Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENGANTAR
Secara yuridis keberadaan konselor dalam sistem
pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu
kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen,
pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur
(UU No. 20/2003, pasal 1 ayat 6). Namun pengakuan secara
eksplisit dan kesejajaran posisi antara kualifikasi tenaga
pendidik satu dengan yang lainnya tidak menghilangkan arti
bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor, memiliki
konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting pelayanan
spesifik yang satu sama lain mengandung keunikan dan
perbedaan. Oleh sebab itu, di dalam naskah ini konteks dan
ekspektasi kinerja guru bimbingan dan konseling (yang di
dalam naskah ini disebut konselor) mendapatkan penegasan
kembali dengan maksud untuk meluruskan kembali konsep
dan praktik bimbingan dan konseling ke arah yang tepat.
Jika di dalam Permendiknas No. 23/2006 dirumuskan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dicapai
peserta didik melalui proses pembelajaran bidang studi,
maka kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan
melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah
kompetensi kemandirian untuk mewujudkan diri (self
actualization) dan pengembangan kapasitasnya (capacity
development)
yang
dapat
mendukung
pencapaian
kompetensi lulusan. Sebaliknya, kesuksesan peserta didik
dalam mencapai SKL akan secara signifikan menunjang
terwujudnya pengembangan kemandirian. Dalam hal ini
Fasli Jalall
DAFTAR ISI
PENGANTAR .................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................
A
Penegasan Konteks Tugas Konselor
B.
Ekspektasi Kinerja Konselor dikaitkan
dengan Jenjang Pendidikan ..........................
C. Keunikan Keterkaitan Tugas Guru dan
Konselor ........................................................
BAB II PARADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING ..
A
Hakikat dan Urgensi Bimbingan dan
Konseling .....................................................
B
Posisi Pengembangan Diri dalam Bimbingan
dan Konseling ..............................................
C
Tujuan Bimbingan dan Konseling ................
D
Fungsi Bimbingan dan Konseling ..................
E
Prinsip-Pprinsip Bimbingan dan Konseling ...
F
Asas Bimbingan dan Konseling ...................
G
Komponen
Program
Bimbingan
dan
Konseling .....................................................
1 Pelayanan Dasar ....................................
2 Pelayanan Responsif .............................
3 Pelayanan Perencanaan Individual ........
4 Pelayanan Dukungan Sistem .................
H
Pemetaan Tugas Konselor Dalam Jalur
Pendidikan Formal .......................................
I
Bimbingan dan Konseling bagi Anak
Berkebutuhan Khusus dan Berbakat ...........
BAB III MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING
A
Kerangka Kerja Utuh Bimbingan dan
Konseling .....................................................
B
Perencanaan Program .................................
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal
Hal
I
v
1
1
4
7
10
10
14
17
21
23
25
29
30
32
34
36
39
41
44
44
45
5
C
D
E
50
57
61
62
68
68
70
74
76
81
83
95
BAB I
KONTEKS TUGAS DAN EKSPEKTASI
KINERJA KONSELOR
A. Penegasan Konteks Tugas Konselor
Pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur
pendidikan formal telah dipetakan secara tepat dalam
kurikulum 1975, meskipun ketika itu masih dinamakan layanan
bimbingan dan penyuluhan pendidikan, dan layanan di bidang
pembelajaran yang dibingkai dalam kurikulum, sebagaimana
tampak pada gambar 1.
Wilayah
Manajemen
& Kepemimpinan
Manajemen
& Suvervisi
Wilayah
Pembelajaran
yg Mendidik
Pembelajaran
Bidang
Studi
Wilayah
Bimbingan &
Konseling yg
Memandirikan
Bimbingan &
Konseling
Tujuan:
Perkembangan
Optimal
Tiap
Peserta
Didik
Gambar 1
Wilayah Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Dalam Jalur Pendidikan Formal
Akan tetapi, dalam Permen Diknas No. 22/2006 tentang
Standar isi, pelayanan bimbingan dan konseling diletakkan
sebagai bagian dari kurikulum yang isinya dipilah menjadi (a)
kelompok mata pelajaran, (b) muatan lokal, dan (c) materi
pengembangan diri, yang harus disiapkan oleh konselor
Kegiatan
Muatan Lokal
Kelompok
Mata Pelajaran
Materi
Pengembangan
Diri
Ekstra
Kurikuler
Gambar 2
Kerancuan Wilayah Layanan Konselor dengan
Wilayah Layanan Guru dalam KTSP
Haruslah dihindari dampak yang membawa konselor
yang tidak menggunakan materi pelajaran sebagai konteks
layanan, ke dalam wilayah layanan guru yang menggunakan
mata pelajaran sebagai konteks pelayanan.Dengan kata lain,
sesungguhnya penanganan pengembangan diri lebih banyak
terkait dengan wilayah layanan guru, khususnya melalui
pengacaraan berbagai dampak pengiring (nurturant effects)
yang relevan, yang dapat dan oleh karena itu perlu, dirajutkan
ke dalam pembelajaran yang mendidik yang menggunakan
mata pelajaran sebagai konteks layanan. Meskipun demikian,
Penghormatan Kepada
Keunikan dan
Komplementaritas
Layanan
Wilayah Layanan
Pembelajaran yang
Mendidik
Gambar 3
Keunikan Komplementalitas Wilayah Pelayanan
Guru dan Konselor
10
11
12
13
Dimensi
Konselor
1.
Wilayah Gerak
Khususnya Sistem
Pendidikan Formal
Khususnya Sistem
Pendidikan Formal
2.
Tujuan Umum
Pencapaian tujuan
pendidikan nasional
Pencapaian tujuan
pendidikan nasional
3.
Konteks Tugas
Pembelajaran yang
mendididk melalui Mata
pelajaran dengan
Skenario Guru
Pelayanan yang
memandirikan dengan
skenario konseli-konselor.
Fokus
kegiatan
pengembangan
kemampuan
penguasaan bidang
studi dan masalahmasalahnya.
Hubungan
kerja
Individual
Minim
Utama
Kelompok
Pilihan strategis
Pilihan strategis
Klasikal
Utama
Minim
4.
5.
Target Intervensi
Ekspektasi
Kinerja
Ukuran
keberhasilan
- Pencapaian Standar
Kompetensi Lulusan
- Lebih
bersifat
kuantitatif
- Kemandirian dalam
kehidupan
- Lebih bersifat kualitatif
yang unsur-unsurnya
14
Dimensi
Guru
Pendekatan
umum
Pemanfaatan
Instructional Effects &
Nurturant Effects
melalui pembelajaran
yang mendidik.
Perencanaan
tindak
intervensi
Kebutuhan belajar
ditetapkan terlebih
dahulu untuk
ditawarkan kepada
peserta didik.
Penyesuaian proses
berdasarkan respons
ideosinkratik peserta
didik yang lebih
terstruktur.
Pelaksanaan
tindak
intervensi
Konselor
saling terkait (ipsatif)
Pengenalan diri dan
lingkungan oleh Konseli
dalam rangka pengatasan
masalah pribadi, sosial,
belajar, dan karier. Skenario
tindakan merupakan hasil
transaksi yang merupakan
keputusan konseli.
Kebutuhan pengembangan
diri ditetapkan dalam proses
transaksional oleh konseli,
difasilitasi oleh konselor
Penyesuaian proses
berdasarkan respons
ideosinkratik konseli dalam
transaksi makna yang lebih
lentur dan terbuka.
15
BAB II
PARADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING
16
17
18
19
20
21
Pimpinan Satuan
Pendidikan
Guru,
Menyelenggarakan
Pembelajaran yang
Mendidik
Wilayah
Komplementer
Konselor, Menyelenggarakan
Bimbingan dan Konseling
Yang Memandirikan
Manajemen
Muatan Lokal
Mata Pelajaran/
Bidang Studi
KURIKULUM
(KTSP)
Perkembangan
Optimum
Peserta Didik
Pengembangan Diri
Bimbingan. dan
Konseling
Gambar 4.
Posisi Bimbingan dan Konseling dan Kurikulum (KTSP)
dalam Jalur Pendidikan Formal
22
23
24
25
menghadapi ujian.
3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan
aspek karir adalah sebagai berikut.
a. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan
kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
b. Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan
informasi
karir
yang
menunjang
kematangan
kompetensi karir.
c. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti
mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa
merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan
sesuai dengan norma agama.
d. Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan
menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian
atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi citacita karirnya masa depan.
e. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir,
dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan
(persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis
pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
f. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu
merancang
kehidupan
secara
rasional
untuk
memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat,
kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
g. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan
arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi
seorang
guru,
maka
dia
senantiasa
harus
mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang
relevan dengan karir keguruan tersebut.
h. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal
26
i.
2.
27
28
29
30
31
32
4.
5.
6.
7.
33
34
35
Pelayanan
Dasar
Komponen
Program
BK
Peserta
didik
Pelayanan
Responsif
Pelayanan
Per.Indiv.
Pengembangan
Profesional,
Dukungan
Sistem
Konsultasi,
Kolaborasi, dan
Kegiatan
Manajemen
Gambar 5
Komponen Program Bimbingan dan Konseling
1. Pelayanan Dasar
a. Pengertian
Pelayanan dasar diartikan sebagai proses
pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui
kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara
klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis
dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi
kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal
36
37
38
b. Tujuan
Tujuan pelayanan responsif adalah membantu konseli
agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan
masalah yang dialaminya atau membantu konseli yang
mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Tujuan pelayanan ini
dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk
mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian
pribadi konseli yang muncul segera dan dirasakan saat
itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir,
dan atau masalah pengembangan pendidikan.
c. Fokus pengembangan
Fokus pelayanan responsif bergantung kepada
masalah atau kebutuhan konseli. Masalah dan
kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginan untuk
memahami sesuatu hal karena dipandang penting bagi
perkembangan dirinya secara positif. Kebutuhan ini
seperti kebutuhan untuk memperoleh informasi antara
lain tentang pilihan karir dan program studi, sumbersumber belajar, bahaya obat terlarang, minuman keras,
narkotika, pergaulan bebas.
Masalah lainnya adalah yang berkaitan dengan
berbagai hal yang dirasakan mengganggu kenyamanan
hidup atau menghambat perkembangan dirin konseli,
karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau gagal dalam
mencapai tugas-tugas perkembangan. Masalah konseli
pada umumnya tidak mudah diketahui secara langsung
tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala perilaku yang
ditampilkannya.
Masalah (gejala perilaku bermasalah) yang
mungkin dialami konseli diantaranya: (1) merasa cemas
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
BAB III
MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Kerangka Kerja Utuh Bimbingan dan Konseling
Secara utuh keseluruhan proses kerja bimbingan dan
konseling dalam jalur pendidikan formal dapat digambarkan
pada Gambar 6
Asesmen
Lingkungan
Harapan dan
Kondisi
Lingkungan
KOMPONEN
PROGRAM
Pelayanan Dasar
Bimbingan dan
Konseling
Perangkat Tugas
Perkembangan/
(Kompetensi/
kecakapan hidup,
nilai dan moral
peserta didik)
Tataran Tujuan
Bimbingan dan
Konseling
(Penyadaran
Akomodasi,
Tindakan)
Permasalahan
yang perlu
Asesmen
Perkembangan
Konseli
Harapan dan
Kondisi Konseli
(Untuk seluruh
peserta didik dan
Orientasi Jangka
Panjang)
Pelayanan Responsif
(Pemecahan
Masalah,
Remidiasi)
Pelayanan
Perencanaan
Individual
(Perencanaan
Pendidikan, Karir,
Personal, Sosial)
Dukungan Sistem
(Aspek Manajemen
dan Pengembangan)
STRATEGI
PELAYANAN
Pelayanan Orientasi
Pelayanan Informasi
Bimbingan Kelompok
Konseling Individual
Konseling kelompok
Rujukan (referal)
Bimbingan Teman
Sebaya
Pengembangan media
Instrumentasi
Penilaian Individual
atau Kelompok
Penempatan dan
penyaluran
Kunjungan rumah
Konferensi kasus
Kolaborasi Guru
Kolaborasi Orangtua
Kolaborasi Ahli Lain
Konsultasi
Akses informasi dan
teknologi
Sistem Manajemen
Evaluasi, Akuntabilitas
Pengembangan Profesi
Gambar 6
Kerangka Kerja Utuh Bimbingan dan Konseling
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal
51
52
53
54
JENJANG PENDIDIKAN
SD/MI
SMP/MTs
SMA/MAN/SMK
1.
Pelayanan Dasar
45 55 %
35 45 %
25 35 %
2.
Pelayanan
Responsif
20 30 %
25 35 %
15 25 %
3.
Pelayanan
Perencanaan
Individual
dan
keluarga
5 10 %
15 25 %
25 35 % (Porsi
untuk SMK lebih
besar
4.
Dukungan
Sistem
10 15 %
10 15 %
10 15 %
55
56
57
58
59
60
61
62
dilakukan
juga
melalui
pelayanan
penempatan
(penjurusan, dan penyaluran), untuk membentuk peserta
didik menempati posisi yang sesuai dengan bakat dan
minatnya.
Konseli menggunakan informasi tentang pribadi,
sosial, pendidikan dan karir yang diperolehnya untuk (1)
merumuskan tujuan, dan merencanakan kegiatan
(alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan
dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki
kelemahan dirinya; (2) melakukan kegiatan yang sesuai
dengan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan,
dan (3) mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.
4. Dukungan sistem
a. Pengembangan Profesi
Konselor secara terus menerus berusaha untuk mengupdate pengetahuan dan keterampilannya melalui (1)
in-service training, (2) aktif dalam organisasi profesi, (3)
aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar
dan workshop (lokakarya), atau (4) melanjutkan studi
ke program yang lebih tinggi (Pascasarjana).
b. Manajemen Program
Program pelayanan bimbingan dan konseling tidak
mungkin akan tercipta, terselenggara, dan tercapai bila
tidak memiliki suatu sistem manajemen yang bermutu,
dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan
terarah. Oleh karena itu bimbingan dan konseling harus
ditempatkan sebagai bagian terpadu dari seluruh
program Sekolah/Madrasah dengan dukungan wajar
baik dalam aspek ketersediaan sumber daya manusia
(konselor), sarana, dan pembiayaan.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal
63
64
65
66
4. Langkah-langkah Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi program ditempuh
langkah-langkah berikut.
a. Merumuskan masalah atau instrumentasi. Karena
tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh data yang
diperlukan untuk mengambil keputusan, maka konselor
perlu mempersiapkan instrumen yang terkait dengan
hal-hal yang akan dievaluasi, pada dasarnya terkait
dengan dua aspek pokok yang dievaluasi yaitu : (1)
tingkat keterlaksanaan program/ pelayanan (aspek
proses), dan (2) tingkat ketercapaian tujuan program/
pelayanan (aspek hasil).
b. Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul
data. Untuk memperoleh data yang diperlukan, yaitu
mengenai tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian
program, maka konselor perlu menyusun instrumen
yang relevan dengan kedua aspek tersebut. Instrumen
itu diantaranya inventori, angket, pedoman wawancara,
pedoman observasi, dan studi dokumentasi.
c. Mengumpulkan dan menganalisis data. Setelah data
diperoleh maka data itu dianalisis, yaitu menelaah
tentang program apa saja yang telah dan belum
dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan
belum tercapai.
d. Melakukan tindak lanjut (Follow Up). Berdasarkan
temuan yang diperoleh, maka dapat dilakukan kegiatan
tindak lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua kegiatan,
yaitu (1) memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah,
kurang tepat, atau kurang relevan dengan tujuan yang
ingin dicapai, dan (2) mengembangkan program,
dengan cara merubah atau menambah beberapa hal
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal
67
68
69
70
71
72
73
BAB IV
SARANA DAN PEMBIAYAAN
A. Ruang Bimbingan dan Konseling
Ruang bimbingan dan konseling merupakan salah satu
sarana penting yang turut mempengaruhi keberhasilan
pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah.
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling, pengadaan ruang bimbingan dan konseling perlu
mempertimbangkan letak atau lokasi, ukuran, jenis dan jumlah
ruangan, serta berbagai fasilitas pendukung lainnya.
Letak atau lokasi ruang bimbingan dan konseling di
suatu Sekolah/Madrasah dipilih lokasi yang mudah diakses
(strategis) oleh konseli/ konseli tetapi tidak terlalu terbuka.
Dengan demikian seluruh konseli bisa dengan mudah dan
tertarik mengunjungi ruang bimbingan dan konseling, dan
prinsip-prinsip confidential tetap terjaga.
Jumlah ruang bimbingan dan konseling disesuaikan
dengan kebutuhan jenis layanan dan jumlah ruangan. Antar
ruangan sebaiknya tidak tembus pandang. Jenis ruangan yang
diperlukan meliputi: (1) ruang kerja, (2), ruang administrasi/
data, (3) ruang konseling individual, (4) ruang bimbingan dan
konseling kelompok, (5) ruang biblio terapi, (6) ruang relaksasi/
desensitisasi, dan (7) ruang tamu. Adapun besaran ukuran
ruangan disesuaikan dengan jumlah konseli/ konseli dan
jumlah konselor yang ada di suatu Sekolah/ Madrasah.
Ruangan kerja bimbingan dan konseling disiapkan agar
dapat berfungsi mendukung produktivitas kinerja konselor,
maka diperlukan fasilitas berupa: komputer dan meja kerja
konselor, dan almari, dan sebagainya.
74
75
76
B. Fasilitas Lain
Selain ruangan, fasilitas lain yang diperlukan untuk
penyelenggaraan bimbingan dan konseling antara lain:
1. Dokumen program Bimbingan dan Konseling (buku
program tahunan, buku program semesteran, buku kasus,
dan buku harian)
2. Instrumen pengumpul data dan kelengkapan administrasi
seperti:
a. Alat pengumpul data berupa tes yaitu: tes inteligensi,
tes bakat khusus, tes bakat Sekolah/Madrasah,
tes/inventori kepribadian, tes/inventori minat, dan tes
prestasi belajar.
b. Alat pengumpul data teknik non-tes yaitu: biodata
konseli, pedoman wawancara, pedoman observasi
(seperti
pedoman
observasi
dalam
kegiatan
pembelajaran, pedoman observasi dalam bimbingan
dan konseling kelompok), catatan anekdot, daftar cek,
skala penilaian, angket (angket konseli dan orang tua),
biografi dan autobiografi, sosiometri, AUM, ITP, format
satuan pelayanan, format-format surat (panggilan,
referal), format pelaksanaan pelayanan, dan format
evaluasi.
c. Alat penyimpan data, khususnya dalam bentuk
himpunan data. Alat penyimpan data itu dapat
berbentuk kartu, buku pribadi, map dan file dalam
komputer. Bentuk kartu ini dibuat sedemikian rupa
dengan ukuran-ukuran serta warna tertentu, sehingga
mudah untuk disimpan dalam filling cabinet. Untuk
menyimpan berbagai keterangan, informasi atau pun
data untuk masing-masing konseli, maka perlu
disediakan map pribadi. Mengingat banyak sekali
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal
77
78
79
80
81
DAFTAR RUJUKAN
AACE. (2003). Competencies in Assessment and Evaluation for
School Counselor. http://aace.ncat.edu
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2007). Penataan
Pendidikan Profesional Konselor. Naskah Akademik
ABKIN (dalam proses finalisasi).
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2005). Standar
Kompetensi Konselor Indonesia. Bandung: ABKIN
Bandura, A. (Ed.). (1995). Self-Efficacy in Changing Soceties.
Cambridge, UK: Cambridge University Press.
BSNP dan PUSBANGKURANDIK, Balitbang Diknas. (2006).
Panduan Pengembangan Diri: Pedoman untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Draft. Jakarta: BSNP
dan PUSBANGKURANDIK, Depsiknas.
Cobia, Debra C. & Henderson, Donna A. (2003). Handbook of
School Counseling. New Jersey, Merrill Prentice Hall
Corey, G. (2001). The Art of Integrative Counseling. Belomont, CA:
Brooks/Cole.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan
Pendidikan
Tinggi.
(2003).
Dasar
Standardisasi
Profesionalisasi
Konselor.
Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kepen-didikan
dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Engels, D.W dan J.D. Dameron, (Eds). (2005). The Professional
Counselor Competencies: Performance Guidelines and
Assessment. Alexandria, VA: AACD.
Browers, Judy L. & Hatch, Patricia A. (2002). The National Model
for School Counseling Programs. ASCA (American
School Counselor Association).
82
83
84
85
Lampiran 1.
CONTOH MINIMAL
PENATAAN RUANG BIMBINGAN DAN KONSELING
86
Lampiran 2.
STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK
Aspek Perkembangan : Landasan Hidup Religius
1.
TATARAN/
INTERNALISASI
TUJUAN
Pengenalan
2.
Akomodasi
3.
Tindakan
No.
SD
Mengenal
bentuk-benuk
dan tata cara
ibadah seharihari.
Tertarik pada
kegiatan
ibadah seharihari.
Melakukan
bentuk-bentuk
ibadah seharihari.
SLTP
SLTA
PT
Mengenal arti
dan tujuan
ibadah.
Mempelajari hal
ihwal ibadah.
Mengkaji lebih
dalam tentang
makna kehidupan
beragama.
Berminat
mempelajari
arti dan tujuan
setiap bentuk
ibadah.
Melakukan
berbagai
kegiatan
ibadah dengan
kemauan
sendiri.
Mengembangkan
pemikiran tentang
kehidupan
beragama.
Melaksanakan
ibadah atas
keyakinan sendiri
disertai sikap
toleransi.
87
1.
TATARAN/
INTERNALISASI
TUJUAN
Pengenalan
2.
Akomodasi
3.
Tindakan
No.
SD
Mengenal
patokan baikburuk atau
benar-salah
dalam
berperilaku.
Menghargai
aturan-aturan
yang berlaku
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Mengikuti
aturan-aturan
yang berlaku
dalam
lingkungannya.
SLTP
SLTA
Mengenal
alasan
perlunya
mentaati
aturan/norma
berperilaku.
Memahami
keragaman
aturan/patokan
dalam
berperilaku
alam konteks
budaya.
Bertindak atas
pertimbangan
diri terhadap
norma yang
berlaku.
Mengenal
keragaman sumber
norma yang berlaku
di masyarakat.
Menelaah lebih
luas tentang nilainilai universal
dalam kehidupan
manusia.
Menghargai
keragaman sumber
norma sebagai
rujukan
pengambilan
keputusan.
Menghargai
keyakinan nilai-nilai
sendiri dalam
keragaman nilainilai yang berlaku di
masyarakat.
Berperilaku atas
dasar keputusan
yang
mempertimbangkan
aspek-aspek etis.
Berperilaku atas
dasar keputusan
yang
mempertimbangkan
aspek-aspek nilai
dan berani
menghadapi resiko
dari keputusan
yang diambil.
88
PT
1.
TATARAN/
INTERNALISASI
TUJUAN
Pengenalan
2.
Akomodasi
Memahami
perasaanperasaan diri dan
orang lain.
3.
Tindakan
Mengekspresikan
perasaan secara
wajar.
SD
SLTP
SLTA
Mengenal
perasaan diri
sendiri dan orang
lain.
Mengenal caracara
mengekspresikan
perasaan secara
wajar.
Memahami
keragaman
ekspresi
perasaan diri dan
orang lain.
Mempelajari
cara-cara
menghindari
konflik dengan
orang lain.
Bersikap toleran
terhadap ragam
ekspresi
perasaan diri
sendiri dan
orang lain.
Mengekpresikan
perasaan dalam
cara-cara yang
bebas, terbuka
dan tidak
menimbulkan
konflik.
Mengekspresikan
perasaan atas
dasar
pertimbangan
kontekstual.
89
PT
Mengkaji secara
objektif perasaanperasaan diri dan
orang lain.
Menyadari atau
mempertimbangkan
kemungkinankemungkinan
konsekuensi atas
ekspresi perasaan.
Mengekpresikan
perasaan dalam
cara-cara yang
bebas, terbuka dan
tidak menimbulkan
konflik dan mampu
berpikir positif
terhadap kondisi
ketidakpuasan.
1.
TATARAN/
INTERNALISASI
TUJUAN
Pengenalan
2.
Akomodasi
Menyenangi
berbagai
aktifitas
perilaku
belajar.
3.
Tindakan
Melibatkan diri
dalam berbagai
aktifitas
perilaku
belajar.
No.
SD
SLTP
SLTA
PT
Mengenal
konsep-konsep
dasar ilmu
pengetahuan
dan perilaku
belajar.
Mempelajari
cara-cara
pengambilan
keputusan
dan
pemecahan
masalah.
Menyadari
adanya
resiko dari
pengambilan
keputusan
Mempelajari
cara-cara
pengambilan
keputusan dan
pemecahan
masalah
secara objektif.
Menyadari
akan
keragaman
alternatif
keputusan dan
konsekuensi
yang
dihadapinya.
Mengambil
keputusan dan
pemecahan
masalah atas
dasar
informasi/data
secara objektif.
Mengambil
keputusan
berdasarkan
pertimbangan
resiko yang
mungkin
terjadi.
90
Mengambil keputusan
dan pemecahan
masalah atas dasar
informasi/data secara
objektif serta bermakna
bagi dirinya dan orang
lain.
1.
TATARAN/
INTERNALISASI
TUJUAN
Pengenalan
2.
Akomodasi
3.
Tindakan
SD
SLTP
SLTA
PT
Mengenal hak
dan kewajiban
diri sendiri
dalam
lingkungan
kehidupan
sehari-hari.
Memahami
hak dan
kewajiban diri
dan orang lain
dalam
lingkungan
kehidupan
sehari-hari.
Berinteraksi
dengan orang
lain dalam
suasana
persahabatan.
Mempelajari
keragaman
interaksi sosial.
Mengembangkan
pola-pola perilaku
sosial berdasarkan
prinsip kesamaan
(equality).
Menyadari
nilai-nilai
persahabatan
dan
keharmonisan
dalam konteks
keragaman
interaksi sosial.
Berinteraksi
dengan orang
lain atas dasar
kesamaan
(equality).
Berinteraksi dengan
orang lain atas
dasar nilai-nilai
persahabatan dan
keharmonisan
hidup.
91
1.
TATARAN/
INTERNALISASI
TUJUAN
Pengenalan
2.
Akomodasi
Menerima atau
menghargai diri
sebagai laki-laki
atau
perempuan.
3.
Tindakan
Berperilaku
sesuai dengan
peran sebagai
laki-laki atau
perempuan.
No.
SLTP
SLTA
PT
Mengenal diri
sebagai laki-laki
atau
perempuan.
Merperkaya
perilaku kolaborasi
antar jenis dalam
ragam kehidupan.
Menghargai
peranan diri dan
orang lain
sebagai laki-laki
atau perempuan
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Berinteraksi
dengan lain jenis
secara
kolaboratif
dalam
memerankan
peran jenis.
Mempelajari
perilaku
kolaborasi antar
jenis dalam ragam
kehidupan.
Menghargai
keragaman peran
laki-laki atau
perempuan
sebagai aset
kolaborasi dan
keharmonisan
hidup.
Berkolaborasi
secara harmonis
dengan lain jenis
dalam keragaman
peran.
92
Menjunjung tinggi
nilai-nilai kodrati
laki-laki atau
perempuan
sebagai dasar
dalam kehidupan
sosial.
Memelihara
aktualisasi nilainilai kodrati
gender dalam
kehidupan sosial.
1.
TATARAN/
INTERNALISASI
TUJUAN
Pengenalan
2.
Akomodasi
3.
Tindakan
SD
SLTP
SLTA
PT
Mengenal
keberadaan diri
dalam
lingkungan
dekatnya.
Menerima
keadaan diri
sebagai bagian
dari lingkungan.
Mengenal
kemampuan dan
keinginan diri.
Mempelajari
keunikan diri
dalam konteks
kehidupan sosial.
Mempelajari
berbagai peluang
pengembangan diri.
Menerima
keadaan diri
secara positif.
Menerima
keunikan diri
dengan segala
kelebihan dan
kekurangannya.
Menampilkan
perilaku sesuai
dengan
keberadaan diri
dalam
lingkungannya.
Menampilkam
perilaku yang
merefleksikan
keragaman diri
dalam
lingkungannya.
Menampilkan
keunikan diri
secara harmonis
dalam
keragaman.
Meyakini keunikan
diri sebagai aset
yang harus
dikembangkan
secara harmonis
dalam kehidupan.
Mengembangkan
aset diri secara
harmonis dalam
kehidupan.
93
1.
TATARAN/
INTERNALISASI
TUJUAN
Pengenalan
2.
Akomodasi
No.
SD
SLTP
SLTA
Mengenal
perilaku hemat,
ulet, sungguhsungguh, dan
kompetitif
dalam
kehidupan
sehari-hari di
lingkungan
dekatnya.
Memahami
perilaku hemat,
ulet, sungguhsungguh dan
kompetitif
dalam
kehidupan
sehari-hari di
lingkungan
dekatnya.
Mempelajari
strategi dan
peluang untuk
berperilaku
hemat, ulet,
sungguhsungguh, dan
kompetitif dalam
keragaman
kehidupan.
Menerima nilainilai hidup
hemat, ulet,
sungguhsungguh, dan
kompetettif
sebagai aset
untuk mencapai
hidup mandiri.
Menyadari
manfaat
perilaku hemat,
ulet , sungguhsungguh, dan
kompetitif
dalam
kehidupan
sehari-hari.
94
PT
Memperkaya
strategi dan
mencari peluang
dalam berbagai
tantangan
kehidupan.
Meyakini nilai-nilai
hidup hemat, ulet,
sungguh-sungguh,
dan kompetitif
sebagai aset untuk
mencapai hidup
mandiri dalam
keragaman dan
saling
ketergantungan.
No.
TATARAN/
INTERNALISASI
TUJUAN
3.
Tindakan
SD
Menampilkan
perilaku hemat,
ulet, sungguhsungguh, dan
kompetitif
dalam
kehidupan
sehari-hari di
lingkungannya
SLTP
Membiasakan
diri hidup
hemat, ulet ,
sungguhsungguh, dan
kompetitif
dalam
kehidupan
sehari-hari.
SLTA
PT
Menampilkan
hidup hemat,
ulet, sungguhsungguh, dan
kompetitif atas
dasar kesadaran
sendiri.
Memelihara
perilaku
kemandirian dalam
keragaman dan
saling
ketergantungan
kehidupan.
TATARAN/
INTERNALISASI
TUJUAN
Pengenalan
SD
SLTP
SLTA
PT
Mengenal ragam
pekerjaan dan
aktivitas orang
dalam lingkungan
kehidupan .
Mengekspresi
kan ragam
pekerjaan,
pendidikan
dan aktivitas
dalam kaitan
dengan
kemampuan
Mempelajari
kemampuan diri,
peluang dan ragam
pekerjaan, pendidikan
dan aktifitas yang
terfokus pada
pengembangan
alternatif karir yang
Memperkaya
informasi yang
terkait dengan
perencanaan
dan pilihan karir.
95
No.
TATARAN/
INTERNALISASI
TUJUAN
2.
Akomodasi
Menghargai
ragam pekerjaan
dan aktivitas
orang sebagai
hal yang saling
bergantung.
3.
Tindakan
Mengekspresikan
ragam pekerjaan
dan aktivitas
orang dalam
lingkungan
kehidupan.
SD
SLTP
diri.
Menyadari
keragaman
nilai dan
persyaratan
dan aktivitas
yang
menuntut
pemenuhan
kemampuan
tertentu.
Mengidentifik
asi ragam
alternatif
pekerjaan,
pendidikan
dan aktivitas
yang
mengandung
relevansi
dengan
kemampuan
diri.
SLTA
lebih terarah.
Internalisasi nilai-nilai
yang melandasi
pertimbangan
pemilihan alternatif
karir.
Mengembangkan
alternatif perencanaan
karir dengan
mempertimbangkan
kemampuan, peluang
dan ragam karir .
96
PT
Mengembangkan
dan memelihara
penguasaan
perilaku, nilai
dan kompetensi
yang mendukung
pilihan karir.
1.
TATARAN/
INTERNALISASI
TUJUAN
Pengenalan
2.
Akomodasi
3.
Tindakan
No.
SD
Mengenal
norma-norma
dalam
berinteraksi
dengan teman
sebaya.
Menghargai
norma-norma
yang dijunjung
tinggi dalam
menjalin
persahabatan
dengan teman
sebaya.
Menjalin
persahabatan
dengan teman
sebaya atas
dasar norma
yang dijunjung
tinggi bersama.
SLTP
Mempelajari
norma-norma
pergaulan
dengan teman
sebaya yang
beragam latar
belakangnya.
Menyadari
keragaman
latar belakang
teman sebaya
yang
mendasari
pergaulan.
Bekerjasama
dengan teman
sebaya yang
beragam latar
belakangnya.
SLTA
Mempelajari caracara membina
kerjasama dan
toleransi dalam
pergaulan dengan
teman sebaya.
Menghargai nilainilai kerjasama dan
toleransi sebagai
dasar untuk
menjalin
persahabatan
dengan teman
sebaya.
Mempererat jalinan
persahabatan yang
lebih akrab dengan
memperhatikan
norma yang
berlaku.
97
PT
Mengembangkan
strategi pergaulan
yang lebih intensif
sebagai upaya untuk
menjalin
persahabatan yang
harmonis.
Meyakini nilai-nilai
yang terkandung
dalam persahabatan
dengan teman
sebaya.
Mengembangkan
dan memelihara
nilai-nilai pergaulan
dengan teman
sebaya yang lebih
luas secara
bertanggung jawab.
TATARAN/
INTERNALISASI
TUJUAN
1.
Pengenalan
SD
---
2.
---
Akomodasi
---
3.
SLTP
---
Tindakan
---
---
SLTA
PT
Mengkaji secara
mendalam tentang norma
pernikahan dan kehidupan
berkeluarga.
Mengekspresikan
keinginannya untuk
mempelajari lebih
intensif tentang norma
pernikahan dan
berkeluarga.
98
Lampiran 3.
STANDAR KOMPETENSI KONSELOR
A. Kerangka Pikir Dasar
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan
nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik,
sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor,
widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003
Pasal 1 Ayat 6). Kesejajaran posisi ini tidaklah berarti bahwa
semua tenaga pendidik itu tanpa keunikan konteks tugas dan
ekspektasi kinerja. Demikian juga konselor memiliki keunikan
konteks tugas dan ekspektasi kinerja yang tidak persis sama
dengan guru. Hal ini mengandung implikasi bahwa untuk
masing-masing kualifikasi pendidik, termasuk konselor, perlu
disusun standar kualifikasi akademik dan kompetensi berdasar
kepada konteks tugas dan ekspektasi kinerja masing-masing.
Dengan mempertimbangkan berbagai kenyataan serta
pemikiran yang telah dikaji, bisa ditegaskan bahwa pelayanan
ahli bimbingan dan konseling yang diampu oleh Konselor
berada dalam konteks tugas kawasan pelayanan yang
bertujuan memandirikan individu dalam menavigasi perjalanan
hidupnya melalui pengambilan keputusan tentang pendidikan
termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih
serta mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan
yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga
masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui
pendidikan.
Sedangkan
ekspektasi
kinerja
konselor
yang
mengampu pelayanan bimbingan dan konseling selalu
digerakkan oleh motif altruistik dalam arti selalu menggunakan
penyikapan yang empatik, menghormati keragaman, serta
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal
99
Dirujuknya literatur asing dalam kaitan ini, hanya dimaksudkan untuk menekankan
diperlukannya penguasaan akademik yang utuh dalam pendidikan profesional, sebab
mungkin hanya di Indonesia calon Konselor itu direkrut dari lulusan SMA, dengan segala
untung-ruginya, termasuk kelemahannya yang berupa miopia bidang.
100
101
102
103
104
dapat
dikembangkan
secara
terpusat
dan
dimutakhirkan serta divalidasi secara berkala dengan
memanfaatkan teknologi yang relevan di bidang
asesmen. Mahasiswa yang berhasil dengan baik
menguasai kompetensi akademik yang dipersyaratkan
bagi calon konselor, dianugerahi ijasah S-1 Bimbingan
dan Konseling. Ijasah S-1 Bimbingan dan Konseling ini
merupakan pra-syarat untuk diperkenankan mengikuti
Pendidikan Profesi Konselor berupa Program
Pengalaman Lapangan selama dua semester.
2. Kompetensi Profesional Konselor
Penguasaan Kompetensi Profesional Konselor
terbentuk melalui latihan dalam menerapkan Kompetensi
Akademik dalam bidang bimbingan dan konseling yang
telah dikuasai itu dalam konteks otentik di sekolah atau
arena terapan layanan ahli lain yang relevan melalui
Program Pendidikan Profesi Konselor berupa Program
Pengalaman Lapangan (PPL) yang sistematis dan
sungguh-sungguh (rigorous), yang terentang mulai dari
observasi dalam rangka pengenalan lapangan, latihan
keterampilan dasar penyelenggaraan konseling, latihan
terbimbing (supervised practice) yang kemudian terus
meningkat menjadi latihan melalui penugasan terstruktur
(self-managed practice) sampai dengan latihan mandiri
(self-initiated practice) dalam program pemagangan,
kesemuanya di bawah pengawasan Dosen Pembimbing
dan Konselor Pamong5 (Faiver, Eisengart, dan Colonna,
Di Negara di mana dikenal sistem penugasan percobaan (probation), latihan mandiri
lazim dilakukan dalam bentuk pemagangan dengan imbalan sebagai guru magang
(probationary teacher).
105
106
107
Profesional
SUB KOMPETENSI
1. Menghargai dan
menjunjung tinggi nilai-
108
KOMPETENSI
nilai kemanusiaan,
individualitas,
kebebasan memilih,
dan mengedepankan
kemaslahatan konseli
dalam konteks
kemaslahatan umum
2. Mengaplikasikan
perkembangan fisiologis
dan psikologis serta
perilaku konseli
B.
SUB KOMPETENSI
makhluk spiritual, bermoral, sosial,
individual, dan berpotensi
1.2 Menghargai dan mengembangkan
potensi positif individu pada umumnya
dan konseli pada khususnya
1.3 Peduli terhadap kemaslahatan
manusia pada umumnya dan konseli
pada khususnya
1.4 Menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia sesuai dengan hak asasinya.
1.5 Toleran terhadap permasalahan konseli
1.6 Bersikap demokratis.
2.1 Mengaplikasikan kaidah-kaidah
perilaku manusia, perkembangan fisik
dan psikologis individu terhadap
sasaran layanan bimbingan d an
konseling dalam upaya pendidikan
2.2 Mengaplikasikan kaidah-kaidah
kepribadian, individulaitas dan
perbedaan konseli terhadap sasaran
layanan bimbingan dan konseling
dalam upaya pendidikan
2.3 Mengaplikasikan kaidah-kaidah belajar
terhadap sasaran layanan bimbingan
dan konseling dalam upaya pendidikan
2.4 Mengaplikasikan kaidah-kaidah
keberbakatan terhadap sasaran
layanan bimbingan dan konseling
dalam upaya pendidikan
2.5.Mengaplikasikan kaidah-kaidah
kesehatan mental terhadap sasaran
layanan bimbingan dan konseling
dalam upaya pendidikan
109
KOMPETENSI
2. Menguasai esensi
pelayanan bimbingan
dan konseling dalam
jalur, jenis, dan
jenjang, satuan
pendidikan
3. Menguasai konsep
dan praksis penelitian
dalam bimbingan dan
konseling
4. Menguasai kerangka
teoretik dan praksis
bimbingan dan
konseling
SUB KOMPETENSI
pendidikan dan proses pembelajaran
1.3 Menguasai landasan budaya dalam
praksis pendidikan
2.1 Menguasai esensi bimbingan dan
konseling pada satuan jalur pendidikan
formal, nonformal dan informal
2.2 Menguasai esensi bimbingan dan
konseling pada satuan jenis
pendidikan umum, kejuruan,
keagamaan, dan khusus
2.3 Menguasai esensi bimbingan dan
konseling pada satuan jenjang
pendidikan usia dini, dasar dan
menengah
3.1 Memahami berbagai jenis dan metode
penelitian
3.2 Mampu merancang penelitian
bimbingan dan konseling
3.3 Melaksaanakan penelitian bimbingan
dan
konseling
3.4 Memanfaatkan hasil penelitian dalam
bimbingan dan konseling dengan
mengakses jurnal pendidikan dan
bimbingan dan konseling
4.1 Mengaplikasikan hakikat pelayanan
bimbingan dan konseling.
4.2 Mengaplikasikan arah profesi
bimbingan dan konseling.
4.3 Mengaplikasikan dasar-dasar
pelayanan bimbingan dan konseling.
4.4 Mengaplikasikan pelayanan bimbingan
dan konseling sesuai kondisi dan
tuntutan wilayah kerja.
4.5 Mengaplikasikan pendekatan
/model/jenis layanan dan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling.
4.6 Mengaplikasikan dalam praktik format
pelayanan bimbingan dan konseling.
110
KOMPETENSI
SUB KOMPETENSI
C.
1.
Merancang program
Bimbingan dan
Konseling
2. Mengimplementasikan
program Bimbingan
dan Konseling yang
komprehensif
4. Menguasai konsep
dan praksis asesmen
untuk memahami
kondisi, kebutuhan,
111
KOMPETENSI
dan masalah konseli
D.
SUB KOMPETENSI
instrumen asesmen untuk keperluan
bimbingan dan konseling
4.4 Mengadministrasikan asesmen untuk
mengungkapkan masalah-masalah
konseli.
4.5 Memilih dan mengadministrasikan
teknik asesmen pengungkapan
kemampuan dasar dan kecenderungan
pribadi konseli.
4.6 Memilih dan mengadministrasikan
instrumen untuk mengungkapkan
kondisi aktual konseli berkaitan dengan
lingkungan
4.7 Mengakses data dokumentasi tentang
konseli dalam pelayanan bimbingan
dan konseling
4.8 Menggunakan hasil asesmen dalam
pelayanan bimbingan dan konseling
dengan tepat
4.9 Menampilkan tanggung jawab
profesional dalam praktik asesmen
2. Menunjukkan
integritas dan
stabilitas kepribadian
yang kuat
112
KOMPETENSI
SUB KOMPETENSI
2.4 Menampilkan toleransi tinggi terhadap
konseli yang menghadapi stres dan
frustasi
2.5 Menampilkan tindakan yang cerdas,
kreatif, inovatif, dan produktif
2.6 Bersemangat, berdisiplin, dan mandiri
2.7 Berpenampilan menarik dan
menyenangkan
2.8 Berkomunikasi secara efektif
3. Memiliki kesadaran
dan komitmen
terhadap etika
profesional
4. Mengimplementasikan
kolaborasi intern di
tempat bekerja
5. Berperan dalam
organisasi dan
113
KOMPETENSI
kegiatan profesi
bimbingan dan
konseling
6. Mengimplementasikan
kolaborasi
antarprofesi
SUB KOMPETENSI
konseling untuk pengembangan diri
dan profesi
5.2 Menaati Kode Etik profesi bimbingan
dan konseling
5.3 Aktif dalam organisasi profesi
bimbingan dan konseling untuk
pengembangan diri dan profesi
114