Вы находитесь на странице: 1из 16

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

STIMULASI PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI)


DI RUANG KELAS I, II, VIP, RBD PRIA
RSJD SAMBANG LIHUM
BANJARMASIN

OLEH
KELOMPOK 6 :
EKA NOVITA SARI S.Kep
ILMA PURWANINGSIH S.Kep
RIZKI APRIANI S.Kep
FITA SUKMA S.Kep
RISKA TRISWANDI S.Kep
RIYAN REZA PRATAMA S.Kep
RIFAN AZHARI S.Kep
M. RAMADANI NOOR S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM PROFESI NERS A
2015

PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
A. Topik
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : Halusinasi
B.

Tujuan
a.

b.

C.

Tujuan Umum
1) Pasien dapat mengontrol atau mengendalikan halusinasi yang
dialaminya melalui kegiatan aktivitas kelompok.
Tujuan Khusus
1) Pasien dapat mengenal halusinasi.
2) Pasien mengenal waktu terjadinya halusinasi.
3) Pasien mengenal situasinya terjadinya halusinasi.
4) Pasien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi
5) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
Landasan Teori

1. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan
jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah
Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007).
Jumlah minimum peserta adalah 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota
yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya
diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif (Yosep, 2007).
Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori, terapi aktivitas orientasi realita, dan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi (Keliat, 2006). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi

persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus


terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok (Keliat, 2006).

2. Halusinasi
a) Pengertian
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses diterimanya rangsang sampai
rangsang itu disadari dan dimengerti oleh penginderaan atau sensasi:
proses penerimaan rangsang (Stuart, 2007).
Perubahan persepsi sensori ditandai oleh adanya halusinasi. Beberapa
pengertian mengenai halusinasi di bawah ini dikemukakan oleh
beberapa ahli:
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di
telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari,
2005).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien
merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap
meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera
tersebut (Izzudin, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah
(Stuart, 2007).
b) Macam-macam Halusinasi
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar
dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya,

gambar

geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau kompleks.

Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat


monster.
c. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses
umumnya

bau-bauan

yang

tidak

menyenangkan.

Halusinasi

penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.


d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
f. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine
c) Faktor Predisposisi dan Faktor Presivitasi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai
dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang
berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa

kortikal

menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak


manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau
keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi,
perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian
individu

terhadap

stressor

dan

masalah

koping

dapat

mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).


Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping

mempengaruhi

respon

individu

dalam

menanggapi stressor.
d) Tanda dan Gejala
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi
adalah sebagai berikut:
Bicara sendiri.
Senyum sendiri.

Ketawa sendiri.
Menggerakkan bibir tanpa suara.
Pergerakan mata yang cepat
Respon verbal yang lambat.
Menarik diri dari orang lain.
Berusaha untuk menghindari orang lain.
Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa

detik.
Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
Sulit berhubungan dengan orang lain.
Ekspresi muka tegang.
Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
Tampak tremor dan berkeringat.
Perilaku panik.
Agitasi dan kataton.
Curiga dan bermusuhan.
Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
Ketakutan.
Tidak dapat mengurus diri.
Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

e) Rentang Respon
Adaptif
Pikiran logis
Persepsi kuat
Emosi
Konsistendengan
Pengalaman
Perilaku sesuai
Berhubungan sosial

Distorsi pikiran
Ilusi
Reaksi emosi berlebihan
atau kurang
Perilaku aneh/tidak biasa
Menarik diri

Maladaptif
Gangguanpikir/delusi
Halusinasi
Sulit berespon
Perilaku disorganisasi
Isolasi sosial

Halusinasi merupakan salah satu mal adaptif individu berada dalam


rentang respon neurobiology. Jadi merupakan persepsi paling adaptif
jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima
melalui panca indera. Klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu
stimulus itu tidak ada, di antara kedua respon tersebut adalah respon
individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu

salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai


ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap
stimulus pancaindera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.

D.

Pasien
Karakeristik / Kriteria

1.

Pasien dengan gangguan sensori persepsi: Halusinasi


1)
2)
3)
4)
5)
6)
2.
a.

Pasien yang sudah kooperatif dan tenang


Pasien tidak cacat fisik atau tidak ada kekurangan anggota tubuh
Komunikasi verbalnya baik
Dengan masalah gangguan persepsi sensori; halusinasi
Bisa baca tulis
Tidak dalam pengaruh terapi
Proses Seleksi
Pengkajian
Perawat mengidentifikasi jumlah pasien dan masalah keperawatan
yang ada di ruangan. Pasien diseleksi berdasarkan jenis masalah
keperawatan, yang dipilih adalah pasien dengan masalah Halusinasi,
Pasien dipilih sejumlah 6 orang. Perawat mengidentifikasi jenis terapi
aktivitas kelompok yang akan dilakukan, yaitu Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) : Stimulasi Persepsi: Halusinasi

b.

Perawat mengidentifikasi pasien yang akan mengikuti Terapi


Aktivitas Kelompok (TAK) : Stimulasi Persepsi. Dimana pasien yang
akan mengikuti TAK stimulasi persepsi tersebut adalah pasien dengan
masalah keperawatan halusinasi

c.

Mengklarifikasi pasien sesuai kriteria dan bekerjasama dengan


perawat di ruangan

d.

Mengadakan kontrak dengan pasien

3.

Jumlah pasien
Pasien halusinasi yang mengikuti TAK berjumlah 6 orang
1.
2.
3.
4.
5.
6.

E.

Tn. H
Tn. A
Tn. B
Tn. I
Tn. U
Tn. R

Pengorganisasian
1. Uraian Struktur Kelompok
a. Tempat Pertemuan

: Ruang Kelas I, II, VIP, RBD Pria

b. Hari/Tanggal

: Rabu / 11 November 2015

c. Waktu

: 10.00 10.30 WITA

d. Lama

: 30 Menit

2. Metode
a.
b.
c.
d.

Dinamika Kelompok
Diskusi dan tanya jawab
Simulasi, berkenalan, memperkenalkan diri
Mengontrol halusinasi

3. Alat yang digunakan


1)
2)
3)
4)
5)
6)

Laptop
Speaker
Bola
Kursi dan Meja
Buku catatan dan pulpen
Lembar Observasi

4. Tim Terapis
a.

Pimpinan Kelompok (Leader) : Rifan Azhari, S.Kep


Tugas :
-

Menyusun rencana aktivitas kelompok (proposal)

Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan

Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan


perasaan, mengajukan pendapat dan memberikan umpan balik

Sebagai role model

Memotivasi kelompok untuk mengemukakan pendapat


dan memberikan umpan balik, mengungkapkan perasaan dan
pikiran

Menciptakan suasana dimana anggotanya dapat menerima


perbedaan dalam perasaan dan perilaku dengan anggota lain

Membuat tata tertib bagi kelompok demi kelancaran


diskusi

b.

Pembantu pimpinan kelompok (Co Leader) : M. Ramadani Noor,


S.Kep
Tugas :
-

Menyusun rencana aktivitas kelompok (proposal)

Membantu

leader

dalam

mengorganisir

anggota

kelompok
-

Menyampaikan informasi dari fasilitator kepimpinan

Mengingatkan pimpinan bila diskusi menyimpang

Bersama leader menjadi contoh untuk kerjasama yang


baik

c.

Fasilitator :
1. Fita sukma, S.kep
2. Ilma Purwaningsih, S.kep
3. Rizki Apriani, S.kep
4. Eka novita sari, S.kep
5. Riyan Reza Pratama, S.Kep
Tugas :
Membantu leader memfasilitasi dan memotivasi anggota untuk
berperan aktif

10

Menjadi aktif bagi pasien selama proses kegiatan


d.

Observer : Riska Triswandi, S.Kep


Tugas :
Mengobservasi setiap respon pasien
Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan
perilaku pasien
Memberikan umpan balik pada kelompok

5.

Setting Tempat

Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

Tempat tenang dan nyaman.

11

Setting Tempat
Gambar Setting Tempat

C
L

Keterangan:
: Leader
: Co-leader
: Observasi
: Fasilitator
: Klien

12

F.

Proses Pelaksanaan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu gangguan persepsi sensori :
halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan :
a. Memberi salam terapeutik :
1. Salam dari terapis
2. Perkenalan nama dan panggilan terapis
b. Evaluasi / validasi :
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan Masalah yang dialami
c. Kontrak :
1. Topik : menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik.
2. Waktu : lama kegiatan maksimal 30 menit
3. Tempat : di ruang Kelas I, II, VIP, RBD Pria
4. Menjelaskan tata tertib aturan main berikut :
Peserta diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hingga

akhir
Peserta diharapkan mampu menjawab sesuai pada tujuan

khusus
Peserta tidak boleh berbicara bila belum diberi kesempatan;
peserta tidak diperkenankan memotong pembicaraan orang

lain.
Tidak boleh ada peserta lain yang ikut ketika acara TAK sudah

berjalan
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada terapis.

3. Tahap kerja
a. Jelaskan kegiatan, yaitu akan dihidupkan lagu dari laptop serta bola
diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kearah kiri) dan
pada saat lagu dimatikan maka anggota kelompok yang memegang
bola memperkenalkan dirinya.

13

b. Hidupkan lagu/musik pada laptop dan edarkan bola berlawanan


dengan arah jarum jam.
c. Pada saat lagu/musik dimatikan, anggota kelompok yang memegang
bola mendapat giliran untuk menceritakan apa yang dilakukan pada
saat mengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya . Ulangi sampai
semua pasien mendapat giliran
d. Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi pada saat halusinasi muncul
e. Co-Leader memperagakan cara menghardik halusinasi yaitu:
Pergi,pergi jangan ganggu saya, kamu suara palsu...(Halusinasi
pendengaran)
Pergi,pergi jangan ganggu saya, kamu bayangan palsu...(Halusinasi
penglihatan)
Pergi,pergi jangan ganggu saya, kamu bau palsu... (Halusinasi
penghidu)
Pergi,pergi jangan ganggu saya, kamu rasa palsu...(Halusinasi
Pengecap)
Pergi,pergi jangan ganggu saya, kamu sentuhan palsu...(Halusinasi
Raba)
f. Leader meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik
halusinasi
g. Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan
setiap klien memperagakan menghardik halusinasi
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Mengevaluasi kembali kegiatan yang telah diajarkan
3) Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak Lanjut
1) Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul
2) Memasukkan kegiatan menghardik ke dalam jadwal kegiatan
harian klien
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik : Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK
berikutnya yaitu cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
bercakap-cakap dengan orang lain.

14

2) Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya

15

DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa
Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga
University Press.
Townsend, Mary. C. (2000). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of
Care. Edisi 3. Philadelphia: F. A. Davis Company
Stuart dan Laraia. (2007). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6.
St. Louis: Mosby Year Book.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Reflika Aditama.
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan. Jakarta: EGC

16

LEMBAR OBSERVASI TAK SESI 1


Kemampuan Mengontrol Halusinasi Dengan Menghardik

Nama Klien

Aspek yang

NO

dinilai

Tn.H

Tn.A

Tn.B

Tn.I

Tn.U

Tn.R

Menyebutkan
cara yang selama
ini

digunakan

untuk

mengatasi

halusinasi
2

Menyebutkan
efektivitas

cara

yang digunakan
3

Menyebutkan
cara

mengatasi

halusinasi dengan
menghardik
4

Memperagakan
cara menghardik
halusinasi

Petunjuk:
1. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan menyebutkan; cara yang biasa
digunakan untuk mengatasi halusinasi, efektifitas cara yang digunakan, cara
mengatasi halusinasi dengan menghardik dan memperagakan cara menghardik
halusinasi. Beri tanda jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak
mampu.

Вам также может понравиться