Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh
Riza Kusumawati
12030184216
Achmad Sobari
12030184203
PELURUHAN BETA
A. Pendahuluan
Suatu proses peluruhan radioaktif yang tidak mengubah nomor massanya tetapi
mengubah nomor atomnya digolongkan sebagai peluruhan . Dalam peluruhan tidak
melibatkan perubahan nomor massa A, yaitu
muatan inti karena inti hanya terdiri dari neutron dan proton membutuhkan konversi
muatan listrik. Dalam pemancaran -, neutron dikonversi menjadi proton,
Z=1.
Demikian pula dengan perubahan + dan penangkapan elektron melibatkan muatan proton
menjadi neutron, yaitu
Z=-1.
Pada gambar 1 menunjukkan bahwa suatu inti yang stabil memiliki jumlah proton
dan jumlah neutron yang sama (N=Z, atau N/Z=1). Inti radioaktif yang berada dibawah
garis kestabilan memiliki banyak proton dan inti radioaktif yang berada diatas garis
kestabilan memiliki banyak neutron. Sebuah inti yang kelebihan neutron agar menjadi
stabil dengan mengubah neutron menjadi proton dengan memancarkan -. Inti yang
kelebihan proton akan menjadi stabil dengan mengubah proton menjadi neutron dengan
memancarkan +.
B. Proses Terjadinya Peluruhan Beta
Peluruhan merupakan jenis peluruhan yang paling umum dikenal, sebab hampir
semua nuklida tidak berada pada daerah kestabilan. Proses peluruhan meliputi pancaran
elektron secara langsung dari inti. Baik elektron yang bermuatan negatif maupun positron
Peluruhan Beta
yang bermuatan positif dapat dipancarkan oleh inti yang sama dalam beberapa kasus
khusus. Ada tiga jenis proses terjadinya peluruhan :
1. pemancaran elektron(-)
2. pemancaran positron ( +)
3. penangkapan elektron
A
Z
A
Z
A
Z
:
:
:
X Z+1AY + 10e + v
A
0
X Z1Y + +1e+ v
X + 10 e Z1AY + v
Proses terjadinya peluruhan dapat dijelaskan dari skema tingkat dasar proton dan
neutron seperti pada gambar dibawah ini.
tak mantap
mantap
takmantap
Sumber: Niyatmo.2009
Ketiga nuklida memiliki jumlah nukleon yang sama sebesar 12, tetapi jumlah
Gbr 2.Skema Tingkat Dasar Proton dan Neutron dalam Peluruhan Beta
12
7
12
5
12
6
Energi yang ditunjukkan pada gambar menjelaskan bahwa energi tak mantap lebih
besar daripada energi yang mantap. Dikarenakan nuklida
12
6
nuklida tersebut tidak dapat melepas maupun menerima elektron. Dan sebaliknya untuk energi
yang tak mantap
12
5
B dan
12
7
belum stabil.
a. Pemancaran Elektron
Inti atom 125 B yang tak stabil meluruh dengan mengubah satu neutronnya menjadi proton
12
6
daripada proton yang lebih ringan sehingga tidak dapat bertransformasi menjadi neutron. Karena
muatannya harus kekal maka harus dibentuk satu muatan negatif (elektron). Namun demikian
karena elektron tak dapat berada dalam inti atom maka ia harus dikeluarkan dan dipancarkan
sebagai radiasi sinar - dan anti neutrino sebagai berikut:
12
5
12
B 6Y +1 + v
X A Z 1Y A 1 e 0
Peluruhan Beta
A
Z
A
Z 1
Y bermassa Md dan partikel beta positif atau negatif dengan massa m. Karena inti
induk dalam keadaan diam sebelum peluruhan, inti anak dan partikel beta harus berada
dalam arah berlawanan setelah meluruh sehingga memiliki kekekalan momentum linier.
Ei dan Ef adalah energi total sistem sebelum dan setelah peluruhan. Berdasarkan prinsip
konservasi energi:
E E
i
(1)
M p c 2 M d c 2 K d me c 2 K
DimanaKd dan K- adalah energi kinetik dari inti anak dan partikel beta negatif.
Selanjutnya, energi disintegrasi Q dari proses ini dirumuskan dengan:
Q K d K M p M d me c 2
(2)
Adapun syarat terjadinya peluruhan spontan adalah Q harus bernilai positif. Apabila
M(Z) dan M(Z+1) adalah massa atom induk dan massa atom anak, setelah mengabaikan
energi ikat yang sangat kecil dari elektron maka,
M ( Z )=M p +Zm e M p=M ( Z )Zme
M ( Z+ 1 )=M d + ( Z+ 1 ) me M d=M ( Z +1 ) ( Z +1 ) me
Substitusikan persamaan diatas kedalam persamaan (2), sehingga diperoleh:
Q M p M d me c 2
Q M A, Z Zme M A, Z 1 Z 1 me me c 2
Q M A, Z Zme M A, Z 1 Z 1 me me c 2
Q M A, Z Zme M A, Z 1 Zme me me c 2
Q M A, Z M A, Z 1 c 2
(3)
atom induk lebih besar dari massa atom anak, dan energi disintegrasi, Q, yang dilepaskan
sebagai energi kinetik sama dengan perbedaan massa mereka.
b. Pemancaran Positron
Untuk
12
7
inti tersebut meluruh dengan mengubah satu protonnya menjadi neutron disertai dengan
pemancaran zarah positif dalam bentuk + dan neutrino sebagai berikut:
Peluruhan Beta
12
7
12
N 6Y + +1 +v
X A Z 1Y A 1 e 0
Q K d K e M P M d me c 2
(4)
Pernyataan persamaan ini dalam terminologi massa atomik, di mana:
M Z M p me Z
M Z 1 M d me Z 1
(5)
dan didapatkan:
Q M Z M Z 1 2 me c 2
(6)
Karena Q harus positif, peluruhan positron dari suatu atom akan terjadi hanya jika
massa diamnya lebih besar dari jumlah massa diam dua elektron dan suatu atom dengan A
sama dan dengan Z berkurang satu.
c. Penangkapan Elektron
Pada proses peluruhan ini, karena gaya columb lebih besar daripada gaya ikat inti
maka satu elektron orbit ditangkap proton dalam inti atom sehingga berubah menjadi
neutron. Dalam hal ini cacah nukleonnya tetap, tetapi satu protonnya berubah menjadi
neutron seperti pada proses peluruhan +, seperti ditunjukkan gambar dibawah berikut,
elektron
L
K
Sinar x
inti
Elektron Auger
Sumber:Niyatmo.2009
X A 1 e 0
Y A.
Z 1
Q M Z M Z 1 c 2
(7)
Supaya penangkapan elektron terjadi, massa atom induk harus lebih besar dari massa
sebuah atom dengan A sama dan dengan Z berkurang satu. Proses ini memenuhi energi
gap yang ditunda oleh dua proses peluruhan beta lainnya.Jika elektron-elektron inti berat,
Peluruhan Beta
dalam proses dari elektron-elektron itu bergerak melingkar yang dekat dengan inti
(gambar:tangkapan pancaran dan elektron auger), maka elektron-elektron tersebut akan
ditangkap.
Elektron dari orbit K ditarik oleh inti atom sehingga kulit K menjadi tidak stabil,
agar orbital tetap stabil maka orbital K menarik satu elektron dari orbit L sehingga
elektron menjalani de-exitasi sambil memancarkan radiasi sinar-x. Sinar-x ini, kadang
berinteraksi dengan elektron orbit L atau lainnya sehingga elektron tersebut terpental
keluar dari gugus atom dan disebut elektron Auger.
Pada peluruhan beta ketidaksesuaian dengan hukum kekekalan energi dimana energi
sebelum sama dengan energi sesudah, namun pada peluruhan beta momentum linear dan
momentum sudut tidak kekal. Dalam peluruhan beta nuklide tertentu arah elektron yang terpencar
dan inti recoil dapat diamati, ternyata arah tersebut tidak selau tepat seperti yang diramalkan oleh
Hukum kekekalan momentum linear. Ketidakkekalan momentum sudut diturunkan dari spin
dari elektron, proton, dan neutron. da partikel ketiga yang dipancarkan pada peluruhan beta
ini. Agar tidak melanggar hukum kekekalan momentum maka ada partikel ketiga ini
bermuatan elektrik nol dan memiliki spin . Hilangnya energi ini tidak lain adalah energi
yang diambil partikel ini. Partikel ini disebut neutrino ( v ), neutrino ini memiliki massa
diam nol. Neutrino ini juga memiliki anti partikel yang dinamakan antineutrino. Neutrino
berfungsi untuk memuta arah elekrton. Netrino sendiri memiliki arah searah jarum jam
sedangkan anti neutrino berlawanan arah jarum jam
3. PENGUKURAN ENERGI PARTIKEL BETA ()
Pengukuran energi partikel beta melibatkan dua jenis elektron. Pertama, elektron
yang dipancarkan dalam proses peluruhan beta selalu memiliki distribusi energi yang
kontinu yang memerlukan pengukuran energi maksimum. Kedua, elektron konversi yang
dipancarkan oleh proses berikut: dalam proses peluruhan gamma, yang biasanya mengikuti
peluruhan beta, inti memberikan energi ke elektron orbital bukan memancarkan sinar
gamma. elektron ini disebut elektron konversi.
Poin penting sehubungan dengan peluruhan beta adalah teori relativitas, karena
partikel beta yang dipancarkan dari inti radioaktif memiliki kecepatan yang mendekati
kecepatan cahaya, pergerakan mereka harus dijelaskan dengan teori relativitas daripada
mekanika klasik. Pengukuran yang tepat untuk mengukur besar energi dan spektrum
partikel beta adalah dengan menggunakan spektrometer magnetik. Berikut ini, kita akan
membahas pengukuran menggunakan spektrometer magnetik.
Peluruhan Beta
Spektrometer Magnetik.
Spektrum sinar beta dari unsur-unsur radioaktif alami pertama kali dianalisis oleh
L.Baeyer dan O Hahn. Elektron dibelokkan oleh medan magnet dan dicatat dengan metode
photograpich. Bentuk peningkatan spektrum sinar beta yang fokus pada spektrometer
magnetik berbentuk setengah lingkaran. Teori dan desain dari beberapa spektrometer
dijelaskan oleh K Siegbahn. Berikut merupakan gambaran singkat desain dan teori
spektrometer sinar beta:
Kinerja berbagai jenis spektrometer dibandingkan dengan angka merit, yang
didefinisikan oleh rasio T / R. T adalah koefisien transmisi, yang didefinisikan sebagai
fraksi dari jumlah partikel energi yang diberikan atau momentum yang dipancarkan oleh
sumber yang diterima oleh detektor. R adalah resolusi, yang didefinisikan sebagai E / Edi
mana E adalah lebar maksimum pada energi E. plot biasanya terbuat dari jumlah elektron
dibandingkan momentum partikel beta (Hr). Sinar beta spektrometer magnetik terbagi
menjadi tiga bagian seperti berikut:
1. spektrometer fokus setengah lingkaran
2. spektrometer lensa magnetik
3. spektrometer fokus ganda
a. Spektrometer Fokus Setengah Lingkaran
Metode ini sama dengan partikel yang menggunakan prinsip 1800, atau focus
setengah lingkaran menggunakan desain berbeda. Partikel jauh lebih ringan dari partikel
. Medan magnet yang biasa digunakan untuk partikel adalah 1000 gauss dan partikel
menggunakan medan magnet sebesar 10000 gauss.
Sumber partikel beta diendapkan pada kawat dengan panjang dan diameter dalam
satuan milimeter yang ditempatkan dalam ruang yang terevakuasi. Sebuah sinar elektron
dikeluarkan pada celah AB (Gambar 8.3) untuk fokus, dengan penerapan medan magnet
tegak lurus terhadap bidang gerak partikel. Gerak diatur oleh persamaan:
He=
m 2
(8.12)
m0
2
c2
dan adalah
E= p2 c 2+ E20
K= p2 c 2+ m20 c 4 m0 c 2
(8.14)
Pelat fotografi berguna untuk merekam seluruh spektrum dalam satu pencahayaan,
tetapi memiliki kelemahan yaitu sensitivitas lebih rendah dan tidak lurus. Secara
kuantitatif menggunakan penghitung Geiger. Penghitung ditempatkan dalam posisi ketika
medan magnet divariasikan. Jumlah partikel beta mencapai penghitung, per satuan waktu,
diperoleh untuk nilai yang berbeda dari H. Karena
nilai
Hr
penerimaan sudut 2) memiliki diameter SA (gambar 8.4). Setiap lintasan lain membuat
sudut dengan lintasan sentral memotong diameter di B. Lebar gambar pada fokusnya
adalah w I 0= AB dihitung dari pertimbangan geometris sederhana dengan melihat
lintasan elektron yang berbentuk setengah lingkaran dibawah ini,
B
o
c
A
b
2
cos =
xo
xy y
xo = xz,
x
2
Peluruhan Beta
z
7
cos =
xz
xy
xy=2
xz=2 cos
Dimana
zy=xy xz
Cos 2 =1-2sin2 , cos
zy=2 2 cos
= 1-2 sin2
zy= AB=2
2
2 2 sin )
4 sin2
Apabila zy = w10 maka,
1cos
(8.15)
w I 0=2
Menurut Persamaan (8.15) posisi B adalah bentuk gambar asimetris. Persamaan
(8.15) juga berlaku untuk elektron yang membuat sudut kecil dengan cahaya tegak lurus
terhadap medan magnet.
Jika
sumber bukan
(8.18)
Peluruhan Beta
(8.17)
1 s+ w 2
R= (
+ )
2
(8.19)
Koefisien transmisi untuk celah melingkar, PQ adalah:
1cos
T=
=2
4
(8.20)
Permukaan yang dihasilkan oleh semua elektron ini ditunjukkan pada (gambar 8.5b)
jarak SF dapat dihitung dengan prosedur berikut: Kecepatan partikel dapat
diselesaikan menjadi dua komponen; sin
tegak lurus
Gbr .5b permukaan yang dihasilkan oleh elektron dari yang ditentukan
Sumber: Allyn.1966
Fm = Fs
m v2
sin
mv
H e
m sin =eH
(8.21)
z=( cos ) t
(8.22)
Untuk t = T, jangka waktu untuk satu revolusi lengkap, Z = SF, T dapat dihitung
dari Persamaan (8.21)
T=
2
2
2
2 m
=
=
=
( sin )/ eH /m eH
(8.23)
Peluruhan Beta
10
cos
cos
SF=
(8.24)
2 p
1 2 sin 2
eH
2 p
2
1 2
eH
4
c.
2 p
2
1
eH
2
sin cos
lintasan tetapi arahnya lurus, kemudian ditembakkan lagi elektron lainnya yang searah
dengan elekron sebelumnya tetapi membentuk sudut, agar sinar 1 dan sinar 2 terfokus tada
satu titik yaitu detektor maka ditambahkan medan magnet disepanjang lintasan dengan
besar yang berbeda sehingga sinar dapat membelok dan terfokus pada satu garis, sehingga
dapat ditangkap detektor yang terdapat pada ujung. Semakin mendekati detektor medan
magnet semakin besar. Penambahan medan magnet yang homogen ini menyebabkan
berkas elektron yang ditangkap detektor lebih banyak. Spektrometer fokus ganda memiliki
resolusi tinggi dari setengah lingkaran fokus spektrometer dan koeffisien transmisi tinggi
dari spektrometer lensa.
r
H
r0
H0
Gbr 6a lukisan arah medan magnet untuk kecepatan linear
Peluruhan Beta
11
Spektrometer ini didasarkan pada perilaku osilasi bebas dari partikel bermuatan
dalam medan magnet aksial simetris bervariasi dengan radius tersebut.
r0 n
0<n<1
(8.27)
H=H 0 ( )
r
Dimana H 0 adalah nilai H pada sumber berada pada jarak r 0 dari sumbu
simetri. Elektron yang dipancarkan dari sumber dalam bidang tegak lurus sumbu akan
menjelaskan gerakan orbital dengan frekuensi
0 = =e H 0 /m
(8.28)
r0
Dimana m adalah massa relativistik. Jika elektron yang diberikan pada sudut kecil
1
2
(8.29)
r =(1n) 0
1
(8.30)
z=n 2 0
Pembuktian atau penurunan rumus untuk persamaan (8.29) dan (8.30) terdapat
dilampiran
Masing-masing jika n=1/2 radial dan frekuensi aksial adalah sama untuk n=1/2
(8.31)
H r 1 /2
r = z =0 / 2
(8.32)
Ini berarti bahwa kedua osilasi berada dalam fase, dan mereka akan menjadi fokus
setelah setengah osilasi.
Pembuktian Persamaan 8.29 (Spektrometer Fokus Ganda)
Dengan menganggap sebuah medan B (r ) simetri pada sebuah sumbu
z .
Selain itu, diumpamakan terdapat sebuah cermin yang digunakan untuk menentukan
simetri tersebut, cermin diletakkan pada posisi
Bz
r
( )
yang dapat
x
B , dapat dituliskan sebagai berikut.
Pada komponen dari
Br Bz
=0
z
r
(8.29a)
Br
z +
z 0
( )
B r ( r , z )=Br ( r , 0 ) +
B r ( r , z ) gz
Peluruhan Beta
z , diperoleh hasil.
(8.29b)
(8.29c)
12
z dan
Dimana hasil tersebut merupakan alternatif yang paling sesuai pada arah
bernilai nol pada posisi mediannya.
Dengan menganggap sebuah muatan partikel bergerak pada posisi mediannya, yaitu
pada r=r 0 dengan kelajuan v
terpenuhinya Hukum I Newton yang melibatkan gaya magnetik dan gaya sentripetal pada
spectrometer fokus ganda, maka dapat dituliskan
B ( r 0 , 0 ) ev=
mv
r0
(8.29d)
0
e
=
m B (r 0 , 0)
(8.29e)
Bagaimanapun juga akan bernilai nol, jika partikel berpindah pada arah
gev
( ) (
1
2
(8.29f)
[ ]
g r0
z=0
B0 ( r )
1
2
(8.29g)
Dimana kuantitas yang berada didalam akar pangkat dua dapat dinyatakan sebagai
n , sehingga sesuai dengan persamaan 8.30.
Jika partikel terdorong keluar dengan perpindahan r
(8.29h)
v2
v2
r
( )(1 )
r0 + r r0
r0
(8.29i)
(8.29j)
Peluruhan Beta
13
ar = r 20 (
g r 0
+ 1)
B0
(8.29k)
Kita kembali pada kasus GHS sebelumnya dengan sebuah konstanta gaya k r
dari
mar
, dengan frekuensi angular dinyatakan oleh
r
r =
kr
m
( )
1
2
(8.29l)
g r 0
r = 0
+1
B ( r0 )
Apabila
g r 0
B ( r0 )
1
2
yang sama dengan persamaan 8.29. dimana persamaan 8.29 tersebut merupaka frekuensi
angular pada arah radial.
1
(8.29m)
r = 0 [ 1n ] 2
4. ENERGI YANG HILANG KARENA ELEKTRON
Proses dimana elektron menghilangkan energi dalam perpindahan medium
sangatlah rumit dibandingkan energi yang hilang karena oleh partikel bermuatan berat.
Komplikasi ini timbul untuk bidang-bidang berikut :
1.
Karena massa yang kecil dan kecepatan yang tinggi dari partikel beta, maka hal ini
menjadi perlu untuk mempertimbangkan efek relativitas. Kecepatan partikel beta
2.
mendekati kecepatan cahaya sehingga sulit untuk menentukan energi yang hilang.
Sebaliknya untuk massa yang berat,elecktron mungkin kehilangan sebagian besar dari
energi kinetic dalam tabrakan tunggal. Tumbukan tunggal terjadi yaitu tumbukan
antara elektron dengan elektron sehingga energi kinetik elektron yang menumbuk
akan ditransfer ke elektron yang ditumbuk. Hal ini terjadi tidak karena massa elektron
yang besar berpindah-pindah, tetapi sangat sulit untuk membedakan antara electron
insiden dan target elektron. Salah satu yang memiliki energi yang lebih tinggi setelah
3.
4.
14
karena elektron pada atom memilki energi yang cukup untuk eksitasi sendiri.
Tumbukan antara elektron dengan atom mengakibatkan elektron tereksitasi dengan
5.
memancarkan sinar x
Elektron yang dipancarkan dalam proses peluruhan beta tidak memiliki kesamaan
energi. Hanya memiliki energy distriusi yang terus-menerus antara nol dan
maksimum.
Semua faktor ini sulit diprediksi secara teoritik dari energi yang hilang oleh
elektron. Untuk energi elektron yang relative kecil, kehilangan energi terutama disebabkan
oleh eksitasi dan ionisasi elektron dalam atom dari bahan yang digunakan untuk
menghentikan. Pada kenyataannya, kehilangan energi per sentimeter dengan proton tidak
berbeda jauh dari elektron yang berkecepatan sama. Untuk elektron denganenergi tinggi,
kita akan mempertimbangkan hilangnya energi dengan proses berikut:
a. Energi yang hilang akibat tumbukan tak sempurna.
Tumbukan yang tak sempurna ini mengakibatkan elektron terperangkap
kedalam atom dan menjadi satu.
Persamaan dari stopping power untuk partikel bermuatan berat
dE 4 e4 z 2
2mv 2
NZ
ln(
)
dx
mv 2
l
(7.37)
2mv 2
dE 4 e 4
NZ
ln
0.15
2
dx mv
l
(8.33)
Untuk kasusr elativitas elektron, persamaannyaadalah:
dE 2 e 4
2mv 2
1
2 1 2 1 2 ln 2 1 2 1 1 2
NZ ln 2
2
dx
mv
8
2l 1 2
(8.34)
Peluruhan Beta
15
Dimana E adalah energi kinetik dari incident electron dan =V/C .Untuk kasus
elektron yang lambat dimana <<1, persamaan 8.34 sama seperti 8.33. Untuk
keadaan dimana relativitas partik elekstrim persamaan 8.34 dirubah menjadi:
dE 2 e 4 NZ E 2
1
ln
dx
mc 2 2mc 2l 2
8
(8.35)
b. Energi yang hilang dari elektron yang cepat karena radiasi
dibelokkan atau diperlambat oleh inti atom bermuatan positif. Pembelokkan ini karena
gaya ikat inti lebih besar daripada gaya coulumb, sehingga partikel hanya dibelokkan tidak
tertarik. Ukuran partikel beta jauh lebih kecil dan kecepatannya jauh lebih besar daripada
partikel alfa sehingga partikel beta dapat masuk mendkati inti atom.
Menurut teori elektromagnetik klasik, percepatan pancaran energi elektromagnetik
partikel bermuatan pada tingkat tertentu diberikan oleh persamaan berikut:
dE 2 e 4 a 2
dt
3c 2
(8.36)
Dimana partikel bermuatan seperti elektron dan proton berpindah di dalam inti itu
dipercepat dan memancarkan gelombang elektromaknetik. Radiasi ini disebut
Bremsstrahlung. Pada persamaan (8.36) energi radiasi berbanding lurus dengan kuadrat
dari percepatan. Meskipun energi radiasi berbanding terbalik dengan kuadrat massa karena
a=F/m, dimana F adalah gaya dan m adalah massa dari partikel bermuatan. Hal ini
menjelaskan mengapa efek radiasi harus dipertimbangkan dalam kasus elektron yang
bergerak cepat dan dapat diabaikan untuk partikel bermuatan berat, seperti proton, partikel
alpha, meson, dan sejenisnya.karena gaya adalah sebanding dengan Z2, di mana Z adalah
nomor atom dari bahan yang diserap. Perhatikan bahwa kehilangan energi oleh radiasi
Peluruhan Beta
16
sebanding dengan Z2 dan meningkatkan logaritmis. Oleh karena itu pada energi tinggi,
kerugian radiasi besar.
Jika energi yang hilang oleh radiasi adalah yang paling dominan, panjang radiasi
didefinisikan sebagai panjang lintasan absorber dimana elektron muncul dengan 1/e energi
awal. Energi kritis, Ee, didefinisikan sebagai energi elektron dimana kehilangan energi
oleh ionisasi sama dengan kerugian radiasi. Ini telah ditunjukkan oleh H. Bethe W. Heitler
pada
Ec
1600 mc 2
Z
(8.37)
dE
EZ
dx rad
dE
1600mc 2
dx cell
)
(8.38
dE
dx total
dE
dE
dx
cell
dx
(8.39)
rad
Hal lain yang kita tidak dibahas adalah bahwa kehilangan energioleh radiasi
terjadi tidak hanya di bidang inti, tetapi juga di bidang elektron yang harus disertakan
dalam total kerugian
radiasi.
Gambar 8. tingkat
oleh electron yang
kehilangan energi
teradiasi
Sumber: Atam.1966.
Total kerugian
radiasi dan
ditampilkan.
Energi elektron
dinyatakan dalam
satuan mc2.
5. ADSORBSI DAN HUBUNGAN ENERGI DENGAN JARAK
Seperti yang telah dijelaskan pada chapter 2, partikel beta dipancarkan di
udara lebih jauh dari pada partikel alpha pada tingkat energi yang sama. Oleh karena
itu, logam tipis, yang umumnya berupa alumunium, digunakan untuk adsorbsi partikel
Peluruhan Beta
17
beta. Persamaan eksponensial dari adsorbsi sekitar partikel beta untuk reaksi nuklir
sinar beta. Dalam area yang terbatas intensitas sinar beta diberikan persamaan.
I=Ioe-x/
Dimana / adalah koefisien adsorbsi massa dalam satuan cm2/mg. Dan x
adalah ketebalan penyerap dalam satuan mg/cm2 , Io adalah itensitas, dan I adalah
itensitas setelah melewati penyerap dengan ketebalan x dari penyerap.
beta ditransmisikan
melewati penyerap
metode sederhana
tipis diletakkan
penguat dan
menghitung lintasan.
Tingkat perhitungan
ketebalan dari alumunium foil dengan menambahkan alumunium foil secara berkala. Gambar
10 menunjukkan grafik prosentase transmisi dari partikel beta plus dibandingkan dengan
ketebalan dari alumunium foil dalam satuan mg/cm2. (Partikel beta plus didapatkan dari Cu62 ,
dimana peluruhannya
memiliki waktu
Gambar 10. Prosentase transmisi partikel beta plus (2.7Mev) dibandingkan dengan ketebalan alumunium dalam
satuan mg/cm2 dengan energi akhir 2.91 MeV). Titik dimana kurva adsorbsi kembali bertemu dan menuju ground,
Peluruhan
Betapeluruhan
18
karena sinar
gama menyertai
Sumber: Atam.1966
Hal ini bergantung pada perbedaan bentuk kurva adsorbsi untuk kasus partikel beta
(elektron yang dihasilkan dari peluruhan nuklir dan mempunyai spektrum energi yang
kontinu) dan elektron yang homogen dihasilkan secara buatan). Partikel beta tidak
memiliki kurva adsorbsi yang linier. Ketika kurva adsorbsi elektron yang homogen
mempunyai bagian lurus, panjang dan ekor dengan intensitas kecil menuju dasar. Sebagai
perbandingan, ditunjukkan pada gambar 11. pada gambar 11(a), R adalah jarak dari
partikel beta yang didefinisikan dibawah ini. Dari gambar 11(b) jarak dari partikel beta
yang homogen didefinisikan sebagai titik dimana perpanjangan dari bagian yang lurus
bertemu dasar, ini disebut jarak praktik, Rp, ketika titik dari kurva bertemu dengan dasar
ini disebut jarak maksimum, Ro. Dilain titik yang diberi tanda merupakan akhir dari
bagian dari kurva perbedaan kelompok energi dari electron yang homogeny yang semua
sama yang ditunjukkan pada gambar 11(c). alasan untuk keadaan ini adalah dimana setelah
melewati penyerap yang tipis dan kecil, pancaran secara sempurna disebarkan, maka
diberikan bentuk yang sama pada akhir kurva.
19
Gambar 12. kurva rentang energi untuk electron. Pada titik ini diperoleh pengukuran yang
actual dengan penelitian yang berbeda.
Sumber: Atam.1966
Dengan
persamaan
berikut ini yang memberikan hubungan empiris Antara jarak dan energi
R=412E01.265-0.094 ln Eo
untuk E0< 2.5 MeV
R=530 E0-106
untuk E0 > 2.5 MeV
Hubungan tersebut terbukti berguna dan dengan ketelitian sebesar 2-10 persen.
Gambar 12 menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan diantara (i) rentang energi
tunggal electron dan partikel beta dan (ii) positron dan electron, memiliki besar energi
yang sama. Nilai titik lainnya yang tecatat untuk rentang energi diantara 0.01 dan 20
Mev grafik percobaan untuk (dE/dx) mendekati dengan kurva secara teori, tetapi
memiliki ketelitian yang lebih besar daripada 20%. Alasan untuk perbedaan untuk itu
sampai saat ini masih belum diketahui.
6. SPEKTRUM SINAR BETA KONTINU DAN HIPOTESA NEUTRINO
A. KARAKTERISTIK PANCARAN SINAR BETA.
Gambar grafik dibawah ini menunjukkan beberapa karaktristik sinar beta yang telah
diteliti oleh peneliti
Peluruhan Beta
20
Gambar 13 Pancaran sinar beta RaE, Energy kinetic partikel beta K (Mev).
Sumber: Atam.1966. Fundamental Of Nuclear Physics.
Pada gambar grafik diatas sumbu y menunjukkan jumlah relatif partikel beta, sumbu
x menunjukkan energi partikel beta, K (MeV), grafik tersebut menunjukkan semakin
banyak jumlah partikel beta maka energi kinetiknya semakin tinggi sampai mencapai titik
akhir.
Peluruhan Beta
21
Gambar 16 Spektrum sinar beta Cl38. Terjadi peluruhan oleh emisi dari 3 kelompok energy maksimum yang
berbeda dari partikel beta.3 kelompok yang tampilanya telah dipisahkan.
Sumber: Atam.1966
Gambar 17 Cu64Peluruhan dari , + danE.C. proses: (a) menunjukan pancaran sinar , dan menunjukan
pancaran beta +. dalam perbedaan ini untuk distribusi 2 kasus begitu jelas.
Sumber: Atam.1966
tanpa
mengemisikan sinar gama ,tidak ada konversi electron yang dilapiskan pada bentuk
spectrum kontinu.Di sisi lain, peluruhan Au198 dan Cs137 tidak berlangsung dan keadaan
dasar ke keadaan dasar dan nuekleon dibiarkan dalam keadaan tereksitasi.Nukleon yang
sudah dalam keadaan terektasi dengan pancaran gamma atau dengan memancarkan
konversi electron muncul seperti garis spectra yang yang dilapiskan pada spectra Au198 dan
Cs137 berturut-turut seperti yang ditunjukan pada gambar. Dalam banyak kasus spectrum
ini lebih rumit seperti gambar Cl38, komplekstitas spectrum berkaitan dengan fakta
peluruhan Cl38 dengan tiga kelompok yang berbeda dari partikel beta mempunyai energi
titik terakhir 1,11 Mev dan 4, 81 Mev dengan intensitas 388,15,8,dan 53,4 persen ketika
Peluruhan Beta
22
tiga kelompok ini dipisahkan,mereka menunjukan spectra sederhana yang serupa Au198 dan
Cs137.Titik lain menunjukan bahwa didaerah energi yang rendah dari spectrum hamburan
sinar beta,bentuk distribusinya adalah berbeda untuk proton dan positron ini ditunjukan
+
, dan proses
pada gambar untuk peluruhn Cu dimana meluruh dengan
64
atau pancaran
inti membusuk.
Spektrum kontinyu diamati dan + baik untuk alam serta penghasil beta
buatan.
Karena jumlah partikel beta dipancarkan berbeda pada energi yang berbeda, Energi
rata-rata didefinisikan sebagai :
0
N ( E ) EdE
=
0
0
(8.43)
N ( E ) dE
0
Dimana N (E) dE adalah jumlah elektron yang memiliki energi antara E dan (E +
dE), dan Eo adalah energi maksimum. Dalam kebanyakan kasus energi rata-rata adalah
sekitar sepertiga dari jumlah maksimum yang tersedia, yaitu, dari titik-akhir energi Rae,
misalnya, yang memiliki energi titik akhir dari 1.17 Mev, akan memiliki energi rata-rata
sebesar 0,34 Mev.
B. HIPOTESA NEUTRINO.
Spektrum beta adalah spectrum kontinu .Partikel beta mempunyai energy antara
nol dan harga maksimum tertentu. Tiga hokum kekekalan diaplikasikan pada partikel
yakni:
1. Hukum Kekekalan energi
Peluruhan Beta
23
Dimana spektrum yang dihasilkan sinar gamma adalah spectrum kontinu. Namun
timbul permasalahan yang tidak dibenarkan untuk tingkat energi yang terakhir memiliki
tingkat energi yang kontinu. Sehingga gugurlah asumsi yang menyatakan bahwa inti anak
memiliki tingkat energy kontinu.
Selanjutnya asumsi bahwa elektron memiliki energy maksimum, dengan perumusan
(dari persamaan reaksi) sebagai berikut :
E maksimum = 0 + E maksimum
Pada akhirnya asumsi bahwa elektron memiliki energi yang maksimum juga gagal.
Kekekalan momentum linear mensyaratkan bahwa jika ada jumlah dari energi yang
tersedia untuk didistribusikan antara dua benda (inti mundur dan elektron), mereka harus
memiliki energi yang pasti dan bukan distribusi energi contiuous. Dalam kasus ini ,tidak
ada hokum kekekalan momentum liniear
Peluruhan Beta
24
Dimana I merupakan spin nuklir, spin nuklir ini ditentukan oleh jumlah nukleon. Inti
induk dan inti anak memiliki jumlah nukleon sama yakni A sehingga:
tidak ada
akan terpenuhi bahwa I pada kondisi awal yang sama dengan I pada kondisi akhir
yang genap
Genap
Genap (tepenuhi)
Genap +
Diruas kiri berbeda dengan hasilnya pada ruas kanan (melangar hukum
statistic).dengan demikian hukum kekekalan angular juga tidak berlaku.kemudian oleh
pauli diindikasikan bahwa ada partikel lainyang muncul saat peluruhan beta , partikel
tesebut diindikasikan sebaga neutrino
Semua kesulitan itu diatasi ketika, pada tahun 1934, pauli mengajukan hipotesis
neutrino. Dia menyarankan bahwa partikel tambahan, yang disebut neutrino
(dilambangkan dengan . juga dipancarkan dalam proses peluruhan beta pada jarak
tertentu kehilangan energi Sifat tersebut untuk neutrino dalam memenuhi persyaratan
peluruhan beta.
partikel beta dan neutrino menjadi nol atau 1 seperti yang diinginkan
Sebuah neutrino tidak menyebabkan jumlah yang cukup ionisasi, dan
sehingga dapat terdeteksi. Ini berarti bahwa neutrino memiliki interaksi
yang sangat lemah dengan materi dan memiliki momen magnetik yang
Peluruhan Beta
25
sangat kecil, atau hampir nol,. Sebenarnya, itu tidak memiliki sifat
elektromagnetik.
Berdasarkan penemuan neutrino tersebut maka dapat disimpulkan pada peluruhan
beta dihasilkan 3 bentuk yaitu inti anak, electron,dan neutrino,kecuali pada electron
konvensi, yang dapat digunakan untuk menjelaskan distrbusi momentum kontinu.
Hipotesis neutrino dengan sukses diterapkan oleh Enrich Fermi dalam mengembangkan
teori peluruhan beta yang menjelaskan bentuk spectrum beta.Berdasarkan teori ini,dalam
peluruhan beta terdapat sebuah interaksi antara nucleon, electron,dan neutrino yang
mengubah sebuah neutron menjadi proton dan sebaliknya, dan menyebabkan penyerapan
oleh electron dari neutrin, jadi, ketiga prosespeluruhan beta dapat dituliskan sebagai
berikut :
n p + - + v
p n + + + v
p + e- n + v
Di mana v
(8.44)
positron ( +) adalah pasangan dari sebuah elektron (-). Studi rinci tentang neutrino dan
antineutrino akan diambil dalam bagian berikutnya.
Akan lebih bermanfaat untuk dicatat bahwa neutron bebas telah diamati dengan
waktu paruh
1/2
Peluruhan Beta
26
hipotesis bahwa keberadaan partikel harus bersamaan dengan sebuah anti partikel,
neutrino akan dipancarkan secara bersamaan dengan emisi positron dan anti neutrino.
Perbedaan yang nyata antara neutrino dan antineutrino dinyatakan dengan cara:
sebuah nutrino, kecepatan, partikel yg berseberangan, didefinisikan sebagai sebuah
partikel dengan vektor spin antipararel ke vektor momentum (atau vektor kecepatan)
dalam sebagai pengertian dari keadaan yang berlawanan. Antineutrino, kecepatan partikel
yang searah, didefinisikan sebagai sebuah partikel dengan vektor spn vektor sejajar
dengan vektor momentum (atau vektor kecepatan) sebagai dalam pengertian partikel yang
searah. Helisitas atau spiralitas di definisikan sebagai cosinus sudut antara sudut spinmomentum vektor dan vektor linear-momentum. Dengan demikian, neutrino memiliki
helisitas sebesar -1 sementara antineutrino mempunyai nilai sebesar +1.
Pemilihan nama untuk neutrino dan antineutrino adalah dipilih secara acak.
Diperhatikan bahwa massa partikel ini sangat kecil (atau nol), dan mereka melakukan
perpindahan hampir seperti dengan kecepatan cahaya. Halini menunjukkan bahwa mereka
melakukan perpindahan kearah yang sama di semua hal, dan sangat tidak mungkin untuk
mengubah secara cepat ke hal yg lebih dari neutrino (tidak bisa mendahului neutrino)
untuk memberikan arah yang terlihat di belakang. Dengan demikian perubahan relativistik
sederhana tidak dapat mengubah definisi neutrino di atas menjadi antineutrino, dan
sebaliknya.
Bagaimanapun kita bisa mengubah neutrino menjadi anineutrino dan sebaliknya
dengan refleksi atau pemantulan cermin. Ketika neutrino melihat ke sebuah cermin yang
dianggapnya itu merupakan sebuah antineutrino, dan sebaliknya. Hal ini disebabkan
karena cermin itu akan meembalikkan arah momentum, tetapi tidak arah spin.
Peluruhan Beta
27
Neutrino dan anti neutrino memiliki definisi, kini kita akan membahas percobaan
yang termasuk dalam kategori sebagai berikut: (a) penguran massa neutrino, (b) percobaan
neutrino yang terdahulu, dan percobaan yang saat ini (c) pengambilan neutrino (bukti
secara langsung).
28
menghubungkan hasil (p, n) reaksi positron dengan emisi dan (n, p) reaksi dengan emisi
negatron. Cntoh reaksi tersebut adalah (1) (1) C13 (p,n) N13 dengan Q = -3.003 0.003
Mev; (2) H3(p,n) He3 dengan Q = 0.764 0.001 Mev dan energi akhir titik maksimum
dalam emisi negatron dari H3 adalah Emax= 0.0181 0.002 Mev. Massa diamnya neutrino
mv0diperhitungkan menjadi dua contoh ini masing- masing adalah (-0.002 0.01)m0and
(0.0 0.03) m0. Untuk perhitungan tersebut yang telah dibuat sekitar belasan kasus dan
mereka semua menunjukkan bahwa mv0< 0.01 m0 yaitu kurang dari 5.1 kev.
Metode lainnya secara teoritis meliputi perbandingan bentuk spektrum pada teori
peluruhan Fermi dengan percobaan titi akhir spektrum. Kita akan membahas metode ini
secara rinci setelah kami mengembangkan teori Fermi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mv0 510-4 m0. Pada kesimpulan yang didapatkan bahwa semua bukti percobaan
menunjukkan neutrino seluruh massanya kurang dari 10-3 m0.
Peluruhan Beta
Cl37+
29
(8.47)
Ruang dipenuhi oleh A37, dan tekanan konstan dipertahankan sebesar ~ 10-5 mm.
Sebagai sumber efektif volume didefinisikan dengan menggunakan sekat, dan di daerah
secara bersamman terlihat oleh kedua detektor. Semua pelindung sekat dan kisi kecuali 3
kisi dipertahankan pada potensial nol. Ke 3 kisi tersebut adalah 4500. Hasil penangkapan
K-elektron oleh A37 dalam pembentukan Cl37 dan Auger emisi elektron yang terdeteksi
oleh jenis photomultiplier. Peristiwa tersebut ditunjukkan secara cepat antara Auger
Elektron dan ion sebelumnya. Kemudian membuat semua perbaikan waktu maksimum
dari ion bahwa untuk melakukan jarak tempuh sejauh 6cm yaitu (8.9 0.9) sec. Sebuah
puncak dalam laju spektrum dari ion sebelumnya sesuai dengan energi (9.7 0.8) ev. Hal
ini memastikan bahwa emisi tunggal nutrino dengan energi yaitu (0.8 0.1) Mev,
dalam aturan yang baik dengan nilai Q (0.816 0.004) Mev untuk reaksi Cl37. Nilai
dari energi sebelumnya pada percobaan yang berbeda lainnya adalah (9.6 0.2) ev39
dan (9.65 0.05 ev40. Banyak percobaan lainnya yang menggunakan A37, Be7, and Cd107
yang telah dilakukan,
Peluruhan Beta
30
Hipotesa yang dinyatakan dari emisi tunggal neutrino dalam peluruhan beta.
Penyempurnaan telah dilakukan untuk mengetahui hubungan elektron-neutrino dan telah
dibahas.
n1 + +
(8.48)
Untuk melakukan hal tersebut reaksi nuklir membutuhkan fluks antineutrino yang
sangat besar, sebab mereka tidak berinteraksi secara kuat dan dikarenakan mereka semua
memiliki penampang. Dengan konstruksi kuat pada reaktor nuklir itu memungkinkan
untuk mendapatkan fluks tinggi seperti antineutrino. Fisi yang dihasilkan dalam reaktor
nuklir mengalami peluruhan oleh emisi - dan antineutrino. Fluks yang diperoleh
antineutrino diperoleh dari reaktor nuklir.
Secara garis besar peralatan yang digunakan oleh RainesdanCowan. Ini terdiri atas
lima tangki besar. Dua yang lain serta pusat memiliki dimensi 1.9 m 1.3 m
0.61 m, diisi dengan antillators cair yang terdiri atas terphenyl dan PoPoP (shifter anjang
gelombang) trietil benzena yang berfungsi sebagai detector. Dua tangki lainnya, memiliki
dimensi 1.9 m 1.3 m x 0.075 m, yang diisi dengan air di dalamnya mengandung
Peluruhan Beta
31
sejumlah kadmium klorida yang di larutkan di dalamnya dan yang mempunyai fungsi
utama. Setiap tangki antillation tersebut dianggap dengan 110 tangki tabung fotomultiplier
selaras dari awal hingga akhir. Antineutrino dari reaktor nuklir berinteraksi denagn
molekul air dan mengakibatkan pembentukan suatu neutron dan positron. Sekaligus akan
munculnya positron, memberikan dua sinar gamma 0.,1 Mev masing-masing dalam arah
yang berlawanan satu sama lain. (Tesis ini disebut peluruhan) emisi sinar gamma yang
cepat ditandai oleh sebuah pulse tunggal. Neutron bertumbukan, tersebar, dan berada
dalam 1-26 sec. Sebuah neutron yang tertangkap secara lambat oleh kadnium, yang
selanjutnya dengan emisi sinar gamma sebesar 9,1 Mev. Scintillations yang dihasilkan
oleh sinar gamma tersebut juga terdeteksi. Pulse yang dihasilkan tertuda oleh sinar gamma
dan sinar gamma bersatu dalam sebuah osiloskop. Untuk memastikan sinar gamma yang
tertuda berasal dari reaksi nuklir yang sama, laju hitungan yang bersangkutan. Untuk
tingkat daya reaktor dengan berjalannya waktu dari 1371 jam (dengan reaktor lepas an
masuk) hasil akhir tingkat sinyal maksimum ((2.88 0.22) counts/jam. Ini menegaskan
bahwa reaktor tetap dari antineutrino tersebut.
+ Cl37
A37 + -
(8.49)
Peluruhan Beta
32
DAFTAR PUSTAKA
David, Halliday.1955. Introduction Nuclear Physics. New York: John Willey Sons, Inc.
Niyatmo, Yusman. 2009. Fisika Nuklir Dalam Telaah Semi-Klasik & Kuantum. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Arya, P.Atam. 1966. Fundamental Of Nuclear Physics. Bostron
Liong, The Houw. Konsep Fisika Modern (terjemahan). Jakarta: Erlangga
Krane, Kenneth S. 1988. Introductory Nuclear Physics. Singapore: John Willey & Sons
Meyerhof, Walter E. 1967. Element of Nuclear Physics. San Fransisco: McGraw-Hill
Susetyo, Wisnu. 1988. Spektrometri Gamma dan Penerapannya dalam Analisis Pengaktifan
Neutron. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Peluruhan Beta
33