Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
rekrutmen,
transportasi,
pemidahan,
peyembunyian
atau
dampak
yang
cukup
kompleks
terutama
terhadap
Perdagangan internal dan antara provinsi dan dari desa ke kota sama
meresap. Lebih dari dua-pertiga dari provinsi di Indonesia adalah tujuan
untuk perdagangan intern. Jawa Barat dan Kalimantan Barat adalah dua
provinsi utama asal untuk perdagangan Indonesia sementara Kepulauan
Riau dan Jakarta adalah tujuan utama dan zona transit. Kemiskinan,
penerimaan sosial pekerja anak, kurangnya pencatatan kelahiran, praktekpraktek tradisional seperti pernikahan dini dan pendidikan yang rendah
untuk anak perempuan adalah salah satu akar penyebab perdagangan
manusia yang perlu ditangani.
1.2 Rumusan Masalah
Mengapa Human Traficking (perdagangan manusia) di Indonesia sulit untuk
diselesaikan?
1.3 Kerangka Dasar Pemikiran
1.3.1 Konsep Human Security
Dalam human security, menurut Buzan, hampir semua sektor bermain
didalamnya antara lain militer, politik, budaya, sosial, ekonomi dan
lingkungan. Negara memiliki kemampuan serta kapasitas sumber daya guna
mendukung proses sekuritisasi tersebut.8 Keamanan non-tradisional telah
merubah konsep keamanan itu sendiri dari hanya sebatas keamanan dari
perlindungan terhadap konflik bersenjata menjadi perlindungan terhadap
hampir semua isu yang dianggap dapat mengancam keamanan dan
keselamatan jiwa individu yaitu yang disebut sebagai human security.
Konsep human security yang mencakup Human security secara komprehensif
mencakup semua hal yang mengancam kehidupan dan kehormatan manusia,
misalnya kerusakan lingkungan, pelanggaran HAM, kejahatan terorganisir
internasional, masalah pengungsi, peredaran obat-obat terlarang, penyebaran
8 Collins, alan, Contemporary security Studies (Oxford University Press, UK, 2007) hal
110
hasil
dari
bermacam
tindakan
alternative
dan
BAB II
PEMBAHASAN
membongkar kasus trafficking dengan korban 8 anak yang masih dibawah umur.
Dalam kasus ini, 2 orang pemilik sebuah kafe dijadikan tersangka,8 korban ini
diamankan di sebuah lokalisasi bernama Maredan yang berbatasan dengan
Kabupaten Palawan dan Siak.
Mereka diamankan karena adanya laporan dari korban kepada anggota
kepolisian, mereka dijadikan pekerja seks komersil. Dari kedelapan orang
tersebut, dua di antaranya masih dibawah umur. Mereka datang dari berbagai
provinsi di Pulau Jawa dan satu korban berasal dari Lampung. Kedua tersangka
dijerat dengan pasal 2 dan Pasal 12 UU No 21 Tahun 2007 tentang Perdagangan
Orang, dan UU Perlindungan , dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun.
Menurut PBB, Indonesia sendiri memasuki peringkat ke-2 sebagai negara yang
paling banyak terjadi kasus perdagangan manusia.
2.1.1 Data Human Traficking di Indonesia
A. Data perdagangan Perempuan
Menurut International Organization For Migration (IOM) pada
desember 2014, di beritakan Indonesia menempati posisi pertama
perdangan manusia sebesar 6.651 orang atau sekitar 92,46%. Dimana
sekitar 4.888 orang diantaranya wanita dewasa, menurut Nurul Qoiriah
Project Coordinator for Counter Trafficking and Labor Migration Unit
IOM 82% diantaranya dieksploitasi menjadi tenaga kerja di dalam dan
di luar negeri.11 Wanita biasanya dijual untuk menjadi pekerja rumah
tangga sebesar 2.075orang. Diantaranya mendapat kekerasan secara
psikologi sebesar 80%, kekerasan secara fisik 54%, kekerasan seksual
yang
di
perdagangkan
dalam
bekerja
non-seks
10
17Ibid
18Ibid
11
BAB III
Hambatan Penyelesaian Human Trafficking di Indonesia
12
dijemput oleh pihak provinsi Jawa Barat. Hal ini dimungkinkan karena di
setiap provinsi membentuk semacam rumah aman atau shelter atau
tempat pelayanan terpadu terhadap korban kekerasan perempuan dan
perlindungan anak.20
Dalam kaitan dengan masalah kerjasama antara provinsi Jawa Barat dan
provinsi Kepulauan Riau, pada tahun 2008 pihak provinsi Kepulauan
Riau pernah mengeluhkan tentang sulitnya melakukan koordinasi dengan
provinsi Jawa Barat. Ketika mereka melakukan audiensi ke Jawa Barat
saat itu, mereka menangkap kesan bahwa terdapat kecenderungan dari
pihak Jawa Barat untuk tidak mengakui bahwa banyak korban trafficking
yang berasal dari Jawa Barat, oleh karena itu pihak provinsi Jawa Barat
tidak mau mengalokasikan anggaran untuk penanganan trafficking yang
sangat diharapkan oleh pihak provinsi Kepulauan Riau.
3.1.2 Faktor Lingkungan Bagi Pelaku Perdagangan Wanita
Pertama, setelah dilakukan assessment oleh provinsi terhadap korban
selama 10 hari di shelter, ternyata hasilnya belum mencukupi untuk
melakukan perubahan mindset. Padahal perubahan mindset ini sangat
substansial dalam mencegah korban agar tidak kembali lagi ke pekerjaan
lama atau daerah tujuan. Perubahan mindset ini dirasakan menjadi
problem utama bagi BPPKB dalam penanganan korban trafficking.
Kesulitan yang dihadapi terutama menyangkut para korban trafficking
yang sudah merasa enjoy dengan penghasilan yang diperolehnya selama
ini yang nilainya mencapai antara 7 sampai 10 juta rupiah per bulan.
Hal ini antara lain terbukti ketika 72 korban yang baru - baru ini
dijemput dan ditangani oleh provinsi Jawa Barat, ternyata 11 orang di
antaranya sudah kembali lagi ke daerah tujuan (Batam/Kepri). Hal kedua
yang menjadi kendala adalah, kadang kala alamat korban trafficking tidak
jelas karena yang bersangkutan tidak mau terus terang. Atau, kadang ada
20 Kusumawardhani, dkk. op.cit. 134.
14
orang tua yang tidak mau menerima kembali anaknya sehingga harus
dikembalikan kepada kakak atau sanak familinya yang tentu saja menjadi
persoalan tersendiri bagi mereka.
3.1.3
3.1.4
15
Faktor lainnya adalah soal perluasan industri seks dan hiburan yang
menguntungkan. Industri seks global yang berkembang cepat telah
menjadi faktor utama dibalik perdagangan perempuan dan anak
perempuan, serta eksploitasi seksual yang serius23. Permintaan pasar terus
meningkat, terutama terhadap anak-anak oleh karena daya beli yang
meningkat, lemahnya moral, dan adanya asumsi bahwa anak-anak masih
bersih dari penyakit, terutama HIV/AIDS. Hal ini membuat sebagian
orang tua tergiur pada bisnis ini.
Berkembangnya jaringan perdagangan manusia internasional yang
makin kuat dan canggih. Jaringan perdagangan anak ini sudah
berkembang sejak lama, mereka terorganisir dan juga terikat satu sama
lain, dengan adanya jaringan perdagangan manusia ini menjadi sebuah
penghambat dari terselesainya masalah perdagangan anak.
Faktor yang menghambat penyelesaian perdagangan anak yaitu dapat
dilihat dari adanya Trans Organized Crime, dimana kehadiran TOC ini
merupakan
suatu
penghalang
untuk
mengakhiri
permasalahan
perdagangan anak hingga saat ini. Dalam menyikapi ini, kami melihat
bahwa kehadiran TOC merupaka salah satu sumber utama sebagai
penghambat penyelesaian permasalahan perdagangan anak. Dengan
hadirnya TOC ini memiliki dampak buruk bagi suatu negara unntuk
membasmi masalah perdagangan manusia yang di sinyalir ber-operasi di
dalam dan di luar negara (basis internasional). Sebagaimana kita ketahui
bahwa bentuk Organized Crime ini sudah tersebar di belahan dunia. Kita
sadar bahwa ini merupakan ancaman yang nyata dalam pelaksanaanya.
Sebagai suatu hambatan yang real, kami mencoba memaparkan bentuk
dari Trans Organized Crime itu sendiri yang mana terdapat beberapa
tahapan dalam pelaksanaannya. Berikut adalah bagan dari Trans
Organized Crime :
23 ibid ,hal.37
16
sumber 1
Buku Pedoman Pemberantasan Perdagangan Orang.
Melalui bagan ini kita dapat memahami bahwa kehadiran TOC ini
merupakan penghambat terselesainya permasalahan perdagangan anak.
Proses dalam pelaksanaan penyelesaian perdagangan anak ini di memiliki
banyak masalah ketika adanya sebuah ancaman yang nyata dari para
pelaku terhadap korban trafficking. Dengan adanya ancaman, maka
korban akan takut untuk melapor kepada pihak yang berwajib karena
adanya ancaman internal maka ini menjadi salah satu faktor penghambat
terselesainya perdagangan anak ini. hambatan yang dihadapi dengah
kehadiran TOC ini dapat dilihat sebagai berikut :
17
18
tentang
Perlindungan
Anak
menentukan
larangan
dilakukan
upaya-upaya
untuk
peningkatan
pendidikan,
19
20
dalam
meningkatkan
kerjasama
penanggulangan
isu
perdagangan orang.
BAB IV
KESIMPULAN
Lemahnya negara dalam menyelesaikan permasalahan human trafficking ini
menjadi hambatan utama. Hal ini dikarenakan kurang tanggapnya instansi pemerintah
dan kurangnya kerjasama antar daerah dalam menyelesaikan permasalhan tersebut.
Perdagangan perempuan ini lebih menyerang masyarakat menenngah ke bawah
dikarenakan berbagai faktor, salah satunya karena faktor ekonomi yang tidak dapat
21
memenuhi kebutuhan hidup bagi si pelaku dan korban human trafficking ini.
Lemahnya pendidikan juga menyebabkan banyak korban baik anak-anak maupun
perempuan yang terjerumus kedalam human trafficking ini hanya dengan diimingimingi dengan pendapatan yang besar dan bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.
Untuk itu, disini sangat diperlukan peranan penting sebuah negara dalam
menyelesaikan human trafficking ini dengan mensinergikan lembaga-lembaga terkait.
Penerapan human security di Indonesia dari perlindungan warga negaranya
baik itu dari segi ekonomi maupun sosial-budaya dan politik dianggap sangat jauh
dari apa yang diharapkan bagi sebuah negara untuk melindungi setiap individu dari
negaranya yang pada akhirnya menyebabkan rakyat yang memiliki perekonomian
dan tingkat pendidikan yang rendah menganggap lebih mengutamakan pilihan yang
rasional bagi dirinya untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
Maka dari itu, peranan pemerintah dan organisasi internasional disini sangat
ditekankan terlebih untuk membantu dalam penyelesaian permasalahn human
trafficking khususnya di Indonesia demi menghalangi terjadinya kejahatan lintas
negara yang lebih masif.
22