Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Nama
: By. E
Tanggal lahir
: 08 Desember 2015
Usia
:7 hari
: Perinatologi
Anak
Nama Ayah
Usia
: Tn. M
: 63tahun
Pekerjaan
: Pensiunan
Pendidikan
: S1
Nama ibu
: Ny. S
Usia
: 41tahun
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: SMA
Anamnesa
Keluhan Utama : Badan kuning
Anamnesa Khusus:
Sejak 3 hari setelah pasien lahir, badan pasien tampak terlihat kuning.
Awalnya pada mata dan muka, kemudian menyebar ke badan, lutut hingga kaki dan
tangan.
Orang tua pasien tidak mengeluh bayinya tampak mengantuk, lemas, dan
malas menetek. Pasien lahir dari ibu P3A1, lahir secara spontan, ditolong oleh bidan,
langsung menangis dengan APGAR Score menit pertama bernilai 8 dan menit kelima
bernilai 10.
Orang tua pasien tidak mengeluhkan adanya keluhan kuning ketika diberi ASI
pada bayi, dan menghilang ketika ASI tidak diberikan. Tidak ada riwayat kuning pada
saudara laki-lakinya ketika bayi. Tidak ada riwayat sakit selama kehamilan, seperti
keputihan yang berbau dan gatal, sakit saat berkemih, ataupun demam. Tidak ada
riwayat meminum obat-obatan antibiotik. Orangtua Pasien tidak mengeluhkan
keluhannya yang disertai dengan bayi tampak rewel, sesak, panas badan, kejang
ataupun penurunan kesadaran. BAB tidak seperti dempul dan BAK tidak berwarna
seperti air teh pekat.
Bayi lahir dari ibu G3P1A1 dengan jarak kehamilan kurang lebih 5 tahun
setelah mengalami anak mati dalam rahim (IUFD) dan kurang lebih 15 tahun dari
anak yang pertama. Ibu mengalami IUFD pada tahun 2010 pada kehamilan kedua
saat umur kehamilan 9 bulan dan dilahirkan di bidan. Untuk kehamilan yang ketiga
ibu melakukan pemeriksaan di dokter SpOG, dan baru diketahui kehamilan pada usia
3 bulan. Pada bulan 3-7 ibu melakukan kunjungan 1 bulan sekali. Pada bulan 8 ibu
melakukan kunjungan 1 bulan 2 kali.
Ibu tidak melakukan vaksin TT pada saat kehamilan. Ibu tidak melakukan screening
TORCH, hepatitis dan HIV pada saat kehamilan. Ibu tidak meminum obat-obatan dan
jamu selain vitamin yang diberikan bidan dan dokter selama kehamilan. Ibu tidak
pernah mengalami sakit atau mempunyai tekanan darah tinggi pada saat kehamilan
Riwayat Imunisasi
Pasien baru mendapatkan imunisasi Hepatitis B yang 0 bulan.
Riwayat Makan
Hari ke 1 : diberikan ASI namun masih keluar sedikit
Hari ke 3-7 : diberikan ASI, ASI sudah mulai banyak
PemeriksaanFisik
(14 Desember 2015)
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Precthal 5
Down Skor
:0
Kulit
Tanda-tanda vital
Nadi
: 140 x/menit
Respirasi
: 40 x/menit
Suhu
: 36,6 oC
Penilaian antropometri
Berat badan
: 2800 Gram
Panjang badan
: 47,5 cm
Lingkar kepala
: 32 Cm
Status gizi :
BB/TB
BB/U
PB/U
LK/U
: Simetris
Wajah
: dismorfik (-)
Rambut
: Hitam halus
Fontanel
Mata
: simetris, cantus mata sejajar dengan pina auricular, pupil bulat isokor
Konjungtiva anemis -/Sklera ikterik +/+
Hidung
: Simetris, deviasi septum (-), PCH -/-, sekret -/-, choanae +/+
Telinga: Simetris, pina elastis, Sekret -/-, CEA +/+, bentuk & kekerasan sudah baik,
rekoil cepat
Mulut
Leher
Thorax
Paru paru :
Jantung
Abdomen
Perkusi : tympani
BU(+) normal
Anogenital
dan jari = 5,
: kuning
Pemeriksaan Neurologis
Reflex Primitive : Refleks Moro (+)
sucking (+)
rooting (+)
palmar grasp (+/+)
plantar grasp (+/+)
Reflex fisiologis : patella +/+
Reflex patologis : babynski (-)
Cranial Nerve : Sulit dinilai
Resume
Seorang bayi perempuan, usia 7 hari, dengan status gizi baik tampak
berwarna kuning. Awalnya pada mata dan muka, kemudian menyebar ke badan, lutut
hingga kaki dan tangan. Pada tanggal 8 Desember 2015 pada jam 03.28 WIB telah
lahir seorang bayi Perempuan dari ibu P3A1 Gravida 34-35 minggu di Rumah sakit
Muhammaddiyah Bandung, secara spontan ditolong oleh bidan, langsung menangis,
anak tunggal tanpa ada penyulit persalinan. Berat badan 2800 gr, PB = 47,5 cm Bayi
lahir dengan ketuban jernih. APGAR Score 1=8, APGAR Score 5=10. Bayi tidak
ada risiko infeksi, dan orang tua tidak diketahui golongan darahnya
Pada pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran prechtl 5, kulit icteric Kramer
state IV. Tanda tanda vital dalam batas normal. Sklera ikterik +/+. Pemeriksaan fisik
yang lain dalam batas normal.
Diagnosis Banding
10
Usul Pemeriksaan
Commb Test
Albumin
G6PD
11
Faal Hati
Diagnosis Kerja
Neonatal hiperbilirubinemia + PreTerm infant, AGA, letak kepala, spontan
Terapi
Umum
Pantau jumlah ASI yang diberikan apakah sudah mencukupi atau belum
Fototerapi dan lakukan periksaan bilirubin total setiap 12- 24 jam bila
menungkinkan. Diberikan dalam 48 jam dan posisi pasien diubah dsetiap 6
jam.
Fototerapi dihentikan apabila bilirubin cukup rendah untuk resiko kernicterus.
Apabila fototerapi gagal maka diberikan transfusi ganti
12
Prognosis
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
15 Desember 2015
S;
Pasien Tampak Kuning
O;
KU : aktif BB : 2600 gr
TTV : N : 140 x/m R : 40 x/m S : 36,4 C,
prechtl 5, kramer 2
Kepala : fontanel terbuka, mata terbuka, mata
SI : +/+
Thorax : cor : S1 S2 murni reguler, murmur
(-), gallop (-)
Pulmo : d.b.n
Abdomen : BU (+)
Extremitas : CRT < 3
Lab :
BT : 10,55
D : 0,65
In : 9,90
A;
- PTI AGA letak kepala Spontan dengan NH
P : - lapor hasil lab : foto therapy single, infus
stop
16 Desember 2015
S:
Kuning sudah berkurang
O;
KU : aktif BB : 2600 gr
TTV : N : 140 x/m R : 40 x/m S : 36,4 C
Kepala : fontanel terbuka, mata terbuka, mata SI : +
Thorax : cor : S1 S2 murni reguler, murmur (-), g
(-)
Pulmo : d.b.n
Abdomen : BU (+)
Extremitas : CRT < 3
A;
- PTI AGA letak kepala Spontan dengan NH
P : - BLPL
13
HIPERBILIRUBINEMIA
Definisi
Adalah keadaan klinis bayi yang ditandai oleh pewarnaan kuning pada kulit
dan sclera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Secara klinis
akan tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin serum 5-7 mg/dl.
Etiologi
Unconjugated hyperbilirubinemia dapat disebabkan atau meningkat pada :
14
Umumnya terjadi pada bayi baru lahir, kadar bilirubin tidak terkonjugasi pada
minggu pertama > 2 mg/dl pada bayi cukup bulan dan akan mencapai puncaknya
sekitar 6-8 mg/dl pada hari ke-3 kehidupan dan kemudian akan menurun cepat
selama 2-3 hari diikuti dengan penurunan yang lambat sebesar 1 mg/dl selama 1-2
minggu. Pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI kadar bilirubin puncak akan
mencapai kadar yang lebih tinggi (7-14 mg/dl) dan penurunan terjadi lebih
lambat. Bisa terjadi dlama waktu 2-4 minggu, bahkan dapat mencapai 6 minggu.
Pada bayi kurang bulan yang mendapat susu formula juga akan mengalami
peningkatan dengan puncak yang lebih tinggi dan lebih lama, begitu juga dengan
penurunnannya jika tidak diberikan fototerapi pencegahan. Peningkatan sampai
10-12 mg/dl masih dalam kisaran fisiologis, bahkan hingga 15 mg/dl tanpa
disertai dengan kelainan metabolism bilirubin.
Ikterus Fisiologis merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi kurang
bulan maupun cukup bulan selama minggu pertama kehidupan yang frekuensinya
pada bayi cukup bulan dan kurang bulan berturut turut adalah 50-60% dan 80%.
Untuk kebanyakan bayi fenomena ini ringan dan dapat membaik tanpa
pengobatan. Ikterus fisiologis tidak disebabkan oleh factor tunggal, tetapi
kombinasi dari berbagai factor yang berhubungan dengan maturitas fisiologis bayi
baru lahir. Peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dalam sirkulasi pada
bayi baru lahir disebabkan oleh kombinasi peningkatan ketersediaan bilirubin dan
penurunan clearance bilirubin.
Faktor yang berhubungan dengan icterus fisiologis :
15
Dasar
Peningkatan bilirubin yang tersedia
Produksi bilirubin
Resirkulari melalui enterohepatic shunt
Penyebab
Sel darah merah
Umur sel darah merah
Early bilirubin
Aktivitas glukoronidase
Tidak ada flora bakteri
Pengeluaran meconium yang terlambat
Defisiensi protein karier
Aktivitas UDPGT
Anemia hemolitik
Polisitemia
Sirkulasi enterohepatik berlebihan
Uptake bilirubin oleh hepar menurun
Defek konjugasi
Gangguan transportasi bilirubin direk yang keluar dari hepatosit
Obstruksi aliran empedu
Uptake bilirubin
16
yang timbul akibat efek toksik bilirubin pada system saraf pusat yaitu basal
ganglia dan pada berbagai nuclei batang otak. Keadaan ini tampak pada minggu
pertama sesudah bayi lahir dan dipakai istilah akut bilirubin ensefalopati.
Sedangkan istilah kern icterus adalah perubahan neuropatologi yang ditandai oleh
deposisi pigmen bilirubin pada beberapa daerah di otak terutama diganglia
basalis, pons, dan serebelum. Kern icterus digunakan untuk keadaan klinis yang
kronik dengan sekuele yang permanen karena toksik bilirubin
Manifestasi klinis akut bilirubin ensefalopati : pada awal fase, bayi dengan
ikerus berat akan tampak letargis, hipotonik, dan reflex hisap buruk., sedangkan
pada fase intermediate ditandai dengan moderate stupor, iritabilitas, dan hipertoni.
Untuk selanjutnya bayi akan demam, high pitched cry, kemudian akan menjadi
drowsiness dan hipotoni. Manifestasi hypertonia dapat berupa retrocollis dan
opistotonus
Manifestasi klinis kern icterus : pada tahap yang kronis bilirubin ensefalopati,
bayi yang bertahan hidup, akan berkembang menjadi bentuk athenoid cerebral
palsy yang berat, gangguan pendengaran, dysplasia dental enamel, paralisis
upward gaze.
17
18
dalam ASI ibu-ibu tertentu. Pendapat lain menyatakan hambatan terhadap fungsi
glukoronid transferase di hati oleh peningkatan konsentrasi asam lemak bebas
yang tidak di esterifikasi dapat juga menimbulkan BMJ. Faktor terakhir yang
diduga sebagai penyebab BMJ adalah peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Kondisi ini terjadi akibat (1) peningkatan aktifitas beta-glukoronidase dalam ASI
dan juga pada usus bayi yang mendapat ASI, (2) terlambatnya pembentukan flora
usus pada bayi yang mendapat ASI serta (3) defek aktivitas uridine
diphosphateglucoronyl transferase (UGT1A1) pada bayi yang homozigot atau
heterozigot untuk varian sindrom Gilbert.
Patofisiologi
Sel darah merah pada neonatus berumur sekitar 70-90 hari, lebih pendek dari
pada sel darah merah orang dewasa, yaitu 120 hari. Secara normal pemecahan sel
darah merah akan menghasilkan heme dan globin. Heme akan dioksidasi oleh enzim
heme oksigenase menjadi bentuk biliverdin (pigmen hijau). Biliverdin bersifat larut
dalam air. Biliverdin akan mengalami proses degradasi menjadi bentuk bilirubin. Satu
gram hemoglobin dapat memproduksi 34 mg bilirubin. Produk akhir dari
metabolisme ini adalah bilirubin indirek yang tidak larut dalam air dan akan diikat
oleh albumin dalam sirkulasi darah yang akan mengangkutnya ke hati . Bilirubin
indirek diambil dan dimetabolisme di hati menjadi bilirubin direk. Bilirubin direk
akan diekskresikan ke dalam sistem bilier oleh transporter spesifik. Setelah
diekskresikan oleh hati akan disimpan di kantong empedu berupa empedu. Proses
minum akan merangsang pengeluaran empedu ke dalam duodenum. Bilirubin direk
19
tidak diserap oleh epitel usus tetapi akan dipecah menjadi sterkobilin dan
urobilinogen yang akan dikeluarkan melalui tinja dan urin. Sebagian kecil bilirubin
direk akan didekonjugasi oleh -glukoronidase yang ada pada epitel usus menjadi
bilirubin indirek. Bilirubin indirek akan diabsorpsi kembali oleh darah dan diangkut
kembali ke hati terikat oleh albumin ke hati, yang dikenal dengan sirkulasi
enterohepatik.
penurunan konjugasi bilirubin oleh hati, (5) penurunan ekskresi bilirubin, dan (6)
peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Pada Bayi Kurang Bulan, ikatan bilirubin akan lebih lemah yang umumnya
merupakan
komplikasi
dari
hipoalbumin,
hipoksia,
hipoglikemia,
asidosis,
Jaundice dapat muncul pada saat lahir atau di saat periode neonatal,
tergantung penyebabnya
21
Jaundice akibat deposit dari indirect biirubin akan menunjukkan warna kulit
yang cenderung kuning terang atau oranye, sedangkan jaundice tipe
obstruktif (direct bilirubin) memiliki warna yang kehijauan atau warna
kuning lumpur.
Diagnosis
Anamnesis
-
6-fosfat (G6PD)
Riwayat keluarga
dengan
penyakit
hati,
menandakan
kemungkinan
penyakit gilbert, sindrom crigler-Najjar tipe I dan II, atau fibrosis kistik
Riwayat saudara dengan ikterus atau anemia, mengarah pada kemungkinan
toksoplasma
Riwayat obat-obatan yang dikonsumsi ibu, yang berpotensi menggeser ikatan
bilirubin dengan albumin (sulfonamide) atau mengakibatkan hemolysis pada
22
direk berkepanjangan
Pemberian air susu ibu (ASI) berkaitan dengan breast milk jaundice dan breast
feeding jaundice.
Pemeriksaan Fisik
Dapat dideteksi secara klinis dengan cara mengobservasi warna kulit setelah
dilakukan penekanan dengan menggunakan jari. Pemeriksaan terbaik dilakukan
dibawah sinar matahari. Ikterus dimulai dari kepala dan meluas secara sefalokaudal.
Hal-hal yang harus dicari pada pemeriksaan fisis :
-
Prematuritas
Kecil masa kehamilan, kemungkinan berhubungan dengan polisitemia
Tanda infeksi intraueterine, misalnya mikrosefali, kecil masa kehamilan
Perdarahan ekstravaskular, misalnya memar, sefalhematom
Pucat, berhubungan dengan anemia hemolitik, atau kehilangan darah
ekstravaskular
Petekie, berkaitan dengan infeksi kongenital, sepsis, atau eritroblastosis
Hepatosplenomegali, berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital,
Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk ditempat yang tulangnya
menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dan lain-lain.
24
kehamilan 35 minggu atau lebih dan berat badan 2500 gram atau lebih berdasarkan
jam observasi kadar bilirubin serum
Sumber : AAP
25
Jaundice fisiologis
Full term
Premature
Hyperbilirubinemia
karena factor
metabolic
Full term
Premature
Keadaan hemolitik
Kerusakan
hepatoselular
Puncak Konsentrasi
Bilirubin
Muncu
l
Menghilan
g
mg/dL
Usia
(hari)
Kecepatan
Akumulasi
Bilirubin
(mg/dL/hari)
2-3
3-4
4-5
7-9
10-12
15
2-3
6-8
<5
<5
2-3
3-4
1-24
jam
bervariasi
bervariasi
bervariasi
>12
>15
tidak
terbatas
minggu
ke-1
bervariasi
<5
<5
>5
2-3
2-3
bervariasi
tidak
terbatas
bervariasi
>5
26
Tujuan terapi adalah untuk mencegah kadar konsentrasi bilirubin indirek mencapai
kadar yang neurotoxic.
Fototerapi direkomendasikan dan apabila gagal maka dapat dilakukan transfusi ganti,
untuk mempertahankan kadar bilirubin di bawah kadar yang di ada.
Ketika penyebab utama dari penyebab utama icterus maka harus diberikan terapinya,
contoh : antibiotik pada septicemia.
27
FOTOTERAPI
-
Jaundice secara klinis dan hiperbilirubinemia indirect akan menurun pada paparan
spectrum cahaya intensitas tinggi.
Bilirubin dapat mengabsorpsi cahaya maksimal pada blue range (420-470 nm), tetapi
cahaya putih spectrum luas, biru, cahaya biru spektum sempit (super), dan kadang
cahaya hijau, diketahui efektif dalam menurunkan kadar bilirubin.
Bilirubin di kulit dapat mengabsorpsi energi cahaya, dimana oleh foto isomerisasi
mengubah 4Z,15Z-bilirubin tidak terkonjugasi menjadi isomer 4Z, 15E- bilirubin
tidak terkonjugasi. Dimana pada akhirnya akan menhasilkan reaksi reversible dan
dapat dieksresikan melalui empedu tanpa memerlukan lagi konjugasi.
Foto terapi juga mengubah bilirubin dengan reaksi ireversibel , menjadi isomer
structural lumirubin, yang akan dieksresikan melalui ginjal dalam bentuk tidak
terkonjugasi.
Pada bayi dengan berat lahir sangan rendah (very low birth weight-vlbw) fototerapi
prophilaksis digunakan untuk mencegah hiperbilirubinemia.
Pada saat paparan fototerapi, mata bayi harus ditutupi untuk mencegah paparan
cahaya ke dalam mata.
Temperatur tubuh harus terus dimonitor, serum bilirubin harus dimonitor setiap
interval 12-24 jam dan 4-8 jam pada bayi dengan hemolitik.
Komplikasi fototerapi ialah feces yang lembek, erythematous macular rash, purpuric
rash, overheat, dehidrasi dan bronze baby syndrome (diskolorisasi kulit menjadi
coklat keabu-abuan gelap pada bayi yang melakukan fototerapi)
DOUBLE PHOTOTHERAPY
-
tinggi dan lebih luas permukaan tubuh yang terpapar pada fototerapi ganda
Fototerapi yang intensif dapat menurunkan kadar bilirubin total serum 1-2 mg/dl
dalam 4-6 jam, sehingga kadar bilirubin harus dimonitor setiap 4-12 jam
28
Transfusi ganti dilakukan apabila fototerapi intensif telah dilakukan akan tetapi gagal
untuk menurunkan bilirubin ke kadar yang aman dan jika bayi telah memperlihatkan
tanda kernicterus.
Transfusi ganti ini bermanfaat terutama untuk bayi yang mengalami hemolysis
dengan sebab apapun.
aritmia
g. infeksi
h. kematian
29