Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH :
NI KADEK DIYANTINI (1102105023)
PSIK A 2011
2. Epidemiologi
Virus dengue pertama kali ditemukan di Filipina pada tahun 1953 dan
selanjutnya menyebar ke berbagai Negara, terutama di daerah perkotaan
yang berpenduduk padat seperti di Amerika Selatan, Karibia, Asia
Tenggara, dan India, yang diperkirakan 2,5 miliar orang atau hampir 40
persen populasi dunia tinggal di daerah endemis yang memungkinkan
terinfeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk setempat. Di Indonesia,
penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya dengan
jumlah penderita 58 orang dengan kematian 24 orang (41,3%). Setelah itu,
setiap tahunnya selalu terjadi KLB di beberapa provinsi, yang terbesar
terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah penderita 79.480 orang dengan
kematian sebanyak 800 orang lebih. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah
kasus terus naik tapi jumlah kematian turun secara bermakna
dibandingkan tahun 2004. Misalnya jumlah kasus tahun 2008 sebanyak
137.469 orang dengan kematian 1.187 orang atau case fatality rate (CFR)
0,86% serta kasus tahun 2009 sebanyak 154.855 orang dengan kematian
1.384 orang atau CFR 0,89% (Candra, 2010).
3. Etiologi
Penyebab DHF adalah Arbovirus (Arthropodborn Virus) dari famili
Flaviviridae dan genus Flavivirus, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes (Aedes albopictus dan Aedes aegepty). Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, yang
masing-masing akan menimbulkan gejala yang berbeda-beda jika
menyerang manusia. Serotipe yang menyebabkan infeksi paling berat di
Indonesia adalah DEN-3 (Mansjoer, 1999).
Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna dengan
siklus hidup berupa telur, larva, pupa dan nyamuk dewasa. Nyamuk betina
meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individu yang terpisah
satu
dengan
yang
lain,
dan
menempel
pada
dinding
tempat
untuk
patokan
pemberian
cairan
intravena.
Terjadinya
disini
terjadi
akibat
berkurangnya
trombosit
(trombositopeni).
c. Syok
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakit, yang
disebabkan oleh perdarahan dan kebocoran plasma di intravaskuler
akibat kapiler yang rusak. Tanda-tanda syok meliputi:
Kulit dingin, lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan dan
kaki
Gelisah dan sianosis disekitar mulut
Nadi cepat, lemah, sampai tidak teraba
Tekanan darah menurun (tekanan sistolik80 mmHg, diastolik20
mmHg)
d. Gejala lain, seperti anoreksia, mual muntah, sakit perut, diare atau
konstipasi serta kejang, hingga penurunan kesadaran.
7. Pemeriksaan Fisik
Pada kasus DHF, hasil pemeriksaan fisik sering menunjukkan gejala
demam yang terjadi secara mendadak berlangsung selama 27 hari, yang
dapat diserta dengan anoreksia, nyeri punggung, nyeri tulang dan
persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah. Selain itu mudah ditemukan
tanda-tanda perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi dan purpura, serta perdarahan ringan hingga
sedang
pada
saluran
cerna
bagian
atas
sehingga
menyebabkan
laboratorium
dilakukan
terutama
untuk
mendeteksi
Trombosit
Umumnya terdapat trombositopenia (jumlah trombosit<100.000/l)
pada hari ke 3-8.
Hematokrit
Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke3 demam.
Hemostasis
Dilakukan pemeriksaan prothrombin time (PT), partial thromboplastin
time (aPTT), thrombin time (TT) atau fibrinogen pada keadaan yang
dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein/albumin
Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma. Nilai normal
albumin adalah 3-5,5 g/dl, nilai normal protein total adalah 5-8 g/dl.
SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase)
SGOT/SGPT dapat meningkat. Nilai normal alanin aminotransferase
adalah 0-40 IU/l.
Elektrolit
Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan. Jumlah kalium
normal serum adalah 3,5-5,2 mEq/l, sedangkan natrium 135-145 mEq/l.
Golongan darah dan cross match
Bila akan diberikan transfusi darah dan komponen darah.
Imunoserologi
Pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue. IgM terdeteksi mulai hari
ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah 60-90 hari.
IgG pada infeksi primer mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi
sekunder IgG mulai terdeteksi pada hari ke-2.
Pemeriksaan Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan.
Tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat
dijumpai pada kedua hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula
dideteksi dengan pemeriksaan USG (WHO, 1986; Price and Wilson, 2005;
Shepherd, 2013).
9. Kriteria Diagnosis
Berdasarkan kriteria WHO (1986), DHF ditegakkan bila:
a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
Uji bending positif
Petekie , ekimosis, ataupurpura
Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan dari tempat
lain).
Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia (jumlah trombosit< 100.000/l)
d. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma)
sebagai berikut:
Peningkatan hematocrit>20% dibandingkan standar sesuai umur dan
jenis kelamin.
Penurunan hematocrit>20%
setelah
mendapat
terapi
cairan,
asites
atau
hipoproteinemia.
10. Penatalaksanaan
Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis.
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat
kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah
bilamana
diperlukan.
Proses
kebocoran
plasma
dan
terjadinya
jenis cairan dan jumlah serta kecepatan cairan yang akan diberikan (WHO,
2004).
a. Jenis Cairan
Kristaloid (ringer laktat, ringer asetat, cairan salin)
Koloid (Dextran 40 dan plasma)
WHO menganjurkan terapi kristaloid sebagai cairan standar pada terapi
DBD karena dibandingkan dengan koloid, kristaloid lebih mudah
didapat dan lebih murah.
b. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sangat bergantung dari banyaknya
kebocoran plasma yang terjadi serta seberapa jauh proses tersebut
masih akan berlangsung. Pada kondisi DBD derajat 1 dan 2, cairan
diberikan untuk kebutuhan rumatan
poliklinik
dalam
waktu
24 jam
berikutnya
(dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Aquilino, M.L., et al. (2004). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourt
Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
Candra, Aryu. (2010). Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan
Faktor Risiko Penularan. Semarang: UNDIP.
Directorate of National Vector Borne Diseases Control Programme. (2008).
Guidelines
for
Clinical
Management
of
Dengue
Fever, Dengue
melalui
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16366/2/Chapter%20II.pdf,
pada tanggal 12 juli 2015.
Mansjoer, Arif. (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius.
McCloskey, J.C. (2004). Nursing Interventions Classification (NIC), Fourth
Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
Nanda International. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 20152017, Tenth Edition. Oxford: Wiley Blackwell.
Price and Wilson. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,
Vol. 1, Ed. 6. Jakarta: EGC..
Shepherd, Suzanne Moore. (2013).
Dengue.
(online),
diakses
http://emedicine.medscape.com/article/215840-workup#showall,
melalui
pada
berupa kulit dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan
dan kaki, gelisah dan sianosis disekitar mulut, nadi cepat, lemah,
sampai tidak teraba, serta tekanan darah menurun (tekanan sistolik80
mmHg, diastolik20 mmHg).
5) Hasil pemeriksaan penunjang
Dari hasil pemeriksaan darah akan didapatkan adanya penurunan
trombosit
<100.000
g/ml
(trombositopenia),
penurunan
atau
Rencana
Tujuan
Keperawatan
Kriteria Hasil
Hipertermi b/d Setelah diberikan asuhan
infeksi penyakit keperawatan selama x 24
t/d kulit teraba jam, terjadi penurunan suhu
panas,
tampak
kemerahan,
hasil:
NOC
takikardia,
takipnea,
hipotensi
Label:
Thermoregulation
1. Menggigil berkurang
2. Nyeri otot berkurang
3. Penurunan suhu kulit
4. Perubahan warna kulit
NOC Label: Vital Signs
1. Suhu tubuh dalam batas
normal (36-37,50C)
2. Frekuensi nadi dalam
NIC
Label:
Rasional
Temperature
Regulation
1. Monitor temperatur setiap 2 1. Memonitor temperatur setiap 2 jam
jam sekali dengan tepat.
sekali dengan tepat.
2. Monitor tekanan darah, nadi 2. Memonitor tekanan darah, nadi dan
dan
frekuensi
pernafasan
secara tepat.
3. Memonitor warna kulit
3. Monitor perubahan warna
kulit
4. Memonitor dan laporkan tanda dan
4. Monitor dan laporkan tanda
gejala hipotermia dan hipertermia.
dan gejala hipotermia dan
5. Meningkatkan intake cairan dan nutrisi
hipertermia.
5. Tingkatkan intake cairan dan
yang adekuat.
nutrisi yang adekuat.
4. Frekuensi
dan
irama
nafas normal
NOC Label: Hydration
1. Turgor kulit baik
2. Membram
mukosa
pakaian
yang
menyerap
lembab
NIC Label: Fluid management
3. Hematocrit dalam batas 1. Monitor kulit dan membrane
normal
4. Output urine normal
5. Fungsi kognitif baik
mukosa
2. Monitor hasil laboratorium
(hematocrit, trombosit dan
elektrolit)
3. Berikan cairan IV
4. Pertahankan
intake
intake cairan
4. Mempertahankan dan meningkatkan
cairan
per oral
5. Monitor urine output
6. Berikan produk darah jika
diperlukan
(platelet
intake cairan
5. Monitor status hidrasi
6. Mempertahankan sirkulasi
dan
plasma)
Nyeri akut b/d Setelah dilakukan asuhan NIC LABEL
Pain Management
agens
cedera keperawatan selamax 24
1. Lakukan pengkajian nyeri:
biologis
t/d jam, diharapkan nyeri yang
P: propokatif dan paliatif
dapat
teratasi,
secara
nyerinya berkurang
2. Durasi
nyeri
yang
dirasakan klien dalam
jangka
waku
yang
mampu
menggunakan analgetik
sesuai
dengan
dianjurkan
2. Klien
menggunakan
yang
mampu
terapi
nyari nonfarmakologis
nonverbal ketidaknyamanan
3. Gunakan
komunikasi
terapeutik
mengatakan
nyeri
4. Ajarkan
singkat
Pain Control
1. Klien
Q : quality
R: region
S: severity
T: time
2. Observasi adanya
agar
pasien
pengalaman
klien
3. Membina hubungan saling percaya
dengan pasien agar pasien nyaman
pasien
untuk
nonfarmakologi
dengan perawat
4. Agar
klien
mampu
memanajemen
nyerinya sendiri
(teknik distraksi)
5. Kolaborasi dengan tenaga
medis lain dalam pemberian
teknik farmakologi
analgesic
Analgesic administration
1. Periksa medical order dari
obat, dosis, dan frekuensi
dari
analgesik
yang
efek
yang
tidak
diresepkan.
2. Periksa riwayat alergi obat.
mencapai
efek
optimal
4. Monitor tanda-tanda vital
sebelum
Keletihan
status
t/d
dan
pemberian
b/d Setelah diberikan asuhan NIC
Label:
keluhan
ketidakmampuan
melakukan
aktivitas
biasa, lesu
tidak diinginkan.
Energy
1.
diharapkan 1. Tentukan
keletihan
2.
2. Kaji respon emosi, sosial
gangguan konsentrasi
keinginan
penyebab
dan
spiritual
terhadap
kriteria hasil:
NOC Label: Fatique Level
aktifitas
3.
seperti
1. Keletihan
klien 3. Evaluasi
motivasi
dan
berkurang
2. Klien tidak mengalami
sesudah
peningkatan jam
10.
klien
untuk
meningkatkan aktifitas.
4. Monitor
respon
4.
pasien
setelah
3.
4.
berkurang
5. Kelemahan berkurang
NOC
Label:
Energy
Conservation
1. Klien
mampu
melaksanakan aktivitas
sesuai
kemampuan
2. Klien
digunakan
tempat
yang
pada
beraktivitas
5.
Untuk
memastikan
ke
adekuatan
6.
sumber energi.
Agar pasien mudah menjangkau benda
tsb untuk mengurangi jumlah energy
yang terpakai
mudah
dijangkau
NIC
mampu
mampu
terhadap
tingkat
melakukan pembatasan
aktivitas
3. Klien
kardiorespirasi
Label:
Sleep
Enhancement
1. Monitor pola dan kebiasaan
istirahat
klien
(durasi,
waktu)
2. Rencanakan jadwal antara