Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Afrizal Tri Heryadi
(G99142074)
Irvan Raharjo
(G99142075)
Pembimbing:
Ganung Harsono, dr., Sp.A(K)
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN/ SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An.A S
Umur
: 8 tahun
Berat badan
: 15 kg
Jenis Kelamin
: Perempuan
Nama Ayah
: Bp. Mardopo
Pekerjaan
: Pedagang
Alamat
: Karanganyar
Tanggal masuk
: 15 Juli 2015
Tanggal pemeriksaan
: 15 Juli 2015
No. RM
: 01307487
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Kejang (pasien merupakan rujukan dari RS PKU Muhammadiyah
Karanganyar dengan febris hari ke-4 dengan penurunan kesadaran).
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami demam 4 hari, tidak ada batuk, tidak ada pilek,
kemudian muncul ruam-ruam merah di dada, kaki, leher, wajah, dan
belakang telinga. Adik pasien juga terkena penyakit serupa.
Kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien kejang di
rumah. Kejang terjadi pada seluruh tubuh dengan mata melirik ke atas
terjadi kurang lebih 10 menit, kesadaran selanjutnya, setelah kejang dapat
beraktivitas seperti biasa. Kemudian pasien langsung dibawa ke rumah sakit
swasta oleh orangtua pasien. Kejang berhenti setelah diberi obat injeksi
yaitu Stesolid 3,5 mg. Setelah kejang pasien mengantuk. Kemudian pasien
kejang lagi terjadi pada seluruh tubuh selama kurang lebih 5 menit dan
berhenti setelah diberi Injeksi phenitoin 250 mg IV dan Injeksi
1
Setelah lahir, pasien rutin dibawa ke posyandu setiap bulan oleh ibunya
I.
: 0, 2, 3, 4
bulan
DPT
: 2, 3, 4
bulan
Hep-B
: 0, 2, 3, 4
bulan
Campak
:9
bulan
BIAS (Td)
:7
tahun
Kesan
L. Keluarga Berencana
Ibu mengikuti program keluarga berencana suntik.
M. Pohon Keluarga
I
I
tah
un
thn
II
I
An.A S, 8 th
tahun
N. PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan Umum
-
Keadaan umum
Derajat gizi
b) Tanda vital
-
Laju Nadi
Laju Pernafasan
torakoabdominal.
-
Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Suhu
: 37,80C peraksila
c) Kulit
Kulit sawo matang, kelembaban baik, turgor kembali cepat, ujud kelainan
kulit (-)
d) Kepala
Bentuk mesosefal, lingkar kepala: 47 cm, rambut warna hitam, sukar
dicabut, moon face (-), oedem palpebra (-)
e) Mata
Odema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata
cekung (-/-), air mata (+/+), pupil isokor (2mm/2mm), reflek cahaya (+/
+).
f) Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-), hiperemis (+/+),
sianosis (-/-).
g) Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-/-), mastoid pain(-/-), tragus
pain (-/-).
i) Mulut
Mukosa basah (+) , sianosis (-), gusi berdarah (-), hiperemis (+).
j) Tenggorok
Uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), tonsil T2 T2.
k) Leher
Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar, JVP tidak meningkat, kaku kuduk (+).
l) Lymphonodi
Retroaurikuler : tidak membesar
5
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: SIC II LPSS
: SIC IV LMCS
: SIC II LPSD
: SIC IV LPSD
Pulmo :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
n) Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
o) Ekstremitas
Akral dingin
-
Oedem
-
Sianosis
petechie (ruam)
+
Refleks Fisiologis
Biceps (+/+)
Refleks Patologis
Babinsky (+/+)
Meningeal Sign
Kaku kuduk (+)
Triceps (+/+)
Achilles(+/+)
Patella (+/+)
Chaddock (-/-)
Gordon (-/-)
Schaeffer (-/-)
Oppenheim (-/-)
Brudzinsky I (+)
Brudzinsky II (+)
Kernig (+)
O. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium darah tanggal 15 Juli 2015 jam 12.18 (Saat di
Laboratorium RS PKU Muhammadiyah KRA)
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Rujukan
Hemoglobin
12.6
g/dl
11.5-15.5
Hct
38.9
35-45
AL
12.6
Ribu/uL
4.5-13.5
AT
219
Ribu/mm3
150-440
AE
4.94
Juta/uL
4.19-5.96
MPV
8.8
fL
7.2-11.1
PCT
0.1
MCV
79.0
fL
77-95
MCH
25.4
Pg
25-33
MCHC
32.3
31-37
Eosinofil
1-6
Basofil
0.00-1.00
Netrofil
Limfosit
Monosit
20.2
13.6
%
%
%
3-5
30-45
2-8
Gran %
66
Index
Differential
Total monosit
1.70
Ribu/uL
Total Lymphosit
2.50
Ribu/uL
Gran
Ribu/uL
GDS/GDN/G2JPP 250
mg/dL
Hasil
Satuan
Rujukan
Hemoglobin
11.5
g/dl
11.5-15.5
Hct
35
35-45
AL
25.9
Ribu/uL
4.5-14.5
AT
242
Ribu/uL
150-450
AE
4.35
Juta/uL
4.00-5.20
MCV
79.8
/um
80.0-96.0
MCH
26.4
Pg
28.0-33.0
MCHC
33.1
g/dl
33.0-36.0
RDW
12.2
11.6-14.6
MPV
8.8
Fl
7.2-11.1
PDW
16
25-65
Eosinofil
0.10
0.00-4.00
Basofil
0.40
0.00-1.00
Netrofil
Limfosit
Monosit
90.30
4.60
4.60
%
%
%
29.00-72.00
30.00-48.00
0.00-5.00
GDS
234
mg/dL
60-100
SGOT
34
u/l
<31
Index Eritrosit
Hitung Jenis
Kimia Klinik
SGPT
u/l
<34
Albumin
4.1
g/dL
3.8-5.4
Creatinine
0.6
mg/dL
0.3-0.7
Ureum
47
mg/dL
<48
Natrium darah
130
mmol/L
132-145
Kalium darah
4.7
mmol/L
3.1-5.1
Calsium ion
1.10
mmol/L
1.17-1.29
Elektrolit
Virologi Hepatitis
HBsAg
Nonreactive
Nonreactive
proses infeksi
Saran : CRP dan kultur darah
Hasil
Satuan
Rujukan
Makroskopis
Warna
Yellow
Kejernihan
Clear
Kimia urin
Berat jenis
1.018
1.015-1.025
9
pH
6.0
4.5-8.0
Leukosit
Negatif
Nitrit
Negatif
Protein
Negatif
mg/dl
Negatif
Glukosa
Normal
mg/dl
Normal
Keton
mg/dl
Negatif
Urobilinogen
Normal
mg/dl
Normal
Bilirubin
Negatif
mg/dl
Negatif
Eritrosit
Negatif
/l
Negatif
Eritrosit
2.2
/ul
0-8.7
Leukosit
0.6
/LBP
0-12
Epitel Squamous
/LPB
Negatif
Epitel Transisional
/LPB
Negatif
Epitel bulat
/LPB
Negatif
Hyline
/LPK
03
Granulated
/LPK
Negatif
Leukosit
/LPK
Negatif
0.0
/uL
0.0-0.0
Mukus
0.00
/uL
0.00-0.00
Sperma
0.0
/uL
0.0-0.0
Konduktivitas
10.9
m5/cm
3.0-32.0
Eritrosit: 0-1/LPB. Leukosit: 0-1/LPB.
Kristal amorf (+). Bakteri (+)
/l
Negatif
Negatif
Mikroskopis
Epitel
Silinder
Pemeriksaan
Lain-lain
mata merah
pandangan kabur
(-/-)
pandangan double
(-/-)
(-/-)
10
nrocos
(-/-)
sekret
(-/-)
silau
(-/-)
gatal
(-/-)
Nyeri
(-/-)
cekot-cekot
(-/-)
pusing
(-/-)
berwarna
Jernih
Negatif
Positif
Positif
75
86
40
53
17
mg/dL
mg/dL
/uL
%
%
11
Rujukan
Negatif
Negatif
10-43
32-82
<32
-
P. RESUME
2 hari SMRS pasien kejang selama 5-10 menit. Kejang mereda
setelah diberi obat antikonvulsi. Setelah kejang pasien mengalami
penurunan kesadaran. Pasien kejang untuk kedua kalinya selama 5 menit
dan
mengalai
penurunan
kesadaran
lalu
dirujuk
ke
RSUD
dr
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Monitoring
1. KUVSper 8 jam
2. Balance cairan per 8 jam
3. Diuresis per 8 jam
4. Awasi kejang berulang
Planning
1. Cek GDT
2. Lumbal Pungsi
3. Edukasi
4. Motivasi keluarga tentang penatalaksanaan penyakitnya
U. PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
V. PROGRESS REPORT
DPH
I
Tanggal
16/7/15
Keluhan/KU/VS
Demam (-)
Kejang (-)
Sesak(-)
makan(+)
minum (+)
BAB (-)
BAK (+)
Pemeriksaan / Diagnosis
Px Neurologi :
Terapi
O2 nasal 2
lpm
Refleks Fisiologis: Biceps (+/ IVFD D S 12 tpm
+), Triceps (+/+), Patella (+/
makro
+), Achilles (+/+).
Diet sonde
1200 kkal/hari
Refleks Patologis : Babinsky
Injeksi
(-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-),
KU : sakit sedang,
Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Ceftriaxon
CM, gizi kesan
kurang.
750mg/12jam
Meningeal Sign : Kaku kuduk
VS :
(50mg/kgBB/12jam)
(+), Brudzinsky I/II (-/+),
TD:110/70mmHg
13
HR=88x/1
RR=20x/1
S=36,1-37,30C
Kernig (+).
Injeksi
Dexamethasone
2,5mg/6jam
(0,6mg/kgBB/hari)
Injeksi
Paracetamol
150mg/8jam
(10mg/kgBB/x)
Injeksi
Phenitoin
40mg/12jam
(5mg/kgBB/hari)
Injeksi
Diazepam
0,3
mg/kgBB bila kejang
Planning:
Lumbal
Pungsi
Swab
Tenggorok
Warna : yellow
Kejernihan : clear
BJ : 1,018
pH : 6,0
leukosit : (-)
nitrit : (-)
protein : (-)
glukosa : normal
keton : 5 mg/dL
urobilinogen : normal
bilirubin : (-)
eritrosit : (-)
Mikroskopis :
eritrosit : 2,2/uL
leukosit : 0,6/LPB
bakteri : (+)
eritrosit : 0-1/LPB
14
leukosit : 0-1/LPB
17/7/15
Demam (-)
Kejang (-)
Sesak(-)
makan(+)
minum (+)
BAB (+)
BAK (+)
Ass :
1. Meningitis bakterialis
2. Gizi kurang
KU : sakit sedang, 3. Tonsilitis akut
CM, gizi kesan
kurang.
VS :
HR=89x/1
RR=20x/1
S=36,10C
BC =281,8 cc/jam
D=4,85 cc/kg/jam
Px Neurologi :
Refleks Fisiologis: Biceps
(+2/+2), Triceps (+2/+2),
Patella
(+2/+2), Achilles
(+2/+2).
Refleks Patologis : Babinsky
15
O2 nasal 2
lpm
IVFD D S 12 tpm
makro
Diet sonde
1200 kkal/hari
Injeksi
Ceftriaxon
750mg/12jam
(50mg/kgBB/12jam)
Injeksi
Dexamethasone
2,5mg/6jam
(0,6mg/kgBB/hari)
Injeksi
Paracetamol
150mg/8jam
(10mg/kgBB/x)
Injeksi
Phenitoin
III
18/7/15
Demam (-)
Kejang (-)
Sesak(-)
makan(+)
minum (+)
BAB (+)
BAK (+)
(-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-),
Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Meningeal Sign : Kaku kuduk
(-), Brudzinsky I/II (-/-),
Kernig (-).
Ass :
KU : sakit sedang, 1. Meningitis bakterialis
2. Gizi kurang
CM, gizi kesan
kurang.
3. Tonsilitis akut
VS :
HR=89x/1
RR=20x/1
S=36-36,80C
BC =158 cc/jam
D=2,31 cc/kg/jam
IV
19/7/15
40mg/12jam
(5mg/kgBB/hari)
Injeksi
Diazepam
0,3
mg/kgBB bila kejang
Planning:
Aff NGT
Ganti diet
nasi lauk 1500
kkal/hari
Monitoring
KUVS/8 Jam
BCD/8 Jam
O2 nasal 2
lpm
IVFD D S 12 tpm
makro
Diet sonde
1200 kkal/hari
Injeksi
Ceftriaxon
750mg/12jam
Px Neurologi :
(50mg/kgBB/12jam)
Refleks Fisiologis: Biceps
Injeksi
(+2/+2), Triceps (+2/+2),
Dexamethasone
Patella
(+2/+2), Achilles
2,5mg/6jam
(+2/+2).
(0,6mg/kgBB/hari)
Injeksi
Refleks Patologis : Babinsky
Paracetamol
(-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-),
Demam (-)
150mg/8jam
Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Kejang (-)
(10mg/kgBB/x)
Sesak(-)
Meningeal Sign : Kaku kuduk
Injeksi
makan(+)
(-), Brudzinsky I/II (-/-),
minum (+)
Phenitoin
Kernig (-).
BAB (-)
40mg/12jam
BAK (+)
(5mg/kgBB/hari)
Ass :
Injeksi
KU : sakit sedang,
1. Meningitis bakterialis
CM, gizi kesan
Diazepam
0,3
2. Gizi kurang
kurang.
mg/kgBB
bila
kejang
3. Tonsilitis akut
VS :
HR=72x/1
Planning:
RR=22x/1
Tunggu hasil
S=35,6-36,50C
kultur LCS tanggal
BC =753,4 cc/jam
16 Juli 2015
D=1,96 cc/kg/jam
16
Monitoring :
KUVS/8 Jam
BCD/8 Jam
Px Neurologi :
20/7/15
O2 nasal 2
Diet sonde
1200 kkal/hari
Refleks Patologis : Babinsky
Injeksi
(-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-),
Demam (-)
Ceftriaxon
Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Kejang (-)
750mg/12jam
Muntah(-)
Meningeal Sign : Kaku kuduk
makan(+)
(50mg/kgBB/12jam)
(-), Brudzinsky I/II (-/-),
minum (+)
Injeksi
BAB (-)
Kernig (-).
Dexamethasone
BAK (+)
Nervus
Cranialis
:
2,5mg/6jam
KU : sakit sedang,
CM, gizi kesan
(0,6mg/kgBB/hari)
N.I : (dbn)
kurang.
Injeksi
N.II : (dbn)
VS :
Paracetamol
HR=80x/1
N.III, IV, VI: (dbn)
150mg/8jam
RR=20x/1
N.V, VII, VIII : (dbn)
0
(10mg/kgBB/x)
S=36,7 C
N.IX, X, XI, XII : (dbn)
Injeksi
Phenitoin
Ass :
40mg/12jam
1. Meningitis bakterialis
(5mg/kgBB/hari)
2. Gizi kurang
Injeksi
3. Tonsilitis akut
Diazepam
0,3
mg/kgBB bila kejang
Px Neurologi :
Monitoring:
KUVS/8 Jam
Refleks Fisiologis: Biceps
BCD/8 Jam
(+2/+2), Triceps (+2/+2),
Patella
(+2/+2), Achilles
(+2/+2).
IVFD D S 12 tpm
VI
21/7/15
Demam (-)
Kejang (-)
Muntah(-)
makan(+)
minum (+)
Batuk (+) kadang
BAB (-)
N.I : (dbn)
17
makro
Diet
nasi
lunak 1500 kkal/hari
Injeksi
Ceftriaxon
750mg/12jam
(50mg/kgBB/12jam)
Paracetamol
150mg/8jam
BAK (+)
N.II : (dbn)
KU : sakit sedang, N.III, IV, VI : (dbn)
CM, gizi kesan
N.V, VII, VIII : (dbn)
kurang.
N.IX, X, XI, XII : (dbn)
VS :
Ass :
HR=90x/1
RR=24x/1
1. Meningitis bakterialis
S=36,20C
2. Gizi kurang
BC =600 cc/jam
3. Tonsilitis akut (perbaikan)
D=3,16 cc/kg/jam
(10mg/kgBB/x)
Injeksi
Phenitoin
40mg/12jam
(5mg/kgBB/hari)
Planning:
Tunggu hasil
kultur LCS tanggal
Px Neurologi :
16 Juli 2015
Refleks Fisiologis: Biceps Monitoring:
KUVS/8 Jam
(+2/+2), Triceps (+2/+2),
Patella
(+2/+2), Achilles
BCD/8 Jam
(+2/+2).
Refleks Patologis : Babinsky
(-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-),
Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
VII
22/7/15
Demam (-)
Kejang (-)
Muntah(-)
makan(+)
minum (+)
BAB (-)
BAK (+)
KU : sakit sedang,
CM, gizi kesan
kurang.
VS :
HR=90x/1
RR=24x/1
S=36,20C
BC =600 cc/jam
D=3,16 cc/kg/jam
Kernig (-).
Nervus Cranialis :
N.I : (dbn)
N.II : (dbn)
N.III, IV, VI : (dbn)
N.V, VII, VIII : (dbn)
N.IX, X, XI, XII : (dbn)
IVFD D S 12 tpm
makro
Diet
nasi
lunak 1500 kkal/hari
Injeksi
Ceftriaxon
750mg/12jam
(50mg/kgBB/12jam)
Paracetamol
150mg/8jam
(10mg/kgBB/x)
Lactulac syr
3x1 cth
growth).
Perbaikan
pada
pasien
Ass :
Planning:
1. Meningitis bakterialis
Tunggu hasil
2. Gizi kurang
kultur LCS tanggal
3. Tonsilitis akut (perbaikan)
16 Juli 2015
Konfirmasi
ke PK
Px Neurologi :
Monitoring:
KUVS/8 Jam
Refleks Fisiologis: Biceps
(+2/+2), Triceps (+2/+2),
BCD/8 Jam
Patella
(+2/+2), Achilles
GDS ulang
(+2/+2).
18
23/7/15
Demam (-)
Kejang (-)
Muntah(-)
makan(+)
minum (+)
Batuk (+) kadang
BAB (+)
BAK (+)
KU : sakit sedang,
CM, gizi kesan
kurang.
VS :
HR=90x/1
RR=24x/1
S=36,20C
Diet
nasi
lunak 1500 kkal/hari
Injeksi
Ceftriaxon
750mg/12jam
(50mg/kgBB/12jam)
Paracetamol
150mg/8jam
(10mg/kgBB/x)
Lactulac syr
3x1 cth
Monitoring:
KUVS/8 Jam
Kernig (-).
Nervus Cranialis :
N.I : (dbn)
N.II : (dbn)
N.III, IV, VI : (dbn)
N.V, VII, VIII : (dbn)
N.IX, X, XI, XII : (dbn)
Ass :
1. Meningitis bakterialis
2. Gizi kurang
3. Tonsilitis akut (perbaikan)
Px Neurologi :
Refleks Fisiologis: Biceps
(+2/+2), Triceps (+2/+2),
Patella
(+2/+2), Achilles
(+2/+2).
Refleks Patologis : Babinsky
(-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-),
Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
IX
24/7/15
Demam (-)
Kejang (-)
Muntah(-)
makan(+)
minum (+)
Batuk (+) :
berkurang
BAB (+) 2x
BAK (+)
KU : sakit sedang,
CM, gizi kesan
kurang.
VS :
HR=102-104x/1
RR=24-26x/1
S=36,5-36,70C
N.I : (dbn)
N.II : (dbn)
N.III, IV, VI : (dbn)
N.V, VII, VIII : (dbn)
N.IX, X, XI, XII : (dbn)
Ass :
1. Meningitis bakterialis
2. Tonsilitis akut (perbaikan)
Px Neurologi :
19
Diet
nasi
lunak 1500 kkal/hari
Injeksi
Ceftriaxon
750mg/12jam
(50mg/kgBB/12jam)
Paracetamol
150mg/8jam
(10mg/kgBB/x)
Refleks Fisiologis: Biceps
Lactulac syr
(+2/+2), Triceps (+2/+2),
3x1 cth
Patella
(+2/+2), Achilles
Monitoring:
(+2/+2).
KUVS/8 Jam
Refleks Patologis : Babinsky
(-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-),
Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Meningeal Sign : Kaku kuduk
(-), Brudzinsky I/II (-/-),
Kernig (-).
X
25/7/15
Demam (-)
Kejang (-)
Sesak (-)
Muntah(-)
makan(+)
minum (+)
BAB (+)
BAK (+)
KU : sakit sedang,
CM.
VS :
HR=92-106x/1
RR=22-26x/1
S=36,4-36,90C
Nervus Cranialis :
N.I : (dbn)
N.II : (dbn)
N.III, IV, VI : (dbn)
N.V, VII, VIII : (dbn)
N.IX, X, XI, XII : (dbn)
Motorik
5 5
5 5
Sensorik
- - -
Ass :
1. Meningitis bakterialis
2. Tonsilitis akut (perbaikan)
3. Gizi baik
Px Neurologi :
Refleks Fisiologis: Biceps
(+2/+2), Triceps (+2/+2),
Patella
(+2/+2), Achilles
(+2/+2).
Refleks Patologis : Babinsky
(-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-),
Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Meningeal Sign : Kaku kuduk
(-), Brudzinsky I/II (-/-),
20
Diet
nasi
lunak 1500 kkal/hari
Extra
susu
4x300 cc
Injeksi
Ceftriaxon
750mg/12jam
(50mg/kgBB/12jam)
Paracetamol
150mg/8jam
(10mg/kgBB/x)
Lactulac syr
3x1 cth
Monitoring:
KUVS/8 Jam
Kernig (-).
Nervus Cranialis :
XI
26/7/15
Demam (-)
Kejang (-)
Muntah(-)
makan(+)
minum (+)
BAB (+)
BAK (+)
KU : sakit sedang,
CM.
VS :
HR=92x/1
RR=22-26x/1
S=36,90C
N.I : (dbn)
N.II : (dbn)
N.III, IV, VI : (dbn)
N.V, VII, VIII : (dbn)
N.IX, X, XI, XII : (dbn)
Motorik
5 5
5 5
Sensorik
+ +
+ +
Diet
nasi
lunak 1500 kkal/hari
Extra
susu
4x300 cc
Injeksi
Ceftriaxon
750mg/12jam
(50mg/kgBB/12jam)
Paracetamol
150mg/8jam
(10mg/kgBB/x)
Lactulac syr
3x1 cth
Ass :
1. Meningitis bakterialis
2. Gizi baik
Planning:
Tunggu pemberian
antibiotik sampai
dengan hari ke XIV
Px Neurologi :
Monitoring:
Refleks Fisiologis: Biceps
KUVS/8 Jam
(+2/+2), Triceps (+2/+2),
Patella
(+2/+2), Achilles
(+2/+2).
Refleks Patologis : Babinsky
(-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-),
Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Meningeal Sign : Kaku kuduk
(-), Brudzinsky I/II (-/-),
Kernig (-).
Nervus Cranialis :
XII
27/7/15
Demam (-)
Kejang (-)
Muntah(-)
Sesak (-)
Batuk : (+)
berkurang
makan(+)
minum (+)
BAB (+)
BAK (+)
N.I : (dbn)
N.II : (dbn)
N.III, IV, VI : (dbn)
N.V, VII, VIII : (dbn)
N.IX, X, XI, XII : (dbn)
Motorik
5 5
21
Diet
nasi
KU : sakit sedang,
CM.
VS :
HR=88x/1
RR=20x/1
S=36,20C
5 5
Sensorik
+ +
+ +
Ass :
1. Meningitis bakterialis
2. Gizi baik
Px Neurologi :
KUVS/8 Jam
(-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-),
Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Meningeal Sign : Kaku kuduk
(-), Brudzinsky I/II (-/-),
Kernig (-).
Nervus Cranialis :
XIII
28/7/15
Demam (-)
Kejang (-)
Muntah(-)
makan(+)
minum (+)
BAB (+)
BAK (+)
KU : sakit sedang,
CM.
VS :
HR=86x/1
RR=24x/1
S=360C
N.I : (dbn)
N.II : (dbn)
N.III, IV, VI : (dbn)
N.V, VII, VIII : (dbn)
N.IX, X, XI, XII : (dbn)
Motorik
5 5
5 5
Sensorik
+ +
+ +
Ass :
1. Meningitis bakterialis
2. Gizi baik
22
Diet
nasi
lauk 1500 kkal/hari
Extra
susu
4x300 cc
Injeksi
Ceftriaxon
750mg/12jam
(50mg/kgBB/12jam)
Paracetamol
150mg/8jam
(10mg/kgBB/x)
Stop
Lactulac syr
3x1 cth Stop
Planning:
Besok boleh pulang
Monitoring:
KUVS/8 Jam
Diet
nasi
lauk 1500 kkal/hari
Extra
susu
4x300 cc
Injeksi
Ceftriaxon
750mg/12jam
(50mg/kgBB/12jam)
Paracetamol
150mg/8jam
(10mg/kgBB/x)
Planning:
Injeksi selesai
boleh pulang sore
23
Monitoring:
KUVS/8 Jam
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Meningitis adalah inflamasi pada membran yang menutupi sistem
saraf pusat yang biasanya dikenal dengan meninges (radang pada arachnoid
dan piamater). Meningitis dapat berkembang sebagai respon dari berbagai
kasus, seperti agen infeksi, trauma, kanker atau penyalahgunaan obat. Agen
infeksi dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, protozoa, dan jamur (Aminoff
et al, 2005).
Tabel 1 Penemuan-penemuan Cairan Serebrospinal pada Berbagai Infeksi
Sistem Saraf Sentral
Infeksi
Tekanan
Leukosit
% PMN
Protein
Glukosa
(mmH2O)
Tidak ada infeksi 50-80
Total (m3)
<5
<25%
(mg/dL)
20-45
(mg/dL)
>50
(normal)
Meningoensefalitis 100-150
10-1000
<25%*
50-200
>50
virus
Meningitis bakteri
100-
>75%
100-500
<40
100-300
10000
Abses otak
100-300
10-200
<25%
75-500
*Mungkin PMN dominan pada beberapa jam pertama infeksi
<50
18
Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosioekonomi rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara
dan jemaah haji), dan penyakit ISPA. Penyakit meningitis banyak terjadi pada
negara yang sedang berkembang dibandingkan pada negara maju. Kejadian
meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana kasus-kasus infeksi
saluran pernafasan juga meningkat (Aminoff et al, 2005).
Meningitis yang disebabkan oleh Pneumococcus paling sering
menyerang bayi di bawah usia dua tahun. Meningitis yang disebabkan oleh
bakteri Pneumokokus 3,4 kali lebih besar pada anak kulit hitam dibandingkan
yang berkulit putih. Meningitis Tuberkulosa dapat terjadi pada setiap
kelompok umur tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak usia 6 bulan
sampai 5 tahun dan jarang pada usia di bawah 6 bulan kecuali bila angka
kejadian Tuberkulosa paru sangat tinggi. Meningitis serosa dengan penyebab
virus terutama menyerang anak-anak dan dewasa muda (12-18 tahun).
Meningitis virus dapat terjadi waktu orang menderita campak, Gondongan
(Mumps) atau penyakit infeksi virus lainnya. Meningitis Mumpsvirus sering
terjadi pada kelompok umur 5-15 tahun dan lebih banyak menyerang lakilaki daripada perempuan (Aminoff et al, 2005).
C. Etiologi
Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme,
seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke
cairan otak. Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas :
1. Bakteri
Pneumococcus
Meningococcus
Haemophilus influenza
Staphylococcus
Eschericia coli
Salmonella
Mycobacterium tuberculosis
2. Virus
Enterovirus
3. Jamur
Cryptococcus neoformans
Coccidioides immitris
19
D. Patofisiologi / patogenesis
Agen penyebab
Kerusakan neurologist
Selain dari adanya infeksi bakteri, virus, jamur, maupun protozoa,
point of entry masuknya kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur
operasi, dan abses otak yang pecah, penyebab lainnya adalah adanya
rhinorhea, otorhea pada fraktur basis cranii yang memungkinkan kontaknya
cairan serebrospinal dengan lingkungan luar (Ropper et al, 2005).
E. Manifestasi Klinik
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke
tengkuk dan punggung. Temgkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh
mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus,
yaitu tengkuk kaku dalam sikap tertengadah dan punggung dalam sikap
hiperekstensi. Kesadaran menurun, tanda Kernigs dan Brudzinsky positif
(Aminoff et al, 2005).
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita
serta virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah
demam yang tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu
biasanya si penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku,
20
dan
rangsang
meningeal
perlu
diperhatikan.
Untuk
G. Diagnosis Banding
Encephalitis
Meningismus
Abses otak
Tumor otak
(Harsono, 2003)
MENINGITIS BAKTERIALIS
Meningitis bakterialis adalah suatu peradangan selaput jaringan otak
dan medulla spinalis yang disebabkan oleh bakteri patogen. Peradangan
tersebut
mengenai
arakhnoid,
piamater, dan
cairan
serebrospinalis.
susunan
saraf
pusat,
mempunyai
risiko
tinggi
dalam
Neisseria
meningitides,
Streptococcus
haemolitikus,
atau
keganasan)
disertai
dengan
kenaikan
risiko
infeksi
23
ensefalopati
toksik
intrakranial,
ventrikulitis
dan
(asidosis
transudasi
laktat),
(efusi
kenaikan
subdural).
tekanan
Hasilnya
TRIAS MENINGITIS :
Demam
Sakit kepala
Tanda rangsang meningeal (+)
Muntah, photophobia
Kejang, defisit fokal neurologik (hemiparesis, paresis saraf cranial)
Letargi, iritabilitas, gangguan intelektual, penurunan kesadaran
Gambaran klinis yang khas :
RASH (PETECHIA, PURPURA)
: Meningococcus
Eksantema
:Pneumococcus,
Haemophilus influenza
28
Artritis, artralgia
:Meningococcus,
Haemophilus influenza
(Aminoff et al, 2005)
Diagnosis
Anamnesis
Seringkali didahului infeksi pada saluran napas atas atau saluran cerna
kurang dari 3 tahun jarang mengeluh nyeri kepala. Pada bayi gejala
hanya berupa demam, iritabel, letargi, malas minum, dan high pitchedcry.
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan penunjang
Darah perifer lengkap dan kultur darah. Pemeriksaan gula darah dan
Pandy (+)/(++).
Jumlah sel 100-10000/mm3 dengan
hitung
jenis
predominan
pewarnaan gram, biakan dan uji resistensi. Pada stadium dini jumlah
sensitif)
Jika memang kuat dugaan ke arah meningitis, meskipun terdapat tandatanda peningkatan intrakranial, pungsi lumbal masih dapat dilakukan
asalkan berhati-hati. Pemakaian jarum spinal dapat meminimalkan
dengan
pewarnaan
khusus
(Kinoyoun
karbol
fukhsin
untuk
Tata Laksana
Medikamentosa
Diawali dengan terapi empiris, kemudian disesuaikan dengan hasil biakan dan
uji resistensi (Mace, 2008).
Terapi empirik antibiotik
basil gram-negatif harus diobati selama tiga minggu atau selama sekurangkurangnya 2 minggu sesudah sterilisai CSS, yang dapat terjadi sesudah 2-10
hari pengobatan (Branner, 2000).
Efek samping terapi antibiotik meningitis adalah flebitis, demam obat,
ruam, muntah, kandidiasis oral, dan diare. Seftriakson dapat menyebabkan
pseudolithiasis kandung empedu reversibel, dapat dideteksi dengan
ultrasonografi abdomen. Pseudolithiasis ini biasanya tidak bergejala tetapi
dapat menimbulkan muntah dan nyeri kuadran kanan atas (Branner, 2000).
Bedah
Umumnya tidak diperlukan tindakan bedah, kecuali jika ada komplikasi
seperti empiema subdural, abses otak, atau hidrosefalus (Mace, 2008).
Suportif
Periode kritis pengobatan meningitis bakterialis adalah hari ke-3 dan ke4. Tanda vital dan evaluasi neurologis harus dilakukan secara teratur.
Guna mencegah muntah dan aspirasi sebaiknya pasien dipuasakan lebih
Diagnosis
SIADH
ditegakkan jika terdapat kadar natrium serum yang <135 mEq/L (135
mmol/L), osmolaritas serum <270 mOsm/kg, osmolaritas urin >2
kaliosmolaritas serum, natrium urin >30 mEq/L (30 mmol/L) tanpa
adanya
tanda-tanda
Beberapa ahli
intrakranial
berlebihan
tanpa
gangguan
aliran
darah
dan
penyampaian oksigen pada organ vital (otak, jantung, paru, ginjal) (Branner,
2000).
Komplikasi neurologis adalah kenaikan tekanan intrakranial dengan
akibat herniasi, kejang-kejang dan pembesaran lingkaran kepala karena efusi
subdural atau hidrosefalus. Tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial, selain
penjembungan fontanella atau koma murni, harus diobati segera dengan
intubasi endotrakea dan hiperventilasi (PCO2 sekitar 25mmHg). Lagipula,
furosemid intravena (Lasix; 1mg/kg) dan osmoterapi mannitol (0,5-1 g/kg)
dapat mengurangi tekanan intrakranial. Furosemid dapat mengurangi
pembengkakan otak dengan venodilatasi dan diuresis tanpa penambahan
volume intrakranial, sedang mannitol menghasilkan perbedaan tekanan
osmolar antara otak dan plasma, dengan demikian pergeseran cairan dari
SSS ke plasma dengan selanjutnya ekskresi saat diuresis osmotik (Branner,
2000).
Kejang-kejang adalah lazim selama perjalanan meningitis bakteri. Terapi
cepat untuk kejang adalah diazepam intravena (0,1-0,2 mg/kg/dosis) atau
lorazepam (0,05 mg/kg/dosis), memberi perhatian yang teliti pada risiko
supresi pernapasan. Glukosa serum, kalsium, dan kadar natrium harus
dipantau untuk menentukan apakah hipoglikemia, hipokalsemia atau
hiponatremia mempercepat kejang. Sesudah penanganan kejang segera,
penderita harus mendapat fenitoin (dosis pembebanan 15-20 mg/kg, rumatan
5 mg/kg/24jam) untuk mengurangi kemungkinan berulang. Fenitoin lebih
disukai daripada fenobarbital karena ia menyebabkan kurang depresi SSS dan
memungkinkan penilaian tingkat kesadaran penderita. Kadar fenitoin serum
harus dipantau untuk mempertahankannya pada kisaran terapeutis (10-20
ug/mL) (Branner, 2000).
Pembunuhan bakteri cepat pada CSS secara efektif mensterilkan infeksi
meningen tetapi melepaskan produk sel toksik pasca-lisis sel (endotoksin
dinding sel), yang mempercepat respons radang yang diperantarai-sitokin.
36
37
dan
perdarahan
adrenal
adalah
komplikasi
meningitis
penderita dengan H.influenzae. Demam yang lama (>10 hari) ditemukan pada
15% penderita meningitis H.influenzae, 9% dari mereka dengan meningitis
pneumokokus dan 6% dari mereka dengan meningitis meningokokus.
Demam yang lama biasanya karena ditumpangi oleh infeksi virus, infeksi
bakteri nosokomial atau sekunder, tromboflebitis, atau reaksi obat yang
menumpangi. Pericarditis atau artritis dapat terjadi pada penderita yang
sedang diobati untuk meningitis. Keterlibatan tempat-tempat ini dapat akibat
dari penyebaran bakteri atau dari pengendapan kompleks imun. Pada
umumnya, pericarditis atau artritis infeksiosa terjadi lebih awal dalam
perjalanan pengobatan daripada penyakit yang diperantarai imun. Demam
sekunder merujuk pada pemunculan kembali kenaikan suhu sessudah interval
tidak demam. Infeksi nosokomial terutama penting untuk dipikirkan pada
evaluasi penderita ini (Branner, 2000).
Trombositosis, eosinophilia dan anemia dapat timbul selama terapi
untuk meningitis. Anemia dapat karena hemolisis dan paling sering
ditemukan pada penyakit H.influenzae. pilihan lain, anemia dapat karena
supresi sumsum tulang. Koagulasi intravaskuler tersebar (DIC) paling sering
disertai dengan pola penyajian progresif cepat dan purpura (purpura
fulminant). Kombinasi endotoksemia dan hipotensi yang sedang berjalan
dapat menimbulkan gangrene perifer simetris (Branner, 2000).
Kejadian meningitis berulang jarang tetapi mempunyai tiga pola yang
berbeda. Rekrudesens adalah pemunculan kembali infeksi selama terapi
dengan antibiotik yang tepat. Biakan CSS menunjukkan pertumbuhan bakteri
yang telah menjadi resisten terhadap antibiotik. Kumat (relaps) terjadi antara
3 hari dan 3 minggu sesudah terapi dan menggambarkan infeksi bakteri
menetap pada SSS (empyema subdural, ventrikulitis, abses otak) atau tempat
lain (mastoid, osteomyelitis kranial, infeksi orbita). Kumat sering akibat dari
pilihan, dosis, atau lama terapi antibiotik yang tidak sesuai. Berulang
(recurrence) adalah kejadian meningitis baru karena reinfeksi dengan spesies
bakteri yang sama atau patogen piogenik lain. Meningitis berulang memberi
kesan adanya komunikasi anatomic didapat atau kongenital antara CSS dan
39
VIRUS
Pemeriksaan
JAMUR
Kultur
mm H20
mikroskopik
Biakan
bakteri
cairan otak
Pemeriksaan
terbentuk
pelikula
Mikroskopis :
kuman TBC
negatif
serologik
serum
dan
cairan otak
atau Jernih
Warna
Sel
purulen
Leukosit
xantokrom
Meningkat,
meningkat
<500/mm3,
95% PMN
dominan
Meningkat
MN antara
1000/mm3
Jernih
10-500
10- sel/mm3den
gan
dominasi
Meningkat
limfosit
Normal / sedikit Meningkat
Menurun
meningkat
Normal
Protein
Meningkat,
Klorida
>75 mg%
Menurun,
Glukosa
<700 mg%
Menurun, <40 Menurun
Normal
Menurun,
sekitar 15-
% gula darah
35 mg
(Harsono, 2003)
PENCEGAHAN
Vaksinasi dan profilaksis antibiotik kontak yang rentan dan berisiko
menggambarkan dua cara pengurangan kemungkinan meningitis bakteri yang
40
41
tangga, pusat perawatan harian, dan kontak sekolah perawatan, dan pekerja
perawatan kesehatan yang mempunyai pajanan langsung terhadap sekresi (misal,
resusitasi dari mulut ke mulut, pengisapan, intubasi). Kontak pajanan harus
diobati segera pada kecurigaan infeksi pada penderita indeks; konfirmasi infeksi
bakteriologi harus ditunggu. Lagipula, semua kontak harus dididik mengenai
tanda-tanda awal penyakit meningokokus dan perlunya mencari perhatian medik
segera jika timbul tanda-tanda ini (Branner, 2000).
Vaksin quadrivalen meningokokus terhadap serogroup A,C, Y dan W135
dianjurkan pada anak risiko tinggi umur di atas 2 tahun. Penderita risiko tinggi
termasuk mereka yang menderita asplenia, disfungsi limpa fungsional, atau
defisiensi protein komplemen terminal. Vaksin juga dapat digunakan sebagai
tambahan pada kemoprofilaksis untuk kontak terpajan dan selama epidemik
penyakit meningokokus. Sayangnya, kebanyakan kasus meningitis meningokokus
endemik adalah karena grup B, yang padanya sekarang tidak ada vaksin yang
efektif (Branner, 2000).
Streptococcus pneumoniae
Tidak diperlukan kemoprofilaksis atau vaksinasi untuk hospes normal yang
mungkin merupakan kontak penderita dengan meningitis pneumokokus, sebagai
kasus sekunder yang jarang terjadi. Penderita risiko tinggi harus mendapat vaksin
pneumokookus 23-valen, dan penderita dengan anemia sel sabit harus juga
mendapat kemoprofilaksis dengan penisilin, amoksisilin, atau trimetoprimsulfametoksazol oral (Branner, 2000).
PROGNOSIS
Pengenala yang tepat, terapi antibiotik segera, dan perawatan pendukung
telah menurunkan mortalitas meningitis bakteri sesudah masa neonatus sampai 18%. Angka mortalitas tertinggi yang diamati adalah pada meningitis
pneumokokus. Sekuele perkembangan saraf berat dapat terjadi pada 10-20%
penderita yang sembuh dari meningitis bakteri, dan sebanyak 50% mempunyai
beberapa morbiditas neurobehaviour meskipun tidak kentara. Prognosis adalah
jelek pada bayi sebelum umur 6 bulan dan mereka yang pada CSSnya
mengandung lebih dari 106 CFU bakteri/mL. mereka yang dengan kejang-kejang
43
yang terjadi lebih dari 4 hari dalam terapi, atau penderita dengan koma atau tanda
neurologis pada saat datang, juga cenderung mempunyai sekuele yang lebih lama.
Yang menarik adalah tidak ada korelasi yang baik antara lamanya gejala sebelum
diagnosis meningitis dan hasil akhir (Branner, 2000).
Sekuele neurologis yang paling sering adalah kehilangan pendengaran,
retardasi mental, kejang-kejang, penundaan dalam penerimaan bahasa, gangguan
penglihatan, dan masalah perilaku (Branner, 2000).
Kehilangan pendengaran sensorial merupakan sekuele meningitis yang paling
lazim. Kehilangan pendengaran ini adalah karena labirintis pasca-infeksi kokhlear
dan
terjadi
pada
sebanyak
30%
penderita
meningitis
pneumokokus,
44
DAFTAR PUSTAKA
Aminoff, MJ et al. 2005. Lange medical book : Clinical Neurology, Sixth Edition,
McGraw-Hill.
Chavez-Bueno S, Mc Cracken GH. Bacterial meningitis in children. Pediatr Clin
N Am. 2005; 52:795-810.
Ellenby, M., Tegtmeyer, K, Lai, S., and Branner, D. 2006. Lumbar Puncture. The
New
England
Journal
of
Medicine.
12
355.
URL
URL
http://content.nejm.org/cgi/reprint355/13/e12.pdf
Harsono.
2003.
Meningitis.
Kapita
Selekta
Neurologi
2.
http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.htm
Japardi I. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library. URL :
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf
Mace SE. Acute bacterial meningitis. Emerg Med Clin N Am. 2008; 38: 281-317.
Mann K, Jackson MA. Meningitis. Pediatr Rev. 2008; 29: 417-30.
Prasad K, Kumar A, Singhal T, Gupta PK. Third generation cephalosporin versus
conventional antibiotics for treating acute bacterial meningitis (Review).
Cochrane database of Systematic Review. Issue 4. 2007.
Quagliarello, VJ., Scheld W. 1997. Treatment of Bacterial Meningitis. The New
England
Journal
of
Medicine.
336
708-16.
URL
http://content.nejmorg/cgi/reprint/336/10/708.pdf
Ropper, AH, Brown, Robert H. 2005. Adams & Victors Principles of Neurology,
Eight Edition, McGraw-Hill.
Saez-Lorens X, Mc Cracken GH. Bacterial meningitis in children. Lancet. 2003;
361: 39-48.
45
46