Вы находитесь на странице: 1из 24

2.

6 Tinjauan Umum Puskesmas


2.6.1 Gambaran Umum
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja. Secara nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan.
Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab
wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep
wilayah yaitu desa/ kelurahan atau dusun/rukun warga (Depkes RI, 2014).
2.6.2 Visi dan Misi
A. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu
lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
derajat

kesehatan

penduduk

Untuk

mencapai

visi

tersebut,

puskesmas

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.


Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu.
B. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat (Depkes RI, 2014).
2.6.3 Tugas dan Fungsi Puskesmas
Puskesmas

secara

umum

bertujuan

untuk

terlaksananya

pelayanan

kefarmasian yang bermutu di puskesmas. Tujuan khusus puskesmas adalah sebagai


acuan bagi apoteker dan asisten apoteker untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian

di puskesmas dan sebagai pedoman bagi dinas kesehatan dalam pembinaan pelayanan
kefarmasian di puskesmas. Puskesmas memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
a. Berupaya menggerakkan lintas sektoral dan dunia usaha di wilayah
kerjanya

agar

menyelenggarakan

pembangunan

yang

berwawasan

kesehatan.
b. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan
setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat:
a. Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat.
b. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaan.
c. Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan.
d. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
e. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan
dalam rangka menolong dirinya sendiri.
f. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer) secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (kontinyu) mencakup pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2014).

2.6.4 Program Puskesmas


A. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib adalah upaya yang harus diselenggarakan oleh setiap
puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
1. Upaya promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
4. Untuk perbaikan gizi masyarakat
5. Pencengahan & pemberatasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan
B. Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas
Upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan
di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya
kesehatan pengembangan tersebut adalah:
1. Upaya kesehatan sekolah
2. Upaya kesehatan olahraga
3. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
4. Upaya kesehatan kerja
5.

Upaya kesehatan gigi dan mulut

6.

Upaya kesehatan jiwa

7.

Upaya kesehatan mata

8.

Upaya kesehatan usia lanjut

9.

Upaya pembinaan pengobatan tradisional

2.7 Profil UPT Kesmas Blahbatuh I


2.7.1 Gambaran Umum
A. Kondisi Geografis
UPT Kesmas Blahbatuh I terletak di Desa Keramas dengan jarak 4 km dari
Kota Gianyar. Transportasi menuju UPT Kesmas Blahbatuh I sangat lancar dengan
waktu tempuh dari desa wilayah kerja 15 menit dengan menggunakan kendaraan.
Batas wilayah kerja UPT Kesmas Blahbatuh I :

Sebelah Utara : Desa Abianbase

Sebelah Timur : Desa Lebih

Sebelah Selatan : Pantai Masceti

Sebelah Barat : Desa Blahbatuh

UPT Kesmas Blahbatuh I didirikan pada Tahun 1974 yang merupakan salah satu
dari 2 (dua) UPT Kesmas yang ada di Kecamatan Blahbatuh dengan luas wilayah
kerja 19,65 km dimana Desa Pering merupakan desa dengan wilayah terluas.
Wilayah UPT Kesmas Blahbatuh I meliputi 5 Desa dan 29 Dusun.
Tabel 2.1 Kondisi Geografi UPT Kesmas Blahbatuh I Tahun 2015
No

1
2
3
4
5

Desa/Keluraha

Jml Desa

Waktu tempuh

Tertinggal

ke UPT

Medahan
Keramas
Pering
Belaga
Bona
UPT Kesmas

B. Kondisi Demografi

0
0
0
0
0
0

Jumlah Dusun

Kesmas
15
4
15
6
15
7
15
6
15
6
Menit
29
(UPT Kesmas Blahbatuh I, 2015)

Jumlah penduduk yang cukup besar menjadi peluang bagi UPT Kesmas
Blahbatuh I untuk meningkatkan peran sebagai salah satu provider pelayanan
kesehatan dasar di wilayah kerjanya. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin,
rasio beban tanggungan, rasio jenis kelamin, jumlah rumah tangga, rata-rata jiwa dan
kepadatan penduduk per Km yang tercatat berada di wilayah kerja UPT Kesmas
Blahbatuh I dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Jumlah penduduk di wilayah kerja UPT Kesmas Blahbatuh I
No

Desa/Keluraha

Rata-rata

Kepadata

jiwa/RT

n
penduduk

1
2
3
4
5

Medahan
Keramas
Pering
Belaga
Bona
Puskesmas

2.685
4.354
4.437
2.685
2.069
16.230

per Km2
2.671
5
1.370
4.343
5
1.843
4.222
6
1.370
2.677
6
2.145
2.076
5
1.884
15.989
27
8.612
(UPT Kesmas Blahbatuh I, 2015)

Jumlah penduduk di wilayah kerja UPT Kesmas Tahun 2015 sejumlah 32.219
jiwa yang terdiri dari laki-laki 16.230 orang dan perempuan 15.989 orang dengan sex
ratio 102 dengan kepadatan penduduk 8.612 per km di mana Desa Belega
merupakan desa dengan kepadatan penduduk yang paling tinggi yaitu 2,145 per km
sedangkan jumlah KK di UPT Kesmas Blahbatuh I Tahun 2013 sebanyak 6.615 KK
dengan keluarga miskin yang dilayani sebanyak 2.504 kepala keluarga dan kartu
sehat sulinggih sebanyak 11 orang.

C. Kedudukan dan Fungsi UPT Kesmas Blahbatuh 1


Bahwa dalam rangka mengoptimalkan fungsi UPT Kesmas (Pusat Kesehatan
Masyarakat) dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan menuju

Indonesia Sehat 2010 diperlukan adanya kebijakan dan langkah langkah strategi
yang sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/MENKES/SK/II/2004.
1. Kedudukan UPT Kesmas :
a. Sistem Kesehatan Nasional :
Kedudukan UPT Kesmas Blahbatuh I adalah sebagai sarana pelayanan
kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat wilayah kerja UPT
Kesmas Blahbatuh I.
b. Sistem Kesehatan Kabupaten :
Kedudukan UPT Kesmas Blahbatuh I adalah sebagai Unit Pelaksana
Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar yang bertanggungjawab
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan Kabupaten
Gianyar di wilayah kerja UPT Kesmas Blahbatuh I.
c. Sistem Pemerintahan Daerah
Kedudukan UPT Kesmas Blahbatuh I adalah sebagai Unit Pelaksana
Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar yang merupakanunit struktural
Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar bidang kesehatan di tingkat
Kecamatan Blahbatuh.
d. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Sebagai Mitra Kerja dengan berbagai organisasi pelayanan kesehatan
strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta (Praktek
dokter swasta, bidan, klinik). Sebagai Pembina terhadap bentuk upaya
kesehatan, kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat (Posyandu, Pos
Obat Desa, Pos UKK).
2. Fungsi UPT Kesmas
a. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan ;

Memantau penyelenggaraan pembangunan sehingga mendukung dan


berwawasan

kesehatan

serta

melaporkan

terjadinya

dampak

akibat

pembangunan dan mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan


penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
b. Pusat Pemberdayaan masyarakat ;
Berupaya agar perorangan, keluarga dan masyarakat termasuk dunia
usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri
dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaan, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh \, terpadu dan berkesinambungan, yang meliputi :

Pelayanan Kesehatan Perorangan : pelayanan yang bersifat pribadi


(Private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Jenis pelayanan peroarangan tersebut
adalah rawat jalan dan rawat inap.

Pelayanan Kesehatan Masyarakat : pelayanan yang bersifat publik (Public


goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan, jenis pelayanan tersebut adalah Promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, perbaikan gizi, KIA dan KB, Kesehatan jiwa dan
lainnya (UPT Kesmas Blahbatuh I, 2015).

2.7.2 Sumber Daya


A. Tenaga

Struktur organisasi UPT Kesmas Blahbatuh I mengacu kepada Perda No.6 Tahun
2008 dan Kepmenkes RI No.128/Menkes/SK/II/2006. Susunan struktur organisasi dapat
dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.3 Struktur Organisasi UPT Blahbatuh I

Struktur organisasi di UPT Kesmas Blahbatuh I Gianyar terdiri dari:


1. Kepala UPT Kesmas (dr.Ni Made Dahlia)
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha : (Pande Putu Sudiarta,S.E)
a. Koord Umum/Kepegawaian ( Pande Putu Sudiarta,S.E /I Ketut Anom
Sudiarta,S.KM)
b. Pejabat pengelola Keuangan (Ni Luh Kartini)
c. Perencanaan (I Ketut Anom Sudiarta,S.KM)
d. Logistik (I Made Murji).
3. Koordinator Upaya Kesehatan Wajib (dr.I G.A.B. Wirawan)
a. Sub Koordinator Promosi Kesehatan (Luh Putu Sumartini,A.Md.Kl)
b. Sub Koordinator Kesehatan Lingkungan (Ni Ketut Suartini.A.Md.Kl)

c. Sub Koordinator Kesehatan Ibu, Anak, dan KB (Luh Gde Budiasih)


d. Sub Koordinator Perbaikan Gizi Masyarakat (A.A.Gd Rai Sujana)
e. Sub Koordinator Pencegahan , Pemberantasan Penyakit menular (Adhy
Suardhana Saputra,S.Si)
f. Sub Koordinator Pengobatan (Ni Nyoman Trililayati,S.Kep)
4. Koordinator Upaya Kesehatan Pengembangan (dr.Luh Putu Rismayanti)
a. Sub Koordinator Upaya Kesehatan Sekolah (Ni Md Juliasmini)
b. Sub Koordinator Perkesmas (I Dewa Ayu Lidya Ari,S.Kep)
c. Sub Koordinator Kesehatan Gigi dan Mulut (I Gst Agung Suciari)
d. Sub Koordinator Kesehatan Olah Raga (A.A.Gde Rai Sujana)
e. Sub Koordinator Kesehatan Kerja (Ni Luh Pt Sumartini)
f. Sub Koordinator Kesehatan Jiwa (Ni Md Juliasmini)
g. Sub Koordinator Kesehatan Mata (Ni Md Juliasmini)
h. Sub Koordinator Kesehatan Usia Lanjut (Ni Nyoman Trililayati,S.Kep)
i. Sub

Koordinator

Pembinaan

Pengobatan

Tradisional

(A.A.Dewi

Untari,A.Md.Kep)
5. Koordinator Kesehatan Penunjang
a. Sub Koordinator Sistem Informasi kesehatan (I Kdk Muliastra)
b. Sub Koordinator Catatan/Rekam Medik ( Ida Ayu Putu Anom)
c. Sub Koordinator Pencatatan Pelaporan Terpadu (Dewa Ayu Mas Sri Parwati)
d. Sub Koordinator Farmasi ( Luh Putu Oka Kartika Dewi,A.Md.Keb)
e. Sub Koordinator Laboratorium Sederhana (I Dewa Ayu Lidya Ari,S.Kep)
f. Sub Koordinator Penanganan Rujukan (I Dewa Ayu Mas Sri Parwati)
6. Koordinator Jejaring ( UPT Kesmas Pembantu)
a. Sub Koordinator Pustu Desa Medahan (Ni Nyoman Nurani,A.Md.Keb)
b. Sub Koordinator Pustu Desa Pering (Ni Made Suyanti,A.Md.Keb)
c. Sub Koordinator Pustu Desa Belega (Ni Kt Tetep,A.Md.Keb)
d. Sub Koordinator Pustu Desa Bona (Ni Wayan Trisnawati,A.Md.Keb)
e. Sub Koordinator UPT Kesmas Keliling (A.A.Gde Rai Sujana)

(UPT Kesmas Blahbatuh I, 2015).


B. Dana
Kegiatan operasional UPT Kesmas Blahbatuh I ditunjang dengan pendanaan
yang bersumber dari APBD I (Provinsi), APBD II (Kabupaten), APBN (Depkes RI),
serta BPJS, dan sumber-sumber lainnya yang tidak mengikat.
C. Sarana dan Prasarana
UPT Kesmas Blahbatuh I membawahi jejaring pelayanan pemerintah yang
terdiri dari 4 puskesmas pembantu (pustu) dan 1 puskesmas keliling (pusling).
D. Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat/Peran Serta Masyarakat
(PSM)
Sesuai dengan kedudukannya UPT Kesmas Blahbatuh I membina Usaha
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang terdiri dari:
a. Posyandu : 33 Posyandu
b. Kader Posyandu : 165 orang
c. Kader Desa Siaga : 10 orang
d. Kader GSI : 10 orang
e. Jumantik : 5 orang
f. Juru Malaria Desa : 1 orang
g. Pengobatan Tradisional : 30 orang
(UPT Kesmas Blahbatuh I, 2015)

2.7.3 Visi, Misi, Motto dan Strategi UPT Kesmas Blahbatuh I


A. Visi

Mewujudkan masyarakat yang sehat berdasarkan Tri Hita Karana.


B. Misi
1. Memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan lingkungan sehat.
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu.
3. Meningkatkan sumber daya kesehatan.
4. Meningkatkan manajemen kesehatan.
C. Motto
Dalam rangka mendorong dan memberikan semangat untuk meningkatkan
kinerja pelayanan, UPT Kesmas Blahbatuh I berpedoman pada motto yaitu melayani
dengan SANTIH (Santun, Akurat, Nyaman, Transparan, Inovatif dan Harmonis).
D. Strategi
UPT Kesmas Blahbatuh I sebagai pengembangan pelayanan kesehatan
masyarakat di wilayah kerja Kecamatan Blahbatuh berdasarkan visi dan misinya
mempunyai strategi dalam periode 2011-2015 sebagai berikut:
1. Meluaskan jangkauan pelayanan kesehatan dengan optimalisasi pelayanan
puskesmas keliling dan puskesmas pembantu dengan tenaga bidan yang ada di
desa.
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan baik dari segi quality of care
maupun quality of service.
3. Meningkatkan sarana dan prasarana termasuk obat-obatan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
4. Memberdayakan perorangan, keluarga, dan masyarakat untuk berperan aktif
dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan puskesmas.
5. Meningkatkan

keterpaduan

(program

dan

sektor)

untuk

keterbatasan sumber daya untuk memperoleh hasil yang optimal.

mengatasi

6. Meningkatkan upaya rujukan, baik rujukan kesehatan perorangan maupun


rujukan kesehatan masyarakat.
7. Peningkatan pembiayaan kesehatan dan mekanisme pengelolaannya.
(UPT Kesmas Blahbatuh I, 2015).
2.7.4 Tugas Fungsi UPT Kesmas Blahbatuh I
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran
serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata
lain, puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan
kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Puskesmas memiliki beberapa
kegiatan pokok, yaitu:
a. Kesehatan ibu dan anak/ KB.
b. Usaha peningkatan gizi.
c. Kesehatan lingkungan.
d. Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular.
e. Pengobatan.
f. Penyuluhan kesehatan masyarakat (promosi kesehatan)
UPT Kesmas Blahbatuh I memiliki beberapa upaya pengembangan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di UPT Kesmas Blahbatuh I, adapun upaya
yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Usaha kesehatan sekolah.


b. Usaha kesehatan gigi sekolah.
c. Kesehatan olahraga.
d. Perawatan kesehatan masyarakat.
e. Laboratorium sederhana.
f. Kesehatan usia lanjut.
g. Usaha kesehatan kerja.

h. Kesehatan anak.
Melihat definisi dan tugas pokok puskesmas, maka fungsi pokok UPT. Kesmas
Blahbatuh I Kabupaten Gianyar adalah:
a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
2.7.5 Program UPT Kesmas Blahbatuh I
Kedudukan UPT Kesmas Blahbatuh I dalam sistem kesehatan kabupaten
adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar yang
bertanggung jawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan
kabupaten Gianyar di wilayah UPT Kesmas Blahbatuh I. Program yang dimiliki UPT
Kesmas Blahbatuh I yang digunakan untuk mencapai upaya pembangunan kesehatan,
meliputi :
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib UPT Kesmas Blahbatuh I adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global serta mempunyai
daya ungkit tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap UPT Kesmas yang ada di
wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib UPT Kesmas Blahbatuh I adalah :
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan dasar
2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan UPT Kesmas adalah upaya yang ditetapkan


berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat dan disesuaikan
dengan kemampuan UPT Kesmas. Upaya kesehatan UPT Kesmas Blahbatuh I
adalah:
a. Upaya kesehatan sekolah
b. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
c. Upaya kesehatan kerja
d. Upaya kesehatan gizi dan mulut
e. Upaya kesehatan jiwa
f. Upaya kesehatan mata
g. Upaya kesehatan usia lanjut
3. Upaya Pelayanan Penunjang
Upaya pelayanan penunjang UPT Kesmas adalah upaya yang menunjang
setiap kegiatan dalam upaya kesehatan wajib dan pengembangan. Upaya penunjang
yang ada di UPT Kesmas Blahbatuh I adalah :
a. Registrasi kunjungan berbasis SIK
b. Rekam medik
c. Farmasi
d. Laboratorium sederhana
e. Pencatatan dan pelaporan terpadu
f. Sistem rujukan
g. Pengelolaan limbah
(UPT Kesmas Blahbatuh 1, 2015)

2.8 Tinjauan Kompetensi Apoteker di UPT Kesmas

Menurut Kepmenkes Nomor 1027 tahun 2004, Apoteker adalah sarjana


farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 51 tahun 2009 menyebutkan bahwa Apoteker harus menjalankan pelaksanaan
pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kesehatan, salah satunya adalah UPT Kesmas.
Adapun peran Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasiannya di UPT
Kesmas adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan
informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi
kesehatan lainnya dan pasien.
3. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien
yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
keluarga pasien.
4. Ronde/Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara
mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat,
ahli gizi, dan lain-lain.
5. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan
atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi
fisiologis.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi


Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan
efek samping.
7. Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara terstruktur dan
berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif,
aman dan terjangkau (rasional).
(Depkes RI, 2014)
2.9 Prasarana dan Sarana di UPT Kesmas
Dalam upaya mendukung pelayanan kefarmasian di UPT Kesmas diperlukan
prasarana dan sarana yang memadai disesuaikan dengan memperhatikan luas
cakupan, ketersediaan ruang rawat inap, jumlah karyawan, angka kunjungan dan
kepuasan pasien. Prasarana dan sarana yang perlu dimiliki UPT Kesmas untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian adalah sebagai berikut :
Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di Puskesmas
meliputi sarana yang memiliki fungsi:
1. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1 (satu) set meja
dan kursi, serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan. Ruang penerimaan
resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas
meliputi rak Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan
disediakan peralatan peracikan, timbangan Obat, air minum (air mineral) untuk
pengencer, sendok Obat, bahan pengemas Obat, lemari pendingin, termometer
ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label Obat, buku catatan pelayanan resep,
buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang
ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup. Jika
memungkinkan disediakan pendingin ruangan (air conditioner) sesuai kebutuhan.

3. Ruang penyerahan Obat


Ruang penyerahan Obat meliputi konter penyerahan Obat, buku pencatatan
penyerahan dan pengeluaran Obat. Ruang penyerahan Obat dapat digabungkan
dengan ruang penerimaan resep.
4. Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,
buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku
catatan konseling, formulir jadwal konsumsi Obat (lampiran), formulir catatan
pengobatan pasien (lampiran), dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set
komputer, jika memungkinkan.
5. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan
petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang
penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari Obat, pallet, pendingin
ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan
psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan Kefarmasian
dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan ruangan khusus yang
memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen dalam rangka
untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan teknik
manajemen yang baik
(Depkes RI, 2014)
2.10 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan di UPT Kesmas
Sediaan

farmasi

adalah

obat,

bahan

obat,

obat

tradisional

dan

kosmetik.Sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan


peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan kesehatan. Tujuan dari

pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan adalah agar dana yang tersedia
dapat digunakan sebaik-baiknya dan berkesinambungan guna memenuhi kepentingan
masyarakat yang berobat ke UPT Kesmas. Ruang lingkup pengelolaan obat secara
keseluruhan mencakup perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
distribusi, pengendalian dan pencatatan serta pelaporan (Depkes RI, 2014).
Kegiatan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi:

1. Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


Merupakan proses kegiatan seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai untuk
menentukan jenis dan jumlah Obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
a. perkiraan jenis dan jumlah Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang
mendekati kebutuhan;
b. meningkatkan penggunaan Obat secara rasional; dan
c. meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas
setiap periode dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di Puskesmas. Proses seleksi Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit,
pola konsumsi Obat periode sebelumnya, data mutasi Obat, dan rencana
pengembangan. Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus
mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional.
Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti
dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan
dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan Obat per tahun dilakukan secara berjenjang
(bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat dengan
menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi dan analisa
terhadap kebutuhan Obat Puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada

anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan Obat, buffer stock,
serta menghindari stok berlebih.
2. Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Tujuan permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah memenuhi
kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas, sesuai dengan
perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan kebijakan pemerintah daerah setempat.
3. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan dalam
menerima Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar Obat yang
diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh
Puskesmas. Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan bertanggung
jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.
Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan
jumlah Obat, bentuk Obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), ditandatangani oleh
petugas penerima, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat,
maka petugas penerima dapat mengajukan keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari
Obat yang diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah
satu bulan.
4. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu kegiatan
pengaturan terhadap Obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di puskesmas dapat

dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, mempertimbangkan halhal sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Bentuk dan jenis sediaan;


Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban);
Mudah atau tidaknya meledak/terbakar; dan
Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus.

5. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan kegiatan
pengeluaran dan penyerahan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan
teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan
jaringannya. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Obat sub unit pelayanan
kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan
waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.

Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;


Puskesmas Pembantu;
Puskesmas Keliling;
Posyandu; dan
Polindes.

Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan
dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian Obat
per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan pendistribusian
ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan Obat sesuai dengan
kebutuhan (floor stock).

6. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan untuk
memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program

yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan


Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di unit pelayanan
kesehatan dasar. Pengendalian Obat terdiri dari:
a) Pengendalian persediaan;
b) Pengendalian penggunaan; dan
c) Penanganan Obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
7. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan
Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan merupakan rangkaian kegiatan dalam
rangka penatalaksanaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai secara tertib, baik Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan
digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan adalah:
a. Bukti bahwa pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai telah dilakukan;
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan
c. Sumber data untuk pembuatan laporan.
8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
a. mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun
pemerataan pelayanan;
b. memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai; dan
c. memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
(Depkes RI, 2014)
2.11 Penggunaan Obat Rasional
Menurut World Health Organization (WHO), penggunaan obat rasional adalah
ketika pasien memperoleh obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis

yang sesuai dengan kebutuhan individualnya, untuk jangka waktu pengobatan yang
adekuat, dan biaya yang terjangkau bagi pasien dan masyarakat banyak. Sasaran
penggunaan obat yang rasional adalah penggunaan obat dalam jenis, bentuk sediaan,
dosis, dan jumlah yang tepat disertai informasi yang benar, lengkap, dan tidak
menyesatkan. Manfaat penggunaan obat yang rasional adalah meningkatkan mutu
pelayanan, mencegah pemborosan sumber dana, dan meningkatkan akses terhadap
obat esensial.
Penggunaan obat dikatakan rasional apabila memenuhi kriteria yaitu tepat
indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, dan waspada terhadap efek samping.
1. Tepat indikasi
Berkaitan dengan penentuan perlu tidaknya suatu obat diberikan pada kasus
tertentu dan disesuaikan dengan indikasi medis pasien.
2. Tepat obat
Berkaitan dengan pemilihan kelas terapi dan jenis obat berdasarkan pertimbangan
manfaat, keamanan, mutu, dan harga.
3. Tepat pasien
Berkaitan dengan pemilihan obat yang sesuai untuk kondisi spesifik pasien, serta
memperhatikan pasien dengan populasi khusus yaitu pasien pediatri, geriatri,
wanita hamil dan menyusui, obesitas, pasien dengan gangguan ginjal dan hati.
4. Tepat dosis
Berkaitan dengan penentuan dosis (termasuk frekuensi dan durasi pengobatan)
disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien.
-

Tepat Jumlah
Jumlah obat yang diberikan harus dalam jumlah yang cukup.

Tepat cara pemberian


Cara pemberian obat yang tepat adalah Obat Antasida seharusnya dikunyah
dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak boleh dicampur dengan
susu karena akan membentuk ikatan sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi
sehingga menurunkan efektifitasnya.

Tepat interval waktu pemberian


Cara Pemberian obat hendaknya dibuat sederhana mungkin dan praktis agar
mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari
(misalnya 4 kali sehari) semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat
yang harus diminum 3x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus
diminum dengan interval setiap 8 jam.

Tepat lama pemberian


Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing-masing. Untuk
Tuberkulosis lama pemberian paling singkat adalah 6 bulan, sedangkan
untuk kusta paling singkat 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada
demam tifoid adalah 10 14 hari.

5. Waspada efek samping obat


Setiap obat memiliki efek samping sehingga pasien perlu mendapatkan informasi
mengenai efek samping yang mungkin terjadi pada pemberian obat dalam dosis
lazim.
Strategi untuk menjamin penggunaan obat yang rasional adalah:
a. Penerapan penggunaan DOEN dalam setiap upaya pelayanan kesehatan.
b. Penerapan pendekatan farmakoekonomi melalui analisis biaya-efektif
dengan biaya-manfaat pada seleksi obat yang digunakan di semua tingkat
pelayanan kesehatan.
c. Penerapan pelayanan kefarmasian yang baik (pharmaceutical care),
perubahan dari product oriented menjadi patient oriented.
d. Pemberdayaan masyarakat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi
(KIE).
(WHO, 2007)

Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.


Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2014. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
UPT Kesmas Blahbatuh I. 2015. Laporan Tahunan UPT Kesmas
Blahbatuh I Tahun 2012 Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar. Gianyar:
UPT Kesmas Blahbatuh I.
World Health Organization. 2007. Progress in Rational of Use Medicine.
Geneva: World Health Organization

Вам также может понравиться