Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit merupakan organ tubuh yang terpenting yang berfungsi
sebagai sawar (barrier), karena kulit merupakan organ pemisah
antara bagian di dalam tubuh dengan lingkungan di luar tubuh.
Kulit secara terus-menerus terpajan terhadap faktor lingkungan,
berupa faktor fisik, kimiawi, maupun biologik.
Bagian terpenting kulit untuk menjalankan fungsinya sebagai
sawar adalah lapisan paling luar, disebut sebagai stratum
korneum atau kulit ari. Meskipun ketebalan kulit hanya 15
milimikro, namun sangat berfungsi sebagai penyaring benda
asing yang masuk ke dalam tubuh. Apabila terjadi kerusakan
yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan melampaui
kapasitas toleransi serta daya penyembuhan kulit, maka akan
terjadi penyakit.
Kulit adalah bagian tubuh manusia yang cukup sensisitif
terhadap berbagai macam penyakit. Penyakit kulit bisa
disebabkan oleh banyak faktor. Di antaranya, faktor lingkungan
dan kebiasaan sehari-hari. Lingkungan yang sehat dan bersih
akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula
sebaliknya. Salah satu lingkungan yang perlu diperhatikan
2.3 Patofisiologi
a) Dermatitis Kontak Iritan
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat
kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja
kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk,
dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan
tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak
lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan
rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan
Fase elisitasi
Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada
pajanan ulang alergen (hapten), hapten akan ditangkap sel
langerhans dan diproses secara kimiawi menjadi antigen, diikat
oleh HLA-DR, kemudian diekskresi di permukaan kulit.
Selanjutnya kompleks HLA-DR-antigen akan dipresentasikan
kepada sel T yang telah tersensitisasi baik di kulit maupun di
kelenjar limfe sehingga terjadi proses aktivasi. Fase elisitasi
umumnya berlangsung antara 24-48 jam. Gambaran klinisnya
dapat berupa vasodilatasi dan infiltrat perivaskuler pada dermis,
edema intrasel, biasanya terlihat pada permukaan dorsal tangan.
2.4 Manifestasi Klinis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda
radang akut terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh,
kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan
bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a) Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel
atau bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
b) Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat
mengering menjadi kusta.
c)
Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama,
hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal
dermatitis memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit
stadium kronis.
2.5 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
gangguan integument yaitu :
a) Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih
jaringan dari kulit yang terdapat lesi.
Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada keganasan
atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
b) Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri,
dan jamur pada kulit.
Kegunaan
lain
adalah
untuk
mengetahui
apakah
mikroorganisme tersebut resisten pada obat obat tertentu.
Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan
mengambil eksudat pada lesi kulit.
c) Pemeriksaan Darah
Hb, leoukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin.
d) Uji tempel
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi.
Untuk mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan
factor imunologis, mengidentifikasi respon alergi.
Uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit,
selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local yang ditimbulkan.
Apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasilnya positif.
2.6 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan
kontak alergik yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan
menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual
yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada
kulit. Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan
topikal dan sistemik.
a) Pengobatan topikal
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip
umum pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah
(kompres terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut
penyakit, makin rendah prosentase bahan aktif. Bila akut
berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim atau
linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila
basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak,
bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.
Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus
ringan. Jenis-jenisnya adalah :
1. Kortikosteroid
Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya
molekul CD1 dan HLA-DR sel Langerhans, sehingga sel
Langerhans kehilangan fungsi penyaji antigennya. Juga
RASIONAL
Mandiri:
pantau keadaan kulit pasien
1.
Mengetahui kondisi kuli
dilakukan pilihan intervensi yang
Jaga dengan cermat terhadap resiko 2.
Penderita
dermatosis
terjadinya cedera termal akibat penggunaan mengalami
penurunan
sen
kompres hangat dengan suhu yang terlalu terhadap panas.
tinggi dan akibat cidera panas yang tidak
terasa (bantalan pemanasan, radiator)
HE:
Anjurkan pasien untuk menggunakan
kosmetik dan preparat tabir surya.
1.
Banyak masalah kosmetik
Kolaborasi
4.
RASIONAL
1.
Pemahaman tentang luas dan
karakteristik kulit meliputi bantuan dalam
menyusun rencana intervensi.
2.
Membantu
mengidentifikasi
tindakan yang tepat untuk memberikan
kenyamanan.
3. Deskripsi yang akurat tentang erupsi
kulit diperlukan untuk diagnosisi dan
pengobatan. Banyak kondisi kulit tampak
serupa tetapi mempunyai etiologi yang
berbeda. Respons inflamasi kutan
mungkin mati pada pasien lansia.
4. Ruam menyeluruh terutama dengan
pemakaian salep ayau lotion yang dibeli oleh iritasi atau sensitisasi karena
tanpa resep dokter.
pengobatan sendiri.
4. Jaga agar kuku selalu terpangkas.
4. Pemotongan kuku akan mengurangi
kerusakan kulit karena garukan.
3. Perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus
Sasaran : Pencapaian tidur yang nyenyak.
Hasil yang diharapkan :
Mencapai tidur yang nyenyak
Melaporkan peredaan rasa gatal
Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat
Menghindari konsumsi kafein pada sore gari dan menjelang
tidur pada malam hari.
Mengenali tindakan untuk mneingkatkan tidur.
Mengalami pola tidur / istirahat yang memuaskan.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri :
1.
Bantu pasien melakukan gerak 1. Gerak badan memberikan efe
menguntungkan
untuk
tidur
badan secara teratur
dilaksanakan pada sore hari.
2. jaga kamar tidur agar tetap memiliki 2.
Udara yang kering membua
ventilasi dan kelembaban yang baik.
terasa gatal. Lingkungan yang n
meningkatkan relaksasi.
Kolaborasi:
1. Cegah dan obati kulit yang kering
1. Pruritus nocturnal menggangg
yang normal.
HE:
1. Anjurkan kepada klien menjaga kulit 1. Tindakan ini mencegah kehi
selalu lembab
air. Kulit yang kering dan gatal bi
tidak dapat disembuhkan tetap
dikendalikan.
2.
Anjurkan klien Menghindari 2. Kafein memiliki efek puncak
minuman yang mengandung kafein jam sesudah dikonsumsi.
menjelang tidur di malam hari.
3. Anjurkan klien Mengerjakan hal 3. Tindakan ini memudahkan pe
hal yang ritual dan rutin menjelang tidur.
RASIONAL
mengembangkan
kemampuan
untuk untuk menetralkan kecemasan ya
menilai diri dan mengenali serta mengatasi perlu terjadi dan memulihkan
masalah.
situasi. Ketakutan merupakan
yang merusak adaptasi pasien.
5. dorong sosialisasi dengan orang lain
5. Meningkatkan penerimaan
sosialisasi.
5. Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara cara
menangani kelainan kulit.
Sasaran : Pemahaman terhadap perawatan kulit
Hasil yang diharapkan :
RASIONAL
1.
Memberikan data dasar
mengembangkan rencana penyulu
2.
Pasien harus memiliki
bahwa ada sesuatu yang dapat
perbuat. Kebanyakan pasien m
manfaatnya.
3. Memungkinkan pasien mem
kesempatan untuk menunjukk
yang tepat unutk melakukan terap
4. Stratum korneum memerlu
agar fleksibilitas kulit tetap
Pengolesan krim atau lotion
melembabkan kulit akan memceg
kulit tidak menjadi kering, kasa
dan bersisik.
5.
Dorong pasien untuk mendapatkan 5.
Penampakan kulit mence
status nutrisi yang sehat.
kesehatan umum seseorang. Pe
pada kulit dapat menandakan
nutrisi yang abnormal.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak bercak
merah pada kulit
Sasaran : tidak adanya komplikasi
Hasil yang diharapkan :
RASIONAL
REFERENSI:
Anonim. 2012. Penyakit Kulit Akibat Kerja.
(http://www.psychologymania.com/2012/10/penyakit-kulitakibat-kerja.html, 15 Februari 2013).
Budiyanto, Cakro. 2010. Penyakit Kulit di Industri Percetakan.
(http://ackogtg.wordpress.com/2010/12/10/penyakit-kulit-diindustri-percetakan/, 15 Februari 2013).
Lestari, Ira Cinta. 2008. Penyakit Kulit Akibat Kerja.
(http://somelus.wordpress.com/2008/11/26/penyakit-kulitakibat-kerja/, 15 Februari 2013).
Rahmat. 2008. Penyakit Kulit Akibat Kerja. (jtptunimus-gdl-s12008-rachmatroe-522-3-bab2.pdf, 15 Februari 2013).
Utamiderlauw. 2010. Asuhan Keperawatan Dermatitis Kontak.
(http://utamiderlauw.wordpress.com/2010/06/08/asuhankeperawatan-dermatitis-kontak/, 15 Februari 2013)