Вы находитесь на странице: 1из 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila timbul per-ubahan tingkah laku positif pada
peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Konteks ini pada da-sarnya
bergantung pada guru sebagai elemen penting dalam kegiat-an pembelajaran. Memang saat ini sudah
menjadi tidak lazim apa-bila seorang guru menjadi dominator keguatan pembelajaran di ke-las,
namun hal ini bukan berarti guru lepas tanggung jawab terhadap keberhasilan siswanya dalam
belajar.
Untuk mewujudkan tanggung jawab tersebut guru harus selalu proaktif dan responsif terhadap
semua fenomena-fenomena yang dijumpai di kelas. Sejalan dengan pernyataan di atas, saat ini upaya
perbaikan pendidikan dilakukan dengan pendekatan kons-struktivis. Oleh karena itu guru tidak hanya
sebagai penerima pembaharuan pendidikan, namun ikut bertanggung jawab dan ber-peran aktif dalam
melakukan pembaruan pendidikan serta mengem-bangkan pengetahuan dan keterampilannya melalui
penelitian tin-dakan dalam pengelolaan pembelajaran di kelasnya.
Paling tidak ada tiga alasan mengapa penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action
research merupakan langkah yang tepat dalam upaya memperbaiki atau meningkatkan mutu
pendidik-an. Ketiga alasan itu adalah:
1. Guru berada di garis paling depan dan terlibat langsung dalam proses tindakan perbaikan
mutu pendidikan tersebut.
2. Penelitian pada umumnya dilakukan para ahli di perguruan tinggi/lembaga pendidikan,
sehingga guru tidak terlibat dalam pembentukan pengetahuan yang merupakan hasil
penelitian.
3. Penyebaran hasil penelitian ke kalangan praktisi di lapangan memerlukan waktu lama.
B. KOMPETENSI
Setelah mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharap-kan memiliki kompetensi sebagai
berikut:
1. Menguasai metodologi penelitian tindakan kelas untuk kepentingan pembelajaran di kelas.
2. Mendeskripsikan permasalahan pembelajaran di kelas serta menganalisis alternatif solusi
terhadap masalah tersebut untuk memperbaiki hasil belajar siswa.
3. Menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan observasi tiap siklus.
C. TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharap-kan mampu menganalisis masalah
pembelajaran di kelas dan mampu melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) guna memperbaiki
kinerjanya sendiri.

1 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

BAB II
HAKEKAT PTK
A. PENGERTIAN PTK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperke-nalkan oleh ahli psikologi sosial
Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, John Elliot, Dave
Ebbutt, dan sebagainya. PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya,
sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis peneliti-an masih sering menjadi
perdebatan jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya.
Menurut Stephen Kemmis (1983), PTK adalah suatu bentuk kegiatan penelaahan atau inkuiri
melalui refleksi diri yang dilaku-kan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial
(termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebe-naran dari (a) praktik-praktik sosial
atau pendidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka terhadap praktik-praktik
tersebut, dan (c) situasi di tempat praktik itu dilaksanakan (David Hopkins, 1993: 44). Sedangkan
Tim Pelatih Proyek PGSM (1999) mengemukakan bahwa PTK adalah suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan
yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan (M.
Nur, 2001)
B. TUJUAN PTK
Sebagaimana diisyaratkan di atas, PTK antara lain bertuju-an untuk memperbaiki dan / atau
meningkatkan praktik pembela-jaran secara berkesinambungan yang pada dasarnya melekat penunaian misi profesional pendidikan yang diemban oleh guru. Dengan kata lain, tujuan PTK adalah
untuk perbaikan dan pening-katan layanan profesional guru. Di samping itu, sebagai tujuan pe-nyerta
PTK adalah untuk meningkatkan budaya meneliti bagi guru guna memperbaiki kinerja di kelasnya
sendiri.
Dalam hubungannya dengan peningkatan profesionalisme guru, kegiatan PTK penting untuk
dilakukan dengan alasan:
1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika
pembelajaran di kelasnya.
2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional.
3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru mampu memperbaiki proses
pembelajaran di kelas.
4. Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena tidak perlu
meninggalkan kelasnya.
5. Dengan PTK guru akan menjadi kreatif.
C. MANFAAT PTK

2 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

Manfaat yang dapat dipetik jika guru mau dan mampu me-laksanakan PTK:
1. Guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara
mandiri, sehingga berkembang inovasi-inovasi pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi
dunia pendidikan dan pembelajaran.
2. PTK juga bermanfaat untuk pengembangan kurikulum dan untuk peningkatan
profesionalisme guru.
D. PRINSIP-PRINSIP PTK
Terdapat enam prinsip yang mendasari PTK yang dijelaskan Hopkins dalam Kardi (2000).
Keenam prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tugas utama guru adalah mengajar, dan apapun metode PTK yang diterapkannya,
sebaiknya tidak mengganggu komotmennya sebagai pengajar.
2. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari
guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
3. Metodologi yang digunakan harus cukup reliabel, sehingga memungkinkan guru
mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan
strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat
digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakannya.
4. Masalah penelitian yang diambil oleh guru hendaknya masalah yang cukup
merisaukannya, dan bertolak dari tanggung jawab profesionalnya, guru sendiri memiliki
komitmen terhadap pemecahan masalah.
5. Dalam penyelenggaraan PTK, guru haruslah bersikap konsisten menaruh kepedulian
tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.
6. Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam
pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom-exceeding perspective,
dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan / atau mata
pelajaran tertentu (skala mikro), melainkan dalam perspektif misi sekolah secara
keseluruhan (skala makro).
E. TAHAP-TAHAP PTK
PTK memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan Mc Taggar, 1992)
yaitu Planning (Rencana), Action (Tindakan), Observation (Pengamatan), dan Reflection (Refleksi).
Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Planning (Rencana)
Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan sesuatu.
Diharapkan rencana tersebut berpandangan ke depan, serta fleksibel untuk menerima efekefek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut secara dini kita dapat mengatasi
masalah. Dengan perencanaan yang baik seorang prak-tisi akan lebih mudah untuk
mengatasi kesulitas dan mendorong para praktisi tersebut untuk bertindak dengan lebih
efektif. Sebagai bagian dari perencanaan, partisipan harus bekerja sama dalam diskusi

3 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

untuk membangun suatu kesamaan bahasa dalam menganalisis dan memperbaiki


pengertian maupun tindakan mereka dalam situasi tertentu.
2. Action (Tindakan)
Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yang dapat berupa
suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan model yang sedang dijalankan. Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh
mereka yang terlibat langsung dalam pelaksanaan suatu model pembelajaran yang
hasilnya juga akan diperguna-kan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas.
3. Observation (Pengamatan)
Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendoku-mentasikan pengaruh-pengaruh
yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar
dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan
keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti
adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang
muncul.
4. Reflection (Refleksi)
Refleksi disini meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran (penginterpretasian),
menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap
perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja
guru pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian, PTK tidak dapat dilaksanakan dalam
sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk melakukannya sebagai
planning untuk siklus selanjutnya.
Untuk memperjelas fase-fase dalam PTK, siklus spiral-nya dan bagaimana
pelaksanaannya, Stephen Kemmis menggambarkannya dalam siklus sebagaimana tampak
pada gambar 1.

Gambar 1 : Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Mc Taggart

4 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

F. PERBANDINGAN PTK DENGAN PENELITIAN LAINNYA


Berikut ini perbandingan PTK dengan Penelitian lainnya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Penelitian Formal
Dilakukan oleh orang
luar
Sampel harus
representatif
Instrumen harus valid
Menuntut penggunaan
analisis statistik
Mempersyaratkan
hipotesis
Mengembangkan
teori/konsep baru
Hasil penelitian
bersifat general

5 DARWIYANTO

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

BDK SEMARANG 2009

PTK
Dilakukan oleh guru sendiri
Tidak perlu sampel
Instrumen bersifat fleksibel
dan adaptif
Tidak perlu analisis statistik
yang rumit
Hipotesis berupa tindakan
yang bersifat nyata dan
fleksibel
Memperbaiki praktik
pembelajaran secara
langsung
Hasil penelitian bersifat
spesifik dan kontekstual

BAB III
PELAKSANAAN PTK
A. PROSEDUR PELAKSANAAN PTK
PTK merupakan proses pengkajian melalui sistema berdaur atau siklus dari berbagai kegiatan
pembelajaran. Menurut Raka Joni dan kawan-kawan (1998), terdapat 5 (lima) tahapan dalam
pelaksanaan PTK. Kelima tahapan dalam pelaksanaan PTK tersebut adalah:
1. Penetapan fokus masalah penelitian
2. Perencanaan tindakan perbaikan
3. Pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan Interpretasi
4. Analisis dan Refleksi
5. Perencanaan tindak lanjut
Dalam pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya permasalahan yang
dirasakan mengganggu, yang dianggap menghalangi pencapaian tujuan pendidikan sehingga
ditengarai telah berdampak kurang baik terhadap proses dan / atau hasil belajar siswa, dan / atau
implementasi sesuatu program sekolah. Bertolak dari kesadaran mengenai adanya permasalahan
tersebut, yang besar kemungkinan masih tergambarkan secara kabur, guru kemudian menetapkan
fokus permasalahan secara lebih tajam, kalau perlu dengan mengumpulkan tambahan data lapangan
secara lebih sistematis dan / atau melakukan kajian pustaka yang relevan.
Pada gilirannya, dengan perumusan permasalahan yang lebih tajam itu dapat dilakukan
diagnosis kemungkinan-kemungkin-an penyebab permasalahan lebih cermat, sehingga terbuka
peluang untuk menjajagi alternatif-alternatif tindakan perbaikan yang diperlukan. Alternatif
pengatasan permasalahan yang dinilai terbaik, kemudian diterjemahkan menjadi program tindakan
perbaikan yang akan dicobakan. Hasil pencobaan tindakan perbaikan itu dinilai dan direfleksikan
dengan mengacu kepada kriteria-kriteria perbaikan yang dikehendaki, yang telah ditetap-kan
sebelumnya.
Berikut ini akan digambarkan diagram alur pelaksanaan PTK:

6 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

Gambar 2: Alur Dalam PTK


1. Penetapan Fokus Masalah Penelitian
a. Merasakan Adanya Masalah
Kepekaan dan kepedulian guru dalam pembelajaran sangat diperlukan. Sebab tanpa hal
tersebut, tampaknya guru akan kesulitan memperoleh permasalahan PTK. Oleh sebab itu, agar
guru dapat menerapkan PTK dalam upayanya untuk mem-perbaiki dan/atau meningkatkan
layanan pembelajaran secara lebih profesional, ia dituntut keberaniannya untuk mengatakan
secara jujur khususnya kepada diri sendiri mengenai sisi-sisi lemah yang masih terdapat dalam
implementasi program pem-belajaran yang dikelolanya. Dengan kata lain, guru harus mampu
merefleksi, merenung, serta berpikir balik, mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam proses
pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi-sisi lemah yang mungkin ada. Dalam proses
perenungan itu terbuka peluang bagi guru untuk menemukan kelemahan-kelemahan praktik
pembelajaran yang selama ini dilakukan secara tanpa disadari. Oleh karena itu, untuk
memanfaatkan secara maksimal potensi PTK bagi perbaikan proses pembelajaran, guru perlu
memulainya sedini mungkin begitu ia merasakan adanya persoalan-persoalan dalam proses
pembelajaran.
Dengan kata lain, permasalahan yang diangkat dalam PTK harus benar-benar merupakan
masalah-masalah yang dihayati oleh guru dalam praktik pembelajaran yang dikelolanya, bukan
permasalahan yang disarankan, apalagi ditentukan oleh pihak luar. Permasalahan tersebut dapat
berangkat (bersumber) dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran dan hasil
belajar siswa.

7 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

Guru menyadari ada permasalahan dalam belajar


siswa.
Misalnya :
Minat belajar siswa rendah
Partisipasi siswa di kelas rendah
Banyak siswa yang sering tidak mengerjakan
PR
Dari tahun ke tahun, banyak siswa tidak bisa
menguasai suatu konsep dengan benar.
Hasil tes siswa rendah,dll.

b. Identifikasi Masalah PTK


Sebagaimana telah dikemukakan penetapan arah PTK berangkat dari diagnosis terhadap
keadaan yang bersifat umum. Guru juga bisa merinci proses penemuan permasalahan tersebut
dengan bertolak dari gagasan gagasan yang masih bersifat umum mengenai keadaan yang perlu
diperbaiki. Menurut Hopkins (1993), untuk mendorong pikiran pikiran dalam mengembangkan
focus PTK, kita bisa bertanya kepada diri sendiri, misalnya:
Apa yang sedang terjadi sekarang?
Apakah yang terjadi itu mengandung permasalahn?
Apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasinya? Bila pertanyaan tersebut telah ada
dalam pikiran guru sebagai actor PTK, maka langkah dapat dilanjutkan dengan mengembangkan
beberapa pertanyaan sepeerti dibawah ini:
Saya berkeinginan memperbaiki
Beberapa orangkah yang merasa kurang puas tentang
Saya dibingungkan oleh..
Saya memilih untuk menguji cobakan di kelas gagasan tentang;

Pada tahap ini yang paling penting adalah menghasilkan gagasan gagasan yang awal
mengenai permasalahan aktual yang dialami guru di kelas. Dengan berangkat dari gagasan

8 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

gagasan awal tersebut guru dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan
menggunakan PTK.

c. Analisis Masalah
Setelah memperoleh sederet permasalahan melaui proses identifikasi ini, maka peneliti /
guru kelas melakukan analisis terhadap permasalahan permasalahan tersebut untuk menentukan
urgensi pengatasan. Dalam hubungan ini akan ditemukan permasalahan yang sangat mendesak
untuk diatasi seperti misalnya penguasaan operasi matematik, atau yng dapat ditunda
pengatasannya tanpa kerugian yang besar, seperti misalnya kemampuan membaca peta buta.
Abahkan memang ada permasalahn yang tidak dapat diatasi dengan PTK, seperti misalnya
kesalahan kesalahan faktual dan/atau konseptual yangterdapat dalam buku paket. Menurut
Abimanyu (1995) arahan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan permasalahan untuk PTK
adalah sebagai berikut:
1) Pilih permasalahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan muridnya, atau topic yang
melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang memang diprogramkan oleh sekolah.
2) Jangan memilih masalah yang berada di luar kemampuan dan / atau kekuasaan guru untuk
mengatasinya.
3) Pilih dan tetapkan permasalahn yang skalanya cukup kecil dan terbatas (manageable).
4) Usahakan untuk bekerja secara kolaboratif dalam pengembangan focus penelitian.
5) Kaitkan PTK yang akan dilakukan dengan prioritas prioritas yang ditetapkan dalam
rencana pengembangan sekolah.
Tidak perlu ditekankan lebih kuat lagi bahwa analisis masalah perlu dilakukan secara
cermat, sebab keberhasilan pada tahap analisis masalah akan menentukan keberhasilan
keseluruhan proses pelaksanaan PTK. Jika PTK berhasil dilaksanakan dengan membawa
kemanfaatan yang dapat dirasakan oleh guru dan sekolah (intrinsically rewarding). Maka
keberhasilan ini akan menjadi motivasi bagi guru untuk meneruskan uasahanya di masa masa

9 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

yang akan datang. Disamping itu temuan temuan yang dihasilkan melalui PTK itu akan menarik
bagi guru lain yang belum mengikuti program PTK untuk juga mencoba melaksanakannya.
d. Perumusan Masalah
Setelah menetapkan focus permasalahan serta menganalisanya menjadi bagian bagian
dan lebih kecil, maka selanjutnya guru perlu merumuskan permasalahan secara lebih jelas,
spesifik dan operasional. Perumusan masalah dan jelas akan membuika peluang bagi guru untuk
menetapkan tindakan alternatif solusi) yang perlu dilakukannya jenis data yang perlu
dikumpulkan termasuk prosedur perekamannya serta cara menginterpretasikannya, khususnya
yang perlu dilakukan sementara tindakan perbaikan dilaksanakan dan data mengenai proses
dan/atau hasilnya itu direkam. Disamping itu, penetapan tindakan perbaikan yang akan dicobakan
itu juga memberikan arahan kepada guru untuk melakukan berbagai persiapan termasuk yang
berbentuk latihan guru meningkatkan keterampilan untuk melakukan tindakan perbaikan yang
dimaksud.

Menguraikan masalah-masalah pokok yang menjadi pusat perhatian penelitian dalam bentuk
rangkaian pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya akan diuji melalui penelitian yang dilakukan
Upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicari
jawabannya
Dijabarkan dari identifikasi dan pembatasan masalah
Merupakan pertanyaan yang lengkap/terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang
akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah
Mengarahkan cara berpikir peneliti
Memberi arah pada kajian teroritis berdasarkan pengetahuan ilmiah yang relevan
Memberi arah dalam melakukan pengujian secara empiris

Contoh Rumusan Masalah:


Apakah melalui X dapat meningkatkan Y ?
Contoh Judul:
Upaya meningkatkan Y melalui X. Atau
Melalui X untuk meningkatkan Y dst.

TUGAS 1:
Untuk keperluan penetapan fokus masalah penelitian (PTK), maka berturut-turut buatlah: (1) latar
belakang masalah, (2) identifikasi masalah, (3) analisis masalah, dan (4) perumusan masalah.

10 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

2. Perencanaan Tindakan
a. Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan
Dilihat dari sudut lain, alternatif tindakan perbaikan juga dapat dilihat sebagai hipotesis
dalam arti mengindikasikan dugaan mengenai perubahan dalam arti perbaikan yang bakal terjadi
jika suatun tindakan dilakukan. Misalnya jika kebiasaan membaca ditingkatkan melalui
penugasan mencari kata atau istilah serapan, perbendaharaan kata akan meningkat dengan rata
rata 10 % setiap bulannya. Dari contoh ini, hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga
akan dapat memecahkkan masalah yang ingin diatasi dengan penyelenggaraan PTK.
Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis formal. Jika hipotesis
penelitian formal menyatakan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih atau menyatakan
adanya perbedaan antara dua kelompok atau lebih, maka hipotesis tindakan tidak mengatakan
demikian, tetapi mengatakan percaya tindakan kita akan merupakan suatu solusi yang dapat
memecahkan permasalahan yang diteliti. Agar dapt menyusun hipotesis tindakan dengan tepat,
sebagai peneliti guru dapat melakukan:
1) Kajian teoretik di bidang pembelajaran pendidikan
2) Kajian hasil hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan
3) Diskusi dengan rekan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan sebagainya.
4) Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang dituangkan dalam bentuk
program, dan
5) Mereflesikan pengalamannya sendiri sebagai guru.
Dari hasil kajian tersebut dapat diperoleh landasan untuk membangun hipotesis tindakan.
Menurut Soedarsono (1997) beberapa, hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis
tindakan adalah sebagai berikut:
1) Rumusan alternatif tindakan perbaikan berdasar-kan hasil kajian. Dengan kata lain,
alternatif tindakan perbaikan hendaknya mempunyai landasan yang mantap secara
konseptual.
2) Setiap alternatif tindakan perbaikan yang dipertimbangkan perlu dikaji ulang dan
dievaluasii dari segi relevansinya. Disamping itu juga perlu ditetapkan cara
penilaiannya sehingga dapat memfasilitasi pengumpulan serta analisis data secara
cepat namun tepat selama program tindakan perbaikan itu diimplementasikan.
3) Pilih alternatif tindakan serta prosedur implemen-tasi yang dinilai paling menjanjikan
hasil optimal namun masih tetap ada dalam jangkauan kemampuan guru untuk
melakukannya dalam kondisi dan situasi sekolah yang aktual.
4) Pikiran dengan seksama perubahan perubahan ( perbaikan perbaiakn) yang secara
implisit dan dijanjikan melalui hipotesis tindakan itu, baik yang berupa proses dan
hasil belajar siswa maupun tehnik mengajar guru.
Contoh Rumusan Hipotesis Tindakan:
Melalui X dapat meningkatkan Y atau
Untuk meningkatkan Y dapat melalui X

11 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

b. Analisis kelaikan hipotesis tindakan


Setelah diperoleh gambaran awal mengenai sejumlah hipotesis tindakan maka selanjutnya
perlu dilakukan masing masing hipotesis tindakan itu dari segi jarak yang terdapat antara situasi
riil dengan situasi ideal yang dijadikan rujukan. Sebab jika terdapat jarak yang terlalu sulit untuk
mengupayakan perwujudannya, maka tindakan yang dilakukan tidak akan membuahkan hasil
yang optimal. Oleh karena itu kondisi dan situasi yang dipersyaratkan untuk penyelenggaraan
sesuatu tindakan perbaikan dalam rangka PTK, harus ditetapkan sedemikian sehingga masih ada
dalam batas batas baik kemampuan guru senada dukungan fasilitas yang tersedia di sekolah
maupun kemampuan rata rata siswa untuk mencernakannya. Dengan kata lain, sebagai aktor
PTK guru hendaknya cukup realistis dalam menghadapi kenyataan keseharian dunia sekolah
dimana ia berada dan melaksanakan tugasnya.
Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empiris. Ini berarti bahwa baik proses
implementasi tindakan yang dilakukan maupun dampak yang diakibatkannya dapat teramati oleh
guru yang merupakan aktor PTK maupun mitra kerjanya. Sebagian dari gejala gejala yang dapat
diamati itu dapat diberikan secara kualitatif. Namun yang paling penting gejala gejala tersebut
harus dapat divertifikasi oleh pengamat lain, apabila diperlukan.
Pada gilirannya, untuk melakukan tindakan agar menghasilkan dampak/hasil sebagaimana
diharapkan diperlukan kajian mengenai kelaikan hipotesis tindakan terlebih dahulu. Menurut
Soedarsono (1997) beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji kelaikan hipotesis
tindakan adalah sebagai berikut:
1) Implementasi suatu PTK akan berhasil, hanya apabila didukung oleh kemampuan dan
komitmen guru yang merupakan aktornya. Di pihak lain, sebagaimana telah
dikemukakan untuk pelaksanaan PTK kadang kadang memang masih diperlukan
peningkatan kemampuan guru melalui berbagai bentuk pelatihan sebagai komponen
penunjang. Selanjutnya selain persyaratan kemampuan, keberhasilan pelaksanaan PTK
juga ditentukan oleh adanya komitmen guru yang merasa tergugah untuk melakukan
tindakan perbaikan. Dengan kata lain PTK dilakukan bukan karena ditugaskan oleh
atasan atau didorong oleh keinginan untuk memperoleh imbalan finansial.
2) Kemampuan siswa juga perlu diperhitungkan baik dari segi fisik, psikologis, dan
sosial budaya maupun etik. Dengan kata lain PTK seyogyanya tidak dilaksanakan
apabila diduga akan berdampak merugikan siswa.
3) Fasilitas dan sarana pendukung yang tersedia di kelas atau sekolah juga perlu
diperhitungkan sebab pelaksanaan PTK dengan mudah dapat tersabotase oleh
kekurangan dukungan fasilitas penyelenggaraan. Oleh karena itu demi keberhasilan
PTK maka guru dan mitranya dituntut untuk dapat mengusahakan fasilitas dan sarana
yang ditentukan.
4) Selain kemampuan siswa sebagai perorangan, keberhasilan PTK juga sangat
tergantung pada iklim belajar di kelas atau sekolah. Namun pertimbangan ini tentu
tidak dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk mempertahankan status kuno.
Dengan kata lain perbaikan iklim belajar di kelas dan di sekolah memsng justru dapat
dijadikan sebagai salah satu sasaran PTK.
5) Karena sekolah juga merupakan sebuah organisasai, maka selain iklim belajar
sebagaimana dikemukakan pada butir 4) Iklim kerja sekolah juga menentukan

12 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

keberhasilan penyelenggaraan PTK. Dengan kata lain dukungan dari kepala sekolah
serta rekan sejawat guru dapat memperbesar peluang keberhasilan PTK. Selain itu
semua tim PTK juga perlu membahas secara mendalam tentang kemungkinan
konsekuensi alas an dilakukannya tindakan yang harus diantisipasi. Demikian pula
kemungkinan timbulnya masalah baru dengan adanya tindakan di kelas. Atas dasar
berbagai pertimbangan di atas maka peneliti dapat secara lebih cermat menyusun
rencana yang akan dilakukan.
c. Perencanaan Tindakan
Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti perlu melak-sanakan berbagai persiapan
sehingga semua komponen yang di-rencanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah persiapan yang perlu ditempuh adalah:
1) Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah yang dilakukan
guru, di samping bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka
implemen-tasi perbaikan yang telah direncanakan.
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, seperti
gambar-gambar dan alat-alat peraga.
3) Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil
tindakan perbaikan, kalau perlu juga dalam bentuk pelatihan-pelatihan.
4) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan
rancangan, sehingga dapat menumbuhkan serta mempertebal keper-cayaan diri dalam
pelaksanaan yang sebenarnya. Sebagai pelaku PTK, guru harus terbebas dari rasa
gagal dan takut berbuat kesalahan.
Tugas 2:
Untuk keperluan perencanaan tindakan, maka berturut-turut : (1) rumuskan hipotesis tindakan, (2)
buat analisis kelaikan hipotesis tindakan, dan (3) buat skenario pembelajaran, masing-masing sesuai
kegiatan 1.
3. Pelaksanaan tindakan, Observasi dan Interpretasi
Atas dasar uraian di atas, adalah sangat beralasan untuk beranggapan bahwa PTK dilakukan
oleh seorang guru atas prakarsa nya sendiri, mesikupun juga terbuka untuk dilakukan secara kolaboratif. Ini berarti bahwa peran guru dalam melaksanakan PTK adalah sangat penting dan tidak dapat
digantikan oleh orang lain begitu saja. Oleh karena itu, implementasi tindakan, proses obser-vasiinterpretasi dan hasil implementasi tindakan tersebut terjadi karena keduanya merupakan bagian yang
tidak dapat terpisahkan dalam tindakan alamiah pembelajaran.
a. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan ini merupakan tindakan pokok dalam siklus
PTK, dan pada saat yang bersama-an kegiatan pelaksanaan tindakan ini juga diikuti dengan kegiatan observasi dan interpretasi, serta diikuti dengan kegiat-an refleksi.

13 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

b. Observasi dan Interpretasi


Secara umum, observasi adalah upaya merekam segala perstiwa dan kegiatan yang terjadi
selama tindakan perbaikan berlangsung, dengan menggunakan atau tanpa alat bantu. Perlu dicatat
adalah kadar interpretasi yang terlibat dalam rekaman observasi secara seksama.
Mekanisme perekaman hasil observasi perlu dirancang agar tidak mencampuradukkan
antara fakta dan interpretasi, namun juga tidak terseret oleh kaidah umum yang tanpa kecuali
menafsirkan interpretasi dalam pelaksanaan observasi. Apabila yang terakhir ini dilakukan,
sehingga yang direkam hanyalah fakta tanpa interpretasi, maka akan dapat menimbul-kan resiko,
bahwa makna dari perangkat fakta yang telah di-amati itu tidak lagi dapat dibangkitkan kembali
secara utuh karena proses erosi yang terjadi dalam ingatan, lebih-lebih apabila pengamat adalah
juga aktor tindakan. Dalam hubungan ini, agaknya prosedur perekaman hasil observasi yang telah
banyak digunakan dalam penelitian kualitatif, dapat dimanfaat-kan secara produktif.
c. Diskusi ulang balikan (review discussion)
Observasi kelas akan memberikan manfaat apabila pelak- sanaannya diikuti dengan diskusi
balikan. Hal ini bisa menjan-jikan manfaat yang optimal jika:
1) Diberikan tidak lebih dari 24 jam setelah observasi
2) Digelar dalam suasana yang mutually supportive dan non threatening.
3) Bertolak dari rekaman data yang dibuat oleh pengamat.
4) Diinterpretasikan secara bersama-sama oleh aktor tindakan perbaikan dan pengamat
dengan kerangka pikir tindakan perbaikan yang tengah digelar.
5) Pembahasan mengacu kepada penerapan sasaran serta pengembangan strategi perbaikan
untuk menentukan perencanaan berikutnya.
4. Analisis data dan Refleksi
a. Analisis data
Analisis data dalam rangka refleksi setelah implementasi suatu paket tindakan perbaikan,
mencakup proses dan dampak seperangkat tindakan perbaikan dalam suatu siklus PTK sebagai
keseluruhan.
Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1) Reduksi data, yakni proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi,
pemfokusan, dan peng-abstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna.
2) Paparan data, yakni proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk
paparan naratif, representasi grafis, dan sebagainya.
3) Penyimpulan, yakni proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah
terorganisasikan tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan / atau formula yang
singkat dan padat tetapi mengandung penger-tian yang luas.
b. Refleksi
Refleksi dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi dan/atau tidak
terjadi, apa yang telah diha-silkan atau yang belum berhasil dituntaskan dengan tindakan
perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi ini digunakan untuk menetapkan langkah lebih

14 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK. Dengan kata lain, refleksi merupakan pengkajian
terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara, dan untuk menentukan
tindak lanjut dalam rangka pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya.
5. Rencana Tindak Lanjut
Sebagaimana telah diisyaratkan hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah tindakan
yang telah dilaksanakan telah dapat mengatasi masalah yang memicu penyelenggaraan PTK atau
belum. Jika hasilnya belum memuaskan, maka dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan
memperbaiki tindakan perbaikan sebelumnya atau apabila perlu, dengan menyusun tindakan
perbaikan yang betul-betul baru untuk mengatasi masalah yang ada.
Dengan kata lain, apabila masalah yang diteliti belum tuntas, atau belum memuaskan
pengatasannya, maka PTK harus dilanjutkan pada siklus ke-2 dengan prosedural yang sama seperti
pada siklus ke-1. Demikian seterusnya. Namun apabila pada siklus ke-1 sudah berhasil, maka
penelitian sudah selesai.
Untuk memperoleh hasil PTK yang memuaskan ada bebera-pa saran yang bisa
dipertimbangkan yaitu:
a. Jangan memilih masalah yang anda tidak dapat berbuat apapun terhadap masalah tersebut.
b. Tentukan topik yang ruang lingkupnya terbatas dan tidak terlampau luas.
c. Pilihlah topik-topik yang penting bagi anda dan bagi siswa anda.
d. Jika diperlukan, lakukanlah kolaborasi dengan teman sejawat karena hal itu sangat
bermanfaat untuk perkembangan profesional seseorang.
e. Kaitkan penelitian kelas anda dengan prioritas rencana pengembangan sekolah atau fungsi
sekolah anda.
B. PENYUSUNAN PROPOSAL PTK
Berikut ini adalah sistematika Proposal PTK.
1. Judul
Judul dinyatakan dengan kalimat sederhana, namun tampak jelas maksud tindakan yang akan
dilakukan dan dimana penelitian dilangsungkan, jika diperlukan cantumkan penanda waktu
catur wulan/semester/tahun ajaran.
Contoh:
Aplikasi Pendekatan Problem-Based Learning (PBL) Dapat Meningkatkan
Pembelajaran Sosiologi pada Kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta Tahun
Pelajaran 2005 2006
2. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Menguraikan kondisi objektif yang mengharuskan dilaksanakannya PTK. Kondisi ini
merupakan hasil identifikasi guru terhadap masalah proses pembelajar-an yang
diselenggarakan.

15 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

b. Rumusan Masalah
Mengemukakan masalah-masalah yang akan dipecahkan melalui PTK yang akan
dilaksanakan.
Contoh:
1. Apakah dengan pendekatan Problem-Based Learning dapat meningkatkan
pembelajaran Sosiologi pada kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta tahun
pelajaran 2006 2007?
2. Bagaimana perubahan tingkah laku yang menyertai peningkatan pembelajaran
Sosiologi melalui pendekatan Problem-Based Learning?
c. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan proses yang akan dilaku-kan atau kondisi yang diinginkan
setelah dilaksanakan PTK.
Contoh:
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Sosiologi melalui pendekatan ProblemBased Learning pada kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta.
2. Untuk mengetahui tingkah laku yang menyertai peningkatan pembelajaran Sosiologi
melalui pendekatan Problem-Based Learning pada kelas XII IPS Madrasah Aliyah
Negeri 2 Surakarta.
e. Manfaat Hasil Penelitian
Contoh:
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Dapat meningkatkan kompetensi dan aktivitas pembelajaran para siswa kelas XII IPS
Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta.
2. Dapat menganalisis perubahan tingkah laku yang menyertai peningkatan pembelajaran
Sosiologi melalui perlakuan khusus pendekatan Problem-Based Learning.
3. Kajian pustaka
Kajian pustaka berisikan ulasan-ulasan teoritis dengan konsep pembelajaran dan konteks PTK
yang akan dilaksanakan.
4. Metode penelitian
Metode penelitian adalah tahapan-tahapan cara dalam melaksanakan penelitian. Contoh
kerangka rancangan PTK yang lazim digunakan sebagai berikut:
a. Setting Penelitian
Contoh:
Penelitian ini berbasis kelas dengan lokasi kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2
Surakarta Propinsi Jawa Tengah. Akan dilaksanakan tahun 2005 2006 yang melibatkan
siswa berjumlah 40 siswa.
b. Subyek Penelitian

16 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

Contoh:
Subyek penelitian adalah siswa kelas XII Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta tahun
pelajaran 2005 2006 yang berjumlah 40 siswa, sebagaimana digambarkan dalam tabel
(lampiran).
c. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Contoh:
Instrumen pengumpulan data dalam PTK ini ada dua, yaitu instrumen tes dan nontes:
1. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan pembelajaran konsep
modernisasi sesaat setelah proses pembelajaran Sosiologi dilaksanakan pada kelas XII
IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2005 2006. Pada setiap
siklus guru memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan
konsep modernisasi dalam pembelajaran Sosiologi. Pada saat melaksanakan tes
tertulis kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2005
2006 yang berjumlah 40 siswa dibagi menjadi dua gelombang, masing-masing terdiri
dari 20 siswa dan 20 siswa. Pembagian kelompok ini dimaksudkan agar peneliti lebih
mudah melaksanakan tes tertulis secara objektif untuk mengukur kemampuan siswa
secara individual.
2.
Non Tes
Teknik non tes yang dipilih pada penelitian ini ada 3 yaitu observasi, wawancara, dan
jurnal. Observasi digunakan untuk mengetahui tentang respon dan sikap siswa
terhadap pemahaman konsep modernisasi dalam pembelajaran Sosiologi, respon dan
sikap siswa terhadap pendekatan PBL, dan siswa yang menunjukkan gejala khusus
dalam penerapan pendekatan PBL.
Wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan dan sikap siswa dalam
pelaksanaan pendekatan PBL, penyebab siswa kurang dapat berpartisipasi dalam
proses pembelajaran, dan motivasi yang menjadikan siswa bersemangat mengikuti
proses pendekatan PBL.
Jurnal digunakan untuk mengetahui berbagai gejala yang muncul dan tercatat atau
terekam pada saat penerapan pendekatan PBL baik yang bersifat maju maupun
mundur untuk mengadakan perbaikan pada siklus berikutnya
d. Validitas Data
Contoh:
Hasil belajar (nilai tes) yang divalidasi instrumen tes menentukan validasi teoritik
maupun validasi empirik (analisis kualitatif dan kuantitatif). Proses pembelajaran
(observasi dan wawancara) yang divalidasi datanya melalui trianggulasi, baik sumber
maupun metoda.
Untuk kepentingan keabsahan data, penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi,
yaitu pengujian validitas data dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat berbeda, dengan
metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil

17 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang
di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang
dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang
waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang di berbagai tingkatan, (5) membandingkan hasil wawancara dengan
isi suatu dikumen yang berkaitan (Lexy J. Moleong, 2002 : 178).
e. Analisis Data
Contoh :
Teknik yang digunakan untuk analisis data pada penelitian ini adalah teknik
deskriptif analitik dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes diolah dengan menggunakan deskripsi
persentase. Nilai yang diperoleh siswa dirata-rata untuk menemukan tingkat
pemahaman konsep modernisasi para siswa dalam pembelajaran Sosiologi. Nilai
persentase dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:
NK
NP = ------ x 100%
R
Keterangan:
NP = Nilai persentase
NK = Nilai komulatif
R = Jumlah responden
2. Data kualitatif yang diperoleh dari observasi, wawancara dan jurnal diklasifikasikan
berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis. Data kuantitatif dan kualitatif
ini kemudian dikaitkan sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan penerapan
pendekatan PBL, yang ditandai dengan meningkatnya pemahaman konsep
modernisasi dalam pembelajaran Sosiologi secara klasikal, dan perubahan tingkah
laku yang menyertainya.
f. Indikator Kinerja
Contoh:
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) artinya penelitian dengan
berbasis pada kelas. Dengan penelitian ini diperoleh manfaat berupa perbaikan praksis
yang meliputi penanggulangan berbagai masalah belajar siswa dan kesulitan mengajar
oleh guru.
Untuk mengevaluasi ada tidaknya dampak positif terhadap tindakan, diperlukan
kriteria keberhasilan, yang ditetapkan sebelum tindakan dilakukan. Dari kegiatan refleksi
ini, diperoleh ketetapan tentang hal-hal yang telah tercapai menjadi bahan dalam
merencanakan kegiatan siklus berikutnya.
Indikator kinerja dari data kuantitatif ditetapkan kriteria bahwa semakin meningkat
perolehan hasil tes pada kategori diatasnya menunjukkan kriteria peningkatan

18 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini. Jadi seumpama pada siklus ke-2
kategori sangat paham lebih besar daripada siklus ke-1 berarti terjadi peningkatan yang
positif sebagaimana terlihat pada tabel 1 berikut ini:
Indikator kinerja dari data kualitatif ditetapkan bahwa peningkatan partisipasi
responden (siswa) dan peningkatan sikap positif baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya sebagai indikator peningkatan pembelajaran yang positif, dari siklus ke
siklus. Jika terjadi sebaliknya maka sebagai indikasi kurang berhasil dalam perlakuan
Penelitian Tindakan Kelas ini.
g. Prosedur Penelitian
Contoh:
PTK dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian berdaur 4 tahap, yaitu (1)
merencanakan, (2) melakukan tindakan, (3) mengamati (observasi), dan (4) merefleksi.
5. Personalia penelitian
Yakni orang-orang yang terlibat dalam PTK, kalau PTK ini dilakukan secara kolaboratif.
6. Rencana biaya penelititan
Rancangan biaya penelitian yang menyangkut berbagai kebutuhan, seperti: Bahan dan
peralatan penelitian, alat peraga, ATK, penggandaan dan penjilidan, dan lain-lain.
7. Jadwal kerja
Contoh:
Kegiatan Siklus I
Waktu
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
Kegiatan Siklus II
Waktu
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Penyusunan Laporann Akhir dan seminar
8. Daftar Pustaka
9. Lampiran
Berisi curriculum vitae peneliti atau tim peneliti.
C. PENYUSUNAN LAPORAN PTK
Selanjutnya apabila guru pelaksana penelitian tindakan kelas sudah merasa puas dengan
siklus-siklus tersebut, tentu saja langkah berikutnya tidak lain adalah menyusun laporan kegiatannya.
Proses penyusunan laporan ini tidak akan dirasakan sulit apabila sejak awal guru sudah disiplin
mencatat apa saja yang sudah ia lakukan.
Format laporan PTK berbeda-beda. Berikut ini akan diberikan dua contoh format penulisan
laporan:

19 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

Contoh 1:
PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Analisis Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II FORMULASI SOLUSI DAN KELAIKAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Formulasi Solusi
1. Kajian Teoritik
2. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang relevan (jika ada)
3. Kajian Hasil diskusi (dengan teman sejawat, pakar pendidikan, peneliti) (jika ada)
4. Hasil refleksi pengalaman sendiri sebagai guru
5. Perumusan Hipotesis Tindakan
B. Analisis Kelaikan Hipotesis Tindakan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Sasaran Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Skenario Pembelajaran
D. Fasilitas dan Sarana Pendukung
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
BAB IV PELAKSANAAN TINDAKAN, OBSERVASI INTERPRETASI
A. Pelaksanaan Tindakan
B. Observasi dan Interpretasi
C. Diskusi Balikan
BAB V ANALISIS DATA DAN REFLEKSI
A. Analisi Data
1. Reduksi Data
2. Paparan Data
3. Kesimpulan (terhadap data yang telah direduksi dan dipaparkan)
B. Refleksi
1. Analisis
2. Pemaknaan
3. Penjelasan
4. Kesimpulan (tentang keberhasilan/kegagalan tindakan yang telah dilakukan)

20 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

Contoh 2:
PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Hipotesis Tindakan
F. Manfaat Hasil Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori (tentang
B. Kajian Hasil Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Tindakan
B. Setting/lokasi /subjek penelitian
C. Metode Pengumpulan Data
D. Metode Analisis Data
E. Cara Pengambilan Kesimpulan
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Selintas Tentang Setting
B. Uraian Penelitian Secara Umum
C. Penjelasan Per siklus
D. Proses Menganalisis Data
E. Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

21 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

DAFTAR PUSTAKA
Hopkins, David, (1992). A Teacher,s Guide to Classroom Research. Milton Keynes: Open University.
Kemmis, Stephen. & Mc. Taggart, Robin. (1992). The Action Research Planner. Victoria: Deakin
University Press.
Kardi, S., (2000). Penelitian Tindakan Kelas. Kumpulan Makalah Teori Pembelajaran MIPA.
Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Surabaya PSMS Pascasarjana.
Nur, Mohamad, (2001). Penelitian Tindakan Kelas (konsep dasar dan langkah-langkah PTK).
Kumpulan Makalah Teori Pembelajaran MIPA. Departemen Pendidikan Nasional Universitas
Negeri Surabaya PSMS Pascasarjana.

22 DARWIYANTO

BDK SEMARANG 2009

Вам также может понравиться