Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I. Tujuan
Tujuan dari praktikum uji analisis formalin pada makanan secara modern dan
konvensional adalah untuk mengidentifikasi senyawa formalin pada makanan basah.
II. Prinsip
Prinsip dari praktikum uji analisis formalin pada makanan secara modern dan
konvensional adalah berdasarkan adanya perubahan warna, terbentuknya endapan dan
adanya gas.
Nama lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid,
Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform,
Formaldehyde, dan Formalith (Astawan, Made, 2006).
Berat Molekul Formalin adalah 30,03 dengan Rumus Molekul H2CO. Karena
kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh.
Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus NH2
dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap (Harmita,
2006).
Formaldehid (formalin) adalah larutan tidak berwarna, reaktif, dan dapat
membentuk polimer pada suhu normal pada saat berwujud gas. Kalor pembakaran
untuk gas formalin 4,47 Kcal / gram. Daya bakar dilaporkan pada rentang volume
12,5 80 % di udara. Campuran 65 70 % formaldehid di dalam udara sangat
mudah terbakar. Formaldehid dapat terdekomposisi menjadi metanol dan
karbonmonooksida pada suhu 150C dan pada suhu 300C jika dekomposisi tidak
Laporan Praktikum Uji Analisis Formalin pada Makanan secara Modern dan Konvensional | 1
Kesehatan
No 722/1988,
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi
bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk
dagang formalin atau formol ). Dalam air, formaldehida mengalami
polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO.
Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi
polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar
antara 10%-40%. Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada
umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya.
Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik
elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik
dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi
Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol. Formaldehida bisa
membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena.
Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda dari sifat gas
ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa
dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan
formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara (Reuss
2005).
Penggunaan formalin diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pembunuh kuman sehingga digunakan sebagai pembersih lantai, gudang,
pakaian dan kapal.
2. Pembasmi lalat dan serangga.
3. Bahan pembuat sutra bahan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak.
4. Dalam dunia fotografi digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan
kertas.
5. Bahan pembentuk pupuk berupa urea.
6. Bahan pembuatan produk parfum.
7. Pencegah korosi untuk sumur minyak.
8. Bahan untuk isolasi busa.
9. Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood) (Oke, 2008).
Larutan formaldehid adalah disinfektan yang efektif melawan bakteri
vegetatif, jamur atau virus tetapi kurang efektif melawan spora bakteri.
Formaldehid bereaksi dengan protein dan hal tersebut mengurangi aktivitas
mikroorganisme. Efek sporosidnya meningkat, yang meningkat tajam dengan
adanya kenaikan suhu. Larutan 0,5 % formaldehid dalam waktu 6 12 jam dapat
membunuh bakteri dan dalam waktu 2 4 hari dapat membunuh spora, sedangkan
larutan 8% dapat membunuh spora dalam waktu 18 jam. Formaldehid memiliki
Laporan Praktikum Uji Analisis Formalin pada Makanan secara Modern dan Konvensional | 3
daya
antimicrobial
yang
luas
yaitu
terhadap Staphylococcus
Asam borat (H3BO3) merupakan senyawa bor yang dikenal juga dengan
nama borax. Di Jawa Barat dikenal juga dengan nama bleng, di Jawa Tengah
dan Jawa Timur dikenal dengan nama pijer. Digunakan/ditambahkan ke dalam
pangan/bahan pangan sebagai pengental ataupun sebagai pengawet (Cahyadi,
2008).
Komposisi dan bentuk asam borat mengandung 99,0% dan 100% H3BO3.
Mempunyai bobot molekul 61,83 dengan B = 17,50% ; H = 4,88% ; O = 77,62%
berbentuk serbuk hablur kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak
berbau serta agak manis (Cahyadi, 2008).
lontong akan membuat bakso/lontong tersebut sangat kenyal dan tahan lama,
sedangkan pada kerupuk yang mengandung boraks jika digoreng akan
mengembang dan empuk serta memiliki tekstur yang bagus dan renyah.
Parahnya, makanan yang telah diberi boraks dengan yang tidak atau masih alami,
sulit untuk dibedakan jika hanya dengan panca indera, namun harus dilakukan uji
khusus boraks di Laboratorium (Depkes RI, 2002).
Boraks bisa didapatkan dalam bentuk padat atau cair (natrium hidroksid
aatau asam borat). Baik boraks maupun asam borat memiliki sifat antiseptik dan
biasa digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat, misalnya dalam
salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut dan obat pencuci mata.
Selain itu boraks juga digunakan sebagai bahan solder, pembuatan gelas, bahan
Laporan Praktikum Uji Analisis Formalin pada Makanan secara Modern dan Konvensional | 5
bahwa
boraks
kulit,
alposia,
anemia
dan
Baso Ikan
Bakso ikan merupakan salah satu bentuk pengolahan yang menggunakan
daging ikan sebagai bahan dasarnya dengan tambahan tepung tapioka dan
Laporan Praktikum Uji Analisis Formalin pada Makanan secara Modern dan Konvensional | 6
bumbu dengan bentuk bulat halus dengan tekstur kompak, elastis, dan
kenyal. Bakso umumnya dibuat dari daging sapi seiring dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi selera konsumen berkembang. Bakso
yang dibuat dari bahan baku ikan diantaranya bakso ikan tenggiri.
Bakso merupakan produk olahan dari daging yang cukup digemari
masyarakat. Pada umumnya bakso dibuat dari daging sapi, tetapi akhirakhir ini banyak dijumpai di pasaran bakso dibuat dari daging ikan. Jenis
ikan yang sering dipergunakan untuk bahan pembuatan bakso adalah ikan
tengiri. Bakso ikan didefinisikan sebagai produk makanan berbentuk
bulatan atau lain, yang diperoleh dari campuran daging ikan (kadar daging
ikan tidak kurang dari 50%) dan pati atau serealia dengan penambahan
atau makanan yang di inzinkan.
Scallop
Scallop adalah makanan sejenis sosis-sosisan yang banyak beredar
dipasaran. Scallop bentuknya bundar berwarna putih tulang, terbuat dari
campuran ikan dan tapioca serta sayuran seperti wortel. Sebelum dikemas
adonan scallop dibentuk bulat dan dikukus kemudian di oven, setelah itu
dilakukan pengemasan dan diedarkan dipasaran.
Gambar 4. Scallop
Nugget
Nugget adalah suatu bentuk produk olahan daging yang terbuat dari
daging giling yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi dan
dilapisi dengan tepung berbumbu (battered dan braded) (Maghfiroh,
2000). Nugget dikonsumsi setelah proses penggorengan rendam (deep
fat frying) (Saleh et al, 2002). Nugget dibuat dari daging giling yang
diberi bumbu, dicampur bahan pengikat, kemudian dicetak membentuk
Laporan Praktikum Uji Analisis Formalin pada Makanan secara Modern dan Konvensional | 7
Gambar 5. Nugget
Gambar 6. Puyam
4.2. Bahan
- HCl
- FeSO4
Pipet
- KMnO4
Cawan porselin
- Kunyit
Pembakar spirtus
Batang pengaduk
Serbet
Laporan Praktikum Uji Analisis Formalin pada Makanan secara Modern dan Konvensional | 8
V. Prosedur Kerja
-
Laporan Praktikum Uji Analisis Formalin pada Makanan secara Modern dan Konvensional | 9
Uji Formalin
Uji Boraks
Laporan Praktikum Uji Analisis Formalin pada Makanan secara Modern dan Konvensional | 10
Sampel blangko
Sebelum dipanaskan
Setelah dipanaskan
Formalin + FeCl3 +
HCl
kuning terang
mengalami perubahan
Formalin + KMnO4
dan terdapat
terdapat
3
Mengalami perubahan
menjadi sedikit pudar
Sampel blangko
Boraks + FeCl3 +
HCl
Sebelum dipanaskan
Setelah dipanaskan
dipanaskan
kuning
dan
warna
dingin
menjadi
kuning muda
2
Boraks + KMnO4
Saat
dipanaskan
warna
terdapat hitam
melarut,
setelah
dipanaskan
dan
didinginkan
larutan
membeku
3
merah kecoklatan/merah
coklat membeku
Laporan Praktikum Uji Analisis Formalin pada Makanan secara Modern dan Konvensional | 11
Nama Sampel
Penambahan FeCl3
Penambahan
Penambahan
dan HCl
KMnO4
Ekstrak Kunyit
Baso Ikan
kuning kehijauan,
mengandung formalin
(+)
2.
Scallop
Warna larutan
menjadi hitam
kecoklatan,
mengandung
formalin (+)
Nugget
Puyam
mengandung
formalin (-)
Warna larutan
kuning kehijauan,
menjadi hitam,
menjadi orange,
mengandung formalin
mengandung
mengandung
(+)
formalin (+)
formalin (+)
orange kemerahan,
menjadi hitam,
tidak mengandung
mengandung
formalin (+)
formalin (+)
coklat, tidak
Warna larutan
kuning kehijauan,
menjadi warna
mengandung formalin
hitam, mengandung
(+)
formalin (+)
Warna larutan
menjadi orange
pekat,
mengandung
formalin (+)
Warna larutan
menjadi warna
orange pekat,
mengandung
formalin (+)
Nama Sampel
Penambahan FeCl3
Penambahan
Penambahan
dan HCl
KMnO4
Ekstrak Kunyit
Baso Ikan
kuning kehijauan,
tidak mengandung
boraks (-)
Warna larutan
menjadi hitam
kecoklatan, tidak
mengandung boraks
(-)
3.
Scallop
Nugget
kuning kehijauan,
tidak mengandung
mengandung boraks
boraks (-)
(-)
Warna larutan
coklat,
mengandung
boraks (+)
Warna larutan
menjadi
orange, tidak
mengandung
boraks (-)
Warna larutan
Laporan Praktikum Uji Analisis Formalin pada Makanan secara Modern dan Konvensional | 12
orange kemerahan,
menjadi orange
mengandung boraks
mengandung (-)
pekat, tidak
(+)
mengandung
boraks (-)
Puyam
kuning kehijauan,
tidak mengandung
boraks (-)
Warna larutan
menjadi warna
hitam, tidak
mengandung boraks
(-)
Warna larutan
menjadi warna
orange pekat,
tidak
mengandung
boraks (-)
VII. Pembahasan
Pada percobaan uji analisis formalin pada makanan secara modern dan
konvensional adalah dengan menguji empat sampel makanan basah atau jajanan yang
biasa anak-anak beli dilingkungan sekolah didaerah Cirebon. Sampel yang kami
gunakan adalah bakso ikan yang kami ambil dari kantin kampus 2 UMC, Scallop
yang kami ambil dari pasar Susukan kabupaten Cirebon, Nugget dan Puyam yang
kami ambil dari kantin SMK Farmasi Muhammadiyah Cirebon. Sampel diuji dengan
menggunakan indicator FeCl3, KMnO4 dan ektrak kunyit.
Sebelum menguji keempat sampel tadi, kami terlebih dahulu membuat larutan
blanko formalin dan larutan blanko boraks dengan menggunakan indicator FeCl3,
KMnO4 dan Kunyit. Pertama-tama masukkan beberapa tetes formalin dan beberapa
sendok boraks kedalam masing-masing cawan porselin, kemudian masukkan indicator
FeCl3, KMnO4 dan kunyit kedalam masing-masing cawan yang sudah berisi formalin
dan boraks, kemudian amati perubahan warna yang terjadi.
Dari hasil yang kami peroleh didapat data hasil perubahan warna pada larutan
blanko formalin yaitu pada penambahan FeCl3 dan HCl terjadi perubahan warna
larutan menjadi kuning terang, pada penambahan KMnO 4 terjadi perubahan warna
larutan menjadi hitam pekat kecoklatan dan terdapat endapan, pada penambahan
kunyit terjadi perubahan warna larutan menjadi orange. Pada larutan blanko boraks
setelah boraks ditambahkan FeCl3 dan HCl terjadi perubahan warna larutan menjadi
kuning kehijauan sedikit membeku dan terdapat endapan kuning, setelah ditambahkan
KMnO4 warna larutan menjadi ungu pekat kehitaman dan terdapat endapan hitam,
setelah ditambahkan kunyit warna larutan menjadi merah kecoklatan/merah marun
dan terdapat endapan coklat. Larutan blanko ini adalah sebagai penentu uji sampel
terdapat boraks atau formalin dengan cara membandingkan warna larutan pada
sampel yang diuji dengan larutan blanko.
Laporan Praktikum Uji Analisis Formalin pada Makanan secara Modern dan Konvensional | 13
Pada pengujian sampel bakso ikan dengan FeCl3 dan HCl warna larutan
menjadi kuning kehijauan setelah dicocokkan dengan larutan blanko ternyata hasilnya
positif mengandung formalin, hasil yang sama juga ditunjukkan pada penambahan
KMnO4 yaitu ditunjukkan dengan warna hitam kecoklatan dan setelah dicocokkan
dengan larutan blanko ternyata positif mengandung formalin, tetapi hasil yang
berbeda terjadi pada penambahan ekstrak kunyit warna larutan coklat, setelah
dicocokkan dengan larutan blanko hasilnyamenunjukkan negatif formalin tetapi
positif boraks. Jadi dapat disimpulkan bakso ikan kantin kampus 2 UMC terindikasi
formalin dan boraks.
Pada pengujian sampel scallop dengan FeCl 3 dan HCl warna larutan menjadi
kuning kehijauan, setelah dicocokkan dengan larutan blanko hasilnya menunjukkan
positif mengandung formalin. Setelah penambahan KMnO4 warna larutan menjadi
hitam, setelah dicocokkan dengan larutan blanko hasilnya positif mengandung
formalin. Setelah penambahan ekstrak kunyit warna larutan menjadi orange, setelah
dicocokkan dengan larutan blanko hasilnya positif mengandung formalin, jadi dapat
disimpulkan scallop dari pasar Susukan-Cirebon terindikasi formalin.
Pada pengujian sampel nugget dengan FeCl3 dan HCl warna larutan menjadi
orange kemerahan, setelah dicocokkan dengan larutan blanko hasilnya negative
formalin tetapi positif boraks. Setelah penambahan KMnO4 warna larutan menjadi
hitam, setelah dicocokkan dengan larutan blanko hasilnya menunjukkan positif
mengandung formalin. Setelah penambahan ekstrak kunyit warna larutan menjadi
orange pekat, setelah dicocokkan dengan larutan blanko hasilnya menunjukkan positif
mengandung formalin. Jadi dapat disimpulkan nugget dari kantin SMK Farmasi
Muhammadiyah Cirebon terindikasi mengandung formalin.
Pada pengujian sampel puyam dengan FeCl3 dan HCl warna larutan menjadi
kuning kehijauan, setelah dicocokkan dengan larutan blanko hasilnya menunjukkan
positif mengandung formalin, hal yang sama juga terjadi pada penambahan KMnO4
dan Kunyit, setelah dicovokkan dengan larutan blanko hasilnya menunjukkan positif
mengandung formalin. Jadi dapat disimpulkan puyam dari kantin SMK Farmasi
Muhammadiyah Cirebon terindikasi mengandung formalin.
Penggunaan
formalin
dimaksudkan
untuk
memperpanjang
umur
Ini akibat sifat oksidator formalin terhadap sel hidup. Dampak yang dapat terjadi
tergantung pada berapa banyak kadar formalin yang terakumulasi dalam tubuh.
Semakin besar kadar yang terakumulasi, tentu semakin parah akibatnya. Mulai dari
terhambatnya fungsi sel hingga menyebabkan kematian sel yang berakibat lanjut
berupa kerusakan pada organ tubuh. Di sisi lain dapat pula memicunya pertumbuhan
sel-sel yang tak wajar berupa sel-sel kanker. Beberapa penelitian terhadap tikus dan
anjing pemberian formalin dalam dosis tertentu jangka panjang secara bermakna
mengakibatkan kanker saluran cerna seperti adenocarcinoma pylorus, preneoplastic
hyperplasia pylorus dan adenocarcinoma duodenum. Penelitian lainnya menyebutkan
peningkatan resiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung) pada
pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan (Takahashi et al.,1986).
Di dalam tubuh, jika terakumulasi dalam jumlah besar, formalin merupakan
bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungan dalam tubuh
tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga
menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan
pada tubuh.
Akumulasi formalin yang tinggi di dalam tubuh akan menyebabkan berbagai
keluhan, misalnya iritasi lambung dan kulit, muntah, diare, serta alergi. Bahkan bisa
menyebabkan kanker, karena formalin bersifat karsinogenik. Formalin termasuk ke
dalam karsinogenik golongan IIA. Golongan I adalah yang sudah pasti menyebabkan
kanker, berdasarkan uji lengkap, sedangkan golongan IIA baru taraf diduga, karena
data hasil uji pada manusia masih kurang lengkap (Wispriyono, 2006).
Lembaga perlindungan lingkungan Amerika Serikat (EPA) dan lembaga
internasional untuk penelitian kanker (IARC) menggolongkan formalin sebagai
senyawa yang bersifat karsinogen. Formalin akan mengacaukan susunan protein atau
RNA sebagai pembentuk DNA di dalam tubuh manusia. Jika susunan DNA kacau
maka akan memicu terjadinya sel-sel kanker dalam tubuh manusia. Tentu prosesnya
memakan waktu yang lama, tetapi cepat atau lambat jika tiap hari tubuh kita
mengonsumsi makanan yang mengandung formalin maka kemungkinan terjadinya
kanker juga sangat besar (Widyaningsih dan Murtini, 2006).
Dalam jumlah sedikit, formalin akan larut dalam air, serta akan dibuang ke
luar bersama cairan tubuh. Itu sebabnya formalin sulit dideteksi keberadaannya di
dalam darah. Tetapi, imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya
formalin di dalam tubuh. Jika imunitas tubuh rendah, sangat mungkin formalin
dengan kadar rendah pun bisa berdampak buruk terhadap kesehatan (Farida,2010).
Usia anak khususnya bayi dan balita adalah salah satu yang rentan untuk mengalami
gangguan akibat formalin. Secara mekanik integritas mukosa (permukaan) usus dan
peristaltik (gerakan usus) merupakan pelindung masuknya zat asing masuk ke dalam
Laporan Praktikum Uji Analisis Formalin pada Makanan secara Modern dan Konvensional | 15
tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi
zat berbahaya tersebut. Secara imunologik sIgA (sekretori Imunoglobulin A) pada
permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal zat asing masuk
ke dalam tubuh. Sehingga pada orang dewasa relatif dampaknya dapat ditekan oleh
system tubuh. Namun pada usia anak, usus imatur (belum sempurna) atau system
pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan
bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh sulit untuk dikeluarkan. Hal ini juga akan
lebih mengganggu pada penderita gangguan saluran cerna yang kronis seperti pada
penderita Autism, penderita alergi dan sebagainya (Blairet al., 1987).
Menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety), lembaga khusus dari
tiga organisasi di PBB, yaitu ILO, UNEP, serta WHO, yang mengkhususkan pada
keselamatan penggunaan bahan kimiawi, secara umum ambang batas aman di dalam
tubuh adalah 1 miligram per liter. Sementara formalin yang boleh masuk ke tubuh
dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari.
Bila formalin masuk ke tubuh melebihi ambang batas tersebut maka dapat
mengakibatkan gangguan pada organ dan sistem tubuh manusia. Akibat yang
ditimbulkan tersebut dapat terjadi dalam waktu singkat atau jangka pendek dan dalam
jangka panjang, bisa melalui hirupan, kontak langsung atau tertelan.
Harmita. 2006. Buku Ajar Analisis Fisikokimia. Depok: departemen farmasi FMIPA
Universitas Indonesia
Herdiantini, E., 2003. Analisis Bahan Tambahan Kimia (Bahan Pengawet Dan
Pewarna) Yang Dilarang Dalam Makanan. Bandung: Fakultas Teknik Universitas
Pasundan.
Norman, R.O.C and D.J. Waddington, 1983. Modern Organic Chemistry. New York:
Colliens Educational.
Oke, 2008. Mengenal Formalin. http://www.oke.or.id. [ Diakses pada 16 Januari
2016]
Reuss
G,
W.
Disteldorf,
A.O.Gamer.
2005. Formaldehyde
in
Newsletter,
2007. Formaldehid:
Detection
and
Mitigation.
carcinogenesis
in
rats
after
initiation
with
N-methyl-
Praktikan
Laporan Praktikum Uji Analisis Formalin pada Makanan secara Modern dan Konvensional | 17
Lampiran Foto
-
Sampel
Laporan Praktikum Uji Analisis Formalin pada Makanan secara Modern dan Konvensional | 18
Penambahan FeCl3
Penambahan KMnO4
Laporan Praktikum Uji Analisis Formalin pada Makanan secara Modern dan Konvensional | 19
Penambahan Kunyit
Laporan Praktikum Uji Analisis Formalin pada Makanan secara Modern dan Konvensional | 20