Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
Kelompok 4
Indah Puspita Sari
132210101045
Nadiyah Churi M
132210101046
Mirzatus Sholicha
132210101047
132210101049
132210101050
Istiyam Pebriani
Sulfiati
132210101051
132210101053
Eunike Aprilianio
Renova R. Putri
132210101055
132210101057
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah swt, karena berkat
rahmat-Nya Kami bisa menyelesaikan Tugas makalah Farmakoterapi studi
kasus Peptic Ulcer.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga Tugas ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu Kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan Tugas ini.
Semoga Tugas ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Peptic ulcer disease adalah lesi pada lambung atau duedenum yang
karena H. pylori lebih banyak ditemukan pada etnik Batak dan Cina dari
etnik lainnya (Silitonga, 2007).
1.2.
Rumusan Masalah
1.3.
Tujuan
1.4.
Manfaat
2.1.1.
Definisi
Peptic Ulcer Disease (PUD) adalah salah satu penyakit yang paling
umum yang mempengaruhi saluran gastrointestinal (GI). Hal ini
menyebabkan cedera inflamasi di mukosa lambung atau duodenum,
dengan ekstensi luar submukosa ke dalam mukosa muskularis. Etiologi
kondisi ini adalah multifaktorial dan jarang berhubungan hanya untuk
sekresi asam berlebihan. Meskipun tukak gaster adalah penyakit yang
umum, diagnosis bisa sulit karena memiliki spektrum yang luas dari
presentasi klinis, mulai dari asimptomatik ke nyeri epigastrium samarsamar, mual, dan anemia kekurangan zat besi yang dapat mengakibatkan
perdarahan akut yang mengancam jiwa (Shrestha, 2009).
Peptic ulcer atau ulkus peptikum merupakan suatu keadaan dimana
terjadi perlukaan pada daerah esofagus, lapisan lambung ataupun
duodenum. Meskipun bisa terjadi pada ketiga daerah tersebut, namun
prevalensi terbesar terjadi pada lapisan lambung dan duodenum. Definisi
lain, ulkus peptikum adalah suatu keadaan hilangnya lapisan epitelium
dari mukosa yang cukup besar dan dalam, bahkan bisa mencapai lapisan
muscularis mucosae. Secara klinis ulkus peptikum terjadi ketika lapisan di
saluran cerna (esofagus, lambung dan duodenum) kehilangan permukaan
mukosanya. Bedanya dengan erosi adalah pada luasnya tukak yang
terjadi, dikatakan erosi apabila kerusakan mukosa tidak meluas sampai
dibawah epitel dan lebar ulkus < 5mm, sedangkan tukak peptikum terjadi
kerusakan mukosa yang meluas sampai di bawah epitel dengan lebar
tukak > 5mm. Keadaan ini akan terlihat dari hasil pemeriksaan endoskopi
maupun radiografi.
Epidemiologi
Etiologi
Etiologi yang pasti belum diketahui. Ada dua pendapat yang ekstrim,
apakah penyakit ini adalah suatu kelainan setempat atau merupakan
bagian dari suatu kelainan sistemik dimana tukak hanya merupakan
tanda/ gejala (Simadibrata, 2001). Tukak peptik terjadi karena
pengeluaran asam-pepsin oleh H. Pylory, NSAID atau faktor-faktor lain
yang menyebabkan ketidakseimbangan pertahanan mukosal lambung.
Lokasi tukak menghubungkan dengan jumlah faktor-faktor etiologi. Tukak
dapat terjadi di perut bagian manapun seperti bagian distal, antrum dan
duodenum (Berardy dan Lynda, 2005).
Penyebab paling sering terjadinya ulkus peptik adalah :
a. Infeksi Helicobacter Pylori
Sebagian besar tukak lambung terjadi dengan adanya asam dan
pepsin ketika Helicobacter pylori mengganggu pertahanan mukosa dan
mekanisme penyembuhan. Hipersekresi asam adalah mekanisme
patogenik yang utama pada tingkat Hypersecretory seperti ZollingerEllison syndrome (ZES). Infeksi Helicobacter pylori dapat menyebabkan
gastritis kronik yang menginfeksi semua individu, kemudian akan
berkembang menjadi PUD (sekitar 20%), kanker gastrik (kurang dari 1%)
dan MALT. Semua kasus ulkus duodenum serta 2/3 dari kasus tukak
lambung diperkirakan berhubungan dengan Helicobacter pylori. Lokasi
ulkus berkaitan dengan sejumlah factor etiologi. Ulkus lambung ringan
dapat terjadi dimana saja diperut, meskipun sebagian besar terletak di
lengkung kecil (Lesser curvature) dan mukosa lambung bagian antral.
Proses transmisi Helicobacter pylori dari orang ke orang melalui tiga
jalur yaitu fecaloral, oral-oral dan iatrogenic. Transmisi fecal-oral dapat
terjadi secara langsung dengan menginfeksi seseorang dan tidak langsung
melalui kontaminasi pada makanan atau minuman akibat tangan yang
tidak bersih setelah menyentuh fecal. Transmisi oral-oral merupakan rute
karena Helicobacter pylori telah diisolasi dari lubang mulut. Transmisi
c. Stres psikologis
Stress psikologis menjadi faktor penting patogenesis terjadinya PUD
yang kontroversial, namun hasil uji coba gagal membuktikan antara
penyebab dan akibat terjadinya PUD. Kemungkinan emosional pada stress
yang memicu perilaku untuk merokok dan menggunakan NSAID, sehingga
hal ini yang dapat menyebabkan ulkus.
d. Kebiasaan Merokok
Kemungkinan mekanisme yang terjadi akibat merokok sehingga
dapat menginduksi terjadinya PUD adalah penghambatan pengosongan
lambung, penghambatan sekresi bikarbonat dari pankreas, memicu refluks
duodenogastric dan mengurangi produksi Prostaglandin (PG). meskipun
merokok dapat meningkatkan sekresi asam lambung tapi efeknya tidak
konsisten. Merokok dapat menyebabkan seeorang lebih mudah terinfeksi
HP.
e. Faktor Diet dan Penyakit Lain
Kedua faktor ini belum ada mekanisme patofisiologi yang pasti,
beberapa minuman seperti kopi dan the (mengandung kafein), cola, bir,
Patogenesis
Gambaran Klinis
2.1.6.
Diagnosis
2.2.
diderita
a. Propranolol
Propranolol adalah obat untuk Hipertensi ( darah tinggi ), Angina,
Aritmia, dan pencegahan migrain yang diproduksi oleh Dexa Medica. Ada
2 jenis propranolol yang diproduksi dexa medica yaitu Propranolol
10 dan Propranolol 40
Komposisi :
Propranolol 10, tiap tablet mengandung Propranolol HCL ---- 10 mg
Propranolol 40, tiap tablet mengandung Propranolol HCL ---- 40 mg
Farmakologi :
Angina
Aritmia
Hipertensi
Pencegahan Migrain
Kontraindikasi Propranolol :
1.
2.
3.
4.
Kardiogenik syok.
5.
Dosis :
Dewasa :
-
Anak-anak :
-
Susunan saraf pusat : rasa capai, lemah dan lesu ( paling sering),
depresi mental/insomnia, sakit kepala, gangguan visual, halusinasi.
Pernafasan : bronkospasme.
Jangan diberikan pada wanita hamil dan menyusui kecuali bila sangat
dibutuhkan.
Hati-hati bila diberikan pada penderita gangguan fungsi hati, nonalergic bronchospasm (seperti : bronkitis kronis, emfisema), bedah
mayor, diabetes, hipoglikemia, thyrotoxicosis, wolff parkinson white
syndrome).
Interaksi Obat :
-
b. Indomethacin
Indomethacin merupakan obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID)
yang digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang dan
membantu meringankan gejala arthritis misalnya, osteoarthritis dan
rheumatoid arthritis atau asam urat seperti peradangan, kekakuan,
bengkak dan nyeri sendi.
Namun obat ini tidak menyembuhkan artritis dan hanya
meringankan gejalanya saja. Indomethacin juga digunakan untuk
mengobati ankylosing spondylitis, yang merupakan jenis arthritis yang
mempengaruhi sendi di tulang belakang.
Obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati nyeri bahu yang
disebabkan oleh bursitis atau tendinitis. Indomethacin juga dapat
digunakan untuk mengobati kondisi lain seperti yang ditentukan oleh
dokter. Obat ini hanya tersedia dengan resep dokter.
Kemasan
Obat ini tersedia dalam bentuk sediaan berikut:
-
Kapsul
Suspensi
Indikasi
1.
2.
3.
4.
5.
Kontraindikasi
1. Pasien yang hipersensitif terhadap obat ini
2. Asma
3. Urtikaria
4. Pasien yang memiliki riwayat alergi dengan obat NSAID
Dosis
Untuk bentuk sediaan oral (kapsul dan suspensi):
1. Untuk Acute gouty arthritis
a. Dewasa: 50 mg 3 kali sehari.
b. Anak-anak diatas usia 15 tahun: dosis didasarkan pada berat badan
dan harus ditentukan oleh dokter.
c. Anak-anak di bawah usia 14 tahun: dosis didasarkan pada berat
badan dan harus ditentukan oleh dokter.
2. Untuk bursitis dan tendinitis akut
a. Dewasa: 75-150 mg per hari, dibagi menjadi 3 atau 4 dosis sama,
selama 1-2 minggu seperti yang ditentukan oleh dokter.
b. Anak-anak diatas usia 15 tahun: dosis didasarkan pada berat badan
dan harus ditentukan oleh dokter.
c. Anak-anak di bawah usia 14 tahun: dosis didasarkan pada berat
badan dan harus ditentukan oleh dokter.
3. Untuk ankylosing spondylitis, osteoartritis, atau rheumatoid arthritis
a. Dewasa: 25 mg 2 atau 3 kali sehari. Dokter mungkin juga
meningkatkan dosis menjadi 25 atau 50 mg per hari, sesuai
kebutuhan. Namun, dosis total biasanya tidak lebih dari 200 mg per
hari.
b. Anak-anak diatas usia 15 tahun: dosis didasarkan pada berat badan
dan harus ditentukan oleh dokter.
Anak-anak di bawah usia 14 tahun: dosis didasarkan pada berat badan
dan harus ditentukan oleh dokter.
c. Arthotec
Tiap kemasan arthrotec mengandung zat aktif (nama generik)
(Natrium diclofenac 25 mg + misoprostol 200 mcg) / tablet
Kontraindikasi
-
Efek Samping
Efek samping pemakaian arthrotec pada organ hati jarang terjadi, dan
biasanya reversibel. Meski demikian, kasus-kasus seperti nekrosis hati,
sakit kuning, hepatitis fulminan dan gagal hati telah dilaporkan terjadi
pada pemakaian jangka panjang dan dalam dosis yang lebih tinggi. Jika
tes hati yang abnormal menetap atau memburuk, jika tanda-tanda dan
gejala yang konsisten dengan penyakit hati klinis terjadi, atau jika
manifestasi sistemik terjadi (misalnya : eosinofilia, ruam, dan lain
lain), pemakaian arthrotec (diclofenac) harus dihentikan.
Reaksi dermatologis seperti dermatitis eksfoliatif, sindrom StevensJohnson, dan nekrolisis epidermal toksik, yang dapat berakibat fatal,
dapat terjadi selama pemakaian NSAID termasuk arthrotec
(diclofenac). Pengobatan harus dihentikan jika tanda tanda seperti
ruam atau hipersensitivitas muncul.
Interaksi Obat
-
Dosis
Dewasa, awal : 2-3 kali sehari 1 tablet bersama makanan
d. Allopurinol
Allopurinol adalah obat yang digunakan untuk mencegah
serangan penyakit gout dengan menurunkan kadar asam urat di dalam
darah. Selain karena pola makan yang kurang sehat, kadar asam urat juga
bisa naik akibat pengobatan kemoterapi pada penderita kanker. Selain
gout, kadar asam urat yang tinggi juga bisa menyebabkan
pembentukanbatu ginjal.
Indikasi
Artritis gout dan gangguan yang berkaitan termasuk batu ginjal Kalsium
Oksalat/Fosfat pada terjadinya hiperurisemia dan/atau hiperurikosuria.
Tentang Allopurinol
Jenis obat
Penghambat xanthine-oxidase
Golongan
Obat resep
Mencegah gout dan pembentukan batu ginjal
tertentu dengan menurunkan kadar asam urat
yang tinggi.
Mencegah peningkatan kadar asam urat pada
Manfaat
Dikonsumsi oleh
Bentuk obat
Tablet
Dosis Allopurinol
Untuk dewasa, dosis biasanya akan diberikan sebanyak 100-600 mg
tiap hari. Dosis akan disesuaikan dengan kondisi yang diobati, tingkat
keparahannya, dan respons tubuh terhadap obat. Pada pasien anak-anak,
dosis juga akan disesuaikan dengan berat badan mereka.
-
e. Ramipril
Ramipril adalah salah satu obat penghambat enzim pengubah
angiotensin (ACE inhibitor)yang diresepkan untuk penderita gagal jantung
dan hipertensi. Obat ini juga bisa digunakan untuk mencegah kerusakan
ginjal dan pembuluh darah, misalnya akibat diabetes. Ramipril bekerja
dengan cara mengurangi produksi hormon angiotensin II. Dengan
demikian, otot arteri menjadi lebar dan aliran darah yang mengandung
oksigen ke jantung pun meningkat. Obat ini juga dapat menurunkan
tekanan darah sehingga risiko stroke dan serangan jantung bisa lebih
terkendali.
Ramipril juga dapat mengurangi volume cairan dalam sirkulasi
tubuh. Oleh karena itu, jantung tidak perlu bekerja terlalu keras dalam
memompa darah ke seluruh tubuh. Karena efek ini, ramipril juga bisa
diberikan kepada penderita gagal jantung. Ramipril adalah jenis obat yang
disebut ACE (angiotensin converting enzyme) inhibitors yang bekerja
dengan cara mengendurkan pembuluh darah. Hal ini membantu
mengecilkan tekanan darah.
Indikasi:
Untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi), gagal jantung, dan
untuk meningkatkan kemampuan bertahan setelah serangan jantung.
Dosis:
Pemberian dosis melalui mulut (per oral) 2.5 mg sehari saru kali.
Dosis lanjutan: 10 mg melalui mulut (per oral) sehari satu kali.
Efek Samping:
Efek CV (hipotensi, angioedema); Efek CNS (kelelahan, sakit kepala); Efek
GI (gangguan perasa); Efek berturut-turut (batuk tidak berdahak; upper
resp tract symptoms); Efek Dermatologis (ruam, erythema multiforme,
toxic epidermal necrolysis); reaksi hipersensitivitas; Efek ginjal (kerusakan
ginjal); Gangguan electrolyte (hiperkalemia, hiponatremia,); gangguan
darah.
Tentang Ramipril
Jenis obat
Golongan
Obat resep
Dikonsumsi
oleh
Dewasa
Bentuk obat
Dosis Ramipril
Dosis ramipril akan disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien
secara menyeluruh, kondisi yang ingin ditangani dan tingkat
keparahannya. Berikut adalah dosis yang umum diresepkan berdasarkan
manfaat ramipril:
Dosis
Manfaat
(mg/hari)
Hipertensi
2.5 10
Gagal jantung
1.25 10
2.5 10
1.25 10
Ramipril bisa dikonsumsi sekali sehari atau dibagi menjadi dua kali
dosis minum. Dosis bisa diubah seiring waktu untuk disesuaikan dengan
respons tubuh terhadap dosis awal.
Efek Samping
Efek samping berikut akan muncul akibat adaptasi tubuh dengan
obat. Meski tidak semua membutuhkan penanganan medis, namun segera
hubungi dokter jika efeknya berkepanjangan dan mulai terasa
mengganggu. Beberapa efek samping yang mungkin muncul adalah:
-
Batuk kering.
Mual.
f. Simvastatin
Pecandu alkohol.
Dosis:
Penderita harus melakukan diet pengurangan kolesterol baku
sebelum dan selama memulai pengobatan dengan simvastatin dan harus
melanjutkan diet selama pengobatan dengan simvastatin. Dosis awal 10
mg/hari sebagai dosis tunggal malam hari. Dosis awal untuk pasien
dengan hiperkolesterolemia ringan sampai sedang 5 mg/hari. Pengaturan
dosis dilakukan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu sampai
maksimal 40 mg/hari (diberikan malam hari). Lakukan pengukuran kadar
lipid dengan interval tidak kurang dari 4 minggu dan dosis disesuaikan
dengan respon penderita. Pada pasien yang diobati dengan obat-obat
imunosupresan bersama HMG-CoA reduktase inhibitor, dosis simvastatin
yang dianjurkan adalah terendah. Bila kadar kolesterol LDL < 75 mg/dl
(1,94 mmol/l) atau kadar total kolesterol plasma < 140 mg/dl (3,6 mmol/l)
maka perlu dipertimbangkan pengurangan dosis simvastatin.
Penderita gangguan fungsi ginjal: Pemberian simvastatin tidak perlu
penyesuaian dosis, karena simvastatin tidak diekskresi ginjal secara
bermakna. Simvastatin efektif diberikan dalam bentuk tunggal, atau
bersamaan dengan Bile Acid Sesquestran akan lebih efektif.
Efek samping:
-
Interaksi obat:
Bila simvastatin dikombinasikan dengan siklosporin, eritromisin,
gemfibrozil dan niacin dapat menyebabkan peningkatan resiko terjadi
myopathy dan rhabdomyolisis.
Studi Kasus
Hari 1 : Ny. GE, 86 tahun, masuk UGD pada hari ini karena
Propanolol 40 mg 3xsehari
Respiratory Rate 24
3.3.
Pembahasan
BAB 4. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Akil, HAM. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta : FKUI.
Hal 345-8.
Anonim, (2010). Atlas of Pathophysiology, 3rd Edition,Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Berardi R.R., Welage L.S. 2005. Peptic Ulcer Disease. In Dipiro J.T., Talbert
R.L., Yee G.C., Matzke G.R., Wells B.G., Posey L.M. ed: Pharmacotherapy
a Pathophysiologic Approach. 6th ed. USA: McGraw-Hill Companies. p.
630
Dipiro, Joseph T., et al., (2008). Pharmacotherapy: A Phatophysiology
Approach, 7thEdition, Columbus: McGraw-Hill Company.
Fleming, Shawna. L., (2007). Helicobacter pylory, Deadly Diseases and
Epidemics, New York: Infobase Publishing.
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC. 74,76, 80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.
Lindseth, G.N., 2005. Gangguan Usus Besar. In : Price, S.A., dam Wilson,
L.M. Patofisiologis Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, 6 th Edition,
Volume 1, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC., p.456-470.
Prince A Sylvia.2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Jakarta.EGC
Silitonga, M.M. 2007. Infeksi Saluran Gastroduodenal oleh Bakteri
Helicobakter pylori. Jurnal Biologic, Volume 6, Nomor 2. Fakultas MIPA
Universitas Advent Indonesia Bandung.
Shrestha, S. 2009. Peptic Ulcer Disease. Division of Gastroenterology,
Gastroenterology Care Consultants. Available from:
http://emedicine.medscape.com
Tarigan, P. 2001. Tukak Gaster. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid
I. Jakarta: Pusat Penerbitan Fakultas Kedokteran. Page: 338-344