Вы находитесь на странице: 1из 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu bangsa dapat dikatakan semakin maju jika tingkat pendidikan
penduduknya tinggi, derajat kesehatannya tinggi, usia harapan hidupnya
panjang, dan pertumbuhan fisiknya optimal. Peningkatan kualitas sumber daya
manusia yang dilakukan berkelanjutan merupakan tujuan pembangunan
nasional. Tujuan utama pembangunan nasional kemudian direalisasikan dalam
tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs).
Target utama MDGs dalam hal menurunkan angka kematian anak adalah
menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya antara tahun 1990
hingga tahun 2015. Untuk menurunkan angka kematian balita pemerintah
mempunyai target menurunkan prevalensi gizi buruk menjadi <3,5% dan gizi
kurang <15% (Depkes RI, 2010).
Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam
mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia. Hal mana merupakan faktor
kunci dalam keberhasilan pembangunan suatu bangsa (Almatsier, 2009).
Secara nasional sudah terjadi penurunan prevalensi kurang gizi (berat
badan menurut umur) pada balita dari 18,4% tahun 2007 menjadi 17,9% tahun
2010. Penurunan terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% pada tahun
2007 menjadi 4,9% tahun 2010. Tidak terjadi penurunan pada

prevalensi gizi kurang, yaitu tetap 13,0%. Prevalensi pendek pada balita adalah
35,7%, menurun dari 36,7% pada tahun 2007. Penurunan terutama terjadi
pada prevalensi balita pendek yaitu dari 18,0% tahun 2007 menjadi 17,1%
tahun 2010. Sedangkan prevalensi balita sangat pendek hanya sedikit menurun
yaitu dari 18,8% tahun 2007 menjadi 18,5% tahun 2010. Penurunan juga terjadi
pada prevalensi anak kurus, dimana prevalensi balita sangat kurus menurun
dari 13,6% tahun 2007 menjadi 13,3% tahun 2010 (Depkes RI, 2010). Menurut
WHO, kelompok usia balita adalah 0-60 bulan. Terbagi dalam usia 0-3 tahun
(infancy toddlerhood), usia 3-6 tahun (early childhood) dan usia 6-12 tahun
(middle childhood).
Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini
pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan inteligensia berjalan sangat cepat
dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.

(Adriani dan Wirjatmadi, 2012)


Terdapat beberapa masalah gizi terutama pada anak yang dapat
mengganggu perkembangan optimal fisik dan mental anak (Arisman, 2004).
Sementara orang tua terkadang tidak tahu mengapa anaknya yang sehat harus
ditimbang setiap bulan. Oleh karena itu, pendidikan orang tua merupakan salah
satu faktor yang sangat menentukan tingkat pengetahuan seseorang. Karena
dengan pendidikan yang baik, maka orang tua menerima segala informasi dari
luar terutama tentang cara pemberian gizi yang baik,

bagaimana menjadi kesehatan anaknya. Pendidikan ibu sangat berperan


penting karena dapat berpengaruh terhadap perkembangan gizi anaknya,
karena dengan mengetahui gizi maka diharapkan ibu-ibu dapat mengetahui
pertambahan berat badan/gizi balita setiap bulan (Almatsier, 2009).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan mengenai tingkat pengetahuan ibu
tentang kebutuhan gizi pada anak usia toddler (1-3 tahun) yang dilaksanakan
pada tanggal 17 Oktober 2012 di Kelompok Bermain Sekar Melati Desa
Cinunjang Kecamatan Gunungtanjung didapatkan hasil secara keseluruhan
murid

Kelompok

Bermain

Sekar

Melati

Desa

Cinunjang

Kecamatan

Gunungtanjung berjumlah 30 murid. Dari 10 ibu dari 10 murid yang berhasil


diwawancarai, ibu yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 5 ibu (50%),
ibu yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 3 ibu (30%), dan yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 2 orang (20%). Hal ini menunjukkan masih
kurangnya pengetahuan ibu.
Berdasarkan latar belakang diatas, dengan diketahuinya beberapa ibu yang
masih belum paham tentang kebutuhan gizi pada anak usia 1-3 tahun,
diharapkan dapat lebih mempelajari tentang kebutuhan gizi pada anak usia 1-3
tahun agar dapat memberikan asupan nutrisi yang tepat bagi anak. Dan apabila
ibu kurang paham tentang kebutuhan gizi pada anak usia 1-3 tahun,
pelaksanaannya dapat mengganggu perkembangan optimal fisik dan mental
anak sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi Pada Anak Usia Toddler (1-3 Tahun)
di Kelompok Bermain Sekar Melati Desa Cinunjang Kecamatan Gunungtanjung
Tahun 2013.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka perumusan
masalah penelitian ini adalah Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Kebutuhan Gizi Pada Anak Usia Toddler (1-3 Tahun) Di Kelompok
Bermain Sekar Melati Desa Cinunjang Kecamatan Gunungtanjung Tahun
2016 ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi
Pada Anak Usia Toddler 1-3 tahun di Kelompok Bermain Sekar Melati
Desa Cinunjang Kecamatan Gunungtanjung.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi
Pada Anak Usia Toddler (1-3 tahun) di Kelompok Bermain Sekar Melati
Desa Cinunjang Kecamatan Gunungtanjung pada tingkat baik.
b. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi
Pada Anak Usia Toddler (1-3 tahun) di Kelompok Bermain Sekar Melati
Desa Cinunjang Kecamatan Gunungtanjung pada tingkat cukup.
c. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi
Pada Anak Usia Toddler (1-3 tahun) di Kelompok Bermain Sekar Melati
Desa Cinunjang Kecamatan Gunungtanjung pada tingkat kurang.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pertimbangan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
dan penelitian selanjutnya.
2. Bagi penulis
a. Mendapatkan pengalaman nyata dari kegiatan penelitian
dan dalam membuat karya tulis.
b. Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan
selama kuliah dengan di lapangan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya Gizi pada Balita bagi pembaca dan
juga menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan

Teori

Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil tahu dari
menusia, yang sekedar menjawab pertanyaan WHAT misalnya apa air,
apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil


tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya) (Taufik, 2007).

b. Tingkatan Perkembangan Pengetahuan


Menurut August Comte 1798-1857 dalam Notoatmodjo
(2010),

membagi

tiga

tingkat

perkembangan

ilmu

pengetahuan ke dalam tahap religius, metafisik, dan ilmiah.


1) Tahap Religius
Tahap ini dimaksudkan dalam tahap pertama maka asas
religilah yang dijadikan postulat atau dalil ilmiah sehingga ilmu
merupakan deduksi atau penjabaran dari ajaran religi (deducto).

2) Tahap Metafisik
Dalam tahap kedua ini orang mulai berspekulasi berasumsi,
atau membuat hipotesis-hipotesis tentang metafisik (keberadaan)

wujud yang menjadi objek penelaahan yang terbahas dari


dogma religi, dan mengembangkan sistem pengetahuan
berdasarkan postulat metafisika tersebut (hipotetico).
3) Tahap Ilmiah
Tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah, dimana
asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif dalam
proses verifikasi yang objektif (verifikatif).
c. Sumber-Sumber Pengetahuan
Sumber dari pengetahuan didapat dari penginderaan. Penginderaan
terjadi

melalui

panca

indera

manusia

yaitu

indera

penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003).

d. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2007), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain :
1) Pendidikan
Pendidikan

adalah

suatu

usaha

untuk

mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan


berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang

didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya


dengan

pendidikan

dimana

diharapkan

seseorang

dengan

pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula


pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah
pula.

Peningkatan

pengetahuan

tidak

mutlak

diperoleh

di

pendidikan formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek


juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua
aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang
terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek
yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap
objek tersebut.

2) Media Massa/informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate
peningkatan

impact)

sehingga

pengetahuan.

menghasilkan

Majunya

teknologi

perubahan
akan

atau

tersedia

bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi


pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa

membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat


mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

3) Sosial budaya dan ekonomi


Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
Dengan

demikian

seseorang

akan

bertambah

pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi


seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas
yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status
sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan.

4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu,
baik

lingkungan

fisik,

biologis,

maupun

sosial.

Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam


individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan
cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman


belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan
pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman
belajar

selama

kemampuan

bekerja

mengambil

akan

dapat

keputusan

mengembangkan
yang

merupakan

manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik


yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak menggunakan persiapan demi suksesnya upaya
menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya
akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua
sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :

a) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak


informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang
dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

b) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang


yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik
maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan
menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya
pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya
kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori
berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup
cepat sejalan dengan bertambahnya usia.

e. Cara Memperoleh Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh
pengetahuan adalah :
1) Cara tradisional atau nonilmiah
Cara tradisional yaitu tanpa melalui penelitian ilmiah. Cara-cara
penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :

a) Cara coba salah (trial and error)


Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang
lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba
kemungkinan ketiga dan apabila kemungkinan ketiga gagal
dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah
tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara

ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah)

atau metode coba salah (coba-coba).


b) Secara kebetulan
Penemuan kebetulan secara kebetulan terjadi karena
tidak disengaja oleh yang bersangkutan.
c) Cara kebetulan atau otoritas
Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah,
tokok agama, maupun para ahli ilmu pengetahuan pada
prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam
penemuan pengetahuan.
d) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang terbaik, demikian bunyi
pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa
pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman

itu

merupakan

suatu

cara

untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.


e) Cara akal sehat (common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran.
f) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma adalah suatu kebenaran yang diwahyukan
dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima

dan

diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang

bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional

atau tidak.
g) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara
cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa
melalui proses penalaran atau berfikir.
h) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat
manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang.
Dari sinilah manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.
i) Induksi
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa
induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang
dimulai

dari

pernyataan-pernyataan

khusus

ke

pernyataan yang bersifat umum.


j) Deduksi
Deduksi

adalah

pembuatan

kesimpulan

dari

pernyataan-pernyataan umum ke khusus.


2) Cara modern atau cara ilmiah
Cara modern yakni melalui proses penelitian. Cara baru atau
cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode

penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian


(research methodology).
f. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan
pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Riwidikdo (2010), pengetahuan seseorang dapat


diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat
kuantitatif, yaitu :
1) Baik, bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD
2) Cukup, bila nilai mean 1 SD < x < mean + 1 SD
3) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean 1 SD
2. Anak Usia TODDLER
a. Pengerian anak usia toddler
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang
perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja
(Hidayat, 2005). Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak yang dimaksud dengan anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan (UU tahun 2002).

Pengertian toddler menurut National Association For The


Education Of Young Children (NAEYC) ialah anak yang mulai
berjalan sendiri sampai dengan usia tiga tahun.
b. Batasan anak usia toddler
Menurut WHO, kelompok usia balita adalah 0-60 bulan.
Terbagi dalam usia 0-3 tahun (infancy toddlerhood), usia 3-6
tahun (early childhood) dan usia 6-12 tahun (middle childhood).
Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/ toddler (1-2,5
tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun)
hingga remaja (11-18 tahun) (Hidayat, 2005).

c. Tahap perkembangan anak usia toddler


Menurut Whalley dan Wong dalam Hidayat (2005), perkembangan
merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat
dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar. Secara umum
perkembangan bayi pada tahun pertama adalah terjadi peningkatan
beberapa organ fisik/ biologis. Sedangkan perkembangan adaptasi
sosial dimulai kemampuan untuk bertepuk tangan, menyatakan
keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan
orang, main-main bola atau lainnya dengan orang.
Perkembangan pada tahun kedua pada anak akan mengalami
beberapa perlambatan dalam pertumbuhan fisik. Pada perkembangan

adaptasi sosial mulai membantu keggiatan di rumah, menyuapi


boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba memakai baju.

d. Karakteristik umum perkembangan anak usia toddler


Menurut teori perkembangan psikoseksual anak yang dikemukakan
oleh Sigmund Freud dalam Hidayat (2005), tahap anal terjadi pada
umur 1-3 tahun dengan perkembangan sebagai berikut:

1) Kepuasan pada fase ini adalah pada pengeluaran tinja.


2) Anak akan menunjukkan keakuannya dan sikapnya sangat
narsistik yaitu cinta terhadap diri sendiri dan sagat egoistik.
3) Mulai memperlajari struktur tubuhnya.
Menurut teori perkembangan psikososial anak yang dikemukakan
oleh Erikson dalam Hidayat (2005), tahap kemandirian, rasa malu dan
ragu terjadi pada umur 1-3 tahun (toddler) dengan perkembangan

sebagai berikut:
1) Anak sudah mulai mencoba mandiri dalam tugas tumbuh
kembang seperti motorik dan bahasa.
2) Anak sudah mulai latihan jalan sendiri, berbicara dan pada
tahap ini pula anak akan merasakan malu apabila orang tua
terlalu melindungi atau tidak memberikan kemandirian atau
kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak.

e. Tahap pertumbuhan dan perkembangan anak usia toddler


Tahap pertumbuhan dan perkembangan anak menurut
Marmi dan Rahardjo (2012), sebagai berikut:
1) Umur 12-18 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa berpengangan.
b) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali.

c) Berjalan mundur 5 langkah.


d) Memanggil ayah dengan kata papa, memanggil ibu
dengan kata mama.
e) Menumpuk 2 kubus.
f) Memasukkan kubus di kotak.
g) Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis atau
merengek,

anak

bisa

mengeluarkan

suara

yang

menyenangkan atau menarik tangan ibu.


2) Umur 18-24 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik.
b) Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
c) Bertepuk tangan, melambai-lambai.
d) Menumpuk 4 buah kubus.
e) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
f) Menggelindingkan bola ke arah sasaran.
g) Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.
h) Membantu atau menirukan pekerjaan rumah tangga.

i) Memegang cangkir sendiri, belajar makan minum sendiri.

3) Umur 24-36 bulan


a) Jalan naik tangga sendiri.
b) Dapat bermain dan menendang bola kecil.
c) Mencoret-coret pensil pada kertas.
d) Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata.
e) Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.

f) Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar


nama 2 benda atau lebih.
g) Membantu

memungut

mainannya

sendiri

atau

membantu mengangkat piring jika diminta.


h) Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
i) Melepas pakaiannya sendiri.
3. Kebutuhan Gizi Pada Anak Usia
TODDLER a. Pengertian Gizi
Gizi adalah makanan yang dapat memenuhi kesehatan
(Waryana, 2010). Zat Gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang
diperlukan

tubuh

untuk

melakukan

fungsinya,

yaitu

menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan,


serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2009).

b. Tujuan pemenuhan kebutuhan gizi pada anak usia Toddler


Di Indonesia, faktor gizi di samping faktor-faktor lain
dianggap penting untuk memacu pembangunan, khususnya
yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia
berkualitas (Almatsier, 2009). Makanan memegang peranan
penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak (Marmi
dan Rahardjo, 2012). Menurut Adriani dan Wirjatmadi (2012),
untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal maka
pemenuhan gizi disesuaikan dengan usianya.
c. Manfaat pemenuhan kebutuhan gizi pada anak usia Todller
Menurut Almatsier (2009), makanan sehari-hari yang dipilih
dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Bila dikelompokkan,
ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh yaitu:
1) Memberi energi
Zat-zat gizi yang memberikan energi adalah karbohidrat, lemak dan
protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang
diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan atau aktivitas.

2) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh


Protein, mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh.
Oleh karena itu, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru,
memelihara dan menggantikan sel-sel yang rusak.

3) Mengatur proses tubuh


Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur
proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di dalam
sel. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur
dalam

proses-proses

oksidasi. Air

diperlukan

untuk

melarutkan bahan-bahan di dalam tubuh.


d. Kebutuhan gizi pada anak usia Toddler
Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada usia toddler sebaiknya
penyediaan bervariasi menunya untuk mencegah kebosanan, berikan
susu dan makanan yang dianjurkan antara lain daging, sup, sayuran
dan buah-buahan. Pada anak usia toddler juga perlu makanan padat
sebab kemampuan mengunyah sudah mulai kuat (Hidayat, 2005).
Menurut Almatsier (2009), kebutuhan gizi pada batita diantaranya
energi, protein, lemak, air, hidrat arang, dan vitamin mineral.

1) Energi
Zat-zat gizi yang mengandung energi terdiri dari protein,
lemak, dan karbohidrat. Dianjurkan agar jumlah energi yang
diperlukan didapat dari 50-60% karbohidrat, 25-35% lemak,
sedangkan selebihnya 10-15% berasal dari protein.

2) Protein
Angka kecukupan protein yang dianjurkan Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi (2004), untuk anak usia 1-3 tahun adalah 25 g/kg
BB. Semua protein hewani kecuali gelatin, merupakan protein

komplit dengan nilai biologi tinggi dan bermutu tinggi.


Sebagian besar protein nabati kecuali kacang kedelai dan
kacang-kacangan lain merupakan protein tidak komplit.
Campuran dua jenis protein nabati dan penambahan
sedikit protein hewani ke protein nabati akan menghasilkan
protein bermutu tinggi dengan harga relatif rendah.
3) Air
Air merupakan zat gizi yang sangat penting bagi bayi dan anak
karena bagian terbesar dari tubuh terdiri atas air, kehilangan air
melalui kulit dan ginjal pada bayi dan anak lebih besar daripada
orang dewasa. Kebutuhan air sehari pada anak usia 12 bulan
adalah 120-135 ml/kg BB dan pada anak usia 2-3 tahun adalah
115-125 ml/kg BB. Di samping sumber air yang nyata berupa air
dan minuman lain, hampir semua makanan mengandung air.
Sebagian besar buah dan sayuran mengandung sampai 95% air,
sedangkan daging, ayam dan ikan sampai 70-80%.

4) Lemak
Asam lemak esensial atau asam lemak yang dubutuhkan tubuh
diperlukan untuk pertumbuhan janin dan bayi, karena pada periode
inilah terjadi pertumbuhan paling cepat sel-sel tubuh. Kebutuhan
lemak tidak dinyatakan dalam angka mutlak, dianjurkan 15-20%
energi total berasal dari lemak. Masukan lemak setelah umur 6

bulan sebanyak 30-35% dari jumlah energi seluruhnya masih


dianggap normal, akan tetapi seharusnya tidak lebih rendah.

5) Hidrat Arang
Pada ASI dan sebagian besar susu formula bayi, 40-50%
kandungan kalori berasal dari hidrat arang terutama laktosa.
Karbohidrat diperlukan anak-anak yang sedang tumbuh sebagai
sumber energi, dan tidak ada ketentuan tentang kebutuhan minimal
karbohidrat, karena glukosa dalam sirkulasi dapat dibentuk dari
protein dan gliserol. Gula yang terdapat dalam minuman manis,
selai, kue, gula-gula dan cokelat harus dibatasi dan tidak melebihi
10% dari jumlah energi. Monosakarida dan disakarida lainnya
terdapat dalam buah-buahan dan susu serta produk susu. Buah,
susu dan produk susu merupakan sumber vitamin dan trace
element untuk anak yang sedang tumbuh.

6) Vitamin dan Mineral


Kebutuhan vitamin untuk batita digunakan untuk :
a) Vitamin A berfungsi bagi pembentukan dan pemeliharaan sel-sel
epitel, membantu pertumbuhan, pembentukan tulang dan gigi,
memelihara kekebalan. Angka kecukupan vitamin A menurut
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004), untuk anak usia
1-3 tahun adalah 400 RE/kg BB. Untuk mencegah kekurangan
vitamin A pada anak usia bawah lima tahun dianjurkan
pemberian vitamin A takaran tinggi 200.000 SI

selama 4-6 bulan sekali. Sumber vitamin A adalah hati, kuning

telur, susu (di dalam lemkanya) dan mentega.


b) Vitamin

B1

berfungsi

untuk

metabolisme

karbohidrat,

pertumbuhan, nafsu makan normal, pencernaan dan fungsi


saraf. Angka kecukupan vitamin B1 menurut Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi (2004), untuk anak usia 1-3 tahun
adalah 0,5 mg/kg BB. Sumber utama vitamin B 1 di dalam
makanan adalah serealia tumbuk/ setengah giling, di
Indonesia serealia yang dimakan sebagai makanan pokok
adalah beras. Sumber vitamin B1 lain adalah kacangkacangan, termasuk sayur kacang-kacangan, semua daging
organ, daging tanpa lemak, unggas, ikan dan kuning telur.
c) Vitamin

B2 berperan dalam metabolisme energi,

pernafasan, pertumbuhan, penglihatan dan kesehatan


kulit. Angka kecukupan vitamin B 2 menurut Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi (2004), untuk anak usia 1-3
tahun adalah 0,5 mg/kg BB. Vitamin B 2 terdapat luas di
dalam makanan hewani dan nabati, yaitu di dalam
susu, keju, hati, daging dan sayuran berwarna hijau.
d) Vitamin B6 berfungsi dalam pembentukan sel-sel darah merah
dan dalam proses pertumbuhan. Angka kecukupan vitamin B 6
menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004), untuk
anak usia 1-3 tahun adalah 0,5 mg/kg BB. Sumber vitamin B 6

paling banyak terdapat di dalam khamir, kecambah


gandum,

hati,

ginjal,

serealia

tumbuk,

kacang-

kacangan, kentang dan pisang. Susu, telur, sayur dan


buah mengandung sedikit vitamin B6.
e) Vitamin C berperan dalam peyembuhan luka, kekebalan,
pembentukan tulang dan mencegah reaksi alergis. Vitamin C
juga membantu absorbsi kalsium, meningkatkan daya tahan
terhadap infeksi dan dapat mencegah serta menyembuhkan
kanker. Angka kecukupan vitamin C menurut Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi (2004), untuk anak usia 1-3 tahun
adalah 40 mg/kg BB. Vitamin C pada umumnya hanya terdapat
di dalam pangan nabati yaitu sayur dan buah terutama yang
asam seperti jeruk, nanas, rambutan, pepaya, gandaria, dan
tomat. Vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran daundaunan dan jenis kol.
f)

Vitamin D dapat dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari.


Bila tubuh mendapat cukup sinar matahari konsumsi vitamin D
melalui

makanan

tidak

dibutuhkan.

Makanan

hewani

merupakan sumber utama vitamin D yaitu kuning telur, hati,


krim, mentega dan minyak hati-ikan. Vitamin D berfungsi
mengatur kadar kapur dan fosfor, untuk pertumbuhan serta
perkembangan ttulang dan gigi. Angka kecukupan vitamin D
menurut Widyakarya Nasional Pangan

dan Gizi (2004), untuk anak umur 1-3 tahun adalah 5g/kg

BB.
g) Vitamin E berfungsi mencegah pendarahan bagi wanita hamil
serta mencegah keguguran dan diperlukan pada saat sel
sedang membelah. Angka kecukupan vitamin E menurut
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004), untuk anak usia
1-3 tahun adalah 6 mg/kg BB. Sumber utama vitamin E adalah
minyak tumbuh-tumbuhan, terutama minyak kecambah gandum
dan biji-bijian. Sayuran, buah-buahan, daging, unggas, ikan dan
kacang-kacangan merupakan sumber vitamin E yang baik.
h) Vitamin K berfungsi dalam pembentukan protombin yang berarti
penting dalam proses pembekuan darah. Angka kecukupan
vitamin K menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
(2004), untuk anak usia 1-3 tahun adalah 15 g/kg BB. Sumber
utama vitamin K adalah hati, sayuran berwarna hijau, kacang
buncis, kacang polong, kol dan brokoli. Semakin hijau daundaunan semakin tinggi kandungan vitamin K-nya. Bahan
makanan lain yang mengandung vitamin K dalam jumlah lebih
kecil adalah susu, daging, telur, serealia, buah-buahan, dan
sayuran lain.

i) Vitamin digolongkan sebagai vitamin larut dalam lemak


(ADEK) dan vitamin larut dalam air yaitu vitamin B
Kompleks (B1, B2, B6, asam folat, dan B12) dan vitamin C.

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang


peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik
pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh
secara keseluruhan. Adapun kebutuhan gizi mineral mikro
yang lebih dibutuhkan saat usia batita adalah :
a) Zat besi sebagai transportasi oksigen dalam darah. Besi juga
terlibat dalam proliferasi sel, produksi dan pembuangan radikal
bebas oksigen, kegiatan hormon sistemik dan beberapa aaspek
kekebalan tubuh. Angka kecukupan besi menurut Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi (2004), untuk anak usia 1-3 tahun
adalah 8 mg/kg BB. Sumber baik besi adalah makanan hewani,
seperti daging, ayam dan ikan. Sumber baik lainnya adalah
telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan
beberapa jenis buah.
b) Iodium ada di dalam kelenjar tiroid, yang digunakan untuk
mensintesis hormon tiroksin, tetraiodotironin dan triiodotironin.
Hormon-hormon ini diperlukan untuk pertumbuhan normal,
perkembangan fisik dan mental manusia. Angka kecukupan
iodium yang dianjurkan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi (2004), untuk anak usia 1-3 tahun

adalah 120 mg/kg BB. Laut merupakan sumber utama iodium.


Oleh karena itu, makanan laut berupa ikan, udang, dan kerang
serta ganggang laut merupakan sumber iodium yang baik.

c) Seng berperan dalam pembentukan kulit, metabolisme


jaringan ikat dan penyembuhan luka. Angka kecukupan
seng menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
(2004), untuk anak usia 1-3 tahun adalah 8,3 mg/kg BB.
Sumber paling baik adalah sumber protein hewani
terutama daging, hati, kerang dan telur. Serealia tumbuk
dan kacang-kacangan juga merupakan sumber yang baik.

e. Penyiapan menu pada anak usia toddler


Setelah anak berumur satu tahun, menu makanannya harus
bervariasi untuk mencegah kebosanan dan diberi susu, serealia (bubur
beras, roti), daging, sup, sayuran dan buah-buahan. Anak berumur 12 tahun biasanya telah mempunyai geraham sehingga dapat diberikan
makanan biasa seperti pada orang dewasa. Untuk anak 1-3 tahun,
jadwal pemberian makanan tidak berbeda, kecuali masih diperlukan
waktu khusus untuk pemberian makan, terpisah dari waktu makan
keluarga (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).

Menurut Sulistyoningsih (2012), anjuran makanan satu hari untuk

golongan umur 1-3 tahun sebagai berikut:


1) Nasi 450 gram atau padanannya (225 gram beras)
2) Ikan 25 gram atau padanannya (setengah potong sedang)
3) Tempe 50 gram atau padanannya (2 potong sedang)
4) Sayur 100 gram atau padanannya (1 gelas setelah
dimasak dan ditiriskan)
5) Buah 100 gram atau padanannya (3 buah sedang pisang ambon)

6) Susu 200 cc (1 gelas)

B. Kerangka Teori

Sumber
Pengetahuan
Penginderaan :
1. Penglihatan
2. Pendengaran

3. Penciuman
4. Rasa dan raba

Pengetahuan

Anak Usia Toddler :


1. Pengertian anak
usia Toddler
2. Batasan anak
usia Toddler

Kebutuhan Gizi pada


anak usia Toddler :
1. Pengertian gizi
2. Tujuan
pemenuhan
kebutuhan gizi
pada anak usia

3. Tahap
perkembangan
anak usia

Toddler

Toddler
3. Manfaat
pemenuhan
kebutuhan gizi
pada anak usia

4. Karekteristik

Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan :

1. Pendidikan
2. Media massa

umum anak usia

Toddler
5. Tahap
pertumbuhan dan
perkembangan
anak usia

Toddler

3. Sosial budaya
dan ekonomi

Toddler
4. Kebutuhan gizi
pada anak usia

Toddler
5. Penyiapan
menu pada anak
usia toddler

4. Lingkungan
5. Pengalaman

6. Usia

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Modifikasi Menurut Notoatmodjo (2010)

C. Kerangka Konsep
Baik
Tingkat Pengetahuan Ibu
tentang Kebutuhan Gizi Pada

Cukup Anak Usia Toddler


Kurang

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
kuantitatif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dimaksudkan

untuk

menyelidiki

keadaan,

kondisi,

situasi,

peristiwa, kegiatan dan lain-lain yang hasilnya dipaparkan dalam


bentuk laporan penelitian. Kuantitatif adalah data yang berbentuk
angka-angka (Arikunto, 2010).
Metode penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang
dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan
untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang
terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi
Lokasi

penelitian adalah lokasi dilakukan penilitian

(Notoatmodjo, 2010).
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Bermain Sekar Melati
Desa Cinunjang Kecamatan Gunungtanjung.

2. Waktu
Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk
melaksanakan penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2016.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan menurut Arikunto (2010),
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Pada penelitian ini populasi yang diteliti adalah seluruh ibu
dari murid Kelompok Bermain Sekar Melati Desa Cinunjang
Kecamatan Gunungtanjung yang berjumlah 30 ibu.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2010). Menurut Arikunto (2006), besarnya sampel yang
harus diambil, apabila subjek penelitian kurang dari 100 lebih baik
di ambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya lebih dari 100 bisa di ambil
10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek,
karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.

c. Besar kecilnya resiko yang diambil peneliti.


Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah seluruh ibu dari murid

Kelompok Bermain Sekar Melati Desa Cinunjang Kecamatan


Gunungtanjung serjumlah 30 ibu. 3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah suatu proses seleksi
sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada,
sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi
yang ada (Hidayat, 2011). Pada penelitian ini teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah sampling jenuh.
Teknik pengambilan sampling jenuh yaitu dengan mengambil
semua anggota populasi menjadi sampel (Hidayat, 2007).

D. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan
untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010).
a. Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2010).

Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah kuesioner.


Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup.

b. Bentuk Kuesioner
Kuesioner ini digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu.
Kuesioner ini menggunakan pilihan Ya atau Tidak. Pertanyaan dalam
kuesioner ini menggunakan pertanyaan favorabel atau pertanyaan
positif yang berjumlah 21 soal dan pertanyaan unfavorabel atau
pertanyaan negatif yang berjumlah 9 soal, sehingga apabila responden
menjawab dengan benar maka mendapat skor 1, dan jika menjawab
dengan salah mendapat skor 0 (Notoatmodjo, 2003).
Untuk mengetahui kuesioner untuk penelitian ini valid atau reliabel,
terlebih

dahulu

dilakukan

uji

validitas

dan

reliabilitas

dengan

karakteristik seperti sejenis diluar lokasi penelitian. Uji validitas dan


reliabilitas kuesioner Karya Tulis Ilmiah telah dilakukan di PAUD

Aisyiyah Mutiara Hati Pokoh, Ngijo Kecamatan


Gunungtanjung kepada 30 orang ibu. c. Kisi-Kisi Soal Kuesioner
Dalam instrumen penelitian ini ada 30 soal tentang pengertian gizi,
tujuan pemenuhan kebutuhan gizi pada anak usia Toddler, manfaat
pemenuhan kebutuhan gizi anak usia Toddler, kebutuhan gizi pada
anak usia Toddler, dan penyiapan menu pada anak usia toddler.

Tabel 3.1
Kisi-kisi kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kebutuhan Gizi
Pada Anak Usia Toddler (1-3 tahun)
Variabel

Sub Variabel

No.Item
Favorabel
1, 4, 14
12, 16, 22, 24

Tingkat
1. Pengertian
Pengetahuan
2. Tujuan
Ibu Tentang
pemenuhan gizi
Kebutuhan Gizi
pada anak usia
Pada Anak Usia
toddler
Toddler (1-3 tahun) 3. Manfaat
6, 10, 18, 21
pemenuhan gizi
pada anak usia
toddler
4. Kebutuhan gizi 2, 8, 9, 19, 20,
pada anak usia
26
toddler
5. Penyiapan menu
3, 5, 25
pada anak usia
toddler
Jumlah

No.Item
Unfavorabel
11
7

Jumlah
Soal
4
5

23

13

15, 17

5
26

2. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010). Suatu
instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan

dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Untuk mengukur instrumen yang telah dibuat digunakan rumus
product moment. Instrumen dikatakan valid jika nilai r

Rumus product moment adalah:

hitung

> r tabel.

N. XY - X . Y

r
xy

{N X 2

}{N Y

- Y

Keterangan:
rxy : koefisien korelasi setiap item dengan skor
total N : Jumlah responden
X : Skor pertanyaan
Y : Skor total
XY : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Untuk mengetahui apakah suatu item pertanyaan valid, maka angka
korelasi harus dibandingkan dengan angka kritik tabel. Suatu pertanyaan
dinyatakan valid jika rhitung > rtabel, dengan taraf signifikansi 0,05 dan rtabel

0,361 (Arikunto, 2010).


Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan di PAUD
Aisyiyah Mutiara Hati Pokoh, Kecamatan Gunungtanjung, kepada 30 ibu
dari murid yang berusia 1-3 tahun, didapatkan hasil dari 30 pertanyaan
diperoleh 26 pertanyaan yang valid sedangkan yang tidak valid berjumlah
4 pertanyaan, yaitu pertanyaan no 2, 14, 19 dan 23 sehingga harus
dihilangkan. Dengan demikian alat yang digunakan ini valid dengan hasil

rhitung > rtabel.

3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana


suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal
ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap
konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan
alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).
Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan rumus

Spearman Brown (Hidayat, 2011). Adapun rumus Spearman


Brown adalah sebagai berikut:

r
11

2.rb
1 r
b

Keterangan:
r11

: Koefisien Reliabilitas Internal seluruh item

rb

: Korelasi product moment antara belahan

Jika sudah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah


mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel product moment. Jadi
apabila r11 > rtabel berarti reliabel, dan apabila r11 > rtabel tidak reliabel,

dengan taraf signifikasi 0,05, rtabel 0,364 dan dk: n-2 (Hidayat, 2011).

Setelah dilakukan uji reliabilitas di PAUD Aisyiyah Mutiara Hati

Pokoh, Kecamatan Gunungtanjung diperoleh nilai Spearman


Brown sebesar 0,879 sehingga kuesioner dinyatakan reliabel.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan
lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket
pada ibu dari murid Kelompok Bermain Sekar Melati Desa Cinunjang
Kecamatan Gunungtanjung, kemudian menjelaskan tentang cara
pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner sampai selesai
dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang
diperoleh terdiri dari:

1. Data primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan
oleh orang yang melakukan penelitian (Hidayat, 2007).
Data primer pada penelitian yang dilakukan adalah data dari
hasil pemberian kuesioner kepada ibu dari murid Kelompok Bermain
Sekar Melati Desa Cinunjang Kecamatan Gunungtanjung sehingga
didapatkan hasil berupa identitas responden dan diketahui tingkat
pengetahuan responden.

2. Data sekunder
Data sekunder adalah pengumpulan data yang diperoleh dari
orang atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri.
Data yang digunakan berasal dari studi pendahuluan.
Data sekunder pada penelitian ini adalah data yang diperoleh
berupa data jumlah ibu, umur, pendidikan, pekerjaan ibu dari
anak di Kelompok Bermain Sekar Melati Desa Cinunjang
Kecamatan Gunungtanjung.

F. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang
sesuatu konsep penelitian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin,
pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapat,
penyakit dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi Pada Anak Usia Toddler
(1-3 tahun).

G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat
terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2011). Definisi
operasional pada penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 3.2
Definisi Operasional Penelitian
Nama Variabel

Pengertian

Hasil Ukur

Alat
Skala
Ukur
1. Tingkat
Segala sesuatu 1. Baik
: Bila nilai Kuesioner Ordinal
pengetahuan yang diketahui
responden
Yang
Ibu tentang ibu tentang
diperoleh (x) > mean + 1
Kebutuhan Kebutuhan Gizi
SD
Gizi Pada
Pada Anak Usia 2. Cukup
: Bila Nilai
Anak Usia
Toddler (1-3
responden mean -1 SD
Toddler (1-3 tahun)
x mean + 1 SD
tahun)
3. Kurang : Bila Nilai
responden
Yang
diperoleh (x) < mean 1
SD
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010), proses pengolahan data melalui tahaptahap antara lain:
a. Penyuntingan (Editing)
Kegiatan yang dilakukan dalam penyuntingan ini adalah
memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang dilakukan responden, dengan
memperhatikan beberapa hal dalam pemeriksaan yaitu:
1) Kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang diajukan.
2) Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan.
3) Mengecek macam isian
data. b. Pengkodean (Coding)
Setelah penyuntingan diselesaikan, kegiatan selanjutnya yang
dilakukan memberi kode dalam hubungan dengan pengolahan data jika

akan menggunakan komputer, yakni mengubah data berbentuk


kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
c. Memasukkan data (Data Entry)
Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau
kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
d. Tabulating
Membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian
atau yang diinginkan oleh peneliti.
e. Pembersih Data (Cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan,

perlu

dicek

kembali

untuk

melihat

kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan


sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau korelasi.

2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis univariat yaitu menganalisa terhadap tiap
variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi
frekuensi dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
Perhitungan dalam penelitian ini menggunakan teknik komputerisasi
dengan program SPSS for windows.

Selanjutnya menurut Riwidikdo (2010), hasil untuk mengetahui


tingkat pengetahuan ibu ditunjukkan dengan prosentase dengan
keterangan sebagai berikut:

a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) > mean + 1 SD
b. Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean -1 SD

x mean + 1 SD
c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) < mean -1 SD
Nilai rata-rata (mean) diperoleh dari menjumlahkan semua data yang

ada kemudian membagi dengan jumlah data yang ada sehingga


notasi statistik untuk mencari mean adalah:

x
i

Keterangan:
X

: Rata-rata (mean)

xi

: Besaran/nilai dari data

: Jumlah data
Standar Deviasi adalah simpangan baku, artinya seberapa

data tersebut menyimpang dari rata-ratanya. Rumus simpangan


baku adalah sebagai berikut:
SD =

(X i
(n

X )2
)

Keterangan:
SD

: Simpangan baku

xi

: Besaran/nilai data

: Jumlah data
Skor prosentase sering digunakan untuk merubah skor mentah menjadi

kategori misalnya dalam kategori baik, cukup dan kurang. Prosentase ini

sering digunakan dalam analisis deskriptif tingkat pengetahuan. Adapun

rumus untuk memperoleh skor prosentase adalah:


SkorProsentase

I.

Skor yang diperolehresponden


Total skor maksimumyang seharusnyadiperoleh

1000 0

Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2011), etika penelitian merupakan masalah yang
sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian berhubungan
langsung

dengan

manusia,

maka

segi

etika

penelitian

harus

diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain:

1. Informed Concent
Informed Concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed
concent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka
peneliti harus menghormati hak pasien.

2. Anonymity (tanpa nama)


Merupakan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan hasil (confidentiality)


Masalah

etika

dengan

memberikan

jaminan

kerahasiaan

hasil

penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua


informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

J. Jadwal Kegiatan
Dalam Jadwal kegiatan diuraikan langkah-langkah kegiatan dari
mulai menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan
penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan
tersebut (Notoatmodjo, 2010). Jadwal penelitian ini terlampir.

Вам также может понравиться