Вы находитесь на странице: 1из 20

sumber : http://moslemsunnah.wordpress.

com/2009/10/09/apakah-matahari-berputarmengelilingi-bumi/
TAMBAHAN RESENSI BUKU

Resensi Buku Matahari Mengelilingi Bumi


Manakah yang Lebih Tepat ?
Judul
: Matahari Mengelilingi Bumi
Penulis
: Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf
Penerbit
: Pustaka Al Furqon, 2006
Tebal
: 185
Matahari mengelilingi bumi adalah sebuah buku pengetahuan yang ditulis oleh Ahmad Sabiq
bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Buku ini akan membahas dari segi islam apakah apakah teori
bumi mengelilingi matahari benar atau justru sebaliknya.
Di zaman Yunani Kuno, seorang bernama Pythagoras mengemukakan teori heliosentris yang
menyatakan bahwa matahari sebagai pusat tata surya dan bumi bergerak mengelilinginya.
Namun teori tersebut dibantah oleh Aristoteles yang berpendapat bahwa bumilah yang
menjadi pusat tata surya dan matahari yang mengelilingi bumi (geosentris).
Teori geosentris dianut cukup lama kurang lebih 15 abad lamanya. Setelah 15 abad berlalu
munculah Nicolaus Copernicus yang menyempurnakan teori heliosentris dan mematahkan
teori sebelumnya. Teori inilah yang dianut masyarakat hingga kini.
Tetapi apabila dilihat dari segi islam yang diperkuat dengan dalil-dalil yang terdapat
dalam Al Quran tidak setuju dengan teori heliosentris.
Berdasarkan QS. Fathir : 141 yang artinya Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi
supaya jangan bergesar, dan sungguh jika keduanya akan bergeser, tidak ada seorang pun
yang dapat menahan keduanya selain Allah.
Ayat ini menurut ahli tafsir menunjukkan bahwa bumi itu tidak bergerak.
Selain itu banyak ayat-ayat Al Quran yang menerangkan hal yang sama, diantaranya, QS. Ar
Rum : 25, QS. Al Baqarah : 20, QS. Al Hajj: 65, QS. An Naml : 61, dan QS An Nahl : 15.
Karena bumi tidak bergerak secara otomatis berarti mataharilah yang mengitari bumi,
bukan sebaliknya.

Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur dan menenggelamkannya dari


barat (QS. Al Baqarah : 258).
Dalam ayat ini jelas diterangkan bahwa mataharilah yang mengelilingi bumi.
Selain para ahli tafsir, ulama-ulama terkemuka juga mengatakan demikian, sebut saja Imam
Abdul Qahir al Baghdadi Al Isfirayini yang mengatakan Ahlus Sunnah sepakat atas tetap
dan tenangnya bumi, dan bumi itu hanya bergerak kalau terjadi sesuatu misalnya
gempa atau lainnya. Selain itu ada pula Imam Al Qurthubi dan Ibnu Hazm yang
mengatakan hal yang sama.
Bukan hanya teori heliosentris yang bertentangan dengan Quran, ada pula teori bigbang
(dentuman besar) yang mengatakan bahwa, sebuah titik massa kecil yang meledak dengan
keras sebagai akibat dari reaksi inti kemudian berserah dan mengembang dari pusat ledakan
yang mana proses sejak waktu ledakan itu sampai ke jagat raya seperti sekarang ini adalah
limabelas milyar tahun.
Namun untuk kesekian kalinya teori tersebut disangkal dengan ayat yang artinya,
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari dan Arsy-Nya di atas
air (QS. Hud : 7).

Apakah Matahari Berputar Mengelilingi Bumi ?


Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin
Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin ditanya: Apakah Matahari berputar mengelilingi
bumi?.
Jawaban.
Dhahirnya dalil-dalil syari menetapkan bahwa mataharilah yang berputar mengelilingi
bumi dan dengan perputarannya itulah menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam

di permukaan bumi, tidak ada hak bagi kita untuk melewati dhahirnya dalil-dalil ini kecuali
dengan dalil yang lebih kuat dari hal itu yang memberi peluang bagi kita untuk menakwilkan
dari dhahirnya. Diantara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa matahari berputar mengelilingi
bumi sehingga terjadi pergantian siang dan malam adalah sebagai berikut.
[1]. Allah Subhanahu wa Taala berfirman tentang Ibrahim akan hujahnya terhadap yang
membantahnya tentang Rabb.

Artinya : .Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia
dari barat,.[Al Baqarah : 258]
Maka keadaan keadaan matahari yang didatangkan dari timur merupakan dalil yang
dhahir bahwa matahari berputar mengelilingi bumi.
[2]. Dan Allah Subhanahu wa Taala berfirman juga tentang Ibrahim.

Artinya : Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: Inilah Tuhanku, ini
yang lebih besar, maka tatkala matahari itu terbenam dia berkata : Hai kaumku,
sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.[Al-An'am : 78]
Jika Allah menjadikan bumi yang mengelilingi matahari niscaya Allah berkata:
Ketika bumi itu hilang darinya.
[3]. Allah Subhanahu wa Taala berfirman.





















Artinya : Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka berada
disebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang
mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. [Al-Kahfi : 17]
Allah menjadikan yang condong dan menjauhi adalah matahari, itu adalah dalil bahwa
gerakan itu adalah dari matahari, kalau gerakan itu dari bumi niscaya Dia berkata:
gua mereka condong darinya (matahari).
Begitu pula bahwa penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari menunjukkan bahwa
dialah yang berputar meskipun dilalahnya lebih sedikit dibandingkan dilalah firmanNya
(condong) dan menjauhi mereka).
[4]. Allah Subhanahu wa Taala berfirman.


Artinya : Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang,matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.[Al-Anbiya' : 33]
Ibnu Abbas radhiallahu anhu berkata: Berputar dalam suatu garis peredaran seperti alat
pemintal. Penjelasan itu terkenal darinya.
[5]. Allah Subhanahu wa Taala berfirman.




Artinya : .Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,[AlA'raf : 54]
Allah menjadikan malam mengejar siang, dan yang mengejar itu yang bergerak dan
sudah maklum bahwa siang dan malam itu mengikuti matahari.
[6]. Allah Subhanahu wa Taala berfirman

Artinya : Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan
malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan,
masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah yang Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun. [Az Zumar : 5]
FirmanNya: Menutupkan malam atau siang artinya memutarkannya atasnya seperti tutup
sorban menunjukkan bahwa berputar adalah dari malam dan siang atas bumi.
Kalau saja bumi yang berputar atas keduanya (malam dan siang) niscaya Dia berkata:
Dia menutupkan bumi atas malam dan siang.
Dan firman-Nya: matahari dan bulan, semuanya berjalan, menerangkan apa yang
terdahulu menunjukkan bahwa matahari dan bulan keduanya berjalan dengan jalan yang
sebenarnya (hissiyan makaniyan), karena menundukkan yang bergerak dengan gerakannya
lebih jelas maknanya daripada menundukkan yang tetap diam tidak bergerak.
[7]. Allah Subhanahu wa Taala berfirman.











Artinya : Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila
mengiringinya,[Asy-Syam : 1-2]
Makna (mengiringinya) adalah datang setelahnya. Dan itu dalil yang menunjukkan atas
berjalan dan berputarnya matahari dan bulan atas bumi.

Seandainya bumi yang berputar mengeliligi keduanya tidak akan bulan itu mengiringi
matahari, akan tetapi kadang-kadang bumi mengelilingi matahari dan kadang-kadang
matahari mengeliling bulan, karena matahari lebih tinggi dari pada bulan. Dan untuk
menyimpulan ayat ini membutuhkan pengamatan.
[8]. Allah Subhanahu wa Taala berfirman





















Artinya : Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami
tanggalkan siang dan malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan,
dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa
lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga
(setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai tandan yang tua.
Tidaklah mugkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului
siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. [Yaa-Siin : 37-40]
Penyandaran kata berjalan kepada matahari dan Dia jadikan hal itu sebagai kadar/batas dari
Dzat yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui menunjukkan bahwa itu adalah haqiqi
(sebenarnya) dengan kadar yang sempurna, yang mengakibatkan terjadinya perbedaan siang
malam dan batas-batas (waktu).
Dan penetapan batas-batas edar bulan menunjukkan perpindahannya di garis edar tersebut.
Kalau seandainya bumi yang berputar mengelilingi maka penetapan garis edar itu
bukannya untuk bulan.
Peniadaan bertemunya matahari dengan bulan dan malam mendahului siang menunjukkan
pengertian gerakan muncul dari matahari, bulan malam dan siang.
[9]. Nabi Shallallahu alaihi wassallam berkata kepada Abu Dzar radhiallahu anhu dan
matahari telah terbenam.
Artinya : Apakah kamu tahu kemana matahari itu pergi ?
Dia menjawab: Allah dan RasulNya lebih tahu.
Beliau bersabda: Sesungguhnya dia pergi lalu bersujud di bawah arsy, kemudian minta izin
lalu diijinkan baginya, hampir-hampir dia minta izin lalu tidak diijinkan.
Kemudian dikatakan kepadanya: Kembalilah dari arah kamu datang lalu dia terbit dari
barat (tempat terbenamnya) atau sebagaimana dia bersabda [Muttafaq 'alaih] [1]

PerkataanNya: Kembalilah dari arah kamu datang, lalu dia terbit dari tempat
terbenamnya sangatlah jelas sekali bahwa dia (matahari) itulah yang berputar
mengelilingi bumi dengan perputarannya itu terjadinya terbit dan terbenam.
[10]. Hadits-hadits yang banyak tentang penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari,
maka itu jelas tentang terjadinya hal itu dari matahari tidak kepada bumi.
Boleh jadi disana masih banyak dalil-dalil lain yang tidak saya hadirkan sekarang, namun apa
yang telah saya sebutkan sudah cukup tentang apa yang saya maksudkan. Wallahu
Muwaffiq.
[Disalin dari Majmu Fatawa Arkanul Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi
Problematika Umat Islam Seputar Akidah Dan Ibadah, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin,
Terbitan
Pustaka
Arafah]
_________
Foote
Note
[1] Dikeluarkan oleh bukhari, Kitab Badul Khalqi, bab shifat asy syam wal qamar : 3199,
dan muslim, kitab Al Iman, bab Bayan az Zaman al Ladzi la yuqbal fihil Iman : 159
(sumber: almanhaj.or.id)

2. Pergantian Siang Dan Malam Hari


Kini kita mulai bisa memahami kenapa Rasulullah menangis ketika diingatkan Allah tentang
penciptaan Langit dan Bumi. Lantas, bagaimanakah dengan pergantian siang dan malam
hari? Saya jadi teringat firman Allah di dalam ayat berikut ini.
QS. Al Qashas (28) : 71-72.
Katakan: terangkan kepadaku jika Allah Menjadikan untukmu malam terus sampai hari
kiamat, siapa Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka
apakah kami tidak mendengar?
Katakan. terangkan kepadaku jika Allah merjadikan untukmu siang terus sampai hari
kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu
beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
Bisakah kita menjawab pertanyaan Allah ini? Atau, setidak tidaknya inginkah kita
memberikan jawaban atas pertanyaan: apa jadinya kalau bumi ini mengalami siang terus
atau malam terus sampai hari kiamat ? Saya kira ini sebuah pertanyaan yang sangat
menggelitik untuk dianalisis.
Marilah kita cermati :
Misalkan saja kita ambil kondisi kota Surabaya. Suhu pada umumnya pagi hari di kota

Surabaya, berkisar di bawah 30 derajat Celsius. Ketika siang mulai menjelang, maka suhu
beranjak di atas 30 derajat. Dan puncaknya pada jam 12 siang sampai jam 14 siang, suhu
udara bisa mencapai 33-34 derajat, atau bahkan lebih.
Pernahkah kita memperhatikan aspal jalan raya Surabaya pada siang hari. Di permukaannya
terlihat mengepul uap tipis, dan aspalnya menjadi lembek. Diperkirakan panas permukaan
jalan raya itu di atas 50 derajat. Kalau disiramkan air di sana, tak berapa lama kemudian air
itu akan menguap, dan jalanan itu pun kering kembali.
Kita lihat contoh di atas. Hanya dalam kurun waktu setengah hari saja, panas udara dan
permukaan bumi bisa mengalami peningkatan suhu yang demikian tinggi. Apa jadinya kalau
matahari tidak bergeser ke arah barat, tetapi tetap berada di atas kita terus-menerus?
Diperkirakan, dalam waktu 100 jam, air di permukaan bumi akan mulai, mendidih, dan
banyak yang mulai menguap. Dan kemudian apa yang terjadi 100 jam berikutnya?
Diperkirakan seluruh air di muka bumi sudah habis menguap, dan darah di tubuh kita pun
ikut mendidih, Dengan kata lain, tidak ada kehidupan yang tahan di bumi yang hanya punya
siang terus-menerus!
Lho, jadi tidak perlu menunggu sampai hari kiamat seperti retorika Allah dalam. firmanNya
tersebut di atas? Ya, begitulah, cukup dengan 200 jam saja!
Sebenarnya Allah sudah tahu secara pasti bahwa seluruh kehidupan di muka bumi ini akan
mengalami kemusnahan kalau di bumi hanya ada siang terus-menerus. Akan tetapi, Allah
mempertanyakan kepada kita, dengan maksud untuk memancing perhatian kita. Dan
kemudian memahami betapa besar kasih sayang Allah yang dicurahkan untuk kita semua
Sebaliknya, apakah yang terjadi jika Allah hanya menciptakan malam terus di bumi? Cobalah
lihat suhu udara di daerah padang pasir, sebutlah di Arab Saudi. Pada keadaan normal, siang
hari di sana bisa mencapai 50 derajat celsius, sedangkan malam hari bisa mencapai 14
derajat. Puncaknya adalah antara jam 12 malam sampai sekitar 2 dini hari.
Apakah yang terjadi dalam kurun waktu 100 jam setelah suhu terendah itu? Jika, matahari
tidak pernah muncul lagi, alias malam terus, maka dalam kurun waktu itu suhu akan terusmenerus turun hingga mencapai 0 derajat, dimana air akan mulai membeku. Dan ketika
diteruskan sampai 100 jam berikutnya, maka seluruh air di muka bumi akan membeku,
termasuk cairan tubuh kita!
Jadi, sungguh sangatlah dahsyat dampak dari pergantian siang dan malam hari. Sebuah
rutinitas yang tidak semua kita pernah memikirkannya. Karena itu Allah memancing kita
untuk memahami. Apakah tujuan utamanya? Tak lain, agar kita sadar bahwa di balik
terjadinya rutinitas pergantian siang dan malam hari itu terdapat sesuatu yang luar biasa yang
berkait dengan Sebuah Kekuatan Besar yang mengendalikan alam sekitar kita, yaitu Sang
Maha Perkasa.

Bahkan, kalau kita lihat lebih jauh.tentang pergerakan matahari, dampaknya bukan hanya
pada pergantian siang dan malam hari saja. Pergerakan matahari sebenarnya ditentukan oleh
dua hal : yang pertama oleh perputaran bumi pada porosnya atau pada dirinya sendiri. Dan
yang kedua disebabkan oleh perputaran bumi pada orbitnya, yaitu perputaran bumi
mehgelilingi matahari.
Perputaran bumi pada dirinya sendiri disebut juga Rotasi bumi. Sekali berputar, bumi
membutuhkan waktu 24 jam. Inilah yang disebut sehari semalam. Akan tetapi jika kita amati
lebih jauh, lamanya malam dan lamanya siang selalu bergeser-geser. Kadang lebih panjang
malamnya. Kadang lebih panjang siangnya. Kenapa bisa demikian? Ini disebabkan oleh
pergerakan bumi mengelilingi matahari, yang juga disebut Revolusi Bumi.
Satu kali revolusi bumi membutuhkan waktu 365 hari. Atau disebut juga sebagai waktu
setahun.
QS. Luqman (31):29
Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam kepada
siang dan memasukkan siang kepada malam, dan Dia tundukkan matabari dan bulan masingmasing berjalan sampai waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan
Efek dari pergerakan bumi mengelilingi matahari ini adalah terjadinya musim di permukaan
bumi. Kita lihat, di negara-negara tropis terjadi musim hujan dan musim kemarau. Sedangkan
di negara-negara sub tropis terjadi musim Salju, musim Semi, musim Panas dan musim
Gugur. Kehidupan manusia di muka bumi menjadi demikian indah dan dinamis.
Pergerakan musim ini juga menyebabkan terjadinya waktu panen dan berbuah yang berbedabeda. Di sekitar musim kemarau misalnya bermunculanlah buah-buah yang mengandung
banyak air seperti Mangga, Belimbing, Melon, Semangka, Jeruk, dan lain sebagainya.
Sedangkan di sekitar musim Hujan banyak buah-buahan seperti Durian, Apokat, Salak,
Nangka, dan lain sebagainya. Semua buah-buahan itu bermanfaat bagi kehidupan dan
kesehatan manusia, sesuai dengan musimnya.
3. Tanda-Tanda Kebesaran Allah
Saya kira semua sependapat, bahwa Allah tidak bisa kita lihat, tidak bisa kita dengar, atau
kita observasi dengan seluruh panca indera kita. Kenapa demikian? Ya, karena panca indera
kita sangat terbatas kemampuannya.
Jangankan melihat Allah, melihat matahari saja mata kita akan langsung buta! Jangankan
mendengar Allah, mendengar ledakan petasan di dekat telinga saja, kita akan tuli. Jadi begitu
lemahnya panca indera kita. Maka, jangan berharap kita bisa bertemu Allah dengan
menggunakan panca indera kita. Allah hanya bisa kita lihat sekaligus kita dengar dan
rasakan hanya dengan hati atau kalbu. Penglihatan dengan hati ini akan kita bahas di bagian
lain.

Lantas apa yang bisa kita perbuat dengan panca indera berkaitan dengan pendekatan kita
kepada Allah? Yang bisa kita observasi lewat panca indera dan akal kita hanyalah tandatandaNya atau dalam bahasa Al Quran disebut ayat-ayatNya.
Suatu ketika, nabi Musa as pernah ingin melihat Allah, agar hatinya semakin yakin. Allah
sudah mengatakan bahwa Musa tidak akan mampu melihat Allah. Tetapi beliau ngotot
untuk bisa melihatNya. Maka, Allah pun memenuhi keinginan nabi Musa.
Tapi apa yang terjadi? Allah baru menampak kan cahayaNya saja, gunung Sinai tempat
berpijak nabi Musa mengalami gempa vulkanik yang luar biasa dahsyat. Sehingga Musa pun
terpental dan pingsan. Setelah siuman, beliau baru menyadari bahwa manusia tidak mungkin
melihat Allah dengan panca inderanya. Jangankan manusia, alam semesta pun tidak mampu
menerima Eksistensi Dzat Yang maha Besar dan Maha Agung itu.
QS. Al Araaf : 143
Dan ketika Musa datang untuk (bermunajat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami
tentukan dan Tuhan telah berfirman kepadanya, berkatalah Musa .. Ya Tuhanku,
nampakkanlah (DiriMu) kepadaku agar aku dapat melibatMu. Tuhan berfirman : Kamu sama
sekali tidak akan mampu melibatKu, tapi lihatlah bukit itu, jika ia tetap di tempatnya, maka
kamu akan mampu melihatKu. Ketika Tuhan menampakkan Diri kepada gunung itu, maka
hancurlah gunung itu, dan Musa pun pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata :
Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepadaMu dan aku adalah orang yang pertama-tama
beriman.
QS. Asy Syuura : 51
Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengannya kecuali
dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir, atau dengan mengutus seorang utusan
(malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizinNya apa yang Dia kehendak.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
Jadi, manusia demikian ringkihnya di hadapan Allah. Kalau manusia ingin berkenalan dengan
Allah, itu bisa dilakukan melalui tanda tanda yang tersebar di alam semesta dan termaktub
di dalam Al Quran. Yang pertama disebut sebagai Ayat Kauni dan yang kedua disebut sebagai
Ayat Qurani. Kedua-duanya berfungsi sama, yaitu menuntun kita untuk lebih memahami
Allah, mengenalNya, berinteraksi, dan lantas kembali : menyatu dengan Dzat Yang Maha
Tunggal lagi Maha Agung.
Apakah bentuk tanda-tanda itu? Kalau yang berada di dalam Al Quran, kita bisa langsung
membacanya. Kemudian menganalisisnya sesuai dengan ilmu bahasa dan tafsir. Akan tetapi,
sebagaimana telah saya sampaikan sebelumnya, bahwa penafsiran Quran dari sisi bahasa saia
tidaklah cukup untuk mengenal Allah. Kita harus memadukannya dengan ayat-ayat yang
tersebar di alam semesta.

Coba bayangkan bagaimana kita bisa memahami langit yang tujuh, misalnya, kalau kita tidak
belajar ilmu Astronomi. Atau, bagaimana pula kita bisa beriman kepada hari kiamat, kalau
kita tidak memahami mekanisme kiamat tersebut dari data-data empirik ilmu pengetahuan.
Dan, bagaimana juga kita bisa menafsirkan QS. Al Maarij : 4, Yang bercerita tentang
relativitas waktu malaikat dan manusia, kalau kita tidak belajar rumus-rumus relativitasnya
Einstein, dst. Begitu banyaknya ayat-ayat Allah di dalam Al Quran yang tidak bisa kita
pahami, tanpa memadukannya dengan data-data ilmu pengetahuan modern.
Selain melakukan pendekatan lewat ayat-ayat Quran, kita juga bisa langsung mengobservasi
ayat-ayat tersebut dari ayat Kauniah yang tersebar di seantero alam ini. Hal inilah yang
dilakukan oleh nabi Ibrahim, ketika mencari Tuhan. Akhirnya beliau bertemu dengan Allah
setelah bereksperimen secara trial and error, seperti digambarkan Allah berikut.
QS Al Anaam : 76-79
Ketika malam telah menjadi gelap dia melibat sebuab bintang (lalu) dia berkata : Injah
Tuhanku. Tapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata aku tidak suka kepada yang
tenggelam.
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata : Inilah Tuhanku. Tapi setelah bulan
itu terbenam dia berkata : Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku
pastilah aku termasuk orang orang yang sesat.
Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata : Inilah Tuhanku, ini yang lebih
besar. Maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata hai kaumku sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi
dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuban.
Bayangkan beliau, yang rasul kesayangan Allah itu, pernah mengira bahwa bintang, bulan,
dan matahari adalah Tuhan. Meskipun, akhirnya beliau menemukan bahwa semua itu
hanyalah ciptaanNya belaka. Tetapi, beliau sempat melakukan kekeliruan-kekeliruan dalam
mencari Tuhan. Tidak langsung final, ketemu. Tidak apa-apa. Semua ada prosesnya. Yang
penting konsisten dan serius mencari Allah, Insya Allah Dia akan membimbing hambaNya
yang ingin bertemu denganNya.
Betapa banyaknya para ilmuwan yang bertemu Tuhan karena melihat kedahsyatan ilmu Allah
di alam semesta. Bayangkan misalnya, bagaimana kita tidak terperangah melihat jantung
yang ada di dalam dada kita terus berdenyut tanpa ada baterainya, sejak di dalam rahim pada
bulan pertama. Ini sebuah keganjilan, bagi orang-orang yang mau berpikir.
Ketika bayi masih di dalam rahim, paru-parunya juga belum bekerja. la mendapat makanan
dari sang ibu lewat ari-arinya (plasenta). Tapi, begitu lahir, si bayi ini kemudian ditepuktepuk oleh si bidan, dan akhirnya paru dan jantungnya bekerja. Kerja jantung dan paru itu

terus terjadi tak pernah berhenti sepanjang usianya. Ini sungguh sebuah fenomena yang
sangat dahsyat menyangkut kehidupan manusia, yang bisa membawa kita untuk berkenalan
dengan Sang Maha Pencipta.
Atau pernahkah kita berpikir, kenapa bumi ini terus berputar pada porosnya? Darimanakah
perintah untuk berputar itu datang? Dan dari mana pulahkah energi yang digunakan untuk
berputar terus selama miliaran tahun itu? Apakah Anda menangkap keganjilan ini.
Padahal kalau bumi ini tidak berputar (berotasi) pada porosnya, di bumi ini tidak akan terjadi
kehidupan. Ya, karena di bagian yang menghadap matahari akan terjadi siang terus-menerus.
Sedangkan yang membelakangi matahari akan terjadi malam terus. Apa akibatnya, sudah kita
bahas di bagian sebelumnya.
Kita melihat ada sebuah campur tangan yang luar biasa dahsyat, untuk memutar bumi selama
miliaran tahun. Besarnya energi pemutar itu, tak akan pernah terbayangkan oleh pikiran kita.
Apalagi selama kurun waktu miliaran tahun. Kalau seandainya, semua batubara, minyak,
bahan bakar nuklir, dan seluruh sumber energi yang ada di bumi ini dibakar untuk memutar
bumi itu, maka sudah bisa dipastikan tidak akan mencukupi!
Padahal kita tahu, bukan hanya bumi yang berputar atau berotasi. Bulan juga berputar; selain
pada dirinya sendiri, ia juga mengelilingi bumi. Bumi mengelilingi matahari. Matahari
berputar juga mengelilingi pusat galaksi. Dan seluruh galaksi yang jumlahnya miliaran itu,
juga berputar putar mengelilingi pusat Superkluster dan alam semesta. Subbanallaah, betapa
besarnya kekuatan yang terlibat dalam pergerakan benda benda di jagad raya ini!
QS. Ar Radu (13) : 2
Allah lah yang meninggikan langit tanpa tiang, yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam
di atas Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar bingga waktu
yang ditentukan. Allah mengatur urusan, menjelaskan tanda-tanda, agar kamu meyakini
pertemuan dengan Tuhanmu
Kembali kepada tanda-tanda kebesaranNya, masih demikian banyak tanda-tanda Kebesaran
Allah di alam semesta ini yang bisa kita jadikan Jalan untuk lebih mengenalNya. Bahkan
jumlahnya tak berhingga.
Di pepohonan yang sedang berbuah dan bermekaran bunganya, terdapat tanda-tanda
Kebesaran Allah. Di atmosfer bumi yang memayungi kita dari ancaman meteor-meteor, juga
terserak ayat-ayat Allah. Di miliaran jenis binatang laut, darat dan udara yang begitu indah
juga terdapat bukti-bukti kebesaranNya.
Bahkan, di sekujur tubuh kita : di setiap tarikan nafas kita, di aliran darah dan denyut jantung,
di rambut, di mata, telinga dan seluruh panca indera, sampai kepada bisikan hati yang paling
dalam. Semuanya memberikan tanda-tanda Kebesaran Allah kepada orang-orang yang mau
berpikir. Tak akan pernah selesai kita tuliskan, meskipun menggunakan tinta dari tujuh lautan,
seperti difirmankan Allah

QS. Luqmaan (31) : 27


Dan Seandainya pohon-pohon di bumi Menjadi Pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan
kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis habisnya
(dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Surat Al-Baqarah [2:164]


[Dalam pergantinya siang dan malam, adalah salah satu bukti kekuasaan Allah Swt.]

inna fii khalqi alssamaawaati waal-ardhi waikhtilaafi allayli waalnnahaari waalfulki allatii
tajrii fii albahri bimaa yanfau alnnaasa wamaa anzala allaahu mina alssamaa-i min maa-in
fa-ahyaa bihi al-ardha bada mawtihaa wabatstsa fiihaa min kulli daabbatin
watashriifi alrriyaahi waalssahaabi almusakhkhari bayna alssamaa-i waal-ardhi laaayaatin
liqawmin yaqiluuna
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan
dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan
Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan.
***
Ayat ini menerangkan tentang, bukti kekuasaan Allah Subhanahu wa Taalla. dan memang
banyak sekali bukti atas kekuasaan Allah Swt, yang salah satunya adalah silih bergantinya
siang dan malam.
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu
adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala
sesuatu? [QS. Al- Fushshilat]
Allah SWT berfirman: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)

orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan
Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran 190-191)
Dalam Tafsir Jalalain diterangkan bahwa di dalam penciptaan langit dan bumi serta segala
keajaiban yang ada pada keduanya dan berbagai perbedaan siang dan malam dari segi datang
dan perginya maupun dari segi lebih dan kurang temponya, semua itu merupakan bukti-bukti
yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT bagi Ulil Albab, yakni orang-orang yang punya
akal. Ulil Albab adalah orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam keadaan berdiri,
duduk, maupun berbaring. Artinya ingat dan menyebut-nyebut Allah dalam setiap keadaan.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa juga disebut Ulil Albab adalah orang-orang yang
melaksanakan sholat sesuai dengan kemampuan.
Dan Ulil Albab adalah orang-orang yang berfikir tentang penciptaan langit dan bumi untuk
mendapatkan bukti atas kekuasaan pembuatnya. Lalu mereka berkata Rabbana, ya Tuhan
kami, tidaklah Engkau ciptakan ciptaan yang kami lihat itu sebagai perkara yang sia-sia.
Justru kami melihatnya sebagai bukti atas kesempurnaan kekuasaan-Mu. Subhaanaka, Maha
Suci Engkau, Engkau suci dari segala kesia-siaan.
Dalam Tafsir Ibnu Abbas diterangkan bahwa Allah SWT dalam ayat di atas menerangkan
tanda kekuasaan-Nya kepada kaum kafir Makkah karena sebelumnya mereka telah meminta
bukti kepada Nabi Muhammad saw. atas apa yang beliau katakan. Maka Allah SWT
menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya di dalam penciptaan langit, artinya sesungguhnya di
dalam apa yang diciptakan oleh Allah SWT di langit berupa para malaikat, matahari, bulan,
dan bintang-bintang, serta awan; dalam penciptaan bumi, artinya penciptaan bumi dan apa
yang diciptakan di bumi seperti gunung-gunung, lautan, tanaman, dan hewan; dalam
perbedaan siang dan malam yaitu dalam pergantian siang dan malam; semua itu benar-benar
merupakan bukti-bukti keesaan Allah SWT bagi Ulil Albaab, yakni orang-orang yang punya
akal. Lalu Allah memberikan sifat kepada Ulil Albab, yaitu orang-orang yang mengingat
Allah dengan melaksanakan sholat secara berdiri jika dia mampu, dengan cara duduk jika
tidak mampu berdiri, dan dengan cara berbaring jika tidak mampu berdiri maupun duduk.
Dan ulil Albab itu selalu berfikir tentang keajaiban penciptaan langit dan bumi lalu berkata
Ya Rabbana, Wahai Tuhan kami, tidaklah yang Engkau ciptakan itu sia-sia. Subhaanaka,
Maha Suci Engkau, mereka mensucikan Allah, maka bebaskanlah kami dari adzab neraka.
Tolaklah dari kami adzab neraka.
Dalam Tafsir Al Qurthuby dijelaskan bahwa dalam penghujung surat Ali Imran ini Allah
SWT memerintahkan untuk memperhatikan dan mencari bukti-bukti dalam tanda-tanda
kekuasaan-Nya agar keimanan umat ini bersandar kepada bukti yang meyakinkan atas
kebenaran dan kekuasaan Allah SWT. Bukan keimanan yang dibangun dengan taqlid semata.
Ulil Albab adalah orang-orang yang menggunakan akal untuk memperhatikan bukti-bukti
kekuasaan Allah SWT. Al Qurthuby mengutip hadits riwayat Aisyah r.a. yang berkata: Ketika
turun ayat ini kepada Nabi saw. beliau bangun untuk shalat. Pagi itu Bilal datang untuk

mengumandangkan adzan maka Bilal melihat beliau saw sedang menangis. Bilal bertanya:
Wahai Rasulullah, mengapa engkau menangis padahal Allah SWT telah mengampuni dosadosamu yang lalu maupun yang akan datang! Maka Rasulullah saw. bersabda: Hai Bilal,
apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur? Sungguh Allah telah turunkan pada
malam ini ayat : inna fi khalqis samaawaati wal ardli wakhtilafil laili wan nahaar la aayatil
liulil albaab. Kemudian beliau saw bersabda: Celakalah orang yang membaca ayat ini dan
tidak berfikir merenungkannya! Disunnahkan setiap bangun malam memulai dengan
membaca sepuluh ayat terakhir surat Ali Imran (ayat 190-200) sebagai ittiba kepada
Rasulullah saw.
Membangun generasi Ulil Albab
Generasi awal yang dibangun oleh baginda Rasulullah saw adalah generasi yang
dibangkitkan akal dan fikiran mereka sehingga mereka adalah generasi yang mengalami
kebangkitan berfikir yang luar biasa. Hasilnya pun luar biasa. Dua puluh delapan tahun
setelah Al Quran yang menyentuh hati dan menggugah akal fikiran mereka turun dan telah
membangun karakter manusia unggul dalam tempaan yang dilakukan oleh Rasulullah saw
yang senantiasa membacakan ayat-ayat Al Quran dan mengajarkan ilmu-ilmu dalam Al quran
dan As Sunnah, generasi awal umat Islam yang tadinya adalah generasi buta huruf itu mampu
mengalahkan dua negara adidaya penguasa dunia pada waktu, Rumawi dan Persia di tahun
yang sama, yakni 15 H. Itulah generasi sahabat, yakni generasi Ulil Albab. Mereka murni
generasi bentukan risalah Islam, mereka tidak meniru cara berfikir dan cara hidup bangsa
adidaya Rumawi maupun Persia. Oleh karena itulah, mereka bisa mengungguli kedua bangsa
dan negara adidaya penguasa dunia itu, walau generasi Ulil Albab itu masih baru lahir.
Generasi Ulil Albab ini adalah generasi yang telah yaqin dengan keesaan dan kekuasaan
Allah SWT berdasarkan sentuhan ayat-ayat Al Quran yang membangun kemampuan berfikir
mereka mencari bukti keesaan dan kekuasaan Allah SWT itu dalam diri dan alam semesta
yang ada yang merupakan ciptaan Allah semuanya. Mereka adalah generasi yang
berpengetahuan dan selalu berusaha mendengar pengetahuan dan mengikuti yang terbaik.
Allah SWT menyebut mereka dalam firman-Nya:
Selanjutnya di ayat 17 dan 18 menjelaskan terjadinya pergantian siang ke
malam, malam ke fajar, dan fajar ke siang lagi. Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi dan sillih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal. (QS. Al Imran: 190)
Terkait ayat ini, Nabi Ibrahim a.s. menemukan dan merasakan keagungan serta
kebesaran Allah swt. setelah mencermati pergantian siang dan malam dengan
perenungan mendalam.
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan Kami
yang terdapat di langit dan bumi, dan Kami memperlihatkannya agar Ibrahim itu
termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap, dia
melihat sebuah bintang, lalu dia berkata: "Inilah Tuhanku" Tetapi tatkala bintang
itu tenggelam dia berkata, "Soya tidak suka kepada yang tenggelam,"
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata, "Inilah Tuhanku." Tetapi

setelah bulan itu terbenam dia berkata, "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak
memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat."

MAKALAH

Makna Al Quran surat Ali Imran ayat 190-191


BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Dalam Al-Quran banyak terdapatayat-ayat yang menyerukan manusia untuk
memperhatikan, merenung dan memikirkan penciptaan Allah baik yang di langit,
bumi maupun diantara keduanya.Diantara ayat-ayat yang menerangkan tentang hal
tersebut yaitu Q.S Ali Imran ayat 190-191.
Salah satu cara mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan
membaca dan merenungkan ayat-ayat-Nya, serta mensyukuri apa yang terbentang
di alam semesta. Allah menyuruh manusia untuk merenungkan alam, langit dan
bumi.Langit yang melindungi dan bumi yang terhampar tempat manusia hidup.Juga
memperhatikan pergantian siang dan malam.Semuanya itu penuh dengan ayat-ayat,
tanda-tanda kebesaran Allah SWT.

B.

Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan
masalah di dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1.

Bagaimana Lafadz dan terjemah Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?

2.

Bagaimana Penafsiran dari Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?

3.

Apa saja kandungan hukum yang terdapat pada Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?

4.

Bagaimana Aspek Tarbawi dari Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?


BAB II
PEMBAHASAN

A.

Lafal dan Terjemah Q.S Ali Imran Ayat 190-191


Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya


malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (190)




(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (191)
B.

Mufrodat


kekuasaannya.

: Sia-sia dan tidak ada faedahnya.


C.

Uraian dan Tafsir ayat


Dalam ayat 190 menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan
bumi serta keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih
bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita
rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita dan cara berpikir kita karena
pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya yang ada pada dunia
flora dan fauna merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan keesaan Allah,
kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaan-Nya.
Langit dan bumi dijadikan oleh Al-Khaliq tersusun dengan sangat tertib.Bukan
hanya semata dijadikan, tetapi setiap saat nampak hidup.Semua bergerak menurut
aturan.
Silih bergantinya malam dan siang, besar pengaruhnya atas hidup kita dan
segala yang bernyawa.Kadang-kadang malam terasa panjang dan
sebaliknya.Musim pun silih berganti.Musim dingin, panas, gugur, dan semi.Demikian
juga hujan dan panas.Semua ini menjadi tanda-tanda kebesaran dan keagungan
Allah bagi orang yang berpikir.Bahwa tidaklah semuanya terjadi dengan
sendirinya.Pasti ada yang menciptakan yaitu Allah SWT.

Diriwayatkan dari 'Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw berkata: "Wahai 'Aisyah
apakah engkau mengizinkankanda pada malam ini untuk beribadah kepada Allah
SWT sepenuhnya?". Jawab Aisyah ra: " wahai Rasulullah, Sesungguhnya saya
menyenangi apa yang kanda senangi, menyukai apa yang kanda sukai.Dinda
izinkan kanda melakukannya.Kemudian nabi mengambil qirbah (tempat air yang
terbuat dari kulit domba) yang terletak didalam rumah, lalu berwudlu.Selanjutnya
beliau mengerjakan shalat.Di waktu salat beliau menangis sampai-sampai air
matanya membasahi kainnya, karena merenungkan ayat Alquran yang
dibacanya.Setelah salat beliau duduk memuji-muji Allah dan kembali menangis
tersedu-sedu.Kemudian beliau mengangkat kedua belah tangannya berdoa dan
menangis lagi dan air matanya membasahi tanah.Kemudian datanglah Bilal untuk
azan subuh dan melihat Nabi saw menangis ia bertanya: "Wahai Rasulullah!
Mengapakah Rasulullah menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa
Rasulullah baik yang terdahulu maupun yang akan datang". Nabi menjawab:
"Apakah saya ini bukan seorang hamba yang pantas dan layak bersyukur kepada
Allah SWT? Dan bagaimana saya tidak menangis?Pada malam ini Allah SWT telah
menurunkan ayat kepadaku.Selanjutnya beliau berkata: "Alangkah rugi dan
celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikir dan merenungkan
kandungan artinya".
Pada ayat 191 mendefinisikan orang-orang yang mendalam pemahamannya
dan berpikir tajam (Ulul Albab), yaitu orang yang berakal, orang-orang yang mau
menggunakan pikirannya, mengambil faedah, hidayah, dan menggambarkan
keagungan Allah.Ia selalu mengingat Allah (berdzikir) di setiap waktu dan keadaan,
baik di waktu ia beridiri, duduk atau berbaring. Jadi dijelaskan dalam ayat ini bahwa
ulul albab yaitu orang-orang baik lelaki maupun perempuan yang terus menerus
mengingat Allah dengan ucapan atau hati dalam seluruh situasi dan kondisi.
Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa objek dzikir adalah Allah,
sedangkan objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa fenomena alam.Ini
berarti pengenalan kepada Allah lebih banyak didasarkan kepada kalbu, Sedang
pengenalan alam raya oleh penggunaan akal, yakni berpikir. Akal memiliki
kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki
keterbatasan dalam memikirkan Dzat Allah, karena itu dapat dipahami sabda
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Nuaim melalui Ibn Abbas,

Pikirkan dan renungkanlah segala sesuatu yang mengenai makhluk Allah


jangan sekali-kali kamu memikirkan dan merenungkan tentang zat dan hakikat
Penciptanya, karena bagaimanapun juga kamu tidak akan sampai dan tidak akan
dapat mencapai hakikat Zat Nya.
Orang-orang yang berdzikir lagi berfikir mengatakan: "Ya Tuhan kami, tidaklah
Engkau menciptakan makhluk ini semua, yaitu langit dan bumi serta segala isinya
dengan sia-sia, tidak mempunyai hikmah yang mendalam dan tujuan yang tertentu
yang akan membahagiakan kami di dunia dan di akhirat, sebagaimana disebar
luaskan oleh sementara orang-orang yang ingin melihat dan menyaksikan akidah
dan tauhid kaum muslimin runtuh dan hancur. Maha Suci Engkau Ya Allah dari
segala sangkaan yang bukan bukan yang ditujukan kepada Engkau. Karenanya,
maka peliharalah kami dari siksa api neraka yang telah disediakan bagi orang-rang
yang tidak beriman. Ucapan ini adalah lanjutan perasaan sesudah dzikir dan pikir,
yaitu tawakkal dan ridha, berserah dan mengakui kelemahan diri.Sebab itu
bertambah tinggi ilmu seseorang, seyogyanya bertambah pula dia mengingat
Allah.Sebagai tanda pengakuan atas kelemahan diri itu, dihadapan kebesaran
Tuhan.
Pada ujung ayat ini ( Maha suci Engkau ! maka peliharalah kiranya kami dari
azab neraka ) kita memohon ampun kepada Tuhan dan memohon agar dihindarkan
dari siksa neraka dengan upaya dan kekuatan-Mu serta mudahkanlah kami dalam
melakukan amal yang diridhai Engkau juga lindungilah kami dari azab-Mu yang
pedih.
D.

Kandungan Hukum
Pada QS. Ali-Imran ayat 190-191 di dalamnya memiliki kandungan hukum
yaitu Allah mewajibkan kepada umatnya untuk menuntu ilmu dan memerintahkan
untuk mempergunakan pikiran kita untuk merenungkan alam, langit dan bumi (yakni
memahami ketetapan-ketetapan yang menunjukkan kepada kebesaran Al-Khaliq,
pengetahuan) serta pergantian siang dan malam. Yang demkian ini menjadi tandatanda bagi orang yang berpikir, bahwa semua ini tidaklah terjadi dengan sendirinya.
Kemudian dari hasil berpikir tersebut, manusia hendaknya merenungkan dan
menganalisa semua yang ada di alam semesta ini, sehingga akan tercipta ilmu
pengetahuan.

E. Aspek Tarbawi
Dari ayat di atas dapat diambil aspek tarbawinya yaitu sebagai berikut :

1.

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.

2.

Akal manusia hendaknya digunakan untuk memikirkan, menganalisa, dan


menafsirkan segala ciptaan Allah.

3.

Dalam belajar tidak diperbolehkan memikirkan Dzat Allah, karena manusia


mempunyai keterbatasan dalam hal tersebut dan dikhawatirkan akan terjerumus
dalam berpikir yang tidak sesuai.

4.

Jika seseorang memiliki renungan, ia memiliki pelajaran dalam segala perkara.

5.

Hendaknya manusia mempercayai bahwa semua penciptaan Alah tidak ada yang
sia-sia.
BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Ulul Albab adalah orang-orang yang tidak melalaikan Allah dalam setiap

waktu.Mereka merasa tenang dengan mengingat Allah dan tenggelam dalam


kesibukan mengoreksi diri secara sadar bahwa Allah selalu mengawasi mereka.
Bahwasanya keberuntungan dan keselamatan hanya bisa dicapai melalui
mengingat Allah dan memikirkan makhluk-Nya dari segi yang menunjukkan adanya
sang pencipta.
Seorang mukmin yang mau menggunakan akal pikirannya, maka akan luas
pengetahunnya tentang alam semesta yang menghubungkan antara manusia dan
Tuhan.
B.

Saran
Atas penciptaan alam semesta ini, hendaknya kita menyadari tugas sebagai

khalifah Allah, yang berkewajiban memakmurkan bumi serta menjadi rahmat bagi
alam sekelilingnya, dengan menggali, meneliti dan memanfaatkan hukum-hukum
Allah bagi alam ciptaan-Nya ini.

[1]Departemen Agama, Kitab Suci Alquran, Alquran dan Terjemahannya


[2]Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al Maragi Juz IV, (Semarang: PT. Karya Toha
Putra, 1993), Cet 2, hlm. 288
[3] http://santrikota.blogspot
[4]Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al Maragi Juz IV, (Semarang: PT. Karya Toha
Putra, 1993), Cet 2, hlm.290
[5] M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah,(Jakarta, Lentera Hati, 2002), hlm. 308
[6]Depag RI, 1990, Al-Quran Dan Tafsirnya Jilid , Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf

[7] Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz IV, (Jakarta, Pustaka Panjimas, 1983), hlm.
251
[8] M. Nasib Ar-Rifai, Tafsir Ibnu Katsir Jilid. I, (Jakarta, Gema Insani Press, 1999),
hlm. 635
[9]http://santrikota.blogspot

Begitu banyak ayat-ayat dalam Al-Quran yang memerintahkan manusia untuk


memperhatikan alam semesta dengan menggunakan akalnya sehingga mencapai kesimpulan
bahwa di balik keteraturan alam semesta terdapat Al-Khaliq, Tuhan sang Maha Pencipta
segala sesuatu, yaitu Allah Swt. Hal ini dapat kita perhatikan dari firman-firman Allah Swt
sebagai berikut :




Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (QS Ali Imran (3) : 190)




Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di
langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagiorang-orang yang
bertakwa. (QS Yunus (10) : 6)





Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)
-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda tanda keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan (QS. Al Baqarah (2) : 164)

Вам также может понравиться