Вы находитесь на странице: 1из 21

CLINICAL SCIENSE SESSION

TERAPI CAIRAN

Perseptor:
Suwarman, dr., SpAN
Penyusun:
Andini Nurkusuma Wardani 1301-1212-0511
Audy Sarah Putrini Adibrata 1301-1212-0522
Yunita Suryani

1301-1212-0651

BAGIAN ANESTESI DAN REANIMASI


RS HASAN SADIKIN BANDUNG
2014

I. Pendahuluan
Cairan

merupakan

hal

terpenting

dalam

kehidupan.

Cairan

membantu

mempertahankan suhu tubuh dan bentuk sel. Cairan juga membantu transpor nutrisi, gas, dan
zat sisa. Menjaga agar volum cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya stabil
adalah penting untuk homeostasis.
Terapi cairan dibutuhkan, bila tubuh tidak dapat memasukkan air, elektrolit, dan zatzat makanan secara oral misalnya pada keadaan pasien harus puasa lama sebelum
pembedahan, karena pembedahan saluran cerna, perdarahan banyak, syok hipovolemik,
anoksia berat, mual muntah terus-menerus, dan lain-lain. Selain itu dalam keadaan tertentu
adanya terapi cairan dapat digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat
makanan secara rutin atau dapat juga digunakan untuk menjaga keseimbangan asam basa.
Terapi dinilai berhasil apabila pada penderita tidak ditemukan tanda-tanda hipovolemik dan
hipoperfusi atau tanda-tanda kelebihan cairan berupa oedem paru dan gagal nafas.
II. Fisiologi Cairan Tubuh
Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, dimana laki-laki dewasa
mengandung air 50-60% berat badan, wanita dewasa 50% berat badan, bayi usia >1 tahun
70-75% berat badan dan bayi usia <1 tahun 80-85% berat badan.

Cairan interseluler
(40% BB) : 28 L
Total cairan tubuh
(60% BB) : 42 L

Cairan ekstraseluler
(20% BB) : 14 L

Cairan interstitial
(15% BB) : 11 L

Cairan
intravaskular
(5% BB) : 3 L

Gbr 1. Distribusi total cairan tubuh yang berhubungan dengan berat badan.

Cairan Ekstraseluler
Endotel kapiler memiliki sifat permeabel terhadap air, kation, anion dan zat terlarut
lainnya seperti glukosa dan urea (tetapi tidak untuk protein). Sebagai akibatnya, komposisi
zat terlarut dalam cairan interstitial dan plasma adalah sama. Natrium adalah anion utama dan
klorida adalah kation utama dalam cairan interstitial. Protein bersifat anion yang tidak dapat

berdifusi dan konsentrasinya lebih tinggi pada cairan plasma. Konsentrasi Cl - sedikit lebih
tinggi didalam interstitial dengan tujuan untuk menjaga electrical neutrality (kesetaraan
Donnan).
a) Komponen intravaskuler :
Volume darah normal kira-kira 70ml/kgbb pada dewasa dan 85-90ml/kgbb pada
neonatus. Selain darah, komponen intravaskuler juga terdiri dari protein plasma dan
ion, terutama natrium, klorida, dan ion bikarbonat. Hanya sebagian kecil kalium tubuh
berada di dalam plasma, tetapi konsentrasi kalium ini mempunyai pengaruh besar
terhadap fungsi jantung dan neuromuskuler.
b) Komponen interstitial :
Komponen interstitial lebih besar daripada komponen intravaskuler, secara anatomis,
berhubungan secara kasar dengan ruang interstitial dari tubuh. Jumlah total cairan
ekstraseluler (intravaskuler dan interstitial) bervariasi antara 20-35% dari berat badan
dewasa dan 40-50% pada neonatus. Air dan elektrolit dapat bergerak bebas di antara
darah dan ruang interstitial, yang mempunyai komposisi ion yang sama, tetapi protein
plasma tidak dapat bergerak bebas keluar dari ruang intravaskuler kecuali bila
terdapat cedera kapiler misalnya pada luka bakar atau syok septik. Jika terdapat
kekurangan cairan dalam darah atau volume darah yang menurun dengan cepat, maka
air dan elektrolit akan ditarik dari komponen interstitial ke dalam darah untuk
mengatasi kekurangan volume intravaskuler, yang diprioritaskan secara fisiologis.
Cairan Intraseluler
Perbedaan utama komposisi cairan intraseluler adalah pada cairan ini kation utama
adalah kalium dan anion utamanya adalah fosfat. Berbeda dengan endotel kapiler, membran
sel adalah selektif permeabel untuk beberapa ion tertentu, dan permeabel bebas untuk air.
Jadi, persamaan tekanan osmotik berlangsung secara kontinyu dan hal tersebut tercapai
melalui pergerakan air melalui membran sel. Osmolalitas antara cairan ekstra dan intrasel
harus selalu setara dimana air bergerak secara cepat antara intraseluler dan ekstraseluler
untuk mengurangi perbedaan osmolalitas.

Solute
Na+
K+
Mg2+

Solute
HPO4SO4HCO3Prot

10
150
4

150

Na+ 140
K+
4

Cl114
HCO3 30

WATER
WATER
ICFV

ECFV

III. Pengaturan Kebutuhan Cairan Normal


Jadi pada pasien dengan berat badan 70 kg dengan perkiraan jumlah cairan 2000-2500
ml dan 70 mmol untuk Na+ dan K+, dapat diperkirakan berdasarkan hal-hal berikut ini:
1. 2000 ml glukosa 5% + 500 ml saline 0,9%
2. 2500 ml glukosa 4% /saline 0,18% ditambah kalium dalam KCl, 1 gram (13mmol)
ditambahkan pada setiap 500ml cairan.
IV. Kehilangan Cairan
Kehilangan cairan sering terjadi pada pasien bedah. Kehilangan bisa bersifat sensible
atau insensible. Bentuk kehilangan cairan bervariasi, misalnya tindakan suction nasogastrik,
pemberian laksatif, dan obstruksi pada lumen usus. Walaupun komposisi cairan hasil sekresi
gastrointestinal bervariasi, tetapi penggantian cairan tetap menggunakan saline 0,9% dengan
13-26 mmol L-1 kalium dalam KCl. Jika kehilangan cairan banyak (>1000 ml perhari), maka
harus diambil sampel cairan yang cukup untuk kemudian dikirim ke laboratorium untuk
dilakukan analisis biokimia sehingga penggantian cairan dan elektrolit dapat menjadi lebih
rasional. Peningkatan insesible losses dari kulit dan paru-paru mungkin akan menimbulkan
manifestasi klinis berupa demam atau hiperventilasi. Normal insesibel losses adalah
0,5/kg/jam untuk peningkatan satu derajat temperatur.
Kehilangan cairan dari tempat dilakukannya operasi merupakan penyebab tersering
pasien bedah. Cairan seperti plasma banyak terdapat disekitar daerah luka,yang volumenya
sesuai dengan tingkat keparahan trauma. Cairan ini biasanya disebut third space loss karena
cairan merembes kedaerah yang proses metabolismenya masih normal. Walaupun demikian

kehilangan cairan ini tidak mudah untuk dikenali, karena rembesan cairan ini akan
direabsorbsi dalam 48-72 jam.
V. Penilaian Dehidrasi
Anamnesis. Sudah berapa lama pasien mengalami kehilangan cairan yang abnormal?
Berapa banyak kehilangannya? Misalnya berapakah frekuensi muntahnya.
Pemeriksaan fisik. Dari pemeriksaan luar didapatkan pasien terlihat haus, mukosa
kering, penurunan turgor kulit, hipotensi ortostatik atau takikardia, penurunan JVP atau CVP
dan penurunan diuresis. Pada ginjal dengan fungsi normal, dehidrasi berhubungan dengan
pengeluaran urin 0,5 ml/kgBB/hari. Tingkat keparahan dari dehidrasi dibagi mejadi
ringan,sedang,berat. Kriteria yang dipakai untuk menentukan tingkat keparahan dehidrasi
adalah:
-

Mild

: Kehilangan 4% berat badan (rata-rata 3 L pada 70 kg BB) terdapat


penurunan turgor kulit,mata cekung, mukosa kering.

Moderate

: Kehilangan 5-8% dari berat badan (rata-rata 4-6 L pada 70 kgBB)


terdapat oliguria,hipotensi orthostatik dan takikardia.

Severe

: kehilangan cairan 8-10% (rata-rata 7 ml pada 70 kgBB) ditemukan


oliguria dan sudah terdapat gangguan fungsi kardiovaskuler.

Laboratorium
Derajat hemokonsentrasi dan peningkatan konsentrasi albumin mungkin bermanfaat
pada pasien yang tidak memiliki anemia dan hipoproteinemia. Peningkatan kadar urea

darah dan osmolalitas urin (>650 mmol./kgBB) kemudian rujuk ke sarana yang lebih
lengkap.

VI. Dasar-dasar Terapi Cairan perioperatif


Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian terapi cairan:
A. Kebutuhan normal cairan dan elektrolit harian
Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35ml/kgbb/hari dan elektrolit utama
Na 1-2mmol/kgbb/hari.
Berat badan
Kebutuhan cairan perjam
0-10
4 ml/kgbb/jam
10-20
40+2ml/kgbb diatas 10kg
20
60+1ml/kgbb diatas 20kg
Tabel 1. Kebutuhan harian cairan menurut Holliday Segar
Kebutuhan tersebut merupakan pengganti cairan yang hilang akibat pembentukan
urin, sekresi gastrointestinal,keringat dan pengeluaran cairan lewat paru atau yang dikenal
sebagai "insensible losses". Cairan yang hilang ini bersifat hipotonis.
B. Defisit cairan dan elektrolit prabedah
Timbul sebagai akibat dari :

Dipuasakannya penderita, terutama untuk penderita bedah elektif rata-rata sekitar


6-12 jam.

Meningkatnya insesnsible losses akibat hiperventilasi, demam dan berkeringat


banyak.

Kehilangan cairan prabedah ini sebaiknya harus segera diganti sebelum dilakukan
pembedahan.
C. Kehilangan cairan saat pembedahan
1. Perdarahan
Secara teoritis jumlah perdarahan dapat diukur dengan tepat dari :

Botol penampung darah yang disambung dengan pipa penghisap darah

Dengan menimbang kasa yang penuh darah (ukuran 4X4cm) mengandung darah
10ml, sedangkan tampon darah mengandung 100-150ml.
Dalam prakteknya jumlah perdarahan selama pembedahan hanya dapat

ditentukan berdasarkan taksiran dan keadaan klinis penderita.

2. Kehilangan cairan lainnya


Pada setiap pembedahan selalu terjadi kehilangan cairan yang lebih menonjol
dibanding perdarahan sebagai akibat adanya evaporasi dan translokasi cairan internal.
Banyaknya cairan yang hilang dipengaruhi oleh lama dan luas pembedahan.
Perpindahan cairan interna akan mengakibatkan deficit cairan intravaskuler.
D. Gangguan fungsi ginjal
Trauma, pembedahan dan anestesi dapat mengakibatkan laju filtrasi
glomerular menurun. Reabsorpsi Na di tubulus meningkat, sebagian disebabkan oleh
meningkatnya kadar aldosteron. Meningkatnya kadar hormone anti diuretik
menyebabkan terjadinya retensi air dan reabsorpsi Na di duktus koligentes meningkat.
Ginjal tidak mampu mengekskresikan " free water" atau untuk menghasilkan urine
hipotonis.
VII. Penatalaksanaan Terapi
a. Pengganti Defisit Prabedah
Defisit cairan karena persiapan pembedahan dan anestesi (puasa, lavament)
harus diperhitungkan dan sedapat mungkin segera diganti pada masa prabedah
sebelum induksi, kemudian dari sisa defisit yang masih ada diberikan pada jam
pertama pembedahan, sedangkan sisanya diberikan pada jam kedua berikutnya.
Kehilangan cairan di ruang ECF ini cukup diganti dengan cairan hipotonis
seperti garam fisiologis, Ringer Laktat, dan Dextrose. Pada penderita yang karena
penyakitnya tidak mendapat nutrisi yang cukup maka sebaiknya diberikan nutrisi
enteral atau parenteral lebih dini lagi. Penderita dewasa yang dipuasakan karena akan
mengalami pembedahan (elektif) harus mendapat penggantian cairan sebanyak 2
ml/kgBB/jam lama puasa.
Usia

Jumlah Kebutuhan (ml/Kg/Jam)

Dewasa
1,5 2
Anak
24
Bayi
46
Neonatus
3
Tabel 2. Kebutuhan Cairan Rata-rata untuk Rumatan
Defisit karena perdarahan atau kehilangan cairan (hipovolemik, dehidrasi)
yang seringkali menyertai penyulit bedahnya harus segera diganti dengan melakukan
resusitasi cairan atau rehidrasi sebelum induksi anestesi.

b. Terapi Cairan selama Pembedahan


Jumlah penggantian cairan selama pembedahan dihitung berdasarkan
kebutuhan dasar ditambah dengan kehilangan cairan akibat pembedahan (pendarahan,
translokasi cairan dan penguapan atau evaporasi)
Jenis cairan yang diberikan tergantung kepada prosedur pembedahan dan
jumlah darah yang hilang.

Pembedahan yang tergolong kecil dan tidak terlalu traumatis cukup hanya
diberikan cairan rumatan saja selama pembedahan. Misalnya pada bedah mata,
ekstraksi katarak.

Pembedahan dengan trauma ringan, misalnya appendektomi, dapat diberikan


cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 4 ml/kgBB/jam
untuk mengganti akibat trauma pembedahan. Total yang diberikan adalah 6
ml/kgBB/jam berupa cairan garam seimbang

seperti Ringer Laktat atau

Normosol-R

Pembedahan dengan trauma sedang diberikan cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam


untuk kebutuhan dasar ditambah 6 ml/kgBB/jam untuk mengganti akibat trauma
pembedahan. Total yang diberikan adalah 8 ml/kgBB/jam.

Pembedahan dengan trauma berat diberikan cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam


untuk kebutuhan dasar ditambah 8 ml/kgBB/jam untuk mengganti akibat trauma
pembedahan. Total yang diberikan adalah 10 ml/kgBB/jam.

Pengganti darah yang hilang

Kehilangan darah sekitar 20% taksiran volume darah akan menibulkan gejala
hipotensi, takikardi dan penurunan tekanan vena sentral Kompensasi tubuh ini
akan menurun pada seseorang yang mengalami pembiusan sehingga gejala-gejala
tersebut sering kali tidak begitu tampak karena depresi komponen vasoaktif serta
pengaruh obat dan teknik anestesi yang diberikan. Darah yang hilang dapat diganti
dengan cairan kristaloid 3 kali atau cairan koloid sebanyak darah yang hilang.

c. Terapi Cairan dan Elektrolit Pasca Bedah


Ditujukan terutama untuk:

Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan kalori/nutrisi. Kebutuhan air


untuk penderita di daerah tropis dalam keadaan basal sekitar 50 ml/kgBB/jam.

Pada hari pertama pasca bedah tidak dianjurkan pemberian kalium karena adanya
pelepasan kalium dari sel/jaringan yang rusak, proses katabolisme dan transfusi
darah. Akibat stress pembedahan dilepaskan aldosteron dan ADH yang cenderung
menimbulkan retensi air dan natrium. Oleh sebab itu pada 2-3 hari pasca bedah
tak perlu pemberian natrium. Penggantian cairan pasca bedah cukup dengan
cairan hipotonis dan bila perlu larutan garam isotonis.

Mengganti cairan pada masa pasca bedah. Akibat demam kebutuhan cairan
meningkat sekitar 15 % setiap kenaikan 1 C suhu tubuh. Adanya pengeluaran
cairan lambung melalui sonde lambung atau muntah. Penderita dengan
hiperventilasi atau pernfasan hiperventilasi atau pernafasan lewat tracheostomi
tanpa humidikasi.

Melanjutkan penggantian defisit cairan pembedahan dan selama pembedahan


yang belum selesai.

Koreksi terhadap gangguan keseimbangan yang disebabkan terapi cairan tersebut.

d. Terapi Cairan pada Pediatrik


Perhitungan jumlah cairan dan elektrolit yang diberikan pada bayi dan anak
berdasarkan :

Adanya tanda-tanda dehidrasi prabedah

Defisit cairan akibat puasa prabedah

Pemeliharaan selama pembedahan

Perkiraan kehilangan cairan akibat pembedahan

Pengaruh suhu tubuh


Defisit ini mutlak harus diganti bertahap sebelum pembedahan. Bila ada

tanda-tanda kehilangan cairan lewat rongga ketiga maka penggantian sekitar


10ml/kgBB/jam dengan Ringer Laktat atau NaCl fisiologis. Untuk cairan rumatan
umumnya dipilih N4 (NaCl 0,225% dalam Dextrose 5%).
Untuk pembedahan singkat (kurang dari 1 jam), pada bayi/anak sehat, klinis
tidak ada defisit cairan dan perdarahan minimal, maka terapi cairan dan elektrolit
tidak perlu diberikan karena bayi/anak segera minum (pasca bedah)
Untuk pembedahan yang besar/lama atau bila puasa lama, maka :

Diberikan cairan/rumatan dengan N4

Bila perdarahan lebih dari 10% diberikan Ringer Laktat, Normosol R, dan
transfusi darah

Perkiraan volume darah (EBV = Estimate Blood Volume) :


-

Neonatus

= 90ml/kgBB

Bayi-anak 1 tahun

= 80ml/kgBB

Anak >1 tahun

= 70ml/kgBB

Perkiraan jumlah sel darah merah (ERCM = Extimated Red Cell Mass)
ERCM = EBV x Hematokrit
100
Acceptable Red Cell Loss(ARCL)
= ERCM-ERCM30 pada hematokrit 30%
Acceptable Blood Loss (ABL)
= ARCL x 3
Prinsip terapi cairan :

Bila kehilangan darah kurang dari 1/3 ABL (kehilangan darah masih dapat
ditolerir) maka penggantian darah yang hilang cukup dengan larutan Ringer
Laktat.

Bila kehilangan darah melebihi 1/3 ABL maka penggantian darah yang hilang
dengan larutan koloid (albumin 5%)

Bila kehilangan darah melebihi ABL yaitu sekitar >10% EBV, maka harus
diberikan tranfusi darah atau PRC (Packed Red Cell) ditambah koloid dengan
volume yang sama.

Kehilangan darah pada bayi atau anak sulit diukur dengan pasti sedangkan
kehilangan darah sedikit saja sudah akan dapat menimbulkan gangguan, oleh
sebab itu menghadapi perdarahan pada bayi atau anak perlu perhitungan yang
tepat antara lain selain memperhatikan keadaan umum juga perlu mengukur
pemeriksaan hematokrit agar pemberian tranfusi darah tepat pada waktunya.

e. Kehilangan Spesifik dan Cara Penggantiannya

Kehilangan air paling sering terjadi karena intake yang tidak adekuat dan
kehilangan cairan yang terus-menerus, seperti pada berkeringat, demam, atau
diare. Cara rehidrasi terbaik adalah per oral, menggunakan air bersih atau
minuman lain. Bila rehidrasi secara oral tidak memungkinkan, jalan terbaik adalah
memberikan larutan intravena glukosa 5%. Larutan ini tidak bisa dianggap
sebagai pengganti makan karena kandungan karbohidrat dan kalorinya rendah
( hanya 837 kJ atau 200 Kkal/L). Untuk penderita dengan kondisi stabil dan juga
memerlukan terapi elektrolit, 2-3 l larutan glukosa atau garam fisiologis (4%
glukosa dan 0,18% NaCl) menyediakan kebutuhan harian air dan Natrium untuk
dewasa.
Diare dan Muntah
Pada diare dan muntah, terjadi kehilangan air, Natrium, Kalium, serta ion lain.
Pengganti paling baik adalah secara oral menggunakan larutan rehidrasi oral atau
yang sejenis. Larutan rehidrasi oral standar mengandung 20 gran glukosa, 3,5 gr
NaCl, 2,9 gr Trisogium Sitrat Dihidrat, dan 1,5 gram KCl per liter. Penggatian
secara intravena memerlukan larutan garam, glukosa, dan Kalium. Jumlah yang
dibutuhkan dapat ditentukan dengan pemeriksaan hematologi dan elektrolit
plasma penderita.
Perdarahan dan Luka Bakar
Penggantian cairan yang ideal adalah dengan komposisi cairannya terdekat
dengan cairan yang hilang, darah, atau plasma. Untuk resusitasi inisial pada pasien
dengan syok hipovolemik, penggunaan larutan garam fisiologis atau Ringer Laktat
adalah umum, tetapi harus diingat bahwa cairan ini cepat keluar dari sirkulasi ke
kompartemen lain. Plasma ekspander memiliki berat molekul yang relatif tinggi,
sehingga dapat bertahan dalam pembuluh darah. Larutan ini dapat digunakan pada
perdarahan hebat untuk mengurangi kebutuhan transfusi darah, tetapi larutan ini
tidak dapat mengangkut Oksigen.
VIII. Pilihan Jenis Cairan
a. Cairan Kristaloid
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES=CEF).
Keuntungan dari cairan ini antara lain harganya murah, mudah didapat, tidak perlu
cross match, tidak menimbulkan alergi atau syok anafilaktik, penyimpanan sederhana
dan dapat disimpan cukup lama.

Cairan krostaloid jika diberikan dalam jumlah cukup (3-4x jumlah cairan
koloid) ternyata sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid untuk mengatasi
deficit volume intravaskuler, masa paruh cairan kristaloid di ruang intravaskuler
sekitar 20-30 menit.
Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak
digunakan untuk resusitasi cairan, walau agak hipotonis namun memiliki susunan
yang hampir menyerupai cairan intravaskuler. Laktat yang terkandung dalam cairan
tersebut akan dimetabolisme dihati menjadi bikarbonat. Cairan kristaloid lainnya yang
sering digunakan adalah NaCl 0,9% tetapi jika diberikan terlalu banyak dapat
mengakibatkan asidosis hiperkloremik dan menurunkan kadar bikarbonat plasma
akibat peningkatan kadar klorida.
b. Cairan Koloid
Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut plasma
substitute atau plasma ekspander. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang
mempunyaiberat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan
ini cenderung bertahan agak lama (masa paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler
sehingga koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama pada
syok hipovolemik/hemorrhagik atau pada penderita dengan hipoalbuminemia berat
dan kehilangan protein yang banyak (misalnya luka bakar).
Kerugian dari plasma ekspander selain mahal juga dapat menimbulkan reaksi
anafilaktik (walau jarang) dan dapat menyebabkan gangguan pada cross match.
Berdasarkan pembuatannya dibedakan 2 jenis larutan koloid, yaitu :
1.

Koloid alami, dan

2.

Koloid sintesa

a. Koloid Alami
Yaitu fraksi protein plasma 5 % dan human albumin (5% dan 2,5%). Dibuat
dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60C selama 10 jam untuk membunuh
virus hepatitis dan virus lainnya.
Fraksi protein plasma selain mengandung albumin (83%) juga mengandung globulin dan -globulin. Prekalikrein activators (Hagemans factor fragments)
seringkali terdapat dalam fraksi protein plasma dibandingkan dalam albumin. Oleh
sebab itu pemberian infus dengan fraksi protein plasma seringkali menimbulkan
hipotensi dan kolaps kardiovaskuler.

b. Koloid Sintesa
1. Dextran :
Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan Dextran 70
(Macrodex) dengan berat molekul 60.000-70.000 diproduksi oleh bakteri Leuconostoc mesenteroides B yang tumbuh dalam media sukresa.
Dextran mempunyai efek trombotik yang dapat mengurangi platelet adhesiveness,
menekan aktifitas faktor VIII, meningkatkan fibrinolisis dan melancarkan aliran
darah.
2. Hydroxylethyl Strach (Heta Strach) :
Tersedia dalam larutan 6% dengan berat molekul 10.000-1.000.000 rata-rata
71.000 osmolaritas 310 mOsm/L dan tekanan onkotik 30 mmHg.
Pemberian 500 ml larutan ini pada orang normal akan dikeluarkan 46% lewat
urine dalam waktu 2 hari dan sisanya 64% dalam waktu 8 hari. Larutan koloid ini
juga dapat menimbulkan reaksi anafilaktik dan dapat meningkatkan kadar amylase
serum (walau jarang)
Low-mollecular-Weight Hydroxyethyl Strach (Penta-strach) mirip heta-strach
mampu mengembangkan volume plasma sampai 1,5 kali volume yang diberikan
dan berlangsung sampai 12 jam. Karena potensinya sebagai plasma volume
expander yang besar dengan toksisitas yang rendah dan tidak mengganggu
koagulasi penta-strach banyak dipilih sebagai koloid untuk resusitasi cairan pada
penderita gawat.
3. Gelatin :
Larutan koloid 3,5-4% dalam balance electrolyt dengan berat mlekul rata-rata
35.000 dibuat dari hidrolisa kolagen binatang. Ada 3 macam gelatin, yaitu:
- modified fluid gelatin (Plasmion dan Hemaccel)
- urea linked gelatin
- oxypoly gelatin
Merupakan plasma expanders dan banyak digunakan pada penderita gawat.
Walaupun dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (jarang) terutama dari golongan
urea linked gelatin.

Kristaloid

Keuntungan

Murah

Koloid
Bertahan

lebih

lama

di

Kerugian

volume intravaskuler
dipilih untuk penanganan
awal resusitasi cairan pada
trauma atau perdarahan
Mengisi volume intravascular
dengan cepat
Mengisi kekosongan ruang
ke3
Menurunkan tekanan osmotic
Menimbulkan edema perifer
Kejadian edema pulmonal
meningkat
Memerlukan volume yang
lebih banyak
Efeknya sementara

intravaskuler
Mempertahankan/tekanan
onkotik plasma
Memerlukan volume yang lebih
sedikit
Edema perifer minimal
Menurunkan TIK
Mahal
Dapat menimbulkan koagulopati
Pada kebocoran kapiler, cairan
pindah ke interstitium
Mengencerkan factor pembekuan
dan trombosit
adhesive trombosit
biasa
menimbulkan
reaksi
anafilaktik dengan dextran
dapat menyumbat tubulus renal
dan RES di hepar

Tabel 5. Keuntungan dan Kerugian Kristaloid dan Koloid


IX. Tranfusi Darah
a. Indikasi transfusi darah
Transfusi darah umumnya > 50% diberikan pada saat perioperatif dengan tujuan
untuk menaikan kapasitas pengangkutan oksigen dan volume intravaskular. Indikasi transfusi
darah adalah :
a. Perdarahan akut sampai hb < 8 gr/dl atau Ht <30.
Pada orang tua, kelainan paru, kelainan jantung Hb < 10 gr/dl.
b. Bedah mayor kehilangan darah > 20% volume darah.
Tabel Volume darah
USIA
Prematur
Cukup bulan
Anak kecil
Anak besar
Dewasa
Laki-laki
Wanita

b. Kehilangan darah

ml/KgBB
95
85
80
75-80
75
65

Pada bayi

angka dengan kadar Hb normal, kehilangan darah sebanyak 10-15%

volume arah, karena tidak memberatkan kompensasi badan, maka cukup diberikan cairan
kristaloid dan koloid, sedangkan diatas 15% perlu transfusi darah, karena ada gangguan
pengangkutan oksigen. Sedangkan untuk orang dewasa dengan kadar Hb normal, angka
patokannya ialah 20%. Kehilangan darah sampai 20% ada ganggan faktopr pembekuan.
Cairan kristaloid (RL, Asering,) untuk mengisi ruang intravaskuler diberikan sebanyak 3x
lipat jumlah darah yang hilang, sedangkan koloid diberikan dengan jumlah sama.
Klasifikasi syok hipovolemik berdasarkan jumlah darah yang hilang
Kehilangan Darah
=Presentase
=Volume (cc)
Tensi
=Systole
=Distole
Nadi (x/mnt)
Pengisian kapiler
Frekuensi nafas
Urine (cc/jam)
Ekstremitas
Warna kulit
Status mental

Kelas I

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

<15
750

15-30
800-1500

30-40
1500-2000

>40
>2000

Tetap
Tetap
Sedikit
Takikardi
Normal
Normal
(20x/mnt)
>30
Normal
Normal
Sadar

Normal
Meningkat
100-120

Turun
Turun
120 halus

Lambat (>2s)
Normal
20-30
Pucat
Pucat
Cemas/gelisah

Sangat rendah
Sangat rendah
>120
sangat
halus
Lambat (>2s) Tidak terdeteksi
Takipnoe
Takipnoe
10-20
Pucat
Pucat
Cemas,
gelisah/meng
antuk

0-10
Pucat, dingin
Kelabu
Mengantuk,
bingung,
tidak
sadar

Keterangan:
-

Kelas 1: Tidak perlu tansfusi kecuali kehilangan darah terjadi pada pasien yang
sebelumnya anemia atau pasien tidak mampu mengkompensasi kehilangan
sejumlah darah karena penyakit jantung atau paru yang berat.

Kelas II: perlu pemberian cairan kristaloid atau koloid. Tidak perlu tranfusi kecuali
sebelumnya pasien anemia atau cadangan kardiorespirasinya turun atau jika
perdarahan darah terus berlangsung.

Kelas III: Penggantian volume darah yang cepat dengan kristaloid atau koloid dan
transfusi seldarah merah mungkin dibutuhkan.

Kelas IV: Penggantian volme darah dengan cairan dan termasuk transsfusi sel darah
merah.

Keputusan transfusi atas dasar pertimbanan nilai hemoglobin. Pertimbangan keputusan


atas nilai dasar Hb harus dipertimbangkan bersamaan dengan faktor lain seperti laju
kehilangan darah:
-

Tranfusi sel darah merah tidak diindikasikan bila nilai aktual atau estimasi
konsentrasi Hb > 10gr/dl kecuali bila ada indikasi tertentu, misalnya penyakit yang
membutuhkan kapisitas transport oksigen lebih tinggi (PPOK dan jantung iskemik
berat).

Transfusi sel darah merah selalu diindikasikan bila nilai Hb<7gr/dl. Transfusi harus
diberikan dalam hubungnannya dalam laju kehilangan darah. Jika pasien stabil, 2
unit darah harus diberikan pada dewasa dan kemudian klinis dan nilai Hb harus
dinilai ulang. Transfusi dapat ditunda jika pasien asimptomatik dan / atau
penyakitnya memiliki terapi spesifik lain, maka batas kadar Hb yang lebih rendah
dapat diterima.

Bila Hb berkisar 7-10 gr/dl, strategi pemberian tranfusi kurang tepat. Para klinisi
sering memberikan transfusi walaupun bukti yang ada tidak menyarankan. Tranfusi
dapat diberikan bila ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara
klinis dan laboratorium.

Pada pasien dengan toleransi anemia yang jelek misalnya pasien usia lanjut lebih
dari 65 tahun dan pasien dengan penyakit kardiovaskuler dan respirasi, nilai Hb
yang lebih tinggi dipertimbangkan bila Hb<8 gr/dl.

c. Bahan yang ditransfusikan


1. Darah lengkap (Whole Blood)
Darah lengkap ada 2 macam, yaitu:
a.

Darah segar : masa simpan 4 6 jam


Keuntungan
Kerugian

: faktor pembekuan lengkap,fubgsi sel darah merah relatif masih baik


: Pengadaan sulit diperoleh dalam waktu yang tepat, bisa menimbulkan
sifilis,CMV

b. Darah baru

: Masa simpan 3 4 hari.

Keuntungan : Pengadaan tidak terlalu sulit,biasanya tersedia di bank darah. Bahaya


penularan sifilis dan CMV tidak ada.
Kerugian : Faktor-faktor pembekuan banyak berkurang, kemampuan pengangkutan
oksigen kurang, kadar K,ammonia dan asam laktat meningkat.

Darah lengkap diindikasikan untuk mengatasi syok hipovolemik akibat kehilangan


darah akut (hebat)atau untuk pengantian kehilangan darah akibat pembedahan yang
melebihi 1500 ml. Dengan trasfusi darah lengkap resusitasi defisit volume intravaskular
pun ikut teratasi. Penyulit yang mungkin timbul adalah faktor V dan VII bisa menurun
demikian jumlah trombosit akibat pengenceran. Untuk mengatasi penyulit ini sebaiknya
diberikan juga trombosit atau fresh frozen plasma.
2. Sel darah merah (SDM)
Keuntungan secara umum :
a.

Sebagian besar plasma tidak ikut diberikan sehingga beban sirkulasi pada
penderita berkurang. Hal ini sangat menguntungkan pada usia lanjut,kelainan
jantung dan payah ginjal.

b.

Hematokrit dapat diatur

c.

Mengurangi penularan penyakit ,seperti hepatitis.

d.

Bermanfaat pada penderita gangguan ginjal dimana diperlukan pembatasan


protein.

e.

Mengurangi reaksi alergi terhadap protein plasma

f.

Mengurangi kemungkinan pembekuan badan-badan penangkis ( anti


leukosit,anti trombosit)

g.

Bebas dari zat anti pembekuan.

Kerugian :
a.
b.

Bahaya infeksi sekunder dapat terjadi saat pembuatan


Masa simpan pendek, 4 6 jam untuk Washed red cells dan 12 jam untuk Packed
red cells pada temperatur 2 6 o C.

Jenis jenisnya :

i.

Packed red cells (PRC)


Didapat dari darah lengkap yang diambil/dipisahkan sebagian plasmanya
melalui metoda pemutaran atau sedimentasi/pengendapan. PRC yang dibuat khusus
jauh lebih baik dan relatif tahan lama dalam penyimpanan daripada yang dibuat
dengan cara sedimentasi. 1 Unit PRC berisi 240-340 ml dengan Ht 75-80% dan Hb 24

gr/dl. Untuk menaikkan Hb 1 gram/dl diperlukan PRC 4 ml/KgBB atau 1 unit dapat
menaikkan kadar Ht 3-5%.
Dengan PRC ini kita mendapatkan :
- hematokrit

: 70 80 %

- Volume plasma

: 15 25 ml

- Volune antikoagulan : 10 15 ml
Pemberian transfusi dengan PRC bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki
oksigenasi jaringan dan keadaan itu tercapai bila kadar Hb lebih besar 8 gr%,
Keuntungan PRC

1.

Kemungkinan overload ciculation berkurang.

2.

Reaksi transfusi akibat plasma komponen menjadi minimal

3.

Akibat samping karena volume antikoagulan yang berlebihan menjadi


minimal.

4.

Meningkatkan daya guna dari pemakaina darah karena sisa plasma dapat
dibuat komponen-komponen yang lain.

ii.

Washed Red Cells


Komponen ini didapat dengan mencuci PRC sebanyak 3 kali dengan larutan
garam fisiologis sama banyak. Sehingga akhirya didapat PRC yang bersih dari
plasma, tetapi masih mengandung sedikit lekosit dan trombosit. Karna komponen ini
tidak mengandung plasma maka komponen ini harus segera ditransfusikan selambatlambatnya tidak lebih dari 6 jam setelah pembuatan.
Keuntungan

1. Pembentukan antibodi terhadap lekosit maupun trombosit dapat dicegah.


2. Reaksi Ig A dari plasma donor terhadap anti IgA dari plasmapenderita tidak
terjadi.
3. Semua allo amntibodi anti A, anti B dan komplement titdak ada.
4. Kemungkinan penularan hepatitis pasca transfusi minimal.
5. Hasilnya cukup baik untuk penderita yang sebelumnya ada reaksi transfusi non
hemolitik atau penderita yang membutuhkan transfusi berulang-ulang.
Kerugian : Karena pembuatan komponen ini memakai proses terbuka maka
kemungkinan kontaminasi bakteri cukup besar.

iii. Red Cell Suspension


i.

Plasma
Komponen ini didapat dari pemisahan PRC dari darah lengkap memalalui
metode pemutaran atau sedimentasi. 1 unit plasma berisi 200 ml diperoleh dari
mengendapkan darah lengkap selama 72 jam. Semua faktor pembekuan ada kecuali
faktor V dan VIII. Pada plasma segar beku, faktor V dan VIII tetap aktif.
Indikasi : - Untuk mengatsi keadaan syok ( sebelum darah datang )
- Memperbaiki volume intravaskuler
-

Memperbaiki volume intravaskuler

Menganti protein plasma yang hilang

Menganti dan menambah jumlah faktor-faktor tertentu yang


hilang,misalnya fibrinogen atau albumin.

Dosis pemberian tergantung keadaan klinis, umumnya 10 15 ml/kg/hari.


Hati-hati pada orang tua karena kemungkinan terjadinya payah jantung atau
kelebiahan volume.
Kerugian

: -Resiko hepatitis pasca transfusi besar.


-Reaksi transfusi seperti urtikaria, mengigil dan febris dapat
timbul.

Keuntungan

:Tersedia

dengan

cepat

dan

dapat

diberikan

test

kompatibilitas.
ii.

Fresh Frozen Plasma


Didapat dari pemisahan darah segar ( darah donor kurang dari 6 jam ) dengan
pemutaran, kemungkinan dibekukan dan disimpan pada tempratur -30 o C.
Indikasi :- Penderita yang mengalami perdarahan dengan defisiensi faktor
pembekuan misal penyakit hati dengan hematemesis melena.
- Haemophilia.
- Defisisensi protrombin komplex
- Defisiensi faktor V
Efek samping : - Reaksi allergi
- Menggigil dan demam.
- Resiko Penularan hepatitis.

iii.

Cryorecipitate = AHF Concentrate.

Komponen ini didapat dengan cara pemisahan plasma segar atau fresh frozen
plasma yang dicairkan pada temperatur 4 oC melalui metoda pemutaran dengan
waktu dan kecepatan pemutaran tertentu.
Indikasi

:- Haemophilia A
- von Willebrands disease
- Hipofibrinogenemia
- Defisiensi faktor XIII.

iv.

Trombosit
Transfusi Trombosit diberikan pada penderita dengan kekurangan trombosit
baik karena primer ataupun sekunder akibat perdarahan. Pemberian trombosit yang
berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya antibodi trombosit pada penderita.
Jenis-jenisnya

a. Platelet Rich Plasma


b.
v.

Platelet Concentrate

Leukosit Concentrate
Komponen ini dibuat dari seorang donor dengan metoda pemutaran melalui
hemonetic -30.
Indikasi: - Penderita neutropenia dengan febris tinggi yang gagal dengan
antibiotika adekuat.
- Aplastik anemia dengan lekosit kurang dari 2000/ml

X . Kesimpulan
Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interior dalam
batas-batas fisiologis dengan cairan kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander)
secara intervena. Prinsip dasar terapi cairan adalah cairan yang diberikan harus mendekati
jumlah dan komposisi cairan yang hilang. Terapi cairan dibutuhkan, kalau tubuh tidak dapat
memasukkan air, elektrolit dan zat-zat makanan secara oral misalnya pada keadaan pasien
harus puasa lama, karena pembedahan saluran cerna, pendarahan banyak, syok hipovolemik,
anoreksia berat, mual muntah tak berkesudahan dan lain-lainnya. Dengan terapi cairan
kebutuhan akan air dan elektrolit dapat dipenuhi. Selain itu dalam keadaan tertentu adanya
terapi cairan dapat digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan
secara rutin atau dapat juga digunakan untuk menjaga keseimbangan asam-basa.

DAFTAR PUSTAKA
1. Muhiman, Muhardi dr.,dkk. Editor. Anestesiologi. 1989. Jakarta:CV Infomedika
2. Pt Otsuka Indonesia. Pedoman Cairan Infus. Edisi Revisi VII. 2003
3. Sunatrio, S., dr., SpAn.KIC, Resusitasi Cairan. 2000. Jakarta:Media Aesculapius
4. Wayne

E. Wingfield, MS, DVM. Fluid and Electrolyte Therapy. 1998.

http://www.cvmbs.colostate.edu/clinsci/wing/fluids/fluids.htm
5. Kolecki,

Paul.MD.

Shock

Hypovolemic.

2005.

www.emedicine.com

en.erg/topic532.htm
6. Noer HMS, Waspadi, Rachman AM. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi
ketiga. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
7. Advanced Trauma Life Support for Doctors. American College of

Surgeons

Committee On Trauma. First Impression. 1998.


8. Michael B. Dobson, alih bahasa Adji Dharma. Penuntun Praktis Anestesi.
Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Вам также может понравиться