Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstrak, Pembelajaran fisika menuntut pemahaman siswa terhadap konsep-konsep fisika. Sebelum pembelajaran, dalam
struktur kognitif siswa telah terbentuk konsepsi fisika. Namun konsepsi tersebut belum tentu benar dan sesuai dengan
konsepsi para ahli. Jika konsepsi awal siswa tidak sesuai dengan konsepsi para ahli fisika terjadilah miskonsepsi.
Miskonsepsi banyak terjadi pada mata pelajaran fisika. Miskonsepsi harus segera diatasi. Salah satu pendekatan yang efektif
mengatasi miskonsepsi adalah pendekatan konflik kognitif. Melalui pendekatan konflik kognitif siswa dapat mereorganisasi
struktur kognitifnya sendiri sehingga miskonsepsi dapat teratasi.
PENDAHULUAN
Fisika merupakan mata pelajaran yang
mempelajari tentang fenomena alam, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan
matematika. Sehingga selain diperlukannya operasi
matematis, juga diperlukan pemahaman tentang
konsep. konsep-konsep tersebut dikenalkan melalui
kegiatan pembelajaran. Siswa tidak memasuki
pelajaran dengan kepala kosong. Tetapi sebaliknya
kepala siswa telah dipenuhi dengan pengalaman
dan pengetahuan yang berhubungan dengan
pelajaran yang diajarkan [1]. Dalam kehidupannya,
siswa selalu berinteraksi dengan alam, melihat
benda-benda, dan peristiwa-peristiwa alam.
Pengalaman-pengalaman ini membawa mereka
mengembangkan penafsiran atau dugaan-dugaan
sehingga terbentuk konsepsi awal [2]. Akan tetapi
konsepsi awal yang terbentuk tersebut belum tentu
benar. Konsepsi awal yang tidak sesuai dengan
konsep ilmiah para ahli disebut dengan
miskonsepsi.
Adanya
miskonsepsi
dapat
mengakibatkan kesulitan pada saat mempelajari
suatu konsep.
Miskosepsi banyak terjadi dalam mata
pelajaran fisika. Hampir pada seluruh materi fisika
terjadi miskonsepsi. Dari 700 penelitian tentang
miskonsepsi dalam fisika, 300 diantaranya meneliti
tentang miskonsepsi pada mekanika, 159 pada
listrik, 70 pada kalor, optika, dan sifat-sifat materi,
35 pada ilmu bumi dan antariksa, serta 10
penelitian pada fisika modern [3].
Miskonsepsi yang terjadi harus segera
dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Berbagai
Diagnosa Miskonsepsi
Terdapat
bermacam-macam
cara
melakukan diagnosa untuk mengidentifikasi
miskonsepsi. Diantaranya melalui tes diagnostik
dan Certainty of Response Index (CRI).
Tes Diagnostik
Tes
diagnostik
dilakukan
melalui
wawancara klinis, tes tertulis beralasan, dan peta
konsep. Dengan menggunakan wawancara klinis
dapat diungkapkan pengetahuan awal dan
miskonsepsi siswa secara lebih mendalam dan
lebih orisinil. Berdasarkan jawaban dan
argumentasi yang dikemukakan siswa pada lembar
tes, dapat ditelusuri pengetahuan awal dan
miskonsepsi siswa serta latar belakangnya. Cara
ketiga ialah dengan menggunakan peta konsep.
Konsepsi siswa dapat diperkirakan dengan peta
konsep yang bentuknya tentu saja berbeda dengan
tingkat pemahaman masing-masing siswa terhadap
suatu konsep. Oleh karena itu penelusuran
pengetahuan awal (prior knowledge) siswa dapat
dilakukan dengan bantuan peta konsep [7].
Certainty of Response Index (CRI)
Teknik lain yang dapat digunakan untuk
menelusuri keadaan miskonsepsi siswa tentang
konsep-konsep yaitu dengan menggunakan model
CRI (Certainty of Response Index). Model ini dapat
menggambarkan keyakinan siswa terhadap
kebenaran alternatif jawaban dengan didasarkan
pada suatu skala yang diberikan bersamaan dengan
setiap jawaban suatu soal. Skala dan kriteria CRI
ditunjukkan pada Tabel 1.
Kriteria
(Totally guessed answer)
(Almost guess)
(Not sure)
(Sure)
(Almost certain)
(Certain)
Salah
CRI
Rendah
Lucky guess
Tinggi
Pemahaman
konsep benar
Lack a
knowledge
Miskonsepsi
Konflik
Kognitif
Perubahan Konsep
sebagai
Dasar
Pendekatan
konflik
kognitif
dikembangkan dari pandangan Piaget bahwa siswa
secara
aktif
melakukan
reorganisasi
pengetahuannya yang telah disimpan dalam
struktur kognitif. Struktur kognitif siswa dapat
mengalami reorganisasi untuk menyesuaikan
dengan informasi yang baru diterimanya melalui
adaptasi berupa proses asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi merupakan suatu proses dimana
informasi yang masuk ke otak disesuaikan sampai
cocok dengan struktur kognitif itu sendiri.
Sedangkan
akomodasi
merupakan
proses
perubahan struktur kognitif karena hasil
pengamatan atau informasi baru [5]. Apabila
pengalaman atau informasi baru tidak cocok
dengan struktur kognitif siswa maka dapat
menimbulkan konflik dan terjadilah asimilasi dan
akomodasi, yaitu perubahan konsep dengan
membentuk struktur kognitif yang cocok dengan
informasi baru tersebut. Pendekatan tersebut
dikenal dengan pendekatan konflik kognitif.
Pendekatan
konflik
kognitif
memberikan
kemudahan bagi siswa dalam mempelajari konsepkonsep fisika, melatih siswa berpikir kritis dan
kreatif, serta meningkatkan aktivitas belajar siswa
[6].
Proses konflik kognitif meliputi tiga
tahap: (1) Pendahuluan (preliminary) yaitu
dilakukan dengan penyajian konflik kognitif, (2)
konflik (conflict) yaitu penciptaan konflik yang
melibatkan proses asimilasi dan akomodasi, dan (3)
penyelesaian (resolution) yaitu kegiatan diskusi
dan menyimpulkan hasil diskusi [9]
PENUTUP
Berdasarkan penelitian-penelitian yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran
fisika efektif untuk mengatasi miskonsepsi fisika.
Pendekatan konflik kognitif dapat dijadikan salah
satu alternatif bagi guru untuk mengatasi
miskonsepsi yang terjadi. Pendekatan konflik
kognitif akan lebih efektif jika guru lebih
memperhatikan prasyarat konsep yang harus
dimiliki siswa dalam pembelajaran, menyampaikan
konsep-konsep dasar secara benar dan membantu
siswa dalam menghubungkan antar konsep serta
pandai memilih pendekatan pembelajaran untuk
mengurangi miskonsepsi fisika yang dialami oleh
para siswa.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Artikel
Disusun Oleh
WAKID RIMA OKTAFIANTO
0403514012