Вы находитесь на странице: 1из 34

PENDAHULUAN FISIKA INTI

PELURUHAN SINAR BETA ( )

Disusun Oleh

Riza Kusumawati

12030184216

Achmad Sobari

12030184203

Pendidikan Fisika B 2012

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
2015

PELURUHAN BETA
A. Pendahuluan

Suatu proses peluruhan radioaktif yang tidak mengubah nomor massanya tetapi
mengubah nomor atomnya digolongkan sebagai peluruhan . Dalam peluruhan tidak
melibatkan perubahan nomor massa A, yaitu

A=0, tapi selalu ada perubahan dari

muatan inti karena inti hanya terdiri dari neutron dan proton membutuhkan konversi
muatan listrik. Dalam pemancaran -, neutron dikonversi menjadi proton,

Z=1.

Demikian pula dengan perubahan + dan penangkapan elektron melibatkan muatan proton
menjadi neutron, yaitu

Z=-1.

Gbr 1. Grafik kestabilan inti

Pada gambar 1 menunjukkan bahwa suatu inti yang stabil memiliki jumlah proton
dan jumlah neutron yang sama (N=Z, atau N/Z=1). Inti radioaktif yang berada dibawah
garis kestabilan memiliki banyak proton dan inti radioaktif yang berada diatas garis
kestabilan memiliki banyak neutron. Sebuah inti yang kelebihan neutron agar menjadi
stabil dengan mengubah neutron menjadi proton dengan memancarkan -. Inti yang
kelebihan proton akan menjadi stabil dengan mengubah proton menjadi neutron dengan
memancarkan +.
B. Proses Terjadinya Peluruhan Beta
Peluruhan merupakan jenis peluruhan yang paling umum dikenal, sebab hampir
semua nuklida tidak berada pada daerah kestabilan. Proses peluruhan meliputi pancaran
elektron secara langsung dari inti. Baik elektron yang bermuatan negatif maupun positron

Peluruhan Beta

yang bermuatan positif dapat dipancarkan oleh inti yang sama dalam beberapa kasus
khusus. Ada tiga jenis proses terjadinya peluruhan :
1. pemancaran elektron(-)
2. pemancaran positron ( +)
3. penangkapan elektron

A
Z
A
Z
A
Z

:
:
:

X Z+1AY + 10e + v
A
0
X Z1Y + +1e+ v
X + 10 e Z1AY + v

Proses terjadinya peluruhan dapat dijelaskan dari skema tingkat dasar proton dan
neutron seperti pada gambar dibawah ini.

tak mantap

mantap

takmantap

Sumber: Niyatmo.2009

Ketiga nuklida memiliki jumlah nukleon yang sama sebesar 12, tetapi jumlah

Gbr 2.Skema Tingkat Dasar Proton dan Neutron dalam Peluruhan Beta

neutron dan protonnya berbeda.

12
7

12
5

proton yang sama (N=Z=6). Pada


nuklida

12
6

merupakan inti stabil dengan jumlah neutron dan

B dengan N=7 dan Z=5 sehingga memiliki (N>Z) dan pada

dengan N=5 dan Z=7 sehingga memiliki (N<Z).

Energi yang ditunjukkan pada gambar menjelaskan bahwa energi tak mantap lebih
besar daripada energi yang mantap. Dikarenakan nuklida

12
6

sudah stabil sehingga

nuklida tersebut tidak dapat melepas maupun menerima elektron. Dan sebaliknya untuk energi
yang tak mantap

12
5

B dan

12
7

belum stabil.

a. Pemancaran Elektron
Inti atom 125 B yang tak stabil meluruh dengan mengubah satu neutronnya menjadi proton
12
6

C . Perubahan neutron menjadi proton karena massanya lebih besar

agar stabil menjadi

daripada proton yang lebih ringan sehingga tidak dapat bertransformasi menjadi neutron. Karena
muatannya harus kekal maka harus dibentuk satu muatan negatif (elektron). Namun demikian
karena elektron tak dapat berada dalam inti atom maka ia harus dikeluarkan dan dipancarkan
sebagai radiasi sinar - dan anti neutrino sebagai berikut:
12
5

12

B 6Y +1 + v

Proses pemancaran elektron dapat dijabarkan sebagai berikut


z

X A Z 1Y A 1 e 0

Peluruhan Beta

Dengan menganggap inti induk

A
Z

X bermassa Mp meluruh menjadi inti anak

A
Z 1

Y bermassa Md dan partikel beta positif atau negatif dengan massa m. Karena inti

induk dalam keadaan diam sebelum peluruhan, inti anak dan partikel beta harus berada
dalam arah berlawanan setelah meluruh sehingga memiliki kekekalan momentum linier.
Ei dan Ef adalah energi total sistem sebelum dan setelah peluruhan. Berdasarkan prinsip
konservasi energi:

E E
i

(1)

Atau dapat ditulis:

M p c 2 M d c 2 K d me c 2 K
DimanaKd dan K- adalah energi kinetik dari inti anak dan partikel beta negatif.
Selanjutnya, energi disintegrasi Q dari proses ini dirumuskan dengan:

Q K d K M p M d me c 2

(2)
Adapun syarat terjadinya peluruhan spontan adalah Q harus bernilai positif. Apabila
M(Z) dan M(Z+1) adalah massa atom induk dan massa atom anak, setelah mengabaikan
energi ikat yang sangat kecil dari elektron maka,
M ( Z )=M p +Zm e M p=M ( Z )Zme
M ( Z+ 1 )=M d + ( Z+ 1 ) me M d=M ( Z +1 ) ( Z +1 ) me
Substitusikan persamaan diatas kedalam persamaan (2), sehingga diperoleh:

Q M p M d me c 2

Q M A, Z Zme M A, Z 1 Z 1 me me c 2

Q M A, Z Zme M A, Z 1 Z 1 me me c 2

Q M A, Z Zme M A, Z 1 Zme me me c 2

Q M A, Z M A, Z 1 c 2
(3)

Persamaan ini menyatakan bahwa peluruhan

akan terjadi kapan saja massa

atom induk lebih besar dari massa atom anak, dan energi disintegrasi, Q, yang dilepaskan
sebagai energi kinetik sama dengan perbedaan massa mereka.
b. Pemancaran Positron
Untuk

12
7

jumlah proton lebih besar dibandingkan dengan cacah neutronnya, sehingga

inti tersebut meluruh dengan mengubah satu protonnya menjadi neutron disertai dengan
pemancaran zarah positif dalam bentuk + dan neutrino sebagai berikut:
Peluruhan Beta

12
7

12

N 6Y + +1 +v

Proses pemancaran positron dapat dijabarkan sebagai berikut


z

X A Z 1Y A 1 e 0

Energi disintegrasi untuk proses ini diberikan oleh:

Q K d K e M P M d me c 2

(4)
Pernyataan persamaan ini dalam terminologi massa atomik, di mana:

M Z M p me Z

M Z 1 M d me Z 1

(5)

dan didapatkan:

Q M Z M Z 1 2 me c 2

(6)
Karena Q harus positif, peluruhan positron dari suatu atom akan terjadi hanya jika
massa diamnya lebih besar dari jumlah massa diam dua elektron dan suatu atom dengan A
sama dan dengan Z berkurang satu.
c. Penangkapan Elektron
Pada proses peluruhan ini, karena gaya columb lebih besar daripada gaya ikat inti
maka satu elektron orbit ditangkap proton dalam inti atom sehingga berubah menjadi
neutron. Dalam hal ini cacah nukleonnya tetap, tetapi satu protonnya berubah menjadi
neutron seperti pada proses peluruhan +, seperti ditunjukkan gambar dibawah berikut,

elektron
L
K

Sinar x
inti

Elektron Auger

Sumber:Niyatmo.2009

Gbr 3:Tangkapan elektron dan pancaran auger

Proses ini dijelaskan oleh persamaan sebagai berikut:


Z

X A 1 e 0

Y A.

Z 1

Energi disintegrasi pada kasus ini diberikan oleh:

Q M Z M Z 1 c 2

(7)

Supaya penangkapan elektron terjadi, massa atom induk harus lebih besar dari massa
sebuah atom dengan A sama dan dengan Z berkurang satu. Proses ini memenuhi energi
gap yang ditunda oleh dua proses peluruhan beta lainnya.Jika elektron-elektron inti berat,
Peluruhan Beta

dalam proses dari elektron-elektron itu bergerak melingkar yang dekat dengan inti
(gambar:tangkapan pancaran dan elektron auger), maka elektron-elektron tersebut akan
ditangkap.
Elektron dari orbit K ditarik oleh inti atom sehingga kulit K menjadi tidak stabil,
agar orbital tetap stabil maka orbital K menarik satu elektron dari orbit L sehingga
elektron menjalani de-exitasi sambil memancarkan radiasi sinar-x. Sinar-x ini, kadang
berinteraksi dengan elektron orbit L atau lainnya sehingga elektron tersebut terpental
keluar dari gugus atom dan disebut elektron Auger.
Pada peluruhan beta ketidaksesuaian dengan hukum kekekalan energi dimana energi
sebelum sama dengan energi sesudah, namun pada peluruhan beta momentum linear dan
momentum sudut tidak kekal. Dalam peluruhan beta nuklide tertentu arah elektron yang terpencar
dan inti recoil dapat diamati, ternyata arah tersebut tidak selau tepat seperti yang diramalkan oleh
Hukum kekekalan momentum linear. Ketidakkekalan momentum sudut diturunkan dari spin
dari elektron, proton, dan neutron. da partikel ketiga yang dipancarkan pada peluruhan beta

ini. Agar tidak melanggar hukum kekekalan momentum maka ada partikel ketiga ini
bermuatan elektrik nol dan memiliki spin . Hilangnya energi ini tidak lain adalah energi
yang diambil partikel ini. Partikel ini disebut neutrino ( v ), neutrino ini memiliki massa
diam nol. Neutrino ini juga memiliki anti partikel yang dinamakan antineutrino. Neutrino
berfungsi untuk memuta arah elekrton. Netrino sendiri memiliki arah searah jarum jam
sedangkan anti neutrino berlawanan arah jarum jam
3. PENGUKURAN ENERGI PARTIKEL BETA ()
Pengukuran energi partikel beta melibatkan dua jenis elektron. Pertama, elektron
yang dipancarkan dalam proses peluruhan beta selalu memiliki distribusi energi yang
kontinu yang memerlukan pengukuran energi maksimum. Kedua, elektron konversi yang
dipancarkan oleh proses berikut: dalam proses peluruhan gamma, yang biasanya mengikuti
peluruhan beta, inti memberikan energi ke elektron orbital bukan memancarkan sinar
gamma. elektron ini disebut elektron konversi.
Poin penting sehubungan dengan peluruhan beta adalah teori relativitas, karena
partikel beta yang dipancarkan dari inti radioaktif memiliki kecepatan yang mendekati
kecepatan cahaya, pergerakan mereka harus dijelaskan dengan teori relativitas daripada
mekanika klasik. Pengukuran yang tepat untuk mengukur besar energi dan spektrum
partikel beta adalah dengan menggunakan spektrometer magnetik. Berikut ini, kita akan
membahas pengukuran menggunakan spektrometer magnetik.
Peluruhan Beta

Spektrometer Magnetik.
Spektrum sinar beta dari unsur-unsur radioaktif alami pertama kali dianalisis oleh
L.Baeyer dan O Hahn. Elektron dibelokkan oleh medan magnet dan dicatat dengan metode
photograpich. Bentuk peningkatan spektrum sinar beta yang fokus pada spektrometer
magnetik berbentuk setengah lingkaran. Teori dan desain dari beberapa spektrometer
dijelaskan oleh K Siegbahn. Berikut merupakan gambaran singkat desain dan teori
spektrometer sinar beta:
Kinerja berbagai jenis spektrometer dibandingkan dengan angka merit, yang
didefinisikan oleh rasio T / R. T adalah koefisien transmisi, yang didefinisikan sebagai
fraksi dari jumlah partikel energi yang diberikan atau momentum yang dipancarkan oleh
sumber yang diterima oleh detektor. R adalah resolusi, yang didefinisikan sebagai E / Edi
mana E adalah lebar maksimum pada energi E. plot biasanya terbuat dari jumlah elektron
dibandingkan momentum partikel beta (Hr). Sinar beta spektrometer magnetik terbagi
menjadi tiga bagian seperti berikut:
1. spektrometer fokus setengah lingkaran
2. spektrometer lensa magnetik
3. spektrometer fokus ganda
a. Spektrometer Fokus Setengah Lingkaran
Metode ini sama dengan partikel yang menggunakan prinsip 1800, atau focus
setengah lingkaran menggunakan desain berbeda. Partikel jauh lebih ringan dari partikel
. Medan magnet yang biasa digunakan untuk partikel adalah 1000 gauss dan partikel
menggunakan medan magnet sebesar 10000 gauss.
Sumber partikel beta diendapkan pada kawat dengan panjang dan diameter dalam
satuan milimeter yang ditempatkan dalam ruang yang terevakuasi. Sebuah sinar elektron
dikeluarkan pada celah AB (Gambar 8.3) untuk fokus, dengan penerapan medan magnet
tegak lurus terhadap bidang gerak partikel. Gerak diatur oleh persamaan:
He=

m 2

(8.12)
m0

Dimana m adalah massa relativistik yang diberikan oleh

2
c2

dan adalah

jari-jari kelengkungan. Dengan menulis ulang persamaan (8.12) kita dapatkan:


p=eH
(8.13)
Dimana p adalah momentum relativistik. Setelah momentum diketahui, energi
kinetik dapat dihitung:
2
2
K=mc m0 c =EE 0
Peluruhan Beta

E= p2 c 2+ E20
K= p2 c 2+ m20 c 4 m0 c 2

(8.14)

Pelat fotografi berguna untuk merekam seluruh spektrum dalam satu pencahayaan,
tetapi memiliki kelemahan yaitu sensitivitas lebih rendah dan tidak lurus. Secara
kuantitatif menggunakan penghitung Geiger. Penghitung ditempatkan dalam posisi ketika
medan magnet divariasikan. Jumlah partikel beta mencapai penghitung, per satuan waktu,
diperoleh untuk nilai yang berbeda dari H. Karena
nilai

bernilai tetap, masing-masing

H sesuai dengan nilai yang berbeda dari p. Plot jumlah dibandingkan

Hr

memberikan kurva distribusi momentum.

Gbr.4 Fokus Spektrometer Setengah Lingkaran


Sumber:
Atam
P.1966PQ (celah mendefinisikan
Sebuah cahaya melewati lintasan melalui
pusat
celah

penerimaan sudut 2) memiliki diameter SA (gambar 8.4). Setiap lintasan lain membuat
sudut dengan lintasan sentral memotong diameter di B. Lebar gambar pada fokusnya
adalah w I 0= AB dihitung dari pertimbangan geometris sederhana dengan melihat
lintasan elektron yang berbentuk setengah lingkaran dibawah ini,
B
o
c
A

b
2

cos =

xo
xy y

xo = xz,
x

2
Peluruhan Beta

z
7

cos =

xz
xy

xy=2
xz=2 cos

Dimana
zy=xy xz
Cos 2 =1-2sin2 , cos
zy=2 2 cos
= 1-2 sin2

1-cos =1-(1-2 sin2 )


1cos
1-cos = 2 sin2

zy= AB=2

2
2 2 sin )
4 sin2
Apabila zy = w10 maka,

1cos
(8.15)

w I 0=2
Menurut Persamaan (8.15) posisi B adalah bentuk gambar asimetris. Persamaan

(8.15) juga berlaku untuk elektron yang membuat sudut kecil dengan cahaya tegak lurus
terhadap medan magnet.

Gbr.5. Lintasan elektron dalam spektrometer fokus


berbentuk setengah lingkaran
Sumber: Atam.1966

Jika

sumber bukan

sumber titik melainkan memiliki lebar sebesar s, maka:


(8.16)
w I =s+ w I 0=s+ 2
Menggabungkan persamaan (8.16) dan (8.13) untuk nilai tetap dari medan
magnet, resolusi momentum diberikan oleh:
d w1
s
= + 2

Dan resolusi energinya adalah:


1
E= m v 2
2
1
E= p v
2
1 s 2
= ( + )
2
R p=

(8.18)

Apabila memiliki lebar maka resolusi energinya menjadi:

Peluruhan Beta

(8.17)

1 s+ w 2
R= (
+ )
2
(8.19)
Koefisien transmisi untuk celah melingkar, PQ adalah:

1cos

T=
=2
4

(8.20)

b. Spektrometer Lensa Magnetic


Banyak spektrometer sinar beta telah dikembangkan menggunakan fokus seragam,
medan magnet longitudinal. Metode ini menunjukkan bahwa fokus terbaik bagi elektron
yang dipancarkan dari sumber titik terletak pada sumbu yaitu cincin tegak lurus terhadap
sumbu.
Pertimbangkan sumber titik, S, ditempatkan di titik pada sumbu medan magnet
homogen yang dihasilkan oleh solenoid panjang (gambar 8.5a). Elektron dari momentum
p dipancarkan pada sudut dengan sumbu akan mengikuti jalur heliks sebelum di F.
Sumber memancarkan partikel - melewati Baffle system yang didalamnya
terdapat kawat solenoid yang dilalui arus listrik sehingga terdapat arus listrik. baffle
system berfungsi untuk memilah elektron yang unggul sehingga fokus dan dapat
membentuk lintasan helix. Partikelnya mengikuti arah arus listrik.

Gbr 5a spektrometer lensa magnetik


Sumber: Atam.1966

Permukaan yang dihasilkan oleh semua elektron ini ditunjukkan pada (gambar 8.5b)
jarak SF dapat dihitung dengan prosedur berikut: Kecepatan partikel dapat
diselesaikan menjadi dua komponen; sin

tegak lurus, dan cos . Jalur heliks

adalah resultan dari gerak melingkar beraturan dengan kecepatan sin


terhadap magnet, dan cos

sepanjang arah medan magnet. Persamaan yang mewakili

gerakan ini adalah:


Peluruhan Beta

tegak lurus

Gbr .5b permukaan yang dihasilkan oleh elektron dari yang ditentukan
Sumber: Allyn.1966

Fm = Fs
m v2

sin
mv
H e

, karena bergerak pada sumbu y (GLBB) maka v =


He v

m sin =eH

(8.21)

z=( cos ) t

(8.22)

Kemudian untuk komponen arah vector kecepatan dapat digambarkan sebagai


berikut, dengan v cos

searah dengan sumbu x dan v sin searah dengan sumbu y.

Untuk t = T, jangka waktu untuk satu revolusi lengkap, Z = SF, T dapat dihitung
dari Persamaan (8.21)
T=

2
2
2
2 m
=
=
=
( sin )/ eH /m eH

(8.23)

Peluruhan Beta

10


cos

cos

SF=

(8.24)

2 p
1 2 sin 2
eH

2 p
2
1 2

eH
4

c.

2 p
2
1
eH
2

Karena sudutnya sangat


kecil maka

sin cos

Spektrometer Fokus Ganda


Dua elektron dipancarkan dalam satu arah, sebuah elektron ditembakkan pada

lintasan tetapi arahnya lurus, kemudian ditembakkan lagi elektron lainnya yang searah
dengan elekron sebelumnya tetapi membentuk sudut, agar sinar 1 dan sinar 2 terfokus tada
satu titik yaitu detektor maka ditambahkan medan magnet disepanjang lintasan dengan
besar yang berbeda sehingga sinar dapat membelok dan terfokus pada satu garis, sehingga
dapat ditangkap detektor yang terdapat pada ujung. Semakin mendekati detektor medan
magnet semakin besar. Penambahan medan magnet yang homogen ini menyebabkan
berkas elektron yang ditangkap detektor lebih banyak. Spektrometer fokus ganda memiliki
resolusi tinggi dari setengah lingkaran fokus spektrometer dan koeffisien transmisi tinggi
dari spektrometer lensa.

r
H

Gbr 6 skematik spektrometer fokus ganda

r0
H0
Gbr 6a lukisan arah medan magnet untuk kecepatan linear

Peluruhan Beta

11

Spektrometer ini didasarkan pada perilaku osilasi bebas dari partikel bermuatan
dalam medan magnet aksial simetris bervariasi dengan radius tersebut.
r0 n
0<n<1
(8.27)
H=H 0 ( )
r
Dimana H 0 adalah nilai H pada sumber berada pada jarak r 0 dari sumbu
simetri. Elektron yang dipancarkan dari sumber dalam bidang tegak lurus sumbu akan
menjelaskan gerakan orbital dengan frekuensi

0 = =e H 0 /m
(8.28)
r0
Dimana m adalah massa relativistik. Jika elektron yang diberikan pada sudut kecil

akan berosilasi dengan frekuensi radial r

dan frekuensi aksial z

1
2

(8.29)

r =(1n) 0
1

(8.30)

z=n 2 0

Pembuktian atau penurunan rumus untuk persamaan (8.29) dan (8.30) terdapat
dilampiran
Masing-masing jika n=1/2 radial dan frekuensi aksial adalah sama untuk n=1/2
(8.31)
H r 1 /2
r = z =0 / 2
(8.32)
Ini berarti bahwa kedua osilasi berada dalam fase, dan mereka akan menjadi fokus
setelah setengah osilasi.
Pembuktian Persamaan 8.29 (Spektrometer Fokus Ganda)
Dengan menganggap sebuah medan B (r ) simetri pada sebuah sumbu

z .

Selain itu, diumpamakan terdapat sebuah cermin yang digunakan untuk menentukan
simetri tersebut, cermin diletakkan pada posisi

z=0 . Karena medan magnet B (r )

sebagai medan vektor, maka gradien vektornya dinyatakan oleh

Bz
r

( )

yang dapat

dimisalkan sebagai g , dan diasumsikan konstan. Berdasarkan persamaan Maxwell


xB
=0 , memberikan arti bahwa dari semua komponen arah vektor harus bernilai nol.

x
B , dapat dituliskan sebagai berikut.
Pada komponen dari
Br Bz

=0
z
r

(8.29a)

Dengan menggunakan ekspansi Taylor pada arah

Br
z +
z 0

( )

B r ( r , z )=Br ( r , 0 ) +
B r ( r , z ) gz
Peluruhan Beta

z , diperoleh hasil.
(8.29b)
(8.29c)

12

z dan

Dimana hasil tersebut merupakan alternatif yang paling sesuai pada arah
bernilai nol pada posisi mediannya.

Dengan menganggap sebuah muatan partikel bergerak pada posisi mediannya, yaitu
pada r=r 0 dengan kelajuan v

dan kelajuan angular 0 =v /r , maka dengan

terpenuhinya Hukum I Newton yang melibatkan gaya magnetik dan gaya sentripetal pada
spectrometer fokus ganda, maka dapat dituliskan
B ( r 0 , 0 ) ev=

mv
r0

(8.29d)

0
e
=
m B (r 0 , 0)

(8.29e)

Bagaimanapun juga akan bernilai nol, jika partikel berpindah pada arah

terhadap posisi mediannya, maka gaya magnetiknya yang awalnya bernilai B ( r 0 , z ) ev


dapat ditulis sebagai ( gev ) z . Pada posisi median tersebut, partikel mengalami Gerak
Harmonik Sederhana (GHS). Dengan konstanta gaya k z menyatakan nilai dari

gev

atau 0 r 0 . Dengan frekuensi dari GHS dinyatakan oleh


k z 12 0 r 0
z=
=
m
m

( ) (

1
2

(8.29f)

Dengan mensubstitusikan persamaan 8.29e pada persamaan 8.29f, maka diperoleh

[ ]

g r0
z=0
B0 ( r )

1
2

(8.29g)

Dimana kuantitas yang berada didalam akar pangkat dua dapat dinyatakan sebagai
n , sehingga sesuai dengan persamaan 8.30.
Jika partikel terdorong keluar dengan perpindahan r

dari keadaan orbit

setimbangnya, maka gaya magnetik yang menuju kedalam dinyatakan oleh B ( r + r ) ev


.
Fr =B ( r 0 + r ) ev =ev [ B ( r 0 )g r + ]

(8.29h)

Dengan percepatan sentripetal pada orbit yang luas dinyatakan oleh


ac =

v2
v2
r
( )(1 )
r0 + r r0
r0

(8.29i)

Sedangkan percepatan radial dapat ditentukan dari persamaan berikut.


Fr =m ac +m ar

(8.29j)

Dengan memadukan persamaan 8.29h, 8.29i, dan 8.29d, diperoleh

Peluruhan Beta

13

ar = r 20 (

g r 0
+ 1)
B0

(8.29k)

Kita kembali pada kasus GHS sebelumnya dengan sebuah konstanta gaya k r

dari

mar
, dengan frekuensi angular dinyatakan oleh
r
r =

kr
m

( )

1
2

(8.29l)

g r 0
r = 0
+1
B ( r0 )
Apabila

g r 0
B ( r0 )

1
2

dinyatakan sebagai n , maka persamaan 8.29l memiliki hasil

yang sama dengan persamaan 8.29. dimana persamaan 8.29 tersebut merupaka frekuensi
angular pada arah radial.
1

(8.29m)

r = 0 [ 1n ] 2
4. ENERGI YANG HILANG KARENA ELEKTRON
Proses dimana elektron menghilangkan energi dalam perpindahan medium

sangatlah rumit dibandingkan energi yang hilang karena oleh partikel bermuatan berat.
Komplikasi ini timbul untuk bidang-bidang berikut :
1.

Karena massa yang kecil dan kecepatan yang tinggi dari partikel beta, maka hal ini
menjadi perlu untuk mempertimbangkan efek relativitas. Kecepatan partikel beta

2.

mendekati kecepatan cahaya sehingga sulit untuk menentukan energi yang hilang.
Sebaliknya untuk massa yang berat,elecktron mungkin kehilangan sebagian besar dari
energi kinetic dalam tabrakan tunggal. Tumbukan tunggal terjadi yaitu tumbukan
antara elektron dengan elektron sehingga energi kinetik elektron yang menumbuk
akan ditransfer ke elektron yang ditumbuk. Hal ini terjadi tidak karena massa elektron
yang besar berpindah-pindah, tetapi sangat sulit untuk membedakan antara electron
insiden dan target elektron. Salah satu yang memiliki energi yang lebih tinggi setelah

3.

tumbukan disebut insiden (atau primer) elektron.


Tumbukan antara elektron dan atom, dimana elektron hanya dibelokan tanpa ada
energi yang hilang (tumbukan sempurna), hal ini sering terjadi. Beberapa hamburan

4.

ini membuat bingung dalam pengukuran kehilangan energi kedepannya.


Elektron yang berkecepatan tinggi menumbuk atom, energi elektron ditransfer ke
atom sehingga elektron yang terdapat pada atom mengalami ionisasi dan eksitasi
Peluruhan Beta

14

karena elektron pada atom memilki energi yang cukup untuk eksitasi sendiri.
Tumbukan antara elektron dengan atom mengakibatkan elektron tereksitasi dengan
5.

memancarkan sinar x
Elektron yang dipancarkan dalam proses peluruhan beta tidak memiliki kesamaan
energi. Hanya memiliki energy distriusi yang terus-menerus antara nol dan
maksimum.
Semua faktor ini sulit diprediksi secara teoritik dari energi yang hilang oleh

elektron. Untuk energi elektron yang relative kecil, kehilangan energi terutama disebabkan
oleh eksitasi dan ionisasi elektron dalam atom dari bahan yang digunakan untuk
menghentikan. Pada kenyataannya, kehilangan energi per sentimeter dengan proton tidak
berbeda jauh dari elektron yang berkecepatan sama. Untuk elektron denganenergi tinggi,
kita akan mempertimbangkan hilangnya energi dengan proses berikut:
a. Energi yang hilang akibat tumbukan tak sempurna.
Tumbukan yang tak sempurna ini mengakibatkan elektron terperangkap
kedalam atom dan menjadi satu.
Persamaan dari stopping power untuk partikel bermuatan berat

dE 4 e4 z 2
2mv 2

NZ
ln(
)
dx
mv 2
l
(7.37)

Harus diubah untuk dua alasan yang berbeda.


a) karena mereduksi massa dari dua sistem elektron. Untuk kondisi log
2mv2 harus disubtitusi ke log mv2.
b) Identifikasi dari elektron berenergi tinggi seperti kemunculan elektron
primer dari batas energi tumbukan yang hilang pada berbagai tumbukan
adalah mv2 bukan mv2. Koreksi ini terjadi karena persamaan untuk
elektron adalah E<mv2

2mv 2

dE 4 e 4

NZ
ln
0.15
2
dx mv
l

(8.33)
Untuk kasusr elativitas elektron, persamaannyaadalah:


dE 2 e 4
2mv 2
1
2 1 2 1 2 ln 2 1 2 1 1 2

NZ ln 2
2
dx
mv
8
2l 1 2

(8.34)

Peluruhan Beta

15

Dimana E adalah energi kinetik dari incident electron dan =V/C .Untuk kasus
elektron yang lambat dimana <<1, persamaan 8.34 sama seperti 8.33. Untuk
keadaan dimana relativitas partik elekstrim persamaan 8.34 dirubah menjadi:

dE 2 e 4 NZ E 2
1

ln

dx
mc 2 2mc 2l 2
8
(8.35)
b. Energi yang hilang dari elektron yang cepat karena radiasi

Gbr 7. Proses terjadinya Bremstrahlung


Pemancaran radiasi gelombang
elektronik (sinar x-kontinyu) ketika radiasi beta,

dibelokkan atau diperlambat oleh inti atom bermuatan positif. Pembelokkan ini karena
gaya ikat inti lebih besar daripada gaya coulumb, sehingga partikel hanya dibelokkan tidak
tertarik. Ukuran partikel beta jauh lebih kecil dan kecepatannya jauh lebih besar daripada
partikel alfa sehingga partikel beta dapat masuk mendkati inti atom.
Menurut teori elektromagnetik klasik, percepatan pancaran energi elektromagnetik
partikel bermuatan pada tingkat tertentu diberikan oleh persamaan berikut:

dE 2 e 4 a 2

dt
3c 2

(8.36)

Dimana partikel bermuatan seperti elektron dan proton berpindah di dalam inti itu
dipercepat dan memancarkan gelombang elektromaknetik. Radiasi ini disebut
Bremsstrahlung. Pada persamaan (8.36) energi radiasi berbanding lurus dengan kuadrat
dari percepatan. Meskipun energi radiasi berbanding terbalik dengan kuadrat massa karena
a=F/m, dimana F adalah gaya dan m adalah massa dari partikel bermuatan. Hal ini
menjelaskan mengapa efek radiasi harus dipertimbangkan dalam kasus elektron yang
bergerak cepat dan dapat diabaikan untuk partikel bermuatan berat, seperti proton, partikel
alpha, meson, dan sejenisnya.karena gaya adalah sebanding dengan Z2, di mana Z adalah
nomor atom dari bahan yang diserap. Perhatikan bahwa kehilangan energi oleh radiasi
Peluruhan Beta

16

sebanding dengan Z2 dan meningkatkan logaritmis. Oleh karena itu pada energi tinggi,
kerugian radiasi besar.
Jika energi yang hilang oleh radiasi adalah yang paling dominan, panjang radiasi
didefinisikan sebagai panjang lintasan absorber dimana elektron muncul dengan 1/e energi
awal. Energi kritis, Ee, didefinisikan sebagai energi elektron dimana kehilangan energi
oleh ionisasi sama dengan kerugian radiasi. Ini telah ditunjukkan oleh H. Bethe W. Heitler
pada

Ec

1600 mc 2
Z

(8.37)

Dan kerugian radiasi untuk kehilangan energi ionisasi ditunjukan oleh:

dE

EZ
dx rad

dE
1600mc 2

dx cell

)
(8.38

dimana mc = 0.51 Mev.


Sebagai contoh gambar 8 menunjukan total kerugian energi untuk elektron, dimana

dE

dx total

dE

dE


dx

cell
dx

(8.39)
rad

Hal lain yang kita tidak dibahas adalah bahwa kehilangan energioleh radiasi
terjadi tidak hanya di bidang inti, tetapi juga di bidang elektron yang harus disertakan
dalam total kerugian

radiasi.

Gambar 8. tingkat
oleh electron yang

kehilangan energi
teradiasi

Sumber: Atam.1966.

Total kerugian

radiasi dan

tabrakan nanti akan

ditampilkan.

Energi elektron

dinyatakan dalam

satuan mc2.
5. ADSORBSI DAN HUBUNGAN ENERGI DENGAN JARAK
Seperti yang telah dijelaskan pada chapter 2, partikel beta dipancarkan di
udara lebih jauh dari pada partikel alpha pada tingkat energi yang sama. Oleh karena
itu, logam tipis, yang umumnya berupa alumunium, digunakan untuk adsorbsi partikel

Peluruhan Beta

17

beta. Persamaan eksponensial dari adsorbsi sekitar partikel beta untuk reaksi nuklir
sinar beta. Dalam area yang terbatas intensitas sinar beta diberikan persamaan.
I=Ioe-x/
Dimana / adalah koefisien adsorbsi massa dalam satuan cm2/mg. Dan x
adalah ketebalan penyerap dalam satuan mg/cm2 , Io adalah itensitas, dan I adalah
itensitas setelah melewati penyerap dengan ketebalan x dari penyerap.

Gambar 9 peralatan eksperimen koefisien absorbsi elektron


Sumber: Altam .1966

Intensitas dari sinar

beta ditransmisikan

melewati penyerap

dapat dihitung dengan

metode sederhana

pada gambar 9. alumunium

tipis diletakkan

diantara sumber dan

detektor. Sinyal dari

detektor disalurkan menuju

penguat dan

menghitung lintasan.

Tingkat perhitungan

diteliti untuk perbedaan

ketebalan dari alumunium foil dengan menambahkan alumunium foil secara berkala. Gambar
10 menunjukkan grafik prosentase transmisi dari partikel beta plus dibandingkan dengan
ketebalan dari alumunium foil dalam satuan mg/cm2. (Partikel beta plus didapatkan dari Cu62 ,
dimana peluruhannya

memiliki waktu

paro 9.9 menit

Gambar 10. Prosentase transmisi partikel beta plus (2.7Mev) dibandingkan dengan ketebalan alumunium dalam
satuan mg/cm2 dengan energi akhir 2.91 MeV). Titik dimana kurva adsorbsi kembali bertemu dan menuju ground,
Peluruhan
Betapeluruhan
18
karena sinar
gama menyertai
Sumber: Atam.1966

Hal ini bergantung pada perbedaan bentuk kurva adsorbsi untuk kasus partikel beta
(elektron yang dihasilkan dari peluruhan nuklir dan mempunyai spektrum energi yang
kontinu) dan elektron yang homogen dihasilkan secara buatan). Partikel beta tidak
memiliki kurva adsorbsi yang linier. Ketika kurva adsorbsi elektron yang homogen
mempunyai bagian lurus, panjang dan ekor dengan intensitas kecil menuju dasar. Sebagai
perbandingan, ditunjukkan pada gambar 11. pada gambar 11(a), R adalah jarak dari
partikel beta yang didefinisikan dibawah ini. Dari gambar 11(b) jarak dari partikel beta
yang homogen didefinisikan sebagai titik dimana perpanjangan dari bagian yang lurus
bertemu dasar, ini disebut jarak praktik, Rp, ketika titik dari kurva bertemu dengan dasar
ini disebut jarak maksimum, Ro. Dilain titik yang diberi tanda merupakan akhir dari
bagian dari kurva perbedaan kelompok energi dari electron yang homogeny yang semua
sama yang ditunjukkan pada gambar 11(c). alasan untuk keadaan ini adalah dimana setelah
melewati penyerap yang tipis dan kecil, pancaran secara sempurna disebarkan, maka
diberikan bentuk yang sama pada akhir kurva.

Gambar 11 Prosentase transmisi dibandingkan dengan ketebalan alumunium (mg/cm2)


dari (a) sinar beta (b) electron yang homogen. Gambar (c) menunjukkan akhir dari bagian dari
rentang kehomogenan electron dari tingkat energi yang berbeda.

Metode adsorbsi mungkin digunakan untuk


menentukan
energi dari partikel beta
Sumber:
Atam.1966
seperti energi tunggal suatu electron. Selama metode adsorbsi tidak se-akurat metode yang
menggunakan spektometer sinar beta dan tidak menunjukkan detail dari spectrum, ini
merupakan keuntungan karena sederhana dan cepat. Juga seperti berlawanan dengan
spectrometer sinar beta, metode adsorbsi tidak membutuhkan intensitas sumber yang
sangat besar. Ketelitian dari energi sinar betadapat dihitung dengan metode adsorbsi yang
mana memiliki 2 faktor: (i) penentuan jarak secara akurat, dan (ii) hubungan jarak dan
energi yang diketahui. Penentuan jarak secara akurat termasuk lokasi yang teliti dari titik
dimana kurva adsorbs bertemu dengan dasar. Metode tinjauan secara visual adalah yang
paling sederhana tetapi paling tidak masih bias diandalkan. Beberapa metode telah
diciptakan untuk penentuan secara akurat dari titik akhir.
Peluruhan Beta

19

Selama jarak telah ditentukan, langkah selanjutnya adalah mengubahnya dalam


bentuk energi dengan menggunakan hubungan energi yang tepat. Karena kerumitan yang
telah disebutkan sebelumnya pada bab 4, tidak mungkin menggunakan persamaan
teoritikal untuk energi yang hilang akibat ionisasi. Jarak empiris dari hubungan energi
telah didapatkan dengan langkah berikut. penentuan secara akurat energi sinar beta
digunakan spectrometer untuk grup yang berbeda. Jarak penentuan dibuat dan ditafsirkan
dengan membandingkan beberapa material standar (biasanya dengan partikel beta RaE
dengan energi akhir sebesar 1.17 MeV yang mana berfungsi pada rentang 508 mg/cm2
pada logam alumunium). Grafik itu cocok dengan percobaan yang mewakili hubungan
rentang energi yang ditunjukkan pada gambar 12. kurva berikut ini diwakili

Gambar 12. kurva rentang energi untuk electron. Pada titik ini diperoleh pengukuran yang
actual dengan penelitian yang berbeda.
Sumber: Atam.1966

Dengan

persamaan

berikut ini yang memberikan hubungan empiris Antara jarak dan energi
R=412E01.265-0.094 ln Eo
untuk E0< 2.5 MeV
R=530 E0-106
untuk E0 > 2.5 MeV
Hubungan tersebut terbukti berguna dan dengan ketelitian sebesar 2-10 persen.
Gambar 12 menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan diantara (i) rentang energi
tunggal electron dan partikel beta dan (ii) positron dan electron, memiliki besar energi
yang sama. Nilai titik lainnya yang tecatat untuk rentang energi diantara 0.01 dan 20
Mev grafik percobaan untuk (dE/dx) mendekati dengan kurva secara teori, tetapi
memiliki ketelitian yang lebih besar daripada 20%. Alasan untuk perbedaan untuk itu
sampai saat ini masih belum diketahui.
6. SPEKTRUM SINAR BETA KONTINU DAN HIPOTESA NEUTRINO
A. KARAKTERISTIK PANCARAN SINAR BETA.
Gambar grafik dibawah ini menunjukkan beberapa karaktristik sinar beta yang telah
diteliti oleh peneliti

Peluruhan Beta

20

Gambar 13 Pancaran sinar beta RaE, Energy kinetic partikel beta K (Mev).
Sumber: Atam.1966. Fundamental Of Nuclear Physics.

Pada gambar grafik diatas sumbu y menunjukkan jumlah relatif partikel beta, sumbu
x menunjukkan energi partikel beta, K (MeV), grafik tersebut menunjukkan semakin
banyak jumlah partikel beta maka energi kinetiknya semakin tinggi sampai mencapai titik
akhir.

Gambar 14 Spektrum beta dari Au198.Spectrum Garisdilapiskanpada spectrum kontinu Dalam.


Sumber: Atam.1966

Gambar 15 Spektrumsinar beta dari Cs137


Sumber: Allyn.1966

Peluruhan Beta

21

Gambar 16 Spektrum sinar beta Cl38. Terjadi peluruhan oleh emisi dari 3 kelompok energy maksimum yang
berbeda dari partikel beta.3 kelompok yang tampilanya telah dipisahkan.
Sumber: Atam.1966

Gambar 17 Cu64Peluruhan dari , + danE.C. proses: (a) menunjukan pancaran sinar , dan menunjukan
pancaran beta +. dalam perbedaan ini untuk distribusi 2 kasus begitu jelas.
Sumber: Atam.1966

Semua gambar ini menunjukan bahwa electron tersebut memancarkan peluruhan


beta yang mempunyai suatu distribusi kontinu dan energi sekitar antara nol sampai suatu
titik maksimum tertentu. Karena peluruhan RaE dengan pancaran

tanpa

mengemisikan sinar gama ,tidak ada konversi electron yang dilapiskan pada bentuk
spectrum kontinu.Di sisi lain, peluruhan Au198 dan Cs137 tidak berlangsung dan keadaan
dasar ke keadaan dasar dan nuekleon dibiarkan dalam keadaan tereksitasi.Nukleon yang
sudah dalam keadaan terektasi dengan pancaran gamma atau dengan memancarkan
konversi electron muncul seperti garis spectra yang yang dilapiskan pada spectra Au198 dan
Cs137 berturut-turut seperti yang ditunjukan pada gambar. Dalam banyak kasus spectrum
ini lebih rumit seperti gambar Cl38, komplekstitas spectrum berkaitan dengan fakta
peluruhan Cl38 dengan tiga kelompok yang berbeda dari partikel beta mempunyai energi
titik terakhir 1,11 Mev dan 4, 81 Mev dengan intensitas 388,15,8,dan 53,4 persen ketika
Peluruhan Beta

22

tiga kelompok ini dipisahkan,mereka menunjukan spectra sederhana yang serupa Au198 dan
Cs137.Titik lain menunjukan bahwa didaerah energi yang rendah dari spectrum hamburan
sinar beta,bentuk distribusinya adalah berbeda untuk proton dan positron ini ditunjukan
+

, dan proses
pada gambar untuk peluruhn Cu dimana meluruh dengan

64

menangkap electron . dengan mengabaikan meluruh oleh pancaran


+
. Spectrum

atau pancaran

kontinu mempunyai karakteritistik sebAgai berikut :

Terdapat suatu batasan maksimum dalam distribusi, dan energi yang

bersesuaian Ad tergantung jenis inti yang mengalami peluruhan beta.


Terdapat suatu batasan energy maksimum yang hamper sesuai dengan
peluruhan yang tersedia .Dimana energy maksimum adalah suatu fungsi
peluruhan initi. Sekali lagi, energi titik-akhir maximum adalah fungsi dari

inti membusuk.
Spektrum kontinyu diamati dan + baik untuk alam serta penghasil beta
buatan.

Karena jumlah partikel beta dipancarkan berbeda pada energi yang berbeda, Energi
rata-rata didefinisikan sebagai :
0

N ( E ) EdE
=

0
0

(8.43)

N ( E ) dE
0

Dimana N (E) dE adalah jumlah elektron yang memiliki energi antara E dan (E +
dE), dan Eo adalah energi maksimum. Dalam kebanyakan kasus energi rata-rata adalah
sekitar sepertiga dari jumlah maksimum yang tersedia, yaitu, dari titik-akhir energi Rae,
misalnya, yang memiliki energi titik akhir dari 1.17 Mev, akan memiliki energi rata-rata
sebesar 0,34 Mev.
B. HIPOTESA NEUTRINO.
Spektrum beta adalah spectrum kontinu .Partikel beta mempunyai energy antara
nol dan harga maksimum tertentu. Tiga hokum kekekalan diaplikasikan pada partikel
yakni:
1. Hukum Kekekalan energi
Peluruhan Beta

23

2. Kekekalan momentum linier


3. Konservasi momentum sudut
Dari hasil eksperimen diperoleh bagan sebagai berikut

Inti induk disini memiliki energy maksimum. Energi maksimum merupakan


selisih antara dua tingkat energy inti anak yang dihasilkan memiliki energi yang kecil dan
dapat diabaikan dan energi electron yang dihasilakan adalah sepertiga dari energy
maksimum, sesuai dengan perumusan energy sebelum tumbukan adalah sama dengan total
energi sesudah tumbukan. Namun disini, energy anak adalah sepetiga dari energy
maksimum .ini berarti bahwa terdapat 2/3 energi yang hilang. Energi inilah yang menjadi
permasalahan pada proses peluruhan beta , sehingga dibuatlah sebuah asumsi bahwa
energi yang 2/3 tersebut dimiliki oleh inti anak dengan suatu tingkat energi yang kontinu.
Oleh karena itu, kondisi inti anak adalah stabil .Untuk mencapai kestabilan (lebih stabil),
maka dipancarkan energi dalam bentuk gamma sesuai dengan bagan berikut :

Gambar 18 .Bagan pemancaran energy dalam bentuk sinar gamma


Sumber: Atam.1966

Dimana spektrum yang dihasilkan sinar gamma adalah spectrum kontinu. Namun
timbul permasalahan yang tidak dibenarkan untuk tingkat energi yang terakhir memiliki
tingkat energi yang kontinu. Sehingga gugurlah asumsi yang menyatakan bahwa inti anak
memiliki tingkat energy kontinu.
Selanjutnya asumsi bahwa elektron memiliki energy maksimum, dengan perumusan
(dari persamaan reaksi) sebagai berikut :
E maksimum = 0 + E maksimum
Pada akhirnya asumsi bahwa elektron memiliki energi yang maksimum juga gagal.
Kekekalan momentum linear mensyaratkan bahwa jika ada jumlah dari energi yang
tersedia untuk didistribusikan antara dua benda (inti mundur dan elektron), mereka harus
memiliki energi yang pasti dan bukan distribusi energi contiuous. Dalam kasus ini ,tidak
ada hokum kekekalan momentum liniear

Peluruhan Beta

24

Untuk momentum sudut, momentum angular dirumuskan sebagai berikut :

Dimana I merupakan spin nuklir, spin nuklir ini ditentukan oleh jumlah nukleon. Inti
induk dan inti anak memiliki jumlah nukleon sama yakni A sehingga:

Jika A genap, maka I merupakan bilangan bulat


Jika A ganjil, maka T merupakan bilangan bulat yang ganjil
Sedangkan

momentum angular , sehingga apabila

tidak ada

akan terpenuhi bahwa I pada kondisi awal yang sama dengan I pada kondisi akhir
yang genap
Genap

Genap (tepenuhi)

Sedangkan kenyataanya adalah


Genap

Genap +

Diruas kiri berbeda dengan hasilnya pada ruas kanan (melangar hukum
statistic).dengan demikian hukum kekekalan angular juga tidak berlaku.kemudian oleh
pauli diindikasikan bahwa ada partikel lainyang muncul saat peluruhan beta , partikel
tesebut diindikasikan sebaga neutrino
Semua kesulitan itu diatasi ketika, pada tahun 1934, pauli mengajukan hipotesis
neutrino. Dia menyarankan bahwa partikel tambahan, yang disebut neutrino
(dilambangkan dengan . juga dipancarkan dalam proses peluruhan beta pada jarak
tertentu kehilangan energi Sifat tersebut untuk neutrino dalam memenuhi persyaratan
peluruhan beta.

.Neutrino harus bernilai nol, karena muatan tesebut kekal tanpa


Karena energi maksimum yang dibawa oleh elektron sama dengan energi
maksimum yang digunakan, pada titik energi akhir, neutrino harus nol,

dan massa diamnya nol


Hukum kekekalan momentum angular menghendaki neutrino memiliki
spin ,sehingga muatan total momentum angular yang diharpkan

partikel beta dan neutrino menjadi nol atau 1 seperti yang diinginkan
Sebuah neutrino tidak menyebabkan jumlah yang cukup ionisasi, dan
sehingga dapat terdeteksi. Ini berarti bahwa neutrino memiliki interaksi
yang sangat lemah dengan materi dan memiliki momen magnetik yang

Peluruhan Beta

25

sangat kecil, atau hampir nol,. Sebenarnya, itu tidak memiliki sifat
elektromagnetik.
Berdasarkan penemuan neutrino tersebut maka dapat disimpulkan pada peluruhan
beta dihasilkan 3 bentuk yaitu inti anak, electron,dan neutrino,kecuali pada electron
konvensi, yang dapat digunakan untuk menjelaskan distrbusi momentum kontinu.
Hipotesis neutrino dengan sukses diterapkan oleh Enrich Fermi dalam mengembangkan
teori peluruhan beta yang menjelaskan bentuk spectrum beta.Berdasarkan teori ini,dalam
peluruhan beta terdapat sebuah interaksi antara nucleon, electron,dan neutrino yang
mengubah sebuah neutron menjadi proton dan sebaliknya, dan menyebabkan penyerapan
oleh electron dari neutrin, jadi, ketiga prosespeluruhan beta dapat dituliskan sebagai
berikut :
n p + - + v
p n + + + v
p + e- n + v
Di mana v

(8.44)

disebut anti neutrino dan merupakan dari neutrino v, sebagai

positron ( +) adalah pasangan dari sebuah elektron (-). Studi rinci tentang neutrino dan
antineutrino akan diambil dalam bagian berikutnya.
Akan lebih bermanfaat untuk dicatat bahwa neutron bebas telah diamati dengan
waktu paruh

1/2

= 12,8 2,5 menit, sedangkan peluruhan bebas dari proton adalah

energi tidak penuh.


7. NEUTRINO - ANTINEUTRINO
Bukti tidak langsung tentang adanya keberadaan neutrino itu dibuktikan oleh
keberhasilan teori Fermi peluruhan beta, yang akan di bahas dalam sub bab selanjutnya.
Tujuan dari sub bab ini yaitu untuk membahas percobaan tersebut yang langsung
menetapkan tentang keberadaan neutrino dan antineutrino yang dipancarkan dalam
disintegrasi tunggal. Sebelumnya kita melakukan penilaian sementara untuk
mendefinisikan secara jelas perbedaan antara neutrino dan antineutrino.
Seperti yang telah disebutkan, positron adalah bagian dari elektron (negatron), atau
kita dapat menyebut positron sebagai anti partikel dari sebuah negatron. Sebuah hukum
baru yang disebut konservasi lepton (lepton adalah partikel cahaya seperti elektron,
positron, neutrino, dan sejenisnya) menurut perbedaan yang telah di bahas, jumlah lepton
dan anti lepton alam sistem tertentu adalah tetap atau konstan. Jika kita mengambil

Peluruhan Beta

26

hipotesis bahwa keberadaan partikel harus bersamaan dengan sebuah anti partikel,
neutrino akan dipancarkan secara bersamaan dengan emisi positron dan anti neutrino.

Gambar. 18 Representasi(a) neutrinodan(b) antineutrinotersebut.


Sumber: Atam.1966

Perbedaan yang nyata antara neutrino dan antineutrino dinyatakan dengan cara:
sebuah nutrino, kecepatan, partikel yg berseberangan, didefinisikan sebagai sebuah
partikel dengan vektor spin antipararel ke vektor momentum (atau vektor kecepatan)
dalam sebagai pengertian dari keadaan yang berlawanan. Antineutrino, kecepatan partikel
yang searah, didefinisikan sebagai sebuah partikel dengan vektor spn vektor sejajar
dengan vektor momentum (atau vektor kecepatan) sebagai dalam pengertian partikel yang
searah. Helisitas atau spiralitas di definisikan sebagai cosinus sudut antara sudut spinmomentum vektor dan vektor linear-momentum. Dengan demikian, neutrino memiliki
helisitas sebesar -1 sementara antineutrino mempunyai nilai sebesar +1.
Pemilihan nama untuk neutrino dan antineutrino adalah dipilih secara acak.
Diperhatikan bahwa massa partikel ini sangat kecil (atau nol), dan mereka melakukan
perpindahan hampir seperti dengan kecepatan cahaya. Halini menunjukkan bahwa mereka
melakukan perpindahan kearah yang sama di semua hal, dan sangat tidak mungkin untuk
mengubah secara cepat ke hal yg lebih dari neutrino (tidak bisa mendahului neutrino)
untuk memberikan arah yang terlihat di belakang. Dengan demikian perubahan relativistik
sederhana tidak dapat mengubah definisi neutrino di atas menjadi antineutrino, dan
sebaliknya.
Bagaimanapun kita bisa mengubah neutrino menjadi anineutrino dan sebaliknya
dengan refleksi atau pemantulan cermin. Ketika neutrino melihat ke sebuah cermin yang
dianggapnya itu merupakan sebuah antineutrino, dan sebaliknya. Hal ini disebabkan
karena cermin itu akan meembalikkan arah momentum, tetapi tidak arah spin.

Peluruhan Beta

27

Gambar. 19 Refleksi Cermin neutrino adalah sebuah anti neutrino.


Sumber: Atam.1966

Neutrino dan anti neutrino memiliki definisi, kini kita akan membahas percobaan
yang termasuk dalam kategori sebagai berikut: (a) penguran massa neutrino, (b) percobaan
neutrino yang terdahulu, dan percobaan yang saat ini (c) pengambilan neutrino (bukti
secara langsung).

A. Pengukuran Massa Neutrino


Terdapat dua jenis neutrino dalam percobaan yang telah dipergunakan untuk
memperkirakan tetapnya massa neutrino. Metode pertama yang melibatkan perbandingan
antara energi maksimum spektrum beta-ray dengan energi peluruhan yang telah diketahui.
Kedua metode yang telah dikemukakan oleh Fermi adalah untuk mengetahui bentuk
spektrum beta di dekat titik akhir.
Menurut metode pertama energi kinetik maksimum, Emaxbahwa dalam partikel beta
dapat memiliki emisi negatron adalah
Emax = (M - mv0) c2
(8.45)
Dimana M adalah perbedaan massa induk dan anak inti, dan mv0 adalah massa sisa
massa diamnya neutrino. Untuk emisi positron, energi maksimum ditentukan oleh
persamaan sebagai berikut
Emax = (M 2m0- mv0) c2
(8.46)
Dimana m0adalah massa diam elektron. Perhatikan bahwa energi pengikat atom
sangat kecil dan telah diabaikan. Nilai Emax ditentukan berupa energi titik-akhir yang
diamati pada peluruhan beta, sedangkan Mdapat ditentukan baik dengan pengekuran
akurat dari nilai Q reaksi nuklir atau dari massa atom yang ditentukan dengan spektroskop
massa seperti yang dibahas di bab sebelumnya. Hasil yang terbaik diperoleh dengan hanya
mempertimbangkan reaksi-reaksi kebalikan dari pe;uruhan beta, yaitu satu
Peluruhan Beta

28

menghubungkan hasil (p, n) reaksi positron dengan emisi dan (n, p) reaksi dengan emisi
negatron. Cntoh reaksi tersebut adalah (1) (1) C13 (p,n) N13 dengan Q = -3.003 0.003
Mev; (2) H3(p,n) He3 dengan Q = 0.764 0.001 Mev dan energi akhir titik maksimum
dalam emisi negatron dari H3 adalah Emax= 0.0181 0.002 Mev. Massa diamnya neutrino
mv0diperhitungkan menjadi dua contoh ini masing- masing adalah (-0.002 0.01)m0and
(0.0 0.03) m0. Untuk perhitungan tersebut yang telah dibuat sekitar belasan kasus dan
mereka semua menunjukkan bahwa mv0< 0.01 m0 yaitu kurang dari 5.1 kev.
Metode lainnya secara teoritis meliputi perbandingan bentuk spektrum pada teori
peluruhan Fermi dengan percobaan titi akhir spektrum. Kita akan membahas metode ini
secara rinci setelah kami mengembangkan teori Fermi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mv0 510-4 m0. Pada kesimpulan yang didapatkan bahwa semua bukti percobaan
menunjukkan neutrino seluruh massanya kurang dari 10-3 m0.

B. Percobaan Sebelumnya Tentang Neutrino


Selain neutrino dinyatakan secara tidak lansung tentang keberadaannya, percobaan
sebelumnya dilakukan untuk menegaskan tujuan utama neutrino dalam peluruhan beta
(dengan membuktikan konservasi energi dan momentum secara simultan) serta untuk
mengetahui jenis interaksi dengan melakukan percobaan yang berkelanjutan tentang
hubungan antara elektron dan neutrino. Guna membentuk kseimbangan momentum, kita
harus mengukur kecepatan inti sebelumnya. Karena massa dari inti itu yang sangat besar
dibandingkan dengan massa elekton dan neutrino, kecepatan inti sebelumnya adalah
sangat kecil, yang membuatnya sulit untuk diukur. Pengukuran masih lebih rumit jika inti
berada dalam keadaan padat maupun dalam keadaan kerusakan atau jika inti merupakan
bagian dari molekul. Sekali lagi karena itu merpakan tiga masalah keseluruhan, inti akan
memperlihatkan spektrum kecepatan kontinu, karena kecepatan akhir tergantung pada arah
akhir dan arah ini bervariasi berupa peluruhan terhadap kerusakan.
Ini semua sulit diatasi masalahnya jika disederhanakan kita mempertimbangkan gas
monoatomik yang meluruh oleh elektron dengan hanya menangkap elektron. Karena,
dalam proses K-capture, hasil peluruhan hanya anak inti dan neutrino, proses peluruhan
beta akan berkurang hingga menjadi dua bagian. Untuk melindungi momentum linear,
anak inti selalu dipancarkan dalam arah yang berlawanan satu sama lain dengan kecepatan
konstan sebanding dengan massa mereka. Dengan demikian, jika hanya satu neutrino yang
dipancarkan,
Kondisi di atas sangat cocok untuk percobaan A37.
A37 + -1e0k

Peluruhan Beta

Cl37+

29

(8.47)

Gambar. 20 digunakanolehRodebackdanAllenuntuk mempelajarineutrinosebelumnya dalam peluruhan penangkapan


elektrondari A37.
Sumber: Atam.1966

Hasil percobaan yang diperoleh akan dibahas di bawah ini.

Ruang dipenuhi oleh A37, dan tekanan konstan dipertahankan sebesar ~ 10-5 mm.
Sebagai sumber efektif volume didefinisikan dengan menggunakan sekat, dan di daerah
secara bersamman terlihat oleh kedua detektor. Semua pelindung sekat dan kisi kecuali 3
kisi dipertahankan pada potensial nol. Ke 3 kisi tersebut adalah 4500. Hasil penangkapan
K-elektron oleh A37 dalam pembentukan Cl37 dan Auger emisi elektron yang terdeteksi
oleh jenis photomultiplier. Peristiwa tersebut ditunjukkan secara cepat antara Auger
Elektron dan ion sebelumnya. Kemudian membuat semua perbaikan waktu maksimum
dari ion bahwa untuk melakukan jarak tempuh sejauh 6cm yaitu (8.9 0.9) sec. Sebuah
puncak dalam laju spektrum dari ion sebelumnya sesuai dengan energi (9.7 0.8) ev. Hal
ini memastikan bahwa emisi tunggal nutrino dengan energi yaitu (0.8 0.1) Mev,
dalam aturan yang baik dengan nilai Q (0.816 0.004) Mev untuk reaksi Cl37. Nilai
dari energi sebelumnya pada percobaan yang berbeda lainnya adalah (9.6 0.2) ev39
dan (9.65 0.05 ev40. Banyak percobaan lainnya yang menggunakan A37, Be7, and Cd107
yang telah dilakukan,

Peluruhan Beta

30

Gambar 21 Kurvaputus-putusadalahdistribusiyang diharapkan untukmundurmonoenergi dari A37.


Sumber: Atam.1966. Fundamental Of Nuclear Physics.

Hipotesa yang dinyatakan dari emisi tunggal neutrino dalam peluruhan beta.
Penyempurnaan telah dilakukan untuk mengetahui hubungan elektron-neutrino dan telah
dibahas.

C. Neutrino yang Diambil Dalam Percobaan


Meskipun tidak terdapat keraguan atas adanya neutrino, rasa keingintahuan secara
lanjutan hingga bukti langsung yang disampaikan. Pencarian tersebutdiawali
olehF.ReinesdanCowanC., Jr pada tahun 1952 dan berhasil diselesaikan pada tahun 1960.
Reaksi yang mereka selidiki adalah kebalikan dari peluruhan neutron, yaitu
p+ +

n1 + +

(8.48)

Untuk melakukan hal tersebut reaksi nuklir membutuhkan fluks antineutrino yang
sangat besar, sebab mereka tidak berinteraksi secara kuat dan dikarenakan mereka semua
memiliki penampang. Dengan konstruksi kuat pada reaktor nuklir itu memungkinkan
untuk mendapatkan fluks tinggi seperti antineutrino. Fisi yang dihasilkan dalam reaktor
nuklir mengalami peluruhan oleh emisi - dan antineutrino. Fluks yang diperoleh
antineutrino diperoleh dari reaktor nuklir.
Secara garis besar peralatan yang digunakan oleh RainesdanCowan. Ini terdiri atas
lima tangki besar. Dua yang lain serta pusat memiliki dimensi 1.9 m 1.3 m
0.61 m, diisi dengan antillators cair yang terdiri atas terphenyl dan PoPoP (shifter anjang
gelombang) trietil benzena yang berfungsi sebagai detector. Dua tangki lainnya, memiliki
dimensi 1.9 m 1.3 m x 0.075 m, yang diisi dengan air di dalamnya mengandung
Peluruhan Beta

31

sejumlah kadmium klorida yang di larutkan di dalamnya dan yang mempunyai fungsi
utama. Setiap tangki antillation tersebut dianggap dengan 110 tangki tabung fotomultiplier
selaras dari awal hingga akhir. Antineutrino dari reaktor nuklir berinteraksi denagn
molekul air dan mengakibatkan pembentukan suatu neutron dan positron. Sekaligus akan
munculnya positron, memberikan dua sinar gamma 0.,1 Mev masing-masing dalam arah
yang berlawanan satu sama lain. (Tesis ini disebut peluruhan) emisi sinar gamma yang
cepat ditandai oleh sebuah pulse tunggal. Neutron bertumbukan, tersebar, dan berada
dalam 1-26 sec. Sebuah neutron yang tertangkap secara lambat oleh kadnium, yang
selanjutnya dengan emisi sinar gamma sebesar 9,1 Mev. Scintillations yang dihasilkan
oleh sinar gamma tersebut juga terdeteksi. Pulse yang dihasilkan tertuda oleh sinar gamma
dan sinar gamma bersatu dalam sebuah osiloskop. Untuk memastikan sinar gamma yang
tertuda berasal dari reaksi nuklir yang sama, laju hitungan yang bersangkutan. Untuk
tingkat daya reaktor dengan berjalannya waktu dari 1371 jam (dengan reaktor lepas an
masuk) hasil akhir tingkat sinyal maksimum ((2.88 0.22) counts/jam. Ini menegaskan
bahwa reaktor tetap dari antineutrino tersebut.
+ Cl37

A37 + -

(8.49)

Diletakkan 1000 karbon tetraklorida di hadapan antineutrino tersebut. Jika neutrino


dan antineutrino sangat berbeda satu sama lain antineutrino tidak harus mendorong dalam
reaksi ini. Membuktikan bagian kecil penampang (batasnya adalah 0.21045 cm2) .

Gambar 23 Skema representasi darireaksiantineutrinodenganprotonyang digunakanuntuk mendeteksi


deteksiantineutrinoolehCowandanReines.
Sumber: Atam.1966. Fundamental Of Nuclear Physics.

Peluruhan Beta

32

DAFTAR PUSTAKA
David, Halliday.1955. Introduction Nuclear Physics. New York: John Willey Sons, Inc.
Niyatmo, Yusman. 2009. Fisika Nuklir Dalam Telaah Semi-Klasik & Kuantum. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Arya, P.Atam. 1966. Fundamental Of Nuclear Physics. Bostron
Liong, The Houw. Konsep Fisika Modern (terjemahan). Jakarta: Erlangga
Krane, Kenneth S. 1988. Introductory Nuclear Physics. Singapore: John Willey & Sons
Meyerhof, Walter E. 1967. Element of Nuclear Physics. San Fransisco: McGraw-Hill
Susetyo, Wisnu. 1988. Spektrometri Gamma dan Penerapannya dalam Analisis Pengaktifan
Neutron. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Peluruhan Beta

33

Вам также может понравиться