Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2
1. Anatomi Otak
2. Fisiologi Otak
Otak terbagi atas :
a. Otak besar (serebrum)
1) Serebrum (otak besar) merupakan bagian terluas dan
terbesar dari otak, berbentuk telur, mengisi penuh bagian
depan atas rongga tengkorak, pada serebrum ditemukan
beberapa lobus yaitu : lobus frontalis, lobus parietalis,
lobus temporalis dan lobus oksipitalis.
2) Fungsi serebrum adalah :
a) Mengingat pengalaman-pengalaman yang lalu.
b) Pusat persyarafan yang menangani aktivitas mental, akal,
intelegensi, keinginan dan memori.
c) Pusat menangis, buang air besar dan buang air kecil.
serebelum
(vestibula
serebelum)
untuk
10
tidak
memungkinkan
perluasan
intracranial.
Tulang
fraktur
terkoyaknya
satu dari
salah
tulang
tengkorak
arteri-arteri
ini,
menyebabkan
maka
akan
bila di
11
a)
b)
2.
12
tumpul
kecepatan
tinggi
b.
menurut
Brunner&Suddarth
(2002),
1. Komosio
Komosio serebral setelah cedera kepala adalah hilangnya
fungsi neurologik sementara tanpa kerusakan struktur. Komosio
umumnya meliputi sebuah periode tidak sadarkan diri dalam waktu
yang berakhir selama beberapa menit. Getaran otak sedikit saja
13
diakibatkan
dari
fraktur
tulang
tengkorak
yang
14
b. Hematom Subdural
Hematom subdural adalah pengumpulan darah di antara
dura dan dasar otak, suatu ruang ini pada keadaan normal diisi
oleh cairan. Paling sering disebabkan oleh trauma, tetapi juga
terjadi kecenderungan perdarahan yang serius dan aneurisma.
Hemoragi subdural lebih sering terjadi pada vena dan merupakan
akibat terputusnya pembuluh darah kecil yang menjembatani
ruang subdural
c. Hematoma Subdural Akut
Trauma yang merobek duramater dan arachnoid sehingga
darah dan CSS masuk ke dalam ruang subdural. Gangguan
neurologik progresif disebabkan oleh tekanan pada jaringan otak
dan herniasi batang otak. Keadaan ini menimbulkan berhentinya
pernafasan dan hilangnya kontrol denyut nadi dan tekanan darah.
Cedera ini menunjukkan gejala dalam 2448 jam setelah trauma.
Diagnosis
dibuat
dengan
arteriogram
karotis
dan
15
f.
Hemoragi intraserebral
Hemoragi intraserebral adalah perdarahan ke dalam
substansi otak. Hemoragi biasanya terjadi pada cedera kepala
dimana tekanan mendesak ke kepala sampai daerah kecil.
Hemoragi ini di dalam otak mungkin juga diakibatkan oleh
hipertensi sistemik, yang menyebabkan degenerasi dan ruptur
pembuluh darah; rupture kantung aneurisma; anomali vaskuler;
tumor intracranial; penyebab sistemik, termasuk gangguan
perdarahan seperti leukemia, hemofilia, anemia aplastik, dan
trombositopenia. (Brunner & Suddarth, 2002)
2)
Patofisiologi
16
neurofisiologis
pernafasan
sangant
kompleks,
beberapa
kontrol
terhadap
frekuensi
dan
irama
pernafasan. Nucleus pada pons dan area otak tengah dari batang otak
mengatur otomatisasi pernafasan. Sel-sel pada area ini bertanggunga
jawab pada perubahan kecil dari pH dan kandungan oksigen sekitar
darah dan jaringan. Pusat ini dapat dicederai oleh peningkatan TIK
dan hipoksia serta oleh trauma langsung. Trauma serebral yang
mengubah tingkat kesadaran biasanya menimbulkan hipoventilasi
alveolar karena nafas dangkal. Faktor ini akhirnya menimbulkan gagal
nafas, yang mengakibatkan laju mortalitas tinggi pasien dengan cedera
17
WOC
Trauma kepala
Ekstra kranial
Terputusnya kontinuitas
jaringan kulit, otot dan
vaskuler
Tulang kranial
Terputusnya kontinuitas
jaringan tulang
Intra kranial
18
Resiko
infeksi
Perdarahan
hematoma
Nyeri
Perubahan autoregulasi
Oedema serebral
Iskemia
Hipoksia
Perubahan
jaringan
perfusi
kejang
Peningkatan TIK
Mual-muntah
Papilodema
Pandangan kabur
Girus medialis lobus
temporalis tergeser
Penurunan fungsi
pendengaran
Bersihan
jln nafas
Obstruksi
jln. Nafas
Dispnea
Henti
nafas
Perubaha
n. Pola nafas
Defisit neurologis
Nyeri kepala
Resiko kurangnya
volume cairan
Herniasi unkus
Gangg.
Perfusi
jaringan
serebral
Resiko injuri
immobilitasi
cemas
Resiko tidak
efektif jln. Nafas
3) 2.1Tanda
Dan Gejala
Bagan
Pathway
Cedera Kepala Sedang, modifikasi teori Pearce,
1. Pola pernafasan
Evelyn,C, 2002
Pusat pernafasan diciderai oleh peningkatan TIK dan
hipoksia, trauma langsung atau interupsi aliran darah. Pola
pernafasan dapat berupa hipoventilasi alveolar, dangkal.
19
Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah:
1. CT-Scan untuk mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan,
determinan ventrikuler dan perubahan jaringan otak. tidak
tampak fraktur pada calvaria (neurocranium intact)
2. MRI digunakan sama dengan CT-Scan dengan atau tanpa
kontras radioaktif.
3. Angiografi untuk menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
akibat oedema.
20
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien cedera kepala sedang menurut
Maryadi, H, 2008 terdiri dari:
a.
Air dan Breathing
1. Perhatikan adanya apnoe
2. Untuk cedera kepala berat lakukan intubasi endotracheal.
Penderita mendapat ventilasi dengan oksigen 100% sampai
21
pupil
yang
telah
berdilatasi.
PCO2
harus
adalah
menormalkan
tekanan
darah.
Lakukan
2.2
22
23
yang
menderita
gangguan jantung,
24
25
26
vertigo,
pendengaran,
sinkope/pusing,
perubahan
dalam
tinitus,
kehilangan
penglihatan,
seperti
27
apakah
terdapat
serumen
atau
tidak,
apakah
28
29
lesi,
perdarahan,
determinan
ventrikuler,
dan
30
Mendeteksi
keberadaan
ventilasi
atau
masalah
Diagnosa keperawatan
1. Analisa Data
Analisa data adalah pengumpulan data selama pengkajian
didapat dari berbagai sumber di validasi dan diurut ke dalam
kelompok yang membentuk pola ( Widyati, 2006 ).
31
Symptom
Data subyektif:
a. Klien mengatakan
sesak dan susah
bernafas
b. Klien
nampak
pucat
Data obyektif:
a. Tampak
tarikan
dinding dada
b. Klien lemah dan
berkeringat
c. Respirasi 20x/ mnt
D/S :
Klien mengatakan
badannya
terasa
lemah dan tidak ada
tenaga
- Klien mengatakan
haus
- Klien mual dan
muntah
DO:
- Tugor kulit jelek
- Kehilangan
berat
badan
- Penurunan
urine
output
- Hb : 10 gr/ dl
- Tanda-Tanda vital:
TD:
90/70 mmHg
N :
82x/ mnt
S :
32,50c
RR: 18x/ mnt
DS :
- Klien mengatakan
terdapat luka pada
bagian tubuhnya
Etiologi
Perubahan
autoregulasi
Kejang
Problem
Bersihan
jalan nafas
tidak
epektif
Perubahan sirkulasi
Peningkatan TIK
Mual muntah
Trauma kepala
Esktra kranial
Resiko
kurangnya
volume
cairan
Resiko
infeksi
32
DO :
- Luka tampak basah
- Suhu
tubuh
meningkat
- Perubahan
status
mental
- Tampak kemerahan
disekitar luka
DS :
- Klien mengatakan
merasakan kurang
nyaman
dengan
adanya nyeri
DO :
- Klien
nampak
gelisah
- Perubahan
nafsu
makan
- Perilaku
distraksi
(misalnya
modarmandir,
aktivitas
berulang).
- Gangguan tidur
DS :
- Klien mengatakan
lemah dan tidak
mampu melakukan
aktivitas sendiri
DO :
- Klien nampak lemah
- Klien
hanya
berbaring ditempat
tidur
- Aktivitas
dibantu
oleh keluarga
Terputusnya
kontinuitas jaringan
kulit, otot dan
vaskuler
Trauma kepala
Nyeri akut
tulang kranial
Terputusnya
kontinuitas jaringan
tulang
Nyeri
Trauma kepala
girus medialis
lobus tertekan
Gangguan
mobilitas
fisik
messenflon tertekan
immobilisasi
33
: Spesifik
: Reality ( Nyata )
: Time ( waktu ).
36
No
1
Tgl/jam
Intervensi
Rasionalisasi
1.
1. Perubahan yang terjadi dan hasil
Kaji kecepatan, kedalaman,
pengkajian
berguna
dalam
frekuensi, irama dan
menunjukkan adanya komplikasi
bunyi nafas
pulmonal dan luasnyas bagian
otak yang terkena
2. Dengan menempatkan pasien
2.
pada posisi semi fowler maka
Atur posisi pasien dengan
akan mengurangi penekanan isi
posisi semi fowler
rongga
perut
terhadap
diaprahgma, sehingga ekspansi
paru tidak terganggu. Kepala
diitnggikan dengan tempat tidur
(tanpa bantal) untuk mencegah
hiperekstensi/ fleksi
3. Dengan dilakukan penghisapan
3.
lender maka jalan napas akan
Lakukan
penghisapan
bersih dan akumulasi dari secret
lender dengan hati-hati
bisa dicegah sehingga pernapasan
selama 10-15 detik.
akan tetap lancer dan efektif.
Catat sifat, warna dan
Penghisapan dilakukan hati-hati
bau secret. Lakukan bila
untuk
mencegah
terjadinya
tidak ada retak pada
infeksi saluran napas dan reflex
tulang
basal
dan
vagal
robekan dural
37
No
2
Tgl/jam
d.
e.
f.
g.
h.
Intervensi
Rasionalisasi
Monitor
2.2.3.1.1
Monitor asupan
asupan haluaran setiap 8
haluaran
untuk
mendeteksi
jam sekali dan timbang
timbulnya tanda-tanda berlebihan
BB setiap hari bila dapat
atau kekurangan cairan yang
dilakukan
dapat dibuktikan pula dengan
penimbangan berat badan (BB)
Berikan
2.2.3.1.2
Berguna untuk
cairan setiap hari tidak
menghindari peningkatan cairan
boleh lebih dari 2000 cc
di ruang ekstraseluler yang dapat
menambah oedema otak.
Pasang
2.2.3.1.3
Dapat
dower
kateter
dan
membantu
kelancaran
urin
monitor warna urin,
sehingga tidak terjadi urin statis.
baud an air keluaran
Monitor kualitas dan kuantitas
urin
urin untuk mencegah komplikasi.
Kolaborasi 2.2.3.1.4
Lusix
dapat
dengan tim medis dalam
membantu meningkatkan eksresi
pemberian lasix
urin
Kolaborasi
dengan tim medis analis 2.2.3.1.5
Pada
trauma
untuk
pemeriksaan
kepala dengan pemakaian monitol
kadar elektrolit tubuh
dan obat-obat diuretic dapat
mengalami
keseimbangan
elektrolit,
hiponatremia
atau
38
Tgl/jam
Dx. keperawatan
Resiko infeksi
1.
2.
3.
4.
Intervensi
Lakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah
melakukan
perawatan
secara
aseptic
dan
antiseptic
Monitor suhu tubuh dan
penurunan kesadaran
Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
obat-obatan anti biotic
Kolaborasi dengan tim
analisis
untuk
pemeriksaan,
kadar
leukosit, liquor dari
hidung, telinga dan urin
serta kultur resistensi
Rasionalisasi
1.
Untuk
mencegah
infeksi nosokomial
2.
Untuk
mendeteksi
tanda-tanda sepsis
3.
Antibiotik
berguna
untuk
membunuh
atau
memberantas
penyakit
yang
masuk ke dalam tubuh sehingga
infeksi dapat dicegah
4.
Kadar leukosit darah
dan urin adalah indicator dalam
menentukan
adanya
infeksi.
Luquor dari mulut dan hidung
diperiksa untuk menentukan asal
cairan dan kultur resistensi untuk
menentukan jenis kuman dan
terapi yang akan digunakan.
5.
Bila ada kuman yang
masuk melalui hidung dan telinga
akan menyebar sampai cairan
39
dengan
kasa
steril,
jangan
memasukkan
alat-alat tidak steril
No
4
Tgl/jam
Dx. keperawatan
Nyeri akut
serebrospinal
menyebabkan
meningitis
sehingga
abses
dapat
dan
Intervensi
Rasionalisasi
1.
Kaji
1.
Untuk memudahkan
mengenai
lokasi,
membuat intervensi
intensitas, penyebaran,
tingkat kegawtan dan 2.
Latihan napas dalam
keluhan-keluhan pasien
dan relaksasi otot-otot dapat
2.
Ajarkan
mengurangi ketegangan saraf
latihan teknik relaksasi
sehingga pasien merasa lebih
seperti latihan napas
rileks dan dapat mengurangi rasa
dalam dan relaksasi ototnyeri kepala, pusing dan vertigo.
otot.
Latihan napas dalam dapat
membantu pemasukan oksigen
lebih banyak, terutama untuk
oksigenasi otak
3.
Posisi kepala lebih
atas
dari
kaki
kanan,
3.
Buat posisi
meningkatkan dan melancarkan
kepala lebih tinggi
aliran balik pembuluh darah vena
dari kepala sehingga dapat
mengurangi oedema dan TIK
4.
Respon yang tidak
menyenangkan
menambah
4.
Kurangi
ketegangan saraf dan message
40
Tgl/jam
Dx. keperawatan
Immobilitas fisik
41
41
2.2.4
Pelaksanaan
Pelaksanaan
merupakan
tahap
keempat
dari
proses
hubungannya
dengan
hasil
yang
diharapkan.
42
40
O (Obyektif)
A (analisa)
2.2.6
Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah bukti pencatatan dan
pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan
41