis.

GAMBAR: Derajat Penyempitan Uretra

E. ETIOLOGI
Striktur uretra dapat terjadi pada:
1. Infeksi
Merupakan faktor yang paling sering menimbulkan striktur uretra, seperti infeksi oleh
kuman gonokokus yang menyebabkan uretritis gonorrhoika atau non gonorrhoika
telah menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya namun sekarang sudah jarang
akibat pemakaian antibiotik, kebanyakan striktur ini terletak di pars membranasea,
walaupun juga terdapat pada tempat lain; infeksi chlamidia sekarang merupakan
penyebab utama tapi dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan individu
yang terinfeksi atau menggunakan kondom.1-3
2. Trauma
Fraktur tulang pelvis yang mengenai uretra pars membranasea, trauma tumpul pada
selangkangan (straddle injuries) yang mengenai uretra pars bulbosa, dapat terjadi
pada anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedal sepeda sehingga
jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda pria, trauma langsung pada penis,
instrumentasi transuretra yang kurang hati-hati (iatrogenik) seperti pemasangan
kateter yang kasar, fiksasi kateter yang salah. 1-3
3. Iatrogenik
a. Operasi rekonstruksi dari kelainan kongenital seperti hipospadia, epispadia
b. Post operasi
Beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan striktur uretra,
seperti operasi prostat, operasi dengan alat endoskopi.
4. Tumor
5. Kelainan Kongenital,misalnya kongenital meatus stenosis, klep uretra posterior
Penyebab paling umum dari striktur uretra saat ini adalah traumatik atau iatrogenik.
Penyebab yang lebih jarang ditemui adalah peradangan atau infeksi, keganasan,
dan kongenital. Striktur akibat infeksi biasanya merupakan gejala sekunder dari
urethritis gonococcal, yang masih umum di beberapa populasi berisiko tinggi.
Penyebab yang paling penting adalah idiopati, reseksi transurethral, kateterisasi
uretra, fraktur panggul dan operasi hipospadia. Penyebab iatrogenik keseluruhan
(reseksi

transurethral,

kateterisasi

uretra,

sistoskopi,

prostatektomi,

operasi

brachytherapy dan hipospadia) adalah 45,5% dari kasus striktur. Pada pasien yang
lebih muda dari 45 tahun penyebab utama adalah idiopati, operasi hipospadia dan
fraktur panggul. Pada pasien yang lebih tua dari 45 tahun penyebab utama adalah
reseksi transurethral dan idiopathy. Penyebab utama penyakit penyempitan multifokal/

panurethral adalah kateterisasi uretra anterior, sedangkan fraktur panggul adalah


penyebab utama dari striktur uretra posterior.
F. PATOFISIOLOGI
Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan
mukosa pada uretra merupakan lanjutan dari mukosa buli-buli, ureter dan ginjal.
Mukosanya terdiri dari epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium eksterna
epitelnya skuamosa dan berlapis. Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vaskular.
Apabila terjadi perlukaan pada uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara
epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan lain (jaringan ikat) yang
tidak sama dengan semula.
Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen
uretra, sehingga terjadi striktur uretra.
Segala proses yang melukai lapisan epitelium uretra atau di bagian korpus
spongiosum pada proses penyembuhannnya akan menghasilkan jaringan parut tau
scar. Hal ini akan menyebabkan striktur uretra anterior. Sebagian besar striktur uretra
disebabkan oleh trauma, biasanya stradle trauma. Trauma ini biasanya tidak dirasakan
sampai pasien mengeluh kesulitan BAK yang merupakan tanda dari obstruksi oleh
karena striktur atau scar. Trauma iatrogenik juga dapat menyebabkan striktur uretra.
Namun dengan berkembangnya endoskopi yang kecil dan pembatasan indikasi
sistoskopi pada pria membuat kejadian striktur uretra lebih sedikit. Jejas pada urethra
posterior yang berakibat terjadinya striktur berhubungan dengan fibrosis periurethral
yang luas.
Striktur akibat radang berhubungan dengan gonorrhea adalah penyebab paling
sering pada masa lalu dan sekarang sangat jarang ditemui. Dengan penanganan
antibiotik yang tepat dan efektif, urethriris gonococcal jarang menjadi striktur uretra.
Sampai hari ini belum jelas hubungan antara uretritis nonspesifik dengan striktur uretra
anterior.
Karakteristik dari striktur adalah perubahan epitel uretra oleh jaringan fibrosa
padat karena tromboflebitis lokal di korpus spongiosum dalam. Epitel itu sendiri
biasanya utuh, meskipun yang abnormal. Patogenesis striktur belum dipelajari secara
luas dan studi yang ada menyebutkan infeksi sebagai penyebab, meskipun telah ada
studi pada model binatang yang mempelajari trauma elektro-koagulasi pada uretra
kelinci sebagai model cedera iatrogenik. Lokasi dari kelenjar uretra berhubungan
dengan

tempat

kejadian

mengimplikasikannya

infeksi

sebagai

yang

penyebab.

berhubungan
Namun,

dengan

satu-satunya

striktur
studi

yang
tentang

patogenesis penyakit striktur menunjukkan bahwa perubahan yang utama adalah

metaplasia epitel uretra dari normal jenisnya pseudo-kolumnar bertingkat pada epitel
skuamosa berlapis. Ini adalah epitel yang rapuh, dan ini cenderung untuk robek saat
terjadi distensi selama berkemih. Robekan tersebut akan membuat lubang di epitel
menyebabkan ekstravasasi urine saat berkemih yang memicu untuk terbentuknya
fibrosis subepitel. Pada penampakan mikroskopis, tempat terjadinya robekan terbentuk
fibrosis dan menyatu selama periode tahun untuk membentuk plak makroskopik, yang
kemudian dapat menyempitkan uretra jika mereka menyatu di sekitar lingkar uretra
untuk membentuk sebuah cincin yang lengkap. Dalam model pembentukan striktur,
infeksi bakteri dapat menginduksi metaplasia skuamosa, dan faktor lainnya dapat
berupa bahan kimia, fisik atau biologis.

GAMBAR : Anatomi striktur uretra anterior meliputi, dalam banyak kasus, yang
mendasari spongiofibrosis.
a. Sebuah lipat, mukosa.
b. Iris penyempitan.
c. Full-ketebalan keterlibatan dengan fibrosis minimal dalam jaringan
spons.
d. Full-ketebalan spongiofibrosis.
e. Peradangan dan fibrosis yang melibatkan jaringan luar korpus
spongiosum.
f.

striktur kompleks rumit dengan fistula

G. MANIFESTASI KLINIS
Adanya obstruksi saluran kemih bawah akan memberikan sekumpulan gejala yang
populer diistilahkan sebagai LUTS (lower urinary tract symptoms). Patofisiologi LUTS
didasarkan atas 2 kelompok gejala, yaitu :
1. Voiding symptom; yaitu gejala yang muncul sebagai akibat kegagalan buli untuk
mengeluarkan sebagian atau seluruh isi kandung kemih, antara lain: weakness of
stream (pancaran kencing melemah), abdominal straining (mengejan), hesitancy
(menunggu saat akan kencing), intermittency (kencing terputus-putus), disuria (nyeri
saat kencing), incomplete emptying (kencing tidak tuntas), terminal dribble ( kencing
menetes).
2. Storage symptom; yaitu gejala yang muncul sebagai akibat gangguan pengisian
kandung kemih, bias karena iritasi atau karena perubahan kapasitas kandung kemih,
antara lain

: frekuensi,

urgensi,

nocturia,

incontinensia

(paradoxal),

nyeri

suprasimfisis.
3. Miction post symptom; yaitu gejala yang muncul pasca miksi, antara lain tidak
lampias, terminal dribbling, inkontinensia paradoks
Gejala dari striktur uretra yang khas adalah pancaran buang air seni kecil dan
bercabang. Gejala yang lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi, disuria,
inkontinensia, urin yang menetes, kadang-kadang dengan penis yang membengkak,
infiltrat, abses dan fistel. Gejala lebih lanjutnya adalah retensi urine.

H. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Fisik

a. Anamnesa:
Untuk mencari gejala dan tanda adanya striktur uretra dan juga mencari
penyebab striktur uretra.
b. Pemeriksaan fisik dan local:
Untuk mengetahui keadaan penderita dan juga untuk meraba fibrosis di uretra,
infiltrat, abses atau fistula.
2. Pemeriksaan Penunjang
g. Laboratorium
-

Urin dan kultur urin untuk mengetahui adanya infeksi

Ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

h. Uroflowmetri
Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urin.
Volume urin yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya proses
miksi. Kecepatan pancaran urin normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada
wanita 25 ml/detik. Bila kecepatan pancaran kurang dari harga normal
menandakan ada obstruksi.
3. Radiologi
Diagnosa pasti dibuat dengan uretrografi, untuk melihat letak penyempitan
dan besarnya penyempitan uretra. Teknik pemeriksaan uretrogram adalah
pemeriksaan radiografi ureter dengan bahan kontras.uretra.
Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai panjang striktur adalah dengan
membuat foto bipolar sistouretrografi dengan cara memasukkan bahan kontras
secara antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan
ini panjang striktur dapat diketahui sehingga penting untuk perencanaan terapi atau
operasi.

GAMBAR: Retrograde urethrogram menunjukkan striktur uretra bulbar

4. Instrumentasi

Pada pasien dengan striktur uretra dilakukan percobaan dengan memasukkan


kateter Foley ukuran 24 ch, apabila ada hambatan dicoba dengan kateter dengan
ukuran yang lebih kecil sampai dapat masuk ke buli-buli. Apabila dengan kateter
ukuran kecil dapat masuk menandakan adanya penyempitan lumen uretra.
5. Uretroskopi
Untuk melihat secara langsung adanya striktur di uretra. Jika diketemukan adanya
striktur langsung diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu memotong jaringan
fibrotik dengan memakai pisau sachse.

I.

PENATALAKSANAAN
Striktur uretra tidak dapat dihilangkan dengan jenis obat-obatan apapun.Pasien
yang datang dengan retensi urin, secepatnya dilakukan sistostomi suprapubik untuk
mengeluarkan urin, jika dijumpai abses periuretra dilakukan insisi dan pemberian
antibiotika. Pengobatan striktur uretra banyak pilihan dan bervariasi tergantung panjang
dan lokasi dari striktur, serta derajat penyempitan lumen uretra. Tindakan khusus yang
dilakukan terhadap striktur uretra adalah:
1. Bougie (Dilatasi)
Sebelum melakukan dilatasi, periksalah kadar hemoglobin pasien dan
periksa adanya glukosa dan protein dalam urin.
Tersedia beberapa jenis bougie. Bougie bengkok merupakan satu batang
logam yang ditekuk sesuai dengan kelengkungan uretra pria; bougie lurus, yang
juga terbuat dari logam, mempunyai ujung yang tumpul dan umumnya hanya sedikit
melengkung; bougie filiformis mempunyai diameter yang lebih kecil dan terbuat dari
bahan yang lebih lunak.
Berikan sedatif ringan sebelum memulai prosedur dan mulailah pengobatan
dengan antibiotik, yang diteruskan selama 3 hari. Bersihkan glans penis dan
meatus uretra dengan cermat dan persiapkan kulit dengan antiseptik yang lembut.
Masukkan gel lidokain ke dalam uretra dan dipertahankan selama 5 menit. Tutupi
pasien dengan sebuah duk lubang untuk mengisolasi penis.
Apabila striktur sangat tidak teratur, mulailah dengan memasukkan sebuah
bougie filiformis; biarkan bougie di dalam uretra dan teruskan memasukkan bougie
filiformis lain sampai bougie dapat melewati striktur tersebut. Kemudian lanjutkan
dengan dilatasi menggunakan bougie lurus.

Apabila striktur sedikit tidak teratur, mulailah dengan bougie bengkok atau
lurus ukuran sedang dan secara bertahap dinaikkan ukurannya.
Dilatasi dengan bougie logam yang dilakukan secara hati-hati. Tindakan
yang kasar tambah akan merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang
pada akhirnya menimbulkan striktur lagi yang lebih berat. Karena itu, setiap dokter
yang bertugas di pusat kesehatan yang terpencil harus dilatih dengan baik untuk
memasukkan bougie. Penyulit dapat mencakup trauma dengan perdarahan dan
bahkan dengan pembentukan jalan yang salah (false passage). Perkecil
kemungkinan terjadinya bakteremi, septikemi, dan syok septic dengan tindakan
asepsis dan dengan penggunaan antibiotik.
GAMBAR:
Dilatasi uretra pada pasien pria
(lanjutan). Bougie lurus dan bougie
bengkok (F); dilatasi strikur anterior
dengan sebuah bougie lurus (G)
dilatasi

dengan

bengkok (H-J)

2. Uretrotomi interna

sebuah

bougie

Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan alat endoskopi yang


memotong jaringan sikatriks uretra dengan pisau Otis atau dengan pisau Sachse,
laser atau elektrokoter.
Otis uretrotomi dikerjakan pada striktur uretra anterior terutama bagian distal
dari pendulans uretra dan fossa navicularis, otis uretrotomi juga dilakukan pada
wanita dengan striktur uretra.
Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat Sachse adalah
striktur uretra anterior atau posterior masih ada lumen walaupun kecil dan panjang
tidak lebih dari 2 cm serta tidak ada fistel, kateter dipasang selama 2-3 hari pasca
tindakan. Setelah pasien dipulangkan, pasien harus kontrol tiap minggu selama 1
bulan kemudian 2 minggu sekali selama 6 bulan dan tiap 6 bulan sekali seumur
hidup. Pada waktu kontrol dilakukan pemeriksaan uroflowmetri, bila pancaran
urinnya < 10 ml/det dilakukan bouginasi.
3. Uretrotomi eksterna
Tindakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis kemudian
dilakukan anastomosis end-to-end di antara jaringan uretra yang masih sehat, cara
ini tidak dapat dilakukan bila daerah strikur lebih dari 1 cm. Cara Johansson;
dilakukan bila daerah striktur panjang dan banyak jaringan fibrotik.
-

Stadium I: daerah striktur disayat longitudinal dengan menyertakan sedikit


jaringan sehat di proksimal dan distalnya, lalu jaringan fibrotik dieksisi.
Mukosa uretra dijahit ke penis pendulans dan dipasang kateter selama 5-7
hari.

Stadium II: beberapa bulan kemudian bila daerah striktur telah melunak,
dilakukan pembuatan uretra baru.

4.

Uretroplasty
Dilakukan pada penderita dengan panjang striktur uretra lebih dari 2 cm atau
dengan fistel uretro-kutan atau penderita residif striktur pasca Uretrotomi Sachse.
Operasi uretroplasty ini bermacam-macam, pada umumnya setelah daerah striktur di
eksisi, uretra diganti dengan kulit preputium atau kulit penis dan dengan free graft
atau pedikel graft yaitu dibuat tabung uretra baru dari kulit preputium/kulit penis
dengan menyertakan pembuluh darahnya.

J. KOMPLIKASI
1. Trabekulasi, sakulasi dan divertikel
Pada striktur uretra kandung kencing harus berkontraksi lebih kuat, maka otot kalau
diberi beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat kemudian akan
melemah. Jadi pada striktur uretra otot buli-buli mula-mula akan menebal terjadi
trabekulasi pada fase kompensasi, setelah itu pada fase dekompensasi timbul
sakulasi dan divertikel. Perbedaan antara sakulasi dan divertikel adalah penonjolan
mukosa buli pada sakulasi masih di dalam otot buli sedangkan divertikel menonjol
di luar buli-buli, jadi divertikel buli-buli adalah tonjolan mukosa keluar buli-buli tanpa
dinding otot.
2. Residu urine
Pada fase kompensasi dimana otot buli-buli berkontraksi makin kuat tidak timbul
residu. Pada fase dekompensasi maka akan timbul residu. Residu adalah keadaan
dimana setelah kencing masih ada urine dalam kandung kencing. Dalam keadaan
normal residu ini tidak ada.
3. Refluks vesiko ureteral
Dalam keadaan normal pada waktu buang air kecil urine dikeluarkan buli-buli
melalui uretra. Pada striktur uretra dimana terdapat tekanan intravesika yang
meninggi maka akan terjadi refluks, yaitu keadaan dimana urine dari buli-buli akan
masuk kembali ke ureter bahkan sampai ginjal.
4. Infeksi saluran kemih dan gagal ginjal
Dalam keadaan normal, buli-buli dalam keadaan steril. Salah satu cara tubuh
mempertahankan buli-buli dalam keadaan steril adalah dengan jalan setiap saat
mengosongkan buli-buli waktu buang air kecil. Dalam keadaan dekompensasi
maka akan timbul residu, akibatnya maka buli-buli mudah terkena infeksi.Adanya
kuman yang berkembang biak di buli-buli dan timbul refluks, maka akan timbul

pyelonefritis akut maupun kronik yang akhirnya timbul gagal ginjal dengan segala
akibatnya.
5. Infiltrat urine, abses dan fistulas
Adanya sumbatan pada uretra, tekanan intravesika yang meninggi maka bisa
timbul inhibisi urine keluar buli-buli atau uretra proksimal dari striktur. Urine yang
terinfeksi keluar dari buli-buli atau uretra menyebabkan timbulnya infiltrat urine,
kalau tidak diobati infiltrat urine akan timbul abses, abses pecah timbul fistula di
supra pubis atau uretra proksimal dari striktur.
K. HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER URETRA DENGAN STRIKTUR URETRA
Kunci penting permasalahan striktur uretra adalah terbentuknya jaringan parut
atau scar di dalam lumen uretra. Terbentuknya jaringan parut ini adalah sebuah
proses imun tubuh guna memperbaiki kerusakan yang dialami oleh tubuh.
Setidaknya terdapat dua hal yang menyebabkan terbentuknya jaringan parut, yakni
proses inflamasi dan infeksi. Pada beberapa studi juga menyebutkan sistem saraf
berperan pada terjadinya striktur uretra, namun penelitian itu hanya dilakukan pada
tikus percobaan.
Inflamasi pada striktur uretra. Studi pada penggunaan kateter uretra Batch
menyebutkan keterkaitan pembentukan striktur selama penggunaan dengan
peradangan akut dan kronis yang ditandai setelah implantasi subkutan pada tikus.
Tingkat peradangan tidak berkorelasi dengan kekasaran permukaan kateter yang
dinilai dari pemindaian mikroskop elektron, tetapi menunjukkan hubungan yang
sangat baik dengan efek sitotoksik ekstrak yang larut dari kateter pada makrofag
dalam kultur jaringan. Temuan menunjukkan bahwa pembentukan striktur dapat
diinduksi oleh zat kimia dan tidak mungkin berhubungan dengan kekasaran
permukaan kateter. Walaupun belum jelas bagaimana zat kimia dapat menyebabkan
striktur, namun diperkirakan berperan penting adalah proses imunitas berupa
inflamasi lokal yang terjadi di lumen uretra.
Beberapa faktor etiologi dimana kateter dapat menyebabkan striktur uretra
telah didiskusikan. Beberapa tahun terakhir banyak perhatian bahan kateter,
terutama lateks, dan perannya dalam pembentukan striktur. Kateter uretra terbuat
dari berbagai bahan dikombinasikan dengan bahan kimia yang berbeda. Tampaknya
seolah-olah zat kimia dapat larut dari bahan kateter sehingga menyebabkan reaksi
inflamasi. Menggunakan teknik kultur sel dan model hewan yang diimplantasi dari
bahan kateter ke dalam uretra. Studi tersebut menilai sitotoksisitas secara in vitro
(IC50) dan reaksi inflamasi in vivo dari bahan kateter yang berbeda. Studi ini
menegaskan bahwa terutama bahan lateks tidak memiliki efek sitotoksik dan tidak

menyebabkan peradangan yang cukup di mukosa uretra. Dengan melapisi kateter


dengan perak, sitotoksisitas bisa dikurangi secara signifikan dibandingkan dengan
lateks murni dengan kateter lateks yang dilapisi hidrogel. Beberapa studi telah
menunjukkan efek sitotoksik dari bahan kateter, menunjukkan bahwa efek ini
mungkin penting dalam peradangan uretra. Namun, mekanisme yang tepat di balik
fenomena ini tidak diketahui.16 Dalam upaya untuk menjelaskan reaksi inflamasi
dalam uretra sekunder ke kateter, penelitian selanjutnya mengarah pada pengaruh
sistem saraf pada peradangan uretra. Hasilnya menunjukkan bahwa suatu bagian
penting dalam peradangan yang disebabkan kateter dimainkan oleh reaksi
neurogenik.
Kateter yang menjadi keras atau berkerak dan infeksi adalah kerugian pada
pemasangan kateter jangka panjang. Dalam sebuah penelitian, 77 pasien laki-laki
dilakukan pemasangan kateter secara acak dengan menggunakan 1 dari 3 jenis
kateter: 22 kateter silikon lateks, 28 kateter lateks dilapisisi hidrogel, dan 27 kateter
silikon penuh. Durasi pemasangan kateter rata-rata adalah 2,2 hari. Reaksi inflamasi
uretra dinilai dari spesimen usap sitologi uretra. Kerak kateter dipelajari dengan
menggunakan analisis scanning elektron mikroskopis (SEM) . Kateter silikon penuh
menginduksi peradangan derajat paling ringan di uretra, persentase rata-rata sel-sel
inflamasi dalam apusan adalah 20%. Pada kelompok yang memakai kateter lateks
nilai hapusannya adalah 36%. Baik usia pasien maupun durasi kateterisasi memiliki
efek pada reaksi inflamasi, yang lebih ditandai pada pasien dengan kelainan
hemodinamik. Kateter yang dilapisi hidrogel efektif mencegah kerak, sedangkan
kateter lateks yang dilapisi silikon kurang efektif mencegah timbulnya kerak pada
permukaan kateter. Reaksi inflamasi bervariasi pada semua pasien.
Infeksi pada striktur uretra. Kateter terkait infeksi saluran kemih tetap menjadi
salah satu jenis infeksi yang paling umum yang didapat di rumah sakit. Kemajuan
lebih lanjut dalam pencegahan memerlukan pemahaman yang lebih baik dari
patogenesis. Bakteri dapat masuk ke kandung kemih melalui kontaminasi ujung
kateter pada saat pemasangan dengan flora dari uretra distal atau dari bakteri naik
dari luar ke bagian dalam kateter. Urin sisa pada kandung kemih pasien yang
terpasang kateter meningkatkan risiko bakteriuria. Selama proses infeksi, bakteri
perlu lebih dahulu menempel dengan sel-sel epitel saluran kemih dan atau
permukaan dari kateter. Mereka kemudian akan berkembang menjadi biofilm pada
permukaan kateter dan tahan terhadap sistem kekebalan tubuh dan antibiotik.
Kateter sendiri dapat menyebabkan kerusakan fisik langsung ke epitel kandung
kemih, kateter mungkin beracun dan juga menyebabkan peradangan. Bakteri juga
dapat merusak epitel dan menyebabkan peradangan dan kombinasi dari keduanya

mungkin sinergis dalam timbulnya gejala pada pasien.20 Pada saat peradangan
tersebut sembuh dengan terbentuknya jaringan fibrosa, jika mengurangi luas lumen
uretra, akan terjadilah striktur uretra.
Terbentuknya biofilm pada pemasangan kateter juga menjadi pemicu infeksi
pada uretra. Di saluran kemih, dikenal biofilm terkait infeksi termasuk prostatitis,
sistitis kronis, urolitiasis struvite, dan kateter terkait infeksi. Biofilm melindungi
organisme penyebab dari sistem pertahanan tubuh dan terapi antimikroba.
Pembentukan biofilm secara tradisional telah dianggap hasil dari adhesi dan
pembentukan kapsul oleh mikroorganisme. Biofilm ini akan membuat lingkungan
yang baik untuk bakteri melakukan invasi dan proliferasi di lapisan epitel uretra.
L. PENCEGAHAN
-

Menghindari terjadinya trauma pada uretra dan pelvis

Tindakan transuretra dengan hati-hati, seperti pada pemasangan kateter

Menghindari kontak langsung dengan penderita yang terinfeksi penyakit menular


seksual seperti gonorrhea, dengan jalan setia pada satu pasangan dan memakai
kondom

Pengobatan dini striktur uretra dapat menghindari komplikasi seperti infeksi dan
gagal ginjal.
Melihat beberapa faktor yang telah dijelaskan diatas, terdapat solusi untuk

mencegah

terjadinya

striktur

uretra

atau

paling

tidak

menurunkan

angka

morbiditasnya, terutama akibat pemasangan kateter uretra. Salah satunya yang


paling mudah adalah melakukan program pendidikan kepada tenaga medis. Sebuah
studi yang mencoba melakukan intervensi kepada kelompok sampel guna mencegah
terjadinya striktur uretra. Studi ini dilakukan selama 13 bulan. Pada bualan ke-1
sampai ke-6 injuri yang diakibatkan oleh kateter dicatat dan dianalisis. Pada bulan
ke-7, dilakukan program pendidikan bagi tenaga medis mengenai anatomi dasar
urologi, teknik pemasangan kateter uretra, dan kateter yang aman. Bulan ke-8
sampai ke-13 dilihat insiden injuri terkait kateter. Data sebelum intervensi dan
sesudah kemudian dibandingkan. Didapatkan hasil bahwa sebelum intervensi injuri
terjadi dengan insiden 3,2/1000 pasien dengan 1 pasien yang mengalami striktur
uretra yang berulang. Setelah dilakukan intervensi didapatkan data bahwa inseden
terjadinya injuri berkurang menjadi 0,7/1000 pasien (p=0,006) dan tidak didapatkan
striktur uretra. Ini menunjukkan injuri iatrogenik pada pemasangan kateter dapat
dicegah sehingga angka morbiditas pasien di rumah sakit turun.

Infeksi sebagai salah satu pencetus terjadinya striktur juga dapat dicegah.
Pencegahan dapat diawali dengan sebuah sistem dimana tenaga medis yang
melakukan kateterisasi diingatkan bahwa kateter masih terpasang dan bila tidak
diperlukan dapat dilepas. Selain itu tenaga medis diingatkan untuk mengganti kateter
yang telah terpasang pada interval tertentu dan bila tenaga medis itu bukan dokter
dapat menggantinya tanpa persetujuan dokter. Pada sebuah studi metanalisa
mendapatkan hasil dengan dilakukan intervensi angka kejadian infeksi saluran
kencing terkait kateter berkurang sebesar 52% (P=0,001). Secara keseluruhan
durasi pemasangan kateter berkurang 37%, 2,61 hari lebih sedikit pada pasien
dengan intervensi. Sedangkan pada studi dengan intervensi penggantian kateter
tidak ditemukan perbedaan sebelum dan sesudah intervensi. 23 Bahan kateter juga
dijadikan pertimbangan. Kateter yang dilapisi silver mengurangi angka kejadian
infeksi terkait kateter. Dengan berkurangnya durasi kateterisasi dan angka kejadian
infeksi saluran kemih terkait kateter maka kemungkinan pasien menjadi striktur
uretra juga berkurang.
Pada guideline eropa dan asia menyebukan langkah-langkah untuk
mencegah infeksi terkait kateter. Langkah-langkah tersebut adalah (1) sistem kateter
harus tetap tertutup, (2) durasi pemasangan kateter haruslah seminimal mungkin, (3)
antiseptik

atau antibiotik topical pada kateter, uretra,

atau meatus tidak

direkomendasikan, (4) walaupun keuntungan profilaksis antibiotik dan antiseptik


telah terbukti, tidak direkomendasikan, (5) pelepasan kateter sebelum tengah malam
setelah prosedur operasi non-urologi mungkin bermakna, (6) pada pemasangan
jangka panjang sebaiknya kateter diganti secara teratur, walaupun belum ada bukti
ilmiah interval penggantian kateter, dan (7) terapi antibiotik kronis tidak disarankan.
Tidak ada konsensus mengenai waktu kapan penggantian kateter rutin harus
dilakukan. Hal ini dapat dilihat pada instruksi pabrik. Periode yang lebih pendek
mungkin diperlukan jika ada kerusakan atau kebocoran kateter. Secara umum,
pemakaian jangka panjang kateter harus diganti sebelum terjadi penyumbatan.
Waktu untuk melakukan penggantian berbeda dari satu pasien ke pasien lain.
Berbagai macam tindakan medis dapat menyebabkan striktur uretra, salah
satunya adalah internal urethrotomy. Striktur dapat dicegah dengan melakukan
kateterisasi sendiri secara periodik. Pasien diminta melakukan kateterisasi sendiri
secara berkala setiap hari atau tiap seminggu sekali. Studi menyebutkan, dengan
melakukan ini secara signifikan (P<0,01) striktur uretra berulang lebih sedikit pada
tahun pertama post-operasi. Tidak terdapat komplikasi yang tercatat pada studi ini.
Mitomycin C disebut dapat mencegah striktur uretra pula. Mitomycin C memiliki sifat
antifibroblast dan anticollagen dan dalam laporan pada hewan disebutkan mampu

meningkatkan tingkat keberhasilan trabeculectomy dan miringotomi. Dengan


menyuntikkan mitomycin C pada submukosa uretra pada saat internal urethrotomy
didapatkan penurunan striktur uretra berulang (p=0,006).29 Penggunaan alat seperti
sumpit yang terbuat dari baja telah dilaporkan di Cina. Metode ini merupakan metode
dimana pasien melakukan dilatasi uretra sendiri. Pemakaian sumpit ini dilakukan
setelah dilakukan urethrotomy dengan ukuran 18 French. Seberapa dalam
penggunaan sumpit ini ditentukan oleh lokasi striktur. Tidak ada striktur uretra
berulang yang dilaporkan pada laporan ini.
Beberapa tindakan dapat dilakukan untuk mencegah trauma uretra
iatrogenik. Rekomendasi yang diberikan eropa adalah mencegah kateterisasi yang
beresiko trauma, durasi pemasangan kateter dilakukan seminimal mungkin, dan
pada saat melakukan operasi abdomen atau pelvis harus dilakukan dengan kateter
uretra terpasang sebagai struktur protektif.
M. PROGNOSIS
Striktur uretra kerap kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani
pemeriksaan yang teratur oleh dokter. Penyakit ini dikatakan sembuh jika setelah
dilakukan observasi selama satu tahun tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan.
Striktura uretra seringkali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani
pemeriksaan/kontrol secara teratur minimal sampai 1 tahun setelah operasi dan tidaka
menunjukkan tanda-tanda kekambuhan.
Setiap kontrol dilakukan pemeriksaan pancaran urine yang langsung dilihat oleh
dokter atau menggunakan rekaman uroflowmetri. Beberapa tindakan yang dapat
dilakukan tiap control adalah sebagai berikut.
1. Dilatasi berkala dengan menggunakan busi
2. CIC (clean intermitten catheterization) atau kateterisasi bersih mandiri berkala
yaitu pasien dianjurkan untuk melakukan kateterisasi secara periodik pada
waktu tertentu dengan kateter yang bersih( tidak perlu steril) guna mencegah
kekambuhan striktura.
N. STRIKTUR URETRA PADA WANITA
Etiologi striktur pada wanita berbeda dengan laki-laki, etiologi striktura uretra
pada wanita radang kronis. Biasanya di derita wanita usia diatas 40 tahun dengan
sindroma sistitis berulang yaitu disuria, frekuensi dan urgensi. Diagnosis striktur uretra
dibuat dengan bougie aboule, tanda khas dari pemeriksaan bougie aboule adalah pada
waktu dilepas terdapat flik/hambatan. Pengobatan dari striktura uretra pada wanita
dengan dilatasi, kalo gagal dengan otis uretrotomi.

Вам также может понравиться

  • LP Ca Buli
    LP Ca Buli
    Документ25 страниц
    LP Ca Buli
    sofyfitri
    Оценок пока нет
  • Sistostomi 2
    Sistostomi 2
    Документ12 страниц
    Sistostomi 2
    Muhammad Nurzakky
    Оценок пока нет
  • Ruptur Ureter
    Ruptur Ureter
    Документ5 страниц
    Ruptur Ureter
    Anonymous fOcbAt
    Оценок пока нет
  • Trauma Traktus Urinarius
    Trauma Traktus Urinarius
    Документ26 страниц
    Trauma Traktus Urinarius
    Abdelrahman M. Alnweiri
    Оценок пока нет
  • Bab 2 Tinjauan Pustaka Fournier's Gangrene
    Bab 2 Tinjauan Pustaka Fournier's Gangrene
    Документ20 страниц
    Bab 2 Tinjauan Pustaka Fournier's Gangrene
    Lhyna Aida
    Оценок пока нет
  • LP Hidronefrosis Prisca
    LP Hidronefrosis Prisca
    Документ11 страниц
    LP Hidronefrosis Prisca
    prisca_yanuar
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan CA Buli-Buli
    Laporan Pendahuluan CA Buli-Buli
    Документ14 страниц
    Laporan Pendahuluan CA Buli-Buli
    alfrida tambing
    Оценок пока нет
  • Patofisiologi (WOC) BPH
    Patofisiologi (WOC) BPH
    Документ1 страница
    Patofisiologi (WOC) BPH
    Miftahul Husna
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Striktur Uretra
    Laporan Pendahuluan Striktur Uretra
    Документ10 страниц
    Laporan Pendahuluan Striktur Uretra
    richman
    Оценок пока нет
  • BPH Pro Turp
    BPH Pro Turp
    Документ28 страниц
    BPH Pro Turp
    Al-amien Madridista Ibnu-jakfar
    Оценок пока нет
  • Lp+askep Striktur-Uretra
    Lp+askep Striktur-Uretra
    Документ10 страниц
    Lp+askep Striktur-Uretra
    anon_543702124
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Retensi Urin
    Asuhan Keperawatan Retensi Urin
    Документ12 страниц
    Asuhan Keperawatan Retensi Urin
    firman
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Mioma Uteri
    Laporan Pendahuluan Mioma Uteri
    Документ29 страниц
    Laporan Pendahuluan Mioma Uteri
    Putria Marta Al Ahda
    Оценок пока нет
  • LP CA Prostat
    LP CA Prostat
    Документ17 страниц
    LP CA Prostat
    Dewa Dwija
    100% (1)
  • LP - Ileus Obstruktif
    LP - Ileus Obstruktif
    Документ15 страниц
    LP - Ileus Obstruktif
    sutiyo
    Оценок пока нет
  • LP Batu Saluran Kemih
    LP Batu Saluran Kemih
    Документ31 страница
    LP Batu Saluran Kemih
    TiaRily
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Struma - Doc Prin
    Laporan Pendahuluan Struma - Doc Prin
    Документ11 страниц
    Laporan Pendahuluan Struma - Doc Prin
    Annha Balabalux
    Оценок пока нет
  • LP Urolithiasis Kencing Batu
    LP Urolithiasis Kencing Batu
    Документ13 страниц
    LP Urolithiasis Kencing Batu
    christy oktaviana
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan BPH
    Laporan Pendahuluan BPH
    Документ31 страница
    Laporan Pendahuluan BPH
    Nathalia Rose Fransisca Karma
    Оценок пока нет
  • Striktur Uretra
    Striktur Uretra
    Документ12 страниц
    Striktur Uretra
    RiaAprilia
    Оценок пока нет
  • LP - Batu Buli-Buli
    LP - Batu Buli-Buli
    Документ13 страниц
    LP - Batu Buli-Buli
    Alialfatih
    Оценок пока нет
  • LP Batu Ginjal
    LP Batu Ginjal
    Документ20 страниц
    LP Batu Ginjal
    zahraumaiya
    0% (1)
  • Askep Batu Saluran Kemih
    Askep Batu Saluran Kemih
    Документ11 страниц
    Askep Batu Saluran Kemih
    Santi Cuute
    Оценок пока нет
  • Askep Striktur Uretra
    Askep Striktur Uretra
    Документ21 страница
    Askep Striktur Uretra
    Muhammad Mauludin Harahap
    67% (3)
  • Retensio Urin
    Retensio Urin
    Документ8 страниц
    Retensio Urin
    endro susanto
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Ureterolithiasis
    Laporan Pendahuluan Ureterolithiasis
    Документ14 страниц
    Laporan Pendahuluan Ureterolithiasis
    Matheus Dharma Prathama
    Оценок пока нет
  • Pemeriksaan Penunjang Retensi Urin
    Pemeriksaan Penunjang Retensi Urin
    Документ6 страниц
    Pemeriksaan Penunjang Retensi Urin
    Ieien Muthmainnah
    Оценок пока нет
  • Askep Ileus Paralitik
    Askep Ileus Paralitik
    Документ13 страниц
    Askep Ileus Paralitik
    Risno Ruben
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Striktur Uretra
    Asuhan Keperawatan Striktur Uretra
    Документ8 страниц
    Asuhan Keperawatan Striktur Uretra
    Ena Purnama Sari
    Оценок пока нет
  • LP Eliminasi
    LP Eliminasi
    Документ11 страниц
    LP Eliminasi
    Gusti Milenial
    Оценок пока нет
  • LP Epilepsi
    LP Epilepsi
    Документ21 страница
    LP Epilepsi
    Wulan
    Оценок пока нет
  • Penyimpangan KDM BPH
    Penyimpangan KDM BPH
    Документ1 страница
    Penyimpangan KDM BPH
    Ilham Zulfikar Palawa
    Оценок пока нет
  • LP Ikterus Kolestatik
    LP Ikterus Kolestatik
    Документ1 страница
    LP Ikterus Kolestatik
    Adeliana Wana
    Оценок пока нет
  • KMB II - Askep Gagal Ginjal Kronik (GGK)
    KMB II - Askep Gagal Ginjal Kronik (GGK)
    Документ25 страниц
    KMB II - Askep Gagal Ginjal Kronik (GGK)
    Reza Alamri
    Оценок пока нет
  • Batu Ureter
    Batu Ureter
    Документ21 страница
    Batu Ureter
    Septian Sapta Hadi
    Оценок пока нет
  • LP HHF Udah Jadi
    LP HHF Udah Jadi
    Документ11 страниц
    LP HHF Udah Jadi
    dicky firman
    Оценок пока нет
  • Anatomi Saluran Kemih
    Anatomi Saluran Kemih
    Документ7 страниц
    Anatomi Saluran Kemih
    Nurmila
    Оценок пока нет
  • Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder
    Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder
    Документ30 страниц
    Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder
    Yanii Amaliia
    Оценок пока нет
  • Pengertian Laparatomi
    Pengertian Laparatomi
    Документ3 страницы
    Pengertian Laparatomi
    Natalia Desy
    0% (1)
  • LP Tumor Abdomen
    LP Tumor Abdomen
    Документ11 страниц
    LP Tumor Abdomen
    Thya Dewiiy
    Оценок пока нет
  • Atresia Ileum
    Atresia Ileum
    Документ13 страниц
    Atresia Ileum
    vinoadhiyoga
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Frakture Mandibula
    Laporan Pendahuluan Frakture Mandibula
    Документ18 страниц
    Laporan Pendahuluan Frakture Mandibula
    YunittaMuassasSari
    100% (2)
  • Urologi - Striktur Uretra
    Urologi - Striktur Uretra
    Документ13 страниц
    Urologi - Striktur Uretra
    maprianto22
    100% (1)
  • Anfis-Perkemihan Materi
    Anfis-Perkemihan Materi
    Документ184 страницы
    Anfis-Perkemihan Materi
    Fatris
    100% (1)
  • Woc Sle
    Woc Sle
    Документ1 страница
    Woc Sle
    Novat EM
    Оценок пока нет
  • Kolestasis Bab 1-5
    Kolestasis Bab 1-5
    Документ81 страница
    Kolestasis Bab 1-5
    septi
    100% (2)
  • Kista Duktus Koledokus
    Kista Duktus Koledokus
    Документ3 страницы
    Kista Duktus Koledokus
    Ira Pratiwi
    Оценок пока нет
  • LP Eklampsia Tari
    LP Eklampsia Tari
    Документ16 страниц
    LP Eklampsia Tari
    Mentari Fajriani
    Оценок пока нет
  • Batu Ureter
    Batu Ureter
    Документ23 страницы
    Batu Ureter
    parames
    Оценок пока нет
  • Ca Bulli
    Ca Bulli
    Документ14 страниц
    Ca Bulli
    lautanbiru
    Оценок пока нет
  • Batu Saluran Kemih
    Batu Saluran Kemih
    Документ42 страницы
    Batu Saluran Kemih
    Qonnita
    100% (2)
  • Askep Abses Hepar
    Askep Abses Hepar
    Документ9 страниц
    Askep Abses Hepar
    radja212
    Оценок пока нет
  • Erktcyiu
    Erktcyiu
    Документ25 страниц
    Erktcyiu
    lutfiasih.rahmawati
    Оценок пока нет
  • LP Striktur Uretra
    LP Striktur Uretra
    Документ56 страниц
    LP Striktur Uretra
    Lusia Wiwid
    Оценок пока нет
  • Makalah Striktur Uretra
    Makalah Striktur Uretra
    Документ19 страниц
    Makalah Striktur Uretra
    UyunApriliani
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Striktur Uretra
    Laporan Pendahuluan Striktur Uretra
    Документ18 страниц
    Laporan Pendahuluan Striktur Uretra
    Maratus Ulfa
    Оценок пока нет
  • Makalah Striktur Uretra Jadi
    Makalah Striktur Uretra Jadi
    Документ29 страниц
    Makalah Striktur Uretra Jadi
    faza
    Оценок пока нет
  • LP Striktur Uretra Ngeb
    LP Striktur Uretra Ngeb
    Документ29 страниц
    LP Striktur Uretra Ngeb
    Bbenq Prasetyo
    Оценок пока нет
  • Makalah Striktur Uretra
    Makalah Striktur Uretra
    Документ12 страниц
    Makalah Striktur Uretra
    am555999
    100% (1)
  • Jurnal Uretra Pars Bulbosa
    Jurnal Uretra Pars Bulbosa
    Документ7 страниц
    Jurnal Uretra Pars Bulbosa
    Esa Aldi
    Оценок пока нет
  • Ventriculoperitoneal Shunt
    Ventriculoperitoneal Shunt
    Документ20 страниц
    Ventriculoperitoneal Shunt
    kelompok14rssa
    Оценок пока нет
  • Pathway Hemodialisa
    Pathway Hemodialisa
    Документ2 страницы
    Pathway Hemodialisa
    dominggus_amah
    78% (9)
  • LP Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan CKD HD Nyeri Dada
    LP Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan CKD HD Nyeri Dada
    Документ26 страниц
    LP Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan CKD HD Nyeri Dada
    kelompok14rssa
    100% (1)
  • SAP CKD Anemia
    SAP CKD Anemia
    Документ5 страниц
    SAP CKD Anemia
    Fenti
    Оценок пока нет
  • Sak Dyspepsia Sondroma
    Sak Dyspepsia Sondroma
    Документ7 страниц
    Sak Dyspepsia Sondroma
    kelompok14rssa
    Оценок пока нет
  • LP Amputasi
    LP Amputasi
    Документ10 страниц
    LP Amputasi
    kelompok14rssa
    Оценок пока нет
  • LP Tumor Colli
    LP Tumor Colli
    Документ13 страниц
    LP Tumor Colli
    kelompok14rssa
    Оценок пока нет