Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TERAPI CAIRAN
Perseptor:
Suwarman, dr., SpAN
Penyusun:
Andini Nurkusuma Wardani 1301-1212-0511
Audy Sarah Putrini Adibrata 1301-1212-0522
Yunita Suryani
1301-1212-0651
I. Pendahuluan
Cairan
merupakan
hal
terpenting
dalam
kehidupan.
Cairan
membantu
mempertahankan suhu tubuh dan bentuk sel. Cairan juga membantu transpor nutrisi, gas, dan
zat sisa. Menjaga agar volum cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya stabil
adalah penting untuk homeostasis.
Terapi cairan dibutuhkan, bila tubuh tidak dapat memasukkan air, elektrolit, dan zatzat makanan secara oral misalnya pada keadaan pasien harus puasa lama sebelum
pembedahan, karena pembedahan saluran cerna, perdarahan banyak, syok hipovolemik,
anoksia berat, mual muntah terus-menerus, dan lain-lain. Selain itu dalam keadaan tertentu
adanya terapi cairan dapat digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat
makanan secara rutin atau dapat juga digunakan untuk menjaga keseimbangan asam basa.
Terapi dinilai berhasil apabila pada penderita tidak ditemukan tanda-tanda hipovolemik dan
hipoperfusi atau tanda-tanda kelebihan cairan berupa oedem paru dan gagal nafas.
II. Fisiologi Cairan Tubuh
Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, dimana laki-laki dewasa
mengandung air 50-60% berat badan, wanita dewasa 50% berat badan, bayi usia >1 tahun
70-75% berat badan dan bayi usia <1 tahun 80-85% berat badan.
Cairan interseluler
(40% BB) : 28 L
Total cairan tubuh
(60% BB) : 42 L
Cairan ekstraseluler
(20% BB) : 14 L
Cairan interstitial
(15% BB) : 11 L
Cairan
intravaskular
(5% BB) : 3 L
Gbr 1. Distribusi total cairan tubuh yang berhubungan dengan berat badan.
Cairan Ekstraseluler
Endotel kapiler memiliki sifat permeabel terhadap air, kation, anion dan zat terlarut
lainnya seperti glukosa dan urea (tetapi tidak untuk protein). Sebagai akibatnya, komposisi
zat terlarut dalam cairan interstitial dan plasma adalah sama. Natrium adalah anion utama dan
klorida adalah kation utama dalam cairan interstitial. Protein bersifat anion yang tidak dapat
berdifusi dan konsentrasinya lebih tinggi pada cairan plasma. Konsentrasi Cl - sedikit lebih
tinggi didalam interstitial dengan tujuan untuk menjaga electrical neutrality (kesetaraan
Donnan).
a) Komponen intravaskuler :
Volume darah normal kira-kira 70ml/kgbb pada dewasa dan 85-90ml/kgbb pada
neonatus. Selain darah, komponen intravaskuler juga terdiri dari protein plasma dan
ion, terutama natrium, klorida, dan ion bikarbonat. Hanya sebagian kecil kalium tubuh
berada di dalam plasma, tetapi konsentrasi kalium ini mempunyai pengaruh besar
terhadap fungsi jantung dan neuromuskuler.
b) Komponen interstitial :
Komponen interstitial lebih besar daripada komponen intravaskuler, secara anatomis,
berhubungan secara kasar dengan ruang interstitial dari tubuh. Jumlah total cairan
ekstraseluler (intravaskuler dan interstitial) bervariasi antara 20-35% dari berat badan
dewasa dan 40-50% pada neonatus. Air dan elektrolit dapat bergerak bebas di antara
darah dan ruang interstitial, yang mempunyai komposisi ion yang sama, tetapi protein
plasma tidak dapat bergerak bebas keluar dari ruang intravaskuler kecuali bila
terdapat cedera kapiler misalnya pada luka bakar atau syok septik. Jika terdapat
kekurangan cairan dalam darah atau volume darah yang menurun dengan cepat, maka
air dan elektrolit akan ditarik dari komponen interstitial ke dalam darah untuk
mengatasi kekurangan volume intravaskuler, yang diprioritaskan secara fisiologis.
Cairan Intraseluler
Perbedaan utama komposisi cairan intraseluler adalah pada cairan ini kation utama
adalah kalium dan anion utamanya adalah fosfat. Berbeda dengan endotel kapiler, membran
sel adalah selektif permeabel untuk beberapa ion tertentu, dan permeabel bebas untuk air.
Jadi, persamaan tekanan osmotik berlangsung secara kontinyu dan hal tersebut tercapai
melalui pergerakan air melalui membran sel. Osmolalitas antara cairan ekstra dan intrasel
harus selalu setara dimana air bergerak secara cepat antara intraseluler dan ekstraseluler
untuk mengurangi perbedaan osmolalitas.
Solute
Na+
K+
Mg2+
Solute
HPO4SO4HCO3Prot
10
150
4
150
Na+ 140
K+
4
Cl114
HCO3 30
WATER
WATER
ICFV
ECFV
kehilangan cairan ini tidak mudah untuk dikenali, karena rembesan cairan ini akan
direabsorbsi dalam 48-72 jam.
V. Penilaian Dehidrasi
Anamnesis. Sudah berapa lama pasien mengalami kehilangan cairan yang abnormal?
Berapa banyak kehilangannya? Misalnya berapakah frekuensi muntahnya.
Pemeriksaan fisik. Dari pemeriksaan luar didapatkan pasien terlihat haus, mukosa
kering, penurunan turgor kulit, hipotensi ortostatik atau takikardia, penurunan JVP atau CVP
dan penurunan diuresis. Pada ginjal dengan fungsi normal, dehidrasi berhubungan dengan
pengeluaran urin 0,5 ml/kgBB/hari. Tingkat keparahan dari dehidrasi dibagi mejadi
ringan,sedang,berat. Kriteria yang dipakai untuk menentukan tingkat keparahan dehidrasi
adalah:
-
Mild
Moderate
Severe
Laboratorium
Derajat hemokonsentrasi dan peningkatan konsentrasi albumin mungkin bermanfaat
pada pasien yang tidak memiliki anemia dan hipoproteinemia. Peningkatan kadar urea
darah dan osmolalitas urin (>650 mmol./kgBB) kemudian rujuk ke sarana yang lebih
lengkap.
Kehilangan cairan prabedah ini sebaiknya harus segera diganti sebelum dilakukan
pembedahan.
C. Kehilangan cairan saat pembedahan
1. Perdarahan
Secara teoritis jumlah perdarahan dapat diukur dengan tepat dari :
Dengan menimbang kasa yang penuh darah (ukuran 4X4cm) mengandung darah
10ml, sedangkan tampon darah mengandung 100-150ml.
Dalam prakteknya jumlah perdarahan selama pembedahan hanya dapat
Dewasa
1,5 2
Anak
24
Bayi
46
Neonatus
3
Tabel 2. Kebutuhan Cairan Rata-rata untuk Rumatan
Defisit karena perdarahan atau kehilangan cairan (hipovolemik, dehidrasi)
yang seringkali menyertai penyulit bedahnya harus segera diganti dengan melakukan
resusitasi cairan atau rehidrasi sebelum induksi anestesi.
Pembedahan yang tergolong kecil dan tidak terlalu traumatis cukup hanya
diberikan cairan rumatan saja selama pembedahan. Misalnya pada bedah mata,
ekstraksi katarak.
Normosol-R
Kehilangan darah sekitar 20% taksiran volume darah akan menibulkan gejala
hipotensi, takikardi dan penurunan tekanan vena sentral Kompensasi tubuh ini
akan menurun pada seseorang yang mengalami pembiusan sehingga gejala-gejala
tersebut sering kali tidak begitu tampak karena depresi komponen vasoaktif serta
pengaruh obat dan teknik anestesi yang diberikan. Darah yang hilang dapat diganti
dengan cairan kristaloid 3 kali atau cairan koloid sebanyak darah yang hilang.
Pada hari pertama pasca bedah tidak dianjurkan pemberian kalium karena adanya
pelepasan kalium dari sel/jaringan yang rusak, proses katabolisme dan transfusi
darah. Akibat stress pembedahan dilepaskan aldosteron dan ADH yang cenderung
menimbulkan retensi air dan natrium. Oleh sebab itu pada 2-3 hari pasca bedah
tak perlu pemberian natrium. Penggantian cairan pasca bedah cukup dengan
cairan hipotonis dan bila perlu larutan garam isotonis.
Mengganti cairan pada masa pasca bedah. Akibat demam kebutuhan cairan
meningkat sekitar 15 % setiap kenaikan 1 C suhu tubuh. Adanya pengeluaran
cairan lambung melalui sonde lambung atau muntah. Penderita dengan
hiperventilasi atau pernfasan hiperventilasi atau pernafasan lewat tracheostomi
tanpa humidikasi.
Bila perdarahan lebih dari 10% diberikan Ringer Laktat, Normosol R, dan
transfusi darah
Neonatus
= 90ml/kgBB
Bayi-anak 1 tahun
= 80ml/kgBB
= 70ml/kgBB
Perkiraan jumlah sel darah merah (ERCM = Extimated Red Cell Mass)
ERCM = EBV x Hematokrit
100
Acceptable Red Cell Loss(ARCL)
= ERCM-ERCM30 pada hematokrit 30%
Acceptable Blood Loss (ABL)
= ARCL x 3
Prinsip terapi cairan :
Bila kehilangan darah kurang dari 1/3 ABL (kehilangan darah masih dapat
ditolerir) maka penggantian darah yang hilang cukup dengan larutan Ringer
Laktat.
Bila kehilangan darah melebihi 1/3 ABL maka penggantian darah yang hilang
dengan larutan koloid (albumin 5%)
Bila kehilangan darah melebihi ABL yaitu sekitar >10% EBV, maka harus
diberikan tranfusi darah atau PRC (Packed Red Cell) ditambah koloid dengan
volume yang sama.
Kehilangan darah pada bayi atau anak sulit diukur dengan pasti sedangkan
kehilangan darah sedikit saja sudah akan dapat menimbulkan gangguan, oleh
sebab itu menghadapi perdarahan pada bayi atau anak perlu perhitungan yang
tepat antara lain selain memperhatikan keadaan umum juga perlu mengukur
pemeriksaan hematokrit agar pemberian tranfusi darah tepat pada waktunya.
Kehilangan air paling sering terjadi karena intake yang tidak adekuat dan
kehilangan cairan yang terus-menerus, seperti pada berkeringat, demam, atau
diare. Cara rehidrasi terbaik adalah per oral, menggunakan air bersih atau
minuman lain. Bila rehidrasi secara oral tidak memungkinkan, jalan terbaik adalah
memberikan larutan intravena glukosa 5%. Larutan ini tidak bisa dianggap
sebagai pengganti makan karena kandungan karbohidrat dan kalorinya rendah
( hanya 837 kJ atau 200 Kkal/L). Untuk penderita dengan kondisi stabil dan juga
memerlukan terapi elektrolit, 2-3 l larutan glukosa atau garam fisiologis (4%
glukosa dan 0,18% NaCl) menyediakan kebutuhan harian air dan Natrium untuk
dewasa.
Diare dan Muntah
Pada diare dan muntah, terjadi kehilangan air, Natrium, Kalium, serta ion lain.
Pengganti paling baik adalah secara oral menggunakan larutan rehidrasi oral atau
yang sejenis. Larutan rehidrasi oral standar mengandung 20 gran glukosa, 3,5 gr
NaCl, 2,9 gr Trisogium Sitrat Dihidrat, dan 1,5 gram KCl per liter. Penggatian
secara intravena memerlukan larutan garam, glukosa, dan Kalium. Jumlah yang
dibutuhkan dapat ditentukan dengan pemeriksaan hematologi dan elektrolit
plasma penderita.
Perdarahan dan Luka Bakar
Penggantian cairan yang ideal adalah dengan komposisi cairannya terdekat
dengan cairan yang hilang, darah, atau plasma. Untuk resusitasi inisial pada pasien
dengan syok hipovolemik, penggunaan larutan garam fisiologis atau Ringer Laktat
adalah umum, tetapi harus diingat bahwa cairan ini cepat keluar dari sirkulasi ke
kompartemen lain. Plasma ekspander memiliki berat molekul yang relatif tinggi,
sehingga dapat bertahan dalam pembuluh darah. Larutan ini dapat digunakan pada
perdarahan hebat untuk mengurangi kebutuhan transfusi darah, tetapi larutan ini
tidak dapat mengangkut Oksigen.
VIII. Pilihan Jenis Cairan
a. Cairan Kristaloid
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES=CEF).
Keuntungan dari cairan ini antara lain harganya murah, mudah didapat, tidak perlu
cross match, tidak menimbulkan alergi atau syok anafilaktik, penyimpanan sederhana
dan dapat disimpan cukup lama.
Cairan krostaloid jika diberikan dalam jumlah cukup (3-4x jumlah cairan
koloid) ternyata sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid untuk mengatasi
deficit volume intravaskuler, masa paruh cairan kristaloid di ruang intravaskuler
sekitar 20-30 menit.
Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak
digunakan untuk resusitasi cairan, walau agak hipotonis namun memiliki susunan
yang hampir menyerupai cairan intravaskuler. Laktat yang terkandung dalam cairan
tersebut akan dimetabolisme dihati menjadi bikarbonat. Cairan kristaloid lainnya yang
sering digunakan adalah NaCl 0,9% tetapi jika diberikan terlalu banyak dapat
mengakibatkan asidosis hiperkloremik dan menurunkan kadar bikarbonat plasma
akibat peningkatan kadar klorida.
b. Cairan Koloid
Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut plasma
substitute atau plasma ekspander. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang
mempunyaiberat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan
ini cenderung bertahan agak lama (masa paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler
sehingga koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama pada
syok hipovolemik/hemorrhagik atau pada penderita dengan hipoalbuminemia berat
dan kehilangan protein yang banyak (misalnya luka bakar).
Kerugian dari plasma ekspander selain mahal juga dapat menimbulkan reaksi
anafilaktik (walau jarang) dan dapat menyebabkan gangguan pada cross match.
Berdasarkan pembuatannya dibedakan 2 jenis larutan koloid, yaitu :
1.
2.
Koloid sintesa
a. Koloid Alami
Yaitu fraksi protein plasma 5 % dan human albumin (5% dan 2,5%). Dibuat
dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60C selama 10 jam untuk membunuh
virus hepatitis dan virus lainnya.
Fraksi protein plasma selain mengandung albumin (83%) juga mengandung globulin dan -globulin. Prekalikrein activators (Hagemans factor fragments)
seringkali terdapat dalam fraksi protein plasma dibandingkan dalam albumin. Oleh
sebab itu pemberian infus dengan fraksi protein plasma seringkali menimbulkan
hipotensi dan kolaps kardiovaskuler.
b. Koloid Sintesa
1. Dextran :
Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan Dextran 70
(Macrodex) dengan berat molekul 60.000-70.000 diproduksi oleh bakteri Leuconostoc mesenteroides B yang tumbuh dalam media sukresa.
Dextran mempunyai efek trombotik yang dapat mengurangi platelet adhesiveness,
menekan aktifitas faktor VIII, meningkatkan fibrinolisis dan melancarkan aliran
darah.
2. Hydroxylethyl Strach (Heta Strach) :
Tersedia dalam larutan 6% dengan berat molekul 10.000-1.000.000 rata-rata
71.000 osmolaritas 310 mOsm/L dan tekanan onkotik 30 mmHg.
Pemberian 500 ml larutan ini pada orang normal akan dikeluarkan 46% lewat
urine dalam waktu 2 hari dan sisanya 64% dalam waktu 8 hari. Larutan koloid ini
juga dapat menimbulkan reaksi anafilaktik dan dapat meningkatkan kadar amylase
serum (walau jarang)
Low-mollecular-Weight Hydroxyethyl Strach (Penta-strach) mirip heta-strach
mampu mengembangkan volume plasma sampai 1,5 kali volume yang diberikan
dan berlangsung sampai 12 jam. Karena potensinya sebagai plasma volume
expander yang besar dengan toksisitas yang rendah dan tidak mengganggu
koagulasi penta-strach banyak dipilih sebagai koloid untuk resusitasi cairan pada
penderita gawat.
3. Gelatin :
Larutan koloid 3,5-4% dalam balance electrolyt dengan berat mlekul rata-rata
35.000 dibuat dari hidrolisa kolagen binatang. Ada 3 macam gelatin, yaitu:
- modified fluid gelatin (Plasmion dan Hemaccel)
- urea linked gelatin
- oxypoly gelatin
Merupakan plasma expanders dan banyak digunakan pada penderita gawat.
Walaupun dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (jarang) terutama dari golongan
urea linked gelatin.
Kristaloid
Keuntungan
Murah
Koloid
Bertahan
lebih
lama
di
Kerugian
volume intravaskuler
dipilih untuk penanganan
awal resusitasi cairan pada
trauma atau perdarahan
Mengisi volume intravascular
dengan cepat
Mengisi kekosongan ruang
ke3
Menurunkan tekanan osmotic
Menimbulkan edema perifer
Kejadian edema pulmonal
meningkat
Memerlukan volume yang
lebih banyak
Efeknya sementara
intravaskuler
Mempertahankan/tekanan
onkotik plasma
Memerlukan volume yang lebih
sedikit
Edema perifer minimal
Menurunkan TIK
Mahal
Dapat menimbulkan koagulopati
Pada kebocoran kapiler, cairan
pindah ke interstitium
Mengencerkan factor pembekuan
dan trombosit
adhesive trombosit
biasa
menimbulkan
reaksi
anafilaktik dengan dextran
dapat menyumbat tubulus renal
dan RES di hepar
b. Kehilangan darah
ml/KgBB
95
85
80
75-80
75
65
Pada bayi
volume arah, karena tidak memberatkan kompensasi badan, maka cukup diberikan cairan
kristaloid dan koloid, sedangkan diatas 15% perlu transfusi darah, karena ada gangguan
pengangkutan oksigen. Sedangkan untuk orang dewasa dengan kadar Hb normal, angka
patokannya ialah 20%. Kehilangan darah sampai 20% ada ganggan faktopr pembekuan.
Cairan kristaloid (RL, Asering,) untuk mengisi ruang intravaskuler diberikan sebanyak 3x
lipat jumlah darah yang hilang, sedangkan koloid diberikan dengan jumlah sama.
Klasifikasi syok hipovolemik berdasarkan jumlah darah yang hilang
Kehilangan Darah
=Presentase
=Volume (cc)
Tensi
=Systole
=Distole
Nadi (x/mnt)
Pengisian kapiler
Frekuensi nafas
Urine (cc/jam)
Ekstremitas
Warna kulit
Status mental
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
<15
750
15-30
800-1500
30-40
1500-2000
>40
>2000
Tetap
Tetap
Sedikit
Takikardi
Normal
Normal
(20x/mnt)
>30
Normal
Normal
Sadar
Normal
Meningkat
100-120
Turun
Turun
120 halus
Lambat (>2s)
Normal
20-30
Pucat
Pucat
Cemas/gelisah
Sangat rendah
Sangat rendah
>120
sangat
halus
Lambat (>2s) Tidak terdeteksi
Takipnoe
Takipnoe
10-20
Pucat
Pucat
Cemas,
gelisah/meng
antuk
0-10
Pucat, dingin
Kelabu
Mengantuk,
bingung,
tidak
sadar
Keterangan:
-
Kelas 1: Tidak perlu tansfusi kecuali kehilangan darah terjadi pada pasien yang
sebelumnya anemia atau pasien tidak mampu mengkompensasi kehilangan
sejumlah darah karena penyakit jantung atau paru yang berat.
Kelas II: perlu pemberian cairan kristaloid atau koloid. Tidak perlu tranfusi kecuali
sebelumnya pasien anemia atau cadangan kardiorespirasinya turun atau jika
perdarahan darah terus berlangsung.
Kelas III: Penggantian volume darah yang cepat dengan kristaloid atau koloid dan
transfusi seldarah merah mungkin dibutuhkan.
Kelas IV: Penggantian volme darah dengan cairan dan termasuk transsfusi sel darah
merah.
Tranfusi sel darah merah tidak diindikasikan bila nilai aktual atau estimasi
konsentrasi Hb > 10gr/dl kecuali bila ada indikasi tertentu, misalnya penyakit yang
membutuhkan kapisitas transport oksigen lebih tinggi (PPOK dan jantung iskemik
berat).
Transfusi sel darah merah selalu diindikasikan bila nilai Hb<7gr/dl. Transfusi harus
diberikan dalam hubungnannya dalam laju kehilangan darah. Jika pasien stabil, 2
unit darah harus diberikan pada dewasa dan kemudian klinis dan nilai Hb harus
dinilai ulang. Transfusi dapat ditunda jika pasien asimptomatik dan / atau
penyakitnya memiliki terapi spesifik lain, maka batas kadar Hb yang lebih rendah
dapat diterima.
Bila Hb berkisar 7-10 gr/dl, strategi pemberian tranfusi kurang tepat. Para klinisi
sering memberikan transfusi walaupun bukti yang ada tidak menyarankan. Tranfusi
dapat diberikan bila ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara
klinis dan laboratorium.
Pada pasien dengan toleransi anemia yang jelek misalnya pasien usia lanjut lebih
dari 65 tahun dan pasien dengan penyakit kardiovaskuler dan respirasi, nilai Hb
yang lebih tinggi dipertimbangkan bila Hb<8 gr/dl.
b. Darah baru
Sebagian besar plasma tidak ikut diberikan sehingga beban sirkulasi pada
penderita berkurang. Hal ini sangat menguntungkan pada usia lanjut,kelainan
jantung dan payah ginjal.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Kerugian :
a.
b.
Jenis jenisnya :
i.
gr/dl. Untuk menaikkan Hb 1 gram/dl diperlukan PRC 4 ml/KgBB atau 1 unit dapat
menaikkan kadar Ht 3-5%.
Dengan PRC ini kita mendapatkan :
- hematokrit
: 70 80 %
- Volume plasma
: 15 25 ml
- Volune antikoagulan : 10 15 ml
Pemberian transfusi dengan PRC bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki
oksigenasi jaringan dan keadaan itu tercapai bila kadar Hb lebih besar 8 gr%,
Keuntungan PRC
1.
2.
3.
4.
Meningkatkan daya guna dari pemakaina darah karena sisa plasma dapat
dibuat komponen-komponen yang lain.
ii.
Plasma
Komponen ini didapat dari pemisahan PRC dari darah lengkap memalalui
metode pemutaran atau sedimentasi. 1 unit plasma berisi 200 ml diperoleh dari
mengendapkan darah lengkap selama 72 jam. Semua faktor pembekuan ada kecuali
faktor V dan VIII. Pada plasma segar beku, faktor V dan VIII tetap aktif.
Indikasi : - Untuk mengatsi keadaan syok ( sebelum darah datang )
- Memperbaiki volume intravaskuler
-
Keuntungan
:Tersedia
dengan
cepat
dan
dapat
diberikan
test
kompatibilitas.
ii.
iii.
Komponen ini didapat dengan cara pemisahan plasma segar atau fresh frozen
plasma yang dicairkan pada temperatur 4 oC melalui metoda pemutaran dengan
waktu dan kecepatan pemutaran tertentu.
Indikasi
:- Haemophilia A
- von Willebrands disease
- Hipofibrinogenemia
- Defisiensi faktor XIII.
iv.
Trombosit
Transfusi Trombosit diberikan pada penderita dengan kekurangan trombosit
baik karena primer ataupun sekunder akibat perdarahan. Pemberian trombosit yang
berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya antibodi trombosit pada penderita.
Jenis-jenisnya
Platelet Concentrate
Leukosit Concentrate
Komponen ini dibuat dari seorang donor dengan metoda pemutaran melalui
hemonetic -30.
Indikasi: - Penderita neutropenia dengan febris tinggi yang gagal dengan
antibiotika adekuat.
- Aplastik anemia dengan lekosit kurang dari 2000/ml
X . Kesimpulan
Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interior dalam
batas-batas fisiologis dengan cairan kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander)
secara intervena. Prinsip dasar terapi cairan adalah cairan yang diberikan harus mendekati
jumlah dan komposisi cairan yang hilang. Terapi cairan dibutuhkan, kalau tubuh tidak dapat
memasukkan air, elektrolit dan zat-zat makanan secara oral misalnya pada keadaan pasien
harus puasa lama, karena pembedahan saluran cerna, pendarahan banyak, syok hipovolemik,
anoreksia berat, mual muntah tak berkesudahan dan lain-lainnya. Dengan terapi cairan
kebutuhan akan air dan elektrolit dapat dipenuhi. Selain itu dalam keadaan tertentu adanya
terapi cairan dapat digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan
secara rutin atau dapat juga digunakan untuk menjaga keseimbangan asam-basa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Muhiman, Muhardi dr.,dkk. Editor. Anestesiologi. 1989. Jakarta:CV Infomedika
2. Pt Otsuka Indonesia. Pedoman Cairan Infus. Edisi Revisi VII. 2003
3. Sunatrio, S., dr., SpAn.KIC, Resusitasi Cairan. 2000. Jakarta:Media Aesculapius
4. Wayne
http://www.cvmbs.colostate.edu/clinsci/wing/fluids/fluids.htm
5. Kolecki,
Paul.MD.
Shock
Hypovolemic.
2005.
www.emedicine.com
en.erg/topic532.htm
6. Noer HMS, Waspadi, Rachman AM. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi
ketiga. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
7. Advanced Trauma Life Support for Doctors. American College of
Surgeons
EGC.