Вы находитесь на странице: 1из 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


1.1.1 Definisi Human Trafficking
Definisi Human Trafficking mengalami perkembangan sampai
ditetapkannya Protocol to Provent, Suppres and Punish Trafficking in
Perons Especially Women and Children Suplementing the United Nation
Convention Against Transnational Organized Crime tahun 2000.
Dalam protokol tersebut yang dimaksud dengan perdagangan orang
adalah:

rekrutmen,

transportasi,

pemidahan,

peyembunyian

atau

penerimaan seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau


bentuk-bentuk tekanan lain, penculikan, pemalsuan, enipuan, atau
pencurangan, atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisis rentan, ataupun
penerimaan/ pemberian bayaran, atau manfaat sehingga memperoleh
persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang tersebut untuk
diekploitasi yang minimal termasuk eksploitasi lewat prostitusi atau
bentuk-bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja atau pelayan paksa,
perbudakan atau praktek-praktek yang menyerupainya, adopsi illegal atau
pengambilan organ-organ tubuh.1
Perdagangan perempuan dan anak menurut Koalisi Anti Trafficking,
didefinisikan sebagai pergerakan manusia lintas batas, mengandung
konotasi pemaksaan, penipuan, dan perdagangan manusia. Menurut
Departemen Luar Negeri AS, Trafficking, khususnya perempuan dan

1 Kusumawardhani, dkk. (Human Trafficking: Pola Pencegahan dan


Penanggulangan Terpadu Terhadap Perdagangan Perempuan. LIPI. 2010)
22.

anak-anak untuk keperluan prostitusi dan kerja paksa, merupakan salah


satu dari kegiatan kriminal internasional yang berkembang sangat cepat.2
1.1.2

Perkembangan Human Trafficking di Dunia


Dewasa ini perdagangan manusia (Human Trafficking) bukanlah hal
yang asing, tetapi sudah menjadi masalah nasional dan internasional yang
berlarut - larut, yang sampai saat ini belum ditemukan titik penyelesaian
dari pemerintah setiap Negara maupun organisasi-organisasi internasional
yang menangani masalah tersebut. Perdagangan manusia berkaitan
dengan hubungan antar Negara yang biasanya dilakukan di daerah
perbatasan Negara.3 Strategisnya Indonesia membawa banyak keuntungan
dan kerugian terutama di daerah perbatasan. Menurut PBB, Indonesia
memasuki peringkat ke-2 sebagai negara yang paling banyak terjadi
perdagangan manusia. Indonesia dicap sebagai pengirim, penampung dan
sekaligus memproduksi aksi kejahatan ini.4
Berkaitan dengan hal tersebut, perdagangan manusia di Indonesia,
mayoritas terjadi pada perempuan dan anak-anak. Seperti berita terkini
(Mataram) bahwa kasus perdagangan manusia semakin melambung
tinggi. Menurut data e-perlindungan Kemlu, selama kuartal pertama tahun
ini telah terjadi peningkatan hingga 73% atau sebanyak 109 kasus,
dibandingkan periode yang sama tahun lalu.5 Sementara itu, menurut

2 Kusumawardhani, dkk. op.cit. 23.


3Winarno Budi, 2002, Isu-Isu Global Kontemporer, PT. BukuSeru,
Yogyakarta
4http://intelektualhukum.wordpress.com/2010/01/14/perdagangantrafficking-anak-dan-perempuan/
5Sumardi, Mulyanto. 1982. KemiskinandanKebutuhanPokok. Rajawali:
Jakarta

catatan organisasi internasional untuk migrasi (IOM), kasus perdagangan


orang di Indonesia pada periode 2008-2010 mencapai 1.647 orang. 6
Jumlah ini bisa terus meningkat bila tidak ditanggulangi oleh semua
pemangku kepentingan.
1.1.3

Problematika Human Trafficking di Indonesia


Problematika Human Trafficking di Indonesia akibat Kemiskinan,
terbatasnya akses dan kesempatan kerja, kekerasan dalam rumah tangga,
kepatuhan anak terhadap orangtua (yang terdesak secara ekonomi),
konflik sosial dan peperangan lemahnya penegakan hukum, serta
perubahan orientasi pembangunan dari pertanian ke industri serta krisis
ekonomi yang tidak berkesudahan. Kondisi ini tidak saja dialami oleh
Indonesia.
Laporan Survey dunia IV tentang perempuan dan pembangunan
(1999) menyebutkan bahwa banyak Negara berkembang di Asia, seperti
Vietnam, Laos, Sri Langka, Thailand, dan Philipina mengalami hal yang
sama, sebagai akibat ketidakpastian dan ketidak mampuan menghadapi
persaingan bebas dari konsep liberalisasi ekonomi di era globalisasi yang
mempunyai

dampak

yang

cukup

kompleks

terutama

terhadap

peningkatamn peran dan kedudukan perempuan dalam bidang ekonomi


baik pada tingkat nasional maupun internasional.7 Indonesia tidak hanya
sumber utama modal manusia untuk perdagangan tetapi juga negara
tujuan dan transit bagi korban asing dari negara-negara tetangga.

6 Sosial News, Perlu Political Will untuk Lindungi Hak Pekerja


http://sosialnews.com/peristiwa/perlu-political-will-untuk-lindungi-hakpekerja.html diakses 10 Desember 2015
7. Rahmad Syafaat, SH., M,Si. Dagang Manusia. Kajian Trafficking
terhadap perempuan dan Anak di Jawa Timur. ( Yogyakarta : LAPPERA
PUATAKA UTAMA. 2003 ) hlm 8

Perdagangan internal dan antara provinsi dan dari desa ke kota sama
meresap. Lebih dari dua-pertiga dari provinsi di Indonesia adalah tujuan
untuk perdagangan intern. Jawa Barat dan Kalimantan Barat adalah dua
provinsi utama asal untuk perdagangan Indonesia sementara Kepulauan
Riau dan Jakarta adalah tujuan utama dan zona transit. Kemiskinan,
penerimaan sosial pekerja anak, kurangnya pencatatan kelahiran, praktekpraktek tradisional seperti pernikahan dini dan pendidikan yang rendah
untuk anak perempuan adalah salah satu akar penyebab perdagangan
manusia yang perlu ditangani.
1.2 Rumusan Masalah
Mengapa Human Traficking (perdagangan manusia) di Indonesia sulit untuk
diselesaikan?
1.3 Kerangka Dasar Pemikiran
1.3.1 Konsep Human Security
Dalam human security, menurut Buzan, hampir semua sektor bermain
didalamnya antara lain militer, politik, budaya, sosial, ekonomi dan
lingkungan. Negara memiliki kemampuan serta kapasitas sumber daya guna
mendukung proses sekuritisasi tersebut.8 Keamanan non-tradisional telah
merubah konsep keamanan itu sendiri dari hanya sebatas keamanan dari
perlindungan terhadap konflik bersenjata menjadi perlindungan terhadap
hampir semua isu yang dianggap dapat mengancam keamanan dan
keselamatan jiwa individu yaitu yang disebut sebagai human security.
Konsep human security yang mencakup Human security secara komprehensif
mencakup semua hal yang mengancam kehidupan dan kehormatan manusia,
misalnya kerusakan lingkungan, pelanggaran HAM, kejahatan terorganisir
internasional, masalah pengungsi, peredaran obat-obat terlarang, penyebaran

8 Collins, alan, Contemporary security Studies (Oxford University Press, UK, 2007) hal
110

penyekit menular yang berbahaya,dan sebagainya, mencakup freedom from


fear and freedom from want.

1.3.2 Teori Rational Choice


Kejahatan perdagangan manusia tidak terjadi secara spontan, tetapi
melalui berbagai pertimbangan yang matang oleh para pelaku, sehingga para
pelaku mau melakukan perbuatan tersebut. Rational choice menurut Gary
Becker yaitu:
jika manfaat yang diharapkan bagi dirinya melebihi manfaat yang ia
dapat dengan menggunakan waktunya dan sumber-sumber lain pada
kegiatan lain, sebagian orang menjadi penjahat, bukan karena motivasi
dasar mereka berbeda dari motivasi dasar orang lain, tetapi yang
berbeda adalah manfaat dan biayanya.9
Penggunaan rational choice theory ini menurut pertimbangan seseorang
melakukan suatu kegiatan tidak saja berlaku bagi pelaku trafficking, namun,
rational choice menjelaskan mengapa korban potensial dapat terjebak dalam
perdagangan perempuan yang dialaminya memperkuat pernyataan tersebut
merujuk pendapat heath, Carling dan Coleman seseorang menentukan
tindakannya yaitu :
Individu dilihat sebagai orang yang termotivasi oleh tujuan atau keiginan
yang mengekspresikan pilihan mereka. Mereka bertindak didalam batasan
spesifik dan atas dasar informasi yang mereka miliki tentang kondisikondisi dimana mereka bertindak. Pada kondisi yang paling sederhana,
hubungan antara hambatan atau batasan dan pilihan dapat dilihat sebagai
hal yang semata- mata teknis sifatnya, menyangkut hubungan dari suatu
alat alat bagi suatu akhir. Karena itu tidaklah mungkin suatu individu
untuk mencapai semua hal hal yang mereka inginkan. Mereka harus
membuat aneka pilihan dalam hubungan dengan pencapaian tujuan
9 Ibid.

mereka. Teoi pilihan rasional berpendapat bahwa individu harus


mengantisipasi

hasil

dari

bermacam

tindakan

alternative

dan

mengkalkulasi yang terbaik untuknya. Individu secara rasional memilih


alternative yang mungkin dapat memberikan kepuasan yang terbesar bagi
dirinya.
Sehinggan wadah dimungkinkannya kegiatan Human Trafficking. Dalam
hal bertemunya pelaku potensial dan korban potensial, tersedianya tempat
berlangsungnya proses perdagangan manusia (tempat terdapatnya korban
potensial dan tempat berlangsungnya rekrutmen, transportasi dan transaksi).

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dinamika Human Trafficking di Indonesia


Kasus perdagangan manusia atau Human Trafficking di Indonesia masih
tinggi, modus awal ditawari pekerjaan dengan upah yang besar, di kota besar
sebagai pelayan namun nyatanya korban biasanya dijual untuk menjadi PSK,
bahkan ada juga yang korbannya ditinggalkan. Selama ini para korban
perdagangan manusia biasanya dikirim ke beberapa daerah di Indonesia seperti
Batam, Kepulauan Riau, bahkan ada juga yang dikirim ke Malaysia hingga ke
Arab Saudi dengan modus pengiriman tenaga kerja wanita (TKW).
Jawa Barat khususnya Sukabumi masih berlangsung, hingga akhirnya menjadi
sorotan banyak pihak dan membutuhkan penanganan yang cukup serius.
Kurangnya pemahaman serta ekonomi, menjadi faktor utama terjadinya kasus
ini. Terakhir kasus yang menimpa Rena Agustin (21) Warga Kecamatan Gunung
puyuh, Kota Sukabumi yang menjadi korban perdagangan manusia. Kasus
perdagangan di Kota Sukabumi ini biasanya diiming-imingi pekerjaan dengan
upah yang besar, penempatan kerja korban tak sesuai perjanjian,korban yang
sengaja dijual untuk menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK).
Di wilayah Provinsi Riau, kasus Human Trafficking pada awalnya lebih di
identikan sebagai kawasan transit (persinggahan), dimana korban dan pelaku
menjadikan Riau hanya sebagai daerah perlintasan perdagangan manusia
sebelum ke daerah tujuannya. Tapi kenyataannya sekarang Riau sudah menjadi
penyuplai kasus Human Trafficking.10 Diberitakan Polresta Pekanbaru berhasil
10Antara Riau, Riau Kawasan Transit Perdaganagan Manusia
http://www.antarariau.com/berita/15948/riau-kawasan-transitperdagangan-manusia. Diakses pada 13 Desember 2015.

membongkar kasus trafficking dengan korban 8 anak yang masih dibawah umur.
Dalam kasus ini, 2 orang pemilik sebuah kafe dijadikan tersangka,8 korban ini
diamankan di sebuah lokalisasi bernama Maredan yang berbatasan dengan
Kabupaten Palawan dan Siak.
Mereka diamankan karena adanya laporan dari korban kepada anggota
kepolisian, mereka dijadikan pekerja seks komersil. Dari kedelapan orang
tersebut, dua di antaranya masih dibawah umur. Mereka datang dari berbagai
provinsi di Pulau Jawa dan satu korban berasal dari Lampung. Kedua tersangka
dijerat dengan pasal 2 dan Pasal 12 UU No 21 Tahun 2007 tentang Perdagangan
Orang, dan UU Perlindungan , dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun.
Menurut PBB, Indonesia sendiri memasuki peringkat ke-2 sebagai negara yang
paling banyak terjadi kasus perdagangan manusia.
2.1.1 Data Human Traficking di Indonesia
A. Data perdagangan Perempuan
Menurut International Organization For Migration (IOM) pada
desember 2014, di beritakan Indonesia menempati posisi pertama
perdangan manusia sebesar 6.651 orang atau sekitar 92,46%. Dimana
sekitar 4.888 orang diantaranya wanita dewasa, menurut Nurul Qoiriah
Project Coordinator for Counter Trafficking and Labor Migration Unit
IOM 82% diantaranya dieksploitasi menjadi tenaga kerja di dalam dan
di luar negeri.11 Wanita biasanya dijual untuk menjadi pekerja rumah
tangga sebesar 2.075orang. Diantaranya mendapat kekerasan secara
psikologi sebesar 80%, kekerasan secara fisik 54%, kekerasan seksual

11Liputan 6, Catatan IOM: Human Trafficking Paling BanyakTerjadi di


Indonesia http://news.liputan6.com/read/2249883/catatan-iom-humantrafficking-paling-banyak-terjadi-di-indonesia ,diaksespada 12 Desember
2015.

sebesar 13%, kemudian 57% diantaranya tidak mendapatkan asupan


makanan yang cukup.12 Hal ini dapat terlihat pada gambar berikut:

Berdasarkan data tersebut kita dapat melihat bahwa wanita lebih


tinggi presentasenya di bandingkan oleh pria. Perdagangan yang
terjadi untuk tujuan eksploitasi tenaga kerja menjadi sasaran jam kerja
yang berlebihan, yaitu di haruskan bekerja selama 8 jam perhari.
Perempuan

yang

di

perdagangkan

dalam

bekerja

non-seks

kemungkinan mendapatkan pelecehan seksual lebih tinggi di


bandingkan dengan perempuan yang bekerja sebagai tenaga kerja, atau
69% banding 13%13. Dari wanita pekerja seksual yang ada diantaranya

12 Australian Government, Exploitation of Indonesian trafficked men,


women and children and implications for support
http://www.aic.gov.au/publications/current%20series/tandi/441460/tandi450.html , diaksespada 12 Desember 2015
13 Ibid.

terjebak dalam kasus prostitusi adapun wanita yang sengaja ikut


kedalam pekerjaan ini.
Sedangkan dari sisi daerah tempat terjadinya perdangan manusia
ProvinsiJawa Barat menempati urutan pertama dengan jumlah korban
perdangan mencapai 2.151 orang atau sekitar 32,35%. Diposisi kedua
terdapat ProvinsiJawa Tengah dengan korban 909 orang atau 13,67%,
di posisi ketiga Kalimantan sebanyak 732 orang atausekitar 11%. 14
Perdangangan yang terjadi di daerah tersebut diperdangankan
kekotamaupun keluarnegeri.
Kebanyakan dari mereka diperdagangkan ke Jakarta 20%,
Kepulauan Riau 19%, Sumatara Utara 13%, JawaTimur 12%, dan
Banten 13%.15 Letak Indonesia yang mempunyai jumalah penduduk
yang relative besar dan minimnya lapangan pekerjaan, banyak wanita
memilih untuk bekerja di luar negeri sebagai pekerja rumah tangga
yang dijanjikan mendapatkan gaji yang cukup besar. Berikut ini negara
tujuan dari perdangan manusia pada tahun 2010-201316

14Liputan 6, Catatan IOM: Human Trafficking Paling BanyakTerjadi di


Indonesia http://news.liputan6.com/read/2249883/catatan-iom-humantrafficking-paling-banyak-terjadi-di-indonesia ,diaksespada 13Desember
2015.
15 Ibid.
16KomisiPerlindunganAnak Indonesia, TEMUAN DAN REKOMENDASI KPAI
TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DI BIDANG PERDAGANGAN ANAK
(TRAFFICKING) DAN EKSPLOITASI TERHADAP ANAK
http://www.kpai.go.id/artikel/temuan-dan-rekomendasi-kpai-tentangperlindungan-anak-di-bidang-perdagangan-anak-trafficking-daneksploitasi-terhadap-anak/diakses 13 Desember 2015

10

B. Data Perdagangan Anak- Anak


Dalam catatan Komnas PA, jumlah anak yang menjadi korban
Human Trafficking (perdagangan manusia) Di tahun 2008 dan 2009
jumlahnya memang sempat mengalami penurunan, yakni menjadi 88
kasus dan 55 kasus. Hanya saja pada 2010 jumlahnya kembali naik
drastis mencapai 412 kasus. 17Angka perdagangan anak di Indonesia
semakin meningkat setiap tahunnya. Sejak 2011 hingga Juli 2015,
tercatat ada sebanyak 860 kasus yang dilaporkan. Secara rinci, pada
2011 terjadi 160 kasus, 2012 sebanyak 173 kasus, 2013 sebanyak 184
kasus, 2014 ada 263 kasus, dan hingga bulan Juli 2015 KPAI
mendapati laporan perdagangan anak sebanyak 80 kasus. 18

17Ibid
18Ibid

11

Kasus Perdagangan Anak di Indonesia


500
400
300
200
100
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Berdasarkan data yang dimiliki Komisi Nasional Perlindungan


Anak (Komnas PA) jumlah korban kasus perdagangan anak sejak
tahun 2008 s/d 2014 diperkirakan mencapai lebih dari 100 ribu anak di
perdagangkan.19 Bentuk-bentuk pelanggarannya ada berbagai macam
diantaranya eksploitasi sebagai buruh, menjadi korban pornografi,
prostitusi, dan narkotika.

BAB III
Hambatan Penyelesaian Human Trafficking di Indonesia

3.1 Faktor Faktor yang menjadi Hambatan Penyelesaian Human Trafficking


di Indonesia
3.1.1Kurangnya Kerja Sama Antar Daerah di Indonesia
Meskipun sudah ada penandatanganan MOU, namun pada dasarnya
MOU tersebut sifatnya masih berbentuk komitmen atau gentlemen
agreement yang merupakan payung bahw provinsi tersebut (Kepulauan
19Liputan 6, 100 Ribu Anak Indonesia Korban Perdagangan Manusia
Setiap Tahun http://news.liputan6.com/read/2142451/100-ribu-anakindonesia-korban-perdagangan-manusia-setiap-tahun di akses pada 13
Desember 2015

12

Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Jawa


Barat) memiliki komitmen terhadap pencegahan dan penanganan korban
trafficking. Oleh karena itu untuk dapat diimplementasikan MOU tersebut
masih harus ditindaklanjuti dengan agreement atau perjanjian kerjasama
yang lebih spesifik.
Dalam konteks itu provinsi Jawa Barat sekarang ini tengah membuat
draft detail kerjasama dan dikomunikasikan melalui email kepada
provinsi yang telah menandatangani MOU tersebut. Perjanjian kerjasama
yang lebih spesifik ini penting dikomunikasikan karena masing-masing
provinsi tentunya memiliki kebutuhannya berbeda. Misalnya provinsi
kepulauan Riau, karena korban trafficking yang ada di provinsi ini
mencapai ribuan jumlahnya, maka tidak mungkin korban yang berasal
dari seluruh provinsi tersebut ditanggung sendiri oleh APBD provinsi
Kepulauan Riau.
Oleh karena itu berdasarkan MOU yang telah disepakati tersebut
kemudian dibuat perjanjian kerjasama yang lebih rinci dan teknis. Dalam
perjanjian kerjasama tersebut meliputi hak dan kewajiban yang
menentukan aturan main dalam implementasi kerjasamanya. Dalam
kerjasama tersebut antara lain mengatur bahwa ketika ada korban
trafficking yang berasal dari Jawa Barat, maka pihak provinsi Jawa Barat
melakukan penjemputan. Terkait keterbatasan APBD provinsi Kepulauan
Riau yang tidak mungkin mencukupi untuk menanggung semua biaya
penanganan korban yang jumlahnya ribuan, maka dalam kerjasama
tersebut pihak provinsi Kepulauan Riau menghendaki bahwa mulai saat
penjemputan korban segala biaya penanganan korban tersebut langsung
ditanggung oleh APBD provinsi Jawa Barat.
Namun tentunya tidak serta merta, melainkan dititipkan dulu di
P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak)
yang ada di propinsi yang bersangkutan. Setelah korban tersebut
dititipkan di shelter milik provinsi Kepulauan Riau, baru kemudian
13

dijemput oleh pihak provinsi Jawa Barat. Hal ini dimungkinkan karena di
setiap provinsi membentuk semacam rumah aman atau shelter atau
tempat pelayanan terpadu terhadap korban kekerasan perempuan dan
perlindungan anak.20
Dalam kaitan dengan masalah kerjasama antara provinsi Jawa Barat dan
provinsi Kepulauan Riau, pada tahun 2008 pihak provinsi Kepulauan
Riau pernah mengeluhkan tentang sulitnya melakukan koordinasi dengan
provinsi Jawa Barat. Ketika mereka melakukan audiensi ke Jawa Barat
saat itu, mereka menangkap kesan bahwa terdapat kecenderungan dari
pihak Jawa Barat untuk tidak mengakui bahwa banyak korban trafficking
yang berasal dari Jawa Barat, oleh karena itu pihak provinsi Jawa Barat
tidak mau mengalokasikan anggaran untuk penanganan trafficking yang
sangat diharapkan oleh pihak provinsi Kepulauan Riau.
3.1.2 Faktor Lingkungan Bagi Pelaku Perdagangan Wanita
Pertama, setelah dilakukan assessment oleh provinsi terhadap korban
selama 10 hari di shelter, ternyata hasilnya belum mencukupi untuk
melakukan perubahan mindset. Padahal perubahan mindset ini sangat
substansial dalam mencegah korban agar tidak kembali lagi ke pekerjaan
lama atau daerah tujuan. Perubahan mindset ini dirasakan menjadi
problem utama bagi BPPKB dalam penanganan korban trafficking.
Kesulitan yang dihadapi terutama menyangkut para korban trafficking
yang sudah merasa enjoy dengan penghasilan yang diperolehnya selama
ini yang nilainya mencapai antara 7 sampai 10 juta rupiah per bulan.
Hal ini antara lain terbukti ketika 72 korban yang baru - baru ini
dijemput dan ditangani oleh provinsi Jawa Barat, ternyata 11 orang di
antaranya sudah kembali lagi ke daerah tujuan (Batam/Kepri). Hal kedua
yang menjadi kendala adalah, kadang kala alamat korban trafficking tidak
jelas karena yang bersangkutan tidak mau terus terang. Atau, kadang ada
20 Kusumawardhani, dkk. op.cit. 134.

14

orang tua yang tidak mau menerima kembali anaknya sehingga harus
dikembalikan kepada kakak atau sanak familinya yang tentu saja menjadi
persoalan tersendiri bagi mereka.
3.1.3

Implimentasi Yang Tidak Sesuai Dengan Kebijakan


Maraknya kasus kekerasan terhadap anak dan perdagangan anak (child
trafficking) belum optimalnya upaya perlindungan anak dilakukan. Upaya
Perlindungan terhadap korban trafficking dan eksploitasi anak merupakan
hal yang kompleks karena beirisan dengan berbagai aspek kehidupan,
maka diperlukan kesadaran dan peran serta seluruh masyarakat,
penyelenggara negara dan aparat penegak hukum.
Menurut Wakil Ketua KPAI, Maria Advianti meski negara sudah
melindungi anak dari perdagangan manusia dengan berbagai perangkat
peraturan, termasuk Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak. Namun, dalam implementasi tidak sesuai dengan
yang diharapkan.21
Selama ini masalah trafficking dan eksploitasi anak hanya berfokus pada
masalah yang sudah terjadi dan penyelesaian terhadap penanganan kasus.
Sementara upaya pencegahan dan pemenuhan terhadap hak anak kurang
menjadi perhatian.22

3.1.4

Adanya permintaan dari Industri seks yang menguntungkan

21 Harian Terbit, Tangkap Penjual Bayi RP 25 Juta Lewat Online


http://nasional.harianterbit.com/nasional/2015/06/16/32314/43/25/Tangka
p-Penjual-Bayi-Rp25-Juta-Lewat-Online di akses pada 14 Desember 2015
22KomisiPerlindunganAnak Indonesia, TEMUAN DAN REKOMENDASI KPAI
TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DI BIDANG PERDAGANGAN ANAK
(TRAFFICKING) DAN EKSPLOITASI TERHADAP ANAK
http://www.kpai.go.id/artikel/temuan-dan-rekomendasi-kpai-tentangperlindungan-anak-di-bidang-perdagangan-anak-trafficking-daneksploitasi-terhadap-anak/ di akses pada 14 Desember 2015

15

Faktor lainnya adalah soal perluasan industri seks dan hiburan yang
menguntungkan. Industri seks global yang berkembang cepat telah
menjadi faktor utama dibalik perdagangan perempuan dan anak
perempuan, serta eksploitasi seksual yang serius23. Permintaan pasar terus
meningkat, terutama terhadap anak-anak oleh karena daya beli yang
meningkat, lemahnya moral, dan adanya asumsi bahwa anak-anak masih
bersih dari penyakit, terutama HIV/AIDS. Hal ini membuat sebagian
orang tua tergiur pada bisnis ini.
Berkembangnya jaringan perdagangan manusia internasional yang
makin kuat dan canggih. Jaringan perdagangan anak ini sudah
berkembang sejak lama, mereka terorganisir dan juga terikat satu sama
lain, dengan adanya jaringan perdagangan manusia ini menjadi sebuah
penghambat dari terselesainya masalah perdagangan anak.
Faktor yang menghambat penyelesaian perdagangan anak yaitu dapat
dilihat dari adanya Trans Organized Crime, dimana kehadiran TOC ini
merupakan

suatu

penghalang

untuk

mengakhiri

permasalahan

perdagangan anak hingga saat ini. Dalam menyikapi ini, kami melihat
bahwa kehadiran TOC merupaka salah satu sumber utama sebagai
penghambat penyelesaian permasalahan perdagangan anak. Dengan
hadirnya TOC ini memiliki dampak buruk bagi suatu negara unntuk
membasmi masalah perdagangan manusia yang di sinyalir ber-operasi di
dalam dan di luar negara (basis internasional). Sebagaimana kita ketahui
bahwa bentuk Organized Crime ini sudah tersebar di belahan dunia. Kita
sadar bahwa ini merupakan ancaman yang nyata dalam pelaksanaanya.
Sebagai suatu hambatan yang real, kami mencoba memaparkan bentuk
dari Trans Organized Crime itu sendiri yang mana terdapat beberapa
tahapan dalam pelaksanaannya. Berikut adalah bagan dari Trans
Organized Crime :
23 ibid ,hal.37

16

sumber 1
Buku Pedoman Pemberantasan Perdagangan Orang.

Melalui bagan ini kita dapat memahami bahwa kehadiran TOC ini
merupakan penghambat terselesainya permasalahan perdagangan anak.
Proses dalam pelaksanaan penyelesaian perdagangan anak ini di memiliki
banyak masalah ketika adanya sebuah ancaman yang nyata dari para
pelaku terhadap korban trafficking. Dengan adanya ancaman, maka
korban akan takut untuk melapor kepada pihak yang berwajib karena
adanya ancaman internal maka ini menjadi salah satu faktor penghambat
terselesainya perdagangan anak ini. hambatan yang dihadapi dengah
kehadiran TOC ini dapat dilihat sebagai berikut :
17

Kerumitan mendapatkaan alat bukti , kecanggihan dan kerapihan


perilaku trans organized criminal membuat sulit bagi para penegak

hukum untuk mendapatkan alat bukti.


Salah satu alat buktinya adalah keterangan saksi dan korban.
Masalahnya saksi ataau korban engga untuk menyampaikan

keterangan yang diperlukan oleh hukum.


Adanya hubungan yang canggih dan sudah mapan antara pelaku
TOC dengan pejabat public dan politisi, membuat jaringan mereka
begitu kuat sehingga sanga sulit ditembus oleh hukum. 24

3.2 Cara Mengatasi Human Trafficking di Indonesia


3.2.1Upaya Preventif Indonesia
Untuk mengatasi persoalan tersebut, tampaknya perlu dilakukan
kerjasama yang sinergis dengan kabupaten/kota. Dengan begitu setelah
para korban diberikan assessment counceling selama 10 hari oleh provinsi
dan mereka dikembalikan ke tempat asalnya, maka pembinaan dan
monitoring lanjutannya menjadi kewenangan kabupaten/kota. Yang perlu
digarisbawahi, dengan adanya otonomi daerah maka kewenangan untuk
menjaga warga
Indonesia telah mengesahkan protocol ini pada tanggal 5 Maret 2009
dengan UU Nomor 14 Tahun 2009 tentang Pengesahan Protocol to
Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons, Especially Women
and Children, Supplementing the United Nations Convention Against
Transnational Organized Crime (Protokol Untuk Mencegah, Menindak,
dan Menghukum Perdagangan Orang, Terutama Perempuan dan Anakanak, Melengkapi Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa Menentang
Tindak Pidana Transnasional yang Terorganisasi).25

24 Lihat Harkriswono, Harkristuti dalam : Jurnal Hukum Internasional,


Trans Organized CrimeDalam Perspektif Hukum Pidana dan Kriminologi.pdf

18

Ketentuan mengenai larangan perdagangan orang di Indonesia, pada


dasarnya telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP). Pasal 297 KUHP menentukan mengenai larangan perdagangan
wanita dan anak laki-laki belum dewasa dan mengkualifikasikan tindakan
tersebut sebagai kejahatan. Selanjutnya, dalam Pasal 83 UU No. 23 tahun
2002

tentang

Perlindungan

Anak

menentukan

larangan

memperdagangkan, menjual, atau menculik anak untuk diri sendiri atau


untuk dijual.
Berbagai upaya dan strategi telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia
maupun organisasi non-pemerintah dalam menghadapi perdagangan
perempuan dan anak, yaitu, penguatan pada kebijakan migrasi serta
hukum pidana untuk perlindungan hukum bagi perempuan dan anak
sebagai korban, serta diupayakan penanganan sebagai korban tanpa
mengesampingkan hak-haknya sebagai perempuan dan anak.Dalam
rangka pencegahan tindak pidana perdagangan perempuan dan anak,
perlu

dilakukan

upaya-upaya

untuk

peningkatan

pendidikan,

penyebarluasan informasi, dan peningkatan pengawasan.


Peningkatan pendidikan dan penyebarluasan informasi merupakan
faktor yang sangat penting. sebagaimana dilaporkan Rosenberg, profil
perempuan dan anak korban perdagangan orang serta mereka yang
beresiko, pada umumnya berasal dari keluarga miskin, kurang
pendidikan, kurang informasi dan berada pada kondisi sosial budaya yang
kurang menguntungkan bagi perkembangan dirinya. Peningkatan
pendidikan harus menjadi perhatian semua pihak dan terutama ditujukan
kepada anak-anak usia sekolah dari keluarga miskin, anak jalanan, dan
juga kepada mereka yang karena sesuatu hal tidak dapat melanjutkan
sekolahnya.
25Imam Santoso, Hukum Pidana Internasional, Bahan Kuliah Program
Pasca Sarjana Universitas Krisnadwiayana, Yakarta, hal 109

19

Sementara peningkatan pengawasan, terutama ditujukan terhadap para


pekerja migrant. Pemerintah harus meningkatkan pengawasan terhadap
operasional perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia dalam merekrut,
menampung, melatih, menyiapkan dokumen dan memberangkatkan
tenaga kerja Indonesia ke luar negeri. Upaya ini didukung oleh
masyarakat melalui DPR RI sehingga beberapa undang-undang telah
ditetapkan: Undang - undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenaga
kerjaan, Undang-undang No. 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial, dan Undang-undang No. 39 tahun 2004
tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar
Negeri.
3.2.2 Upaya Indonesia di ASEAN
Indonesia masih menyisakan problematika dari pencegahan ataupun
penyelesaian masalah perdagangan orang. Pembahasan mengenai
perkembangan kerjasama serta langkah pemberantasan perdagangan
orang selalu rutin dibicarakan dan dibahas pada setiap pertemuan ASEAN
Adapun pertemuan terakhir kerjasama ASEAN adalah pertemuan tingkat
Menteri negara-negara ASEAN ke 8 yang berlangsung pada 9-13 Oktober
2011 yang membahas masalah kejahatan lintas negara.
Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa pernyataan seperti
berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu
dalam penanganan kejahatan antar negara dalam menjaga kedamaian,
keamanan dan stabilitas regional. mempercepat ASEAN Convention on
Trafficking in Person (ACTIP). Kerjasama ini juga melibatkan negaranegara yang selama ini telah bekerjasama dengan ASEAN yaitu Cina,
Jepang, dan Korea Selatan.26 Serangkaian penyelesaian program kerja
26 Ibid.

20

ASEAN tersebut merefleksikan komitmen yang tinggi dari negara-negara


ASEAN

dalam

meningkatkan

kerjasama

penanggulangan

isu

perdagangan orang.

BAB IV
KESIMPULAN
Lemahnya negara dalam menyelesaikan permasalahan human trafficking ini
menjadi hambatan utama. Hal ini dikarenakan kurang tanggapnya instansi pemerintah
dan kurangnya kerjasama antar daerah dalam menyelesaikan permasalhan tersebut.
Perdagangan perempuan ini lebih menyerang masyarakat menenngah ke bawah
dikarenakan berbagai faktor, salah satunya karena faktor ekonomi yang tidak dapat

21

memenuhi kebutuhan hidup bagi si pelaku dan korban human trafficking ini.
Lemahnya pendidikan juga menyebabkan banyak korban baik anak-anak maupun
perempuan yang terjerumus kedalam human trafficking ini hanya dengan diimingimingi dengan pendapatan yang besar dan bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.
Untuk itu, disini sangat diperlukan peranan penting sebuah negara dalam
menyelesaikan human trafficking ini dengan mensinergikan lembaga-lembaga terkait.
Penerapan human security di Indonesia dari perlindungan warga negaranya
baik itu dari segi ekonomi maupun sosial-budaya dan politik dianggap sangat jauh
dari apa yang diharapkan bagi sebuah negara untuk melindungi setiap individu dari
negaranya yang pada akhirnya menyebabkan rakyat yang memiliki perekonomian
dan tingkat pendidikan yang rendah menganggap lebih mengutamakan pilihan yang
rasional bagi dirinya untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
Maka dari itu, peranan pemerintah dan organisasi internasional disini sangat
ditekankan terlebih untuk membantu dalam penyelesaian permasalahn human
trafficking khususnya di Indonesia demi menghalangi terjadinya kejahatan lintas
negara yang lebih masif.

22

Вам также может понравиться