Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TUMOR OVARIUM
Pembimbing:
dr. Hardjono Purwadhi, Sp.OG
Oleh:
Dasep Padilah
G4A014086
G4A014091
G4A015034
G4A015052
2015
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
TUMOR OVARIUM
Oleh:
Dasep Padilah
G4A014086
G4A014091
G4A015034
G4A015052
Oktober 2015
Pembimbing,
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tumor ovarium merupakan suatu massa yang tumbuh pada ovarium.
Tumor ovarium dibedakan menjadi tumor jinak ovarium dan tumor ganas
ovarium (kanker ovarium). Tumor jinak ovarium atau yang juga dikenal
sebagai atypical proliferating tumors adalah massa ovarium yang terdiri
dari kelompok tumor yang menunjukkan proliferasi epitel yang jinak dan
non-invasif (Monga, 2000).
Tumor ganas ovarium (kanker ovarium) merupakan suatu jenis
keganasan yang berkembang di sel-sel penunjang ovarium, termasuk sel
epitel permukaan, sel germinal, dan sel stroma. Sel kanker yang
bermetastasis dari organ lain menuju ovarium tidak disebut sebagai kanker
ovarium. Berbagai neoplasma baik jinak maupun ganas dapat berasal dari
setiap jenis sel yang ada dalam ovarium (Heffner & Schust, 2010).
B. Klasifikasi
Tumor ovarium merupakan entitas patologik yang sangat beragam
karena adanya tiga jenis sel yang membentuk ovarium normal yaitu sel epitel
penutup permukaan yang bersifat multipoten, sel germinativum yang bersifat
totipoten, dan sel stroma/genjel seks yang bersifat multipoten. Setiap jenis sel
ini menimbulkan berbagai jenis tumor. Klasifikasi tumor ovarium
berdasarkan sifat neoplastik dan non neoplastiknya yaitu sebagai berikut
(Lester, 2005; Prawirohardjo, 2008; Tavasolli, 2003):
1. Non Neoplastik
a. Kistafolikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai
berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari
beberapafolikelprimeryangsetelahbertumbuhdibawahpengaruh
estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan
membesarmenjadikista.Biasanyakistaberdiameterkista11,5cm
(<5cm).Cairandidalamkistajernihdanmengandungestrogen.Oleh
sebabitujeniskistainiseringmengganggusiklushaid.Kistafolikel
inilambatlaunmengecildanmenghilangspontandalam2bulan.
b. Kistakorpusluteum
Dalamkeadaannormalkorpusluteumlambatlaunmengecil
dan menjadi korpus albikans, Kista korpus luteum terjadi karena
bertambahnya sekresi progesteron. Kista ini berasal dari korpus
luteum yang tidak mengecil menjadi korpus albikans, tetapi
mempertahankan diri. Pendarahan yang sering terjadi di dalamnya
menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah
coklat karena darah tua. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna
kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel teka. Kista
lutein labih besar daripada kista folikel, cenderung lebih keras dan
padat dalam konsistensi, dan lebih mudah menyebabkan nyeri atau
tanda-tanda iritasi peritoneum.
Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid,
berupa amenorhea diikuti oleh pendarahan tak teratur. Adanya kista
dapat menyebabkan rasa berat perut bagian bawah. Pendarahan yang
berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Kista korpus luteum
dapat mengakibatkan ovarium terpuntir dan menimbulkan nyeri yang
hebat.
Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya
amenorhea sering menimbulkan kesulitan dalam diferential diagnosis
dengan kehamilan ektopik yang terganggu. Penanganan kista korpus
luteum adalah menunggu sampai kista hilang sendiri, biasanya dalam
waktu 2 bulan pada wanita tidak hamil dan mengecil perlahan-lahan
pada trimester terakhir pada wanita hamil.
c. KistaTekaLutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadangkadang
tanpaadanyakelainantersebut,ovariumdapatmembesardanmenjadi
kistik.Kistabiasanyabilateraldanbisamenjadisebesartinju.Pada
pemeriksaan mikroskopi terlihat luteinisasi selsel teka. Selsel
granulosa dapat pula atresia. Tumbuhnya kista ini ialah akibat
pengaruh hormon koriogonodotropin (HCG) yang berlebihan dan
denganhilangnyamolaataukoriokarsinomaovariumakanmengecil
spontan.
d. KistaInkulusiGerminal
Kistainiterjadikarenainvaginasidanisolasibagianbagian
kecildariepitelgerminativumpadapermukaanovarium.Tumorini
lebihbanyakpadawanitayanglanjutusiadanbesarnyajarangyang
lebihdari1cm. Kista terletak di bawah permukaan ovarium dan berisi
cairan jernih dan serous. Kista ini tidak pernah memberikan gejalagejala yang berarti.
e. KistaEndometrium
Kista ini terdapat pada endometriosis yang berlokasi di
ovarium yang disebut sebagai kista endometrial atau kista coklat.
Dalam ovarium berukuran kecil sampai sebesar tinju yang berisi
darah sampai coklat. Darah tersebut dapat keluar sedikit-sedikit
karena luka pada dinding kista yang dapat menyebabkan perlengketan
antara permukaan ovarium dengan uterus. Kadang dapat mengalir
dalam jumlah yang banyak ke dalam rongga peritoneum dan
menimbulkan akut abdomen.
f. KistaSteinLeventhal
Kista ini ditandai oleh pembesaran bilateral dari polikistik
ovarium, amenorea atau oligomenorea sekunder. Lima puluh persen
dari penderita gemuk dan mengalami hirsutisme tanpa maskulinisasi.
Sindroma ini terjadi pada wanita antara usia 15-30 tahun. Ovarium
pucat, membesar, polikistik, permukaan licin, dan kapsulnya menebal.
Kelainan ini disebabkan oleh peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimulasi hormon.
2. Tumor Neoplastik Jinak
a. Kistik
1) Kistoma ovarii simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding
kista tipis dan cairan dalam kista jernih, serous, dan berwarna
kuning. Berhubung dengan adanya tangkai, maka dapat terjadi
torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak.
2) Kistadenoma ovarii musinosum
Tumor ini lazimnya berbentuk multilokuler, karenanya
bentuk
permukaannya
berlobus
lobus
(lobulated).
Tumor
sangat jarang, hanya 1,5% dari semua kista dermoid dan biasanya
pada wanita lewat menopause.
b. Solid
1) Fibroma ovarii
Potensi menjadi ganas sangat rendah pada fibroma
ovarium, kurang dari 1%. Fibroma ovarii berasal dari elemen
fibroblastik stroma ovarium atau sel mesenkim yang multipoten.
Tumor ini merupakan 5% dari semua neoplasma ovarium dan
paling sering ditemukan pada penderita yang sudah menopause.
Tumor ini mencapai diameter 2 sampai 30 cm; dan
beratnya 20 kg, dengan 90% uniteral. Permukaan tidak rata,
konsistensi keras, warnanya merah jambu keabuan. Apabila
konsistensi sangat padat disebut fibroma durum, dan apabila lunak
disebut fibroma molle. Neoplasma ini terdiri atas jaringan ikat
dengan sel-sel di tengah jaringan kolagen. Apabila terdiri atas
kelenjar-kelenjar kistik, maka disebut kistadenofibroma ovarii.
Fibroma ovarii yang besar biasanya mempunyai tangkai dan dapat
terjadi torsi. Pada tumor ini sering ditemukan sindroma Meigs
(tumor ovarii, ascites, hidrotoraks).
2) Tumor Brenner
Merupakan suatu neoplasma ovarium yang sangat jarang
ditemukan, biasanya pada wanita dekat atau sesudah menopause.
Frekuensinya 0,5% dari semua tumor ovarium. Besar tumor ini
beraneka ragam, dari sangat kecil ke yang beratnya beberapa
kilogram. Lazimnya tumor ini unilateral. Pada pembelahan
berwarna kuning muda seperti fibroma, dengan kista-kista kecil.
Kadang-kadang pada tumor ini temukan sindroma Meigs.
Gambaran mikroskopis tumor ini sangat khas, terdiri dari 2
elemen, yakni sarang-sarang yang terdiri atas epitel-epitel, yang
dikelilingi jaringan ikat yang luas dan padat.
Tumor Brenner tidak menimbulkan gejala-gejala klinik
yang khas, dan jika masih kecil, biasanya ditemukan secara
kebetulan pada pemeriksaan histopatologik ovarium. Meskipun
biasanya jinak, dalam beberapa kasus tumor ini menunjukkan
keganasan pada histopatologi dan klinisnya.
antara
menyebabkan
0,5-16
gejala
cm.
Beberapa
maskulinasi,
terdiri
dari
tumor
ini
atas
hirsutisme,
biasanya jinak secara klinis. Sebaliknya tumor ganas germ sel hanya
merupakan 5% dari kanker ovarium ganas di negara-negara barat.
Klasifikasi tumor germ sel ovarium penting untuk menentukan prognosa
dan untuk kemoterapi. Klasifikasi tumor germ sel adalah sebagai berikut
(Busman, 2006):
a. Dysgerminoma
b. Non dysgerminoma (kanker embrional)
1) Differensiasi embrional
a) Mixed
b) Mature
c) Immature
2) Differensiasi extra embrional
a) Choriocarcinoma
b) Endodermal sinus tumour (yolk sac tumour)
c) Extraembryonal carcinoma
Tiga ciri khas yang membedakan tumor ganas germ sel dari
kanker epitel ovarium, antara lain:
a. Tumor ganas germ sel sering timbul pada pasien usia muda, biasanya
pada usia belasan atau awal duapuluhan.
b. Kebanyakan terdiagnosa pada stadium I.
c. Prognosis yang bagus walaupun pasien berada pada stadium lanjut
dikarenakan tumor ini sensitif pada kemoterapi. Terapi primer pada
wanita yang masih ingin hamil adalah pembedahan dengan tidak
mengorbankan fertilitas.
3. Stromaovariumsexcord
Tumor sex cordstromal terdiri dari berbagai kelompok neoplasma
yang jarang yang berasal dari matriks ovarium. Klasifikasi histologi
tumor ovarium sex cord-stromal dari WHO adalah sebagai berikut
(Busman, 2006):
a. Granulosa-stromal cell tumors
1) Granulosa cell tumor
a) Adult type
b) Juvenile type
2) Thecoma-fibroma group
a) Thecoma
b) Fibroma/fibrosarcoma
c) Sclerosing stromal tumor
b. Sertoli-stromal cell tumors
1) Sertoli cell tumor
2) Sertoli - Leydig cell tumor
c. Sex cord tumor with annular tubules
D. Epidemiologi
Tumor ovarium menempati peringkat keenam dari keseluruhan jenis
tumor di Indonesia. Angka kejadian tumor ovarium yaitu sekitar 30% dari
keseluruhan jenis tumor pada sistem genitalia wanita. Angka kejadian tumor
ovarium lebih rendah apabila dibandingkan dengan tumor serviks dan uterus,
akan tetapi angka mortalitasnya relatif tinggi. Angka kejadian tumor jinak
ovarium sekitar 15% dari jumlah keseluruhan tumor epitel ovarium. Tumor
ovarium terutama yang bersifat jinak biasanya terjadi pada wanita kelompok
usia kurang dari 35 tahun atau kelompok usia produktif, sedangkan tumor
ovarium yang bersifat ganas lebih banyak ditemukan pada kelompok usia
mendekati menopause atau kelompok usia postmenopause (Heffner &
Schust, 2005; Monga, 2000; Tavasolli, 2003).
Kanker ovarium jarang terjadi pada wanita dengan usia di bawah 40
tahun, sebagian besar terjadi pada wanita kelompok usia 40-65 tahun. Secara
global, sebanyak lebih dari 23.000 kasus baru kanker ovarium ditemukan
setiap tahunnya, sekitar 13.900 kasus di antaranya meninggal dunia akibat
kanker ovarium. Menurut data statistik American Cancer Society insiden
kanker ovarium sekitar 4% dari seluruh penyakit kanker pada wanita, dan
menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker (ACS, 2010;
Lester, 2005; Tavasolli, 2003).
Di Indonesia, kanker ovarium menduduki urutan ke enam terbanyak
dari keganasan pada wanita setelah kanker serviks, payudara, kolorektal,
kulit, limfoma. Selain itu berdasarkan laporan dari Badan Registrasi Kanker
(BRK) Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005 diketahui
bahwa frekuensi relatif kanker ovarium menempati urutan keempat di antara
10 tumor tersering dari keseluruhan tumor primer yang terjadi pada pria dan
wanita.
E. Patomekanisme
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil
yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan
dengan diameter lebih dari 2,8 cm akan melepaskan oosit matur. Folikel yang
ruptur akan menjadi korpus luteum yang pada saat matang memiliki struktur
1,5-2 cm dengan kista di tengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada
oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan
membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan
(Moeloek, 2006).
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista dapat terbentuk karena
adanya stimulasi dari hormon gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista
fungsional multipel dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau
sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Kista folikel dan luteal,
kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak pecah
atau folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali (Asworth, 2010)..
Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan
gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovarii, terutama bila disertai dengan
pemberian HCG. Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang
berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau
jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan
ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan
(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang
serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous
(Moeloek, 2006).
Dari gambaran klinis, kista ovarium yang berukuran kecil biasanya
tidak menunjukan gejala atau rasa sakit, kecuali kalau pecah atau terpuntir
yang menyebabkan perdarahan intraperitoneum dan gejala akut abdomen,
sakit yang hebat di daerah perut bagian bawah, dan kaku. Kista yang
berukuran besar atau berjumlah banyak dapat menimbulkan gejala seperti
rasa sakit pada panggul, sakit pinggang, sakit saat berhubungan seksual,
pendarahan rahim yang abnormal (Fauzan, 2009).
Sampai saat ini penyebab pasti tumor ovarium belum diketahui dengan
jelas namun ditemukan beberapa faktor risiko yang dianggap dapat menjadi
penyebab timbulnya tumor ovarium, antara lain faktor genetik, umur,
kehamilan, penggunaan obat kontrasepsi oral, terapi hormon pengganti pada
masa menopause, obat-obatan yang meningkatkan kesuburan, pemakaian
talk, pengikatan atau ligasi tuba, dan Indek Massa Tubuh (IMT) (Fauzan,
2009).
Hormon steroid seperti estrogen dan progesteron dikaitkan dengan
faktor risiko tumor ovarium, dimana estrogen memicu proliferasi dan
mengalami degradasi oleh proteasom. Fungsi gen BRCA1 dalam hal ini
adalah membantu proses ini dengan jalan membentuk kompleks BRCA1BARD1. Sedangkan dalam proses chromatin remodeling, BRCA1 berfungsi
dalam proses perbaikan DNA dengan membentuk kompleks multimerik
dengan chromatin-remodelling complexes (SW1 dan SNF), serta bisa
berfungsi sebagai kompleks histon deasetilase. Mutasi pada gen ini akan
mengganggu proses remodelling kromatin pada kerusakan DNA (Balmana et
al, 2009; Robson et al, 2007).
Mutasi KRAS terjadi pada 75% karsinoma primer musinosum. Mutasi
KRAS dapat mencegah microRNA let-7 untuk berikatan dengan KRAS
untuk mengontrol produksi produksi protein. Setiap individu memiliki gen
KRAS yang berfungsi memproduksi protein. Ketika microRNA let-7
berikatan dengan gen KRAS yang normal, maka produksi protein dapat
dikontrol dalam kadar yang normal untuk perkembangan sel. Namun pada
gen KRAS yang mengalami mutasi, let-7 tidak dapat berikatan dengan gen
untuk mengontrol produksi protein, mengakibatkan perkembangan sel yang
berlebih dan berkembang menjadi sel tumor maligna (Balmana et al, 2009;
Robson et al, 2007).
F. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Melalui anamnesis perlu ditanyakan tentang keluhan yang dialami
beserta riwayat ginekologik meliputi tanggal menstruasi terakhir, siklus
menstruasi, riwayat obstetri, riwayat pemakaian kontrasepsi, riwayat
pengobatan dan juga riwayat penyakit dalam keluarga (Monga, 2000).
Gejala klinis tumor ovarium antara lain (Johari, 2013; Manuaba, 2009;
Monga, 2000; Prawirohardjo, 2007; Yatim, 2008):
a. Sebagian besar pasien tidak merasa ada keluhan (95%)
b. Ketidaknyamanan di perut bagian bawah
c. Pembesaran perut dan menimbulkan gejala perut terasa penuh.
d. Tertekan daerah perut hingga menimbulkan sesak napas.
e. Usia >40 tahun, belum pernah hamil
f. Serangan nyeri tajam yang muncul mendadak pada perut bagian
bawah. Gejala penyakit dapat datang sebagai akibat penyulit kista
Ganas
bilateral
padat
terbatas
tidak licin
banyak
ada
cepat
Jinak
jarang
jarang
jarang
Ganas
sangat sering
sangat sering
sangat sering
Bilateral
jarang
Perlengketan
jarang
Asites
jarang
Nekrosis
jarang
Implantasi pada peritoneum jarang
Kapsel utuh
sering
Konsistensi kistik
sering
(Busman, 2006)
Penentuan stadium kanker ovarium didasarkan
sering
sering
sering
serng
sering
jarang
jarang
pada temuan yang
IB
IC
II
IIA
IIB
IIC
III
IIIA
IIIB
Kriteria
Pertumbuhan tumor terbatas pada ovarium.
Pertumbuhan tumor terbatas pada satu ovarium, cairan ascites tidak
mengandung sel-sel ganas, tidak ada pertumbuhan tumor pada
permukaan luar tumor, kapsul utuh.
Pertumbuhan tumor terbatas pada kedua ovarium, cairan ascites tidak
mengandung sel-sel ganas, tidak ada pertumbuhan tumor pada
permukaan luar tumor, kapsul utuh.
Tumor pada stadium Ia atau Ib tetapi dengan pertumbuhan tumor pada
permukaan luar dari satu atau kedua atau kapsul pecah atau cairan
ascites atau cairan bilasan peritoneum mengandung sel-sel ganas.
Pertumbuhan tumor pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke
rongga pelvis.
Penyebaran dan atau metastasis ke uterus dan atau tuba fallopi
Penyebaran tumor ke organ pelvis lainnya.
Tumor dengan stadium IIa atau IIb, tetapi dengan pertumbuhan tumor
pada pemukaan luar dari satu atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau
cairan ascites atau cairan bilasan peritoneum mengandung sel-sel ganas.
Tumor melibatkan satu atau kedua ovarium dengan implantasi di luar
pelvis dan atau terdapat pembesaran kelenjar limfe inguinal atau
retroperitoneal.Metastasis pada pemukaan liver sesuai dengan stadium
III. Tumor terbatas pada pelvis, tetapi pemeriksaan histologi
menunjukkan penyebaran tumor ke usus halus atau omentum.
Tumor secara makroskopis terbatas pada pelvis dan tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tetapi pemeriksaan histologi menunjukkan
penyebaran ke permukaan peritoneum abdominal.
Tumor pada satu atau kedua ovarium dengan penyebaran di permukaan
peritoneum berdiameter tidak lebih dari 2 cm dan didukung oleh hasil
IIIC
IV
G. Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding tumor ovarium, antara lain (Green, 2015):
1. Kehamilan
Dapat dibedakan dengan reaksi biologis, rontgen dan auskultasi.
2. Ascites
Ascites kadang-kadang dapat menyerupai kista, terutama bila besar
sekali. Untuk membedakannya, dapat ditanyakan pada penderita, apakah
pernah menderita sirosis hepatis atau karsinoma peritonei yang sekunder.
Yang lebih penting ialah pemeriksaan perkusi. Pada tumor ovarium akan
ditemukan daerah pekak di depan dan timpani di samping, sedang pada
ascites sebaliknya. Pada ascites ada shiffting dullness (pekak alih).
Dengan palpasi, pada penderita yang tidak begitu gemuk akan dapat
diraba batas- batas dari tumor (William, 2007).
3. Pertonitis TB
Keadaan ini dapat menyerupai kista ovarium. Hal ini disebabkan
karena ascites yang dibentuk sering mempunyai kapsul, yang pada palpasi
dan perkusi menyerupai kista. Pada anamnesa ada TB paru, disertai
demam subfebril, maka diagnosa lebih condong ke arah peritonitis TB.
Juga tumor masanya lebih sering tinggi dari daerah panggul. Kadangkadang peritonitis TB disertai dengan endometritis TB, sehingga dapat
diketahui pada kuretase.
4. Myoma Uteri
Pada pemeriksaan bimanual tumor yang berasal dari ovarium pada
waktu tumor didorong, portio akan tetap, tidak ikut bergerak. Pada
myoma uteri, portio akan tetap. Kadang-kadang timbul kesukaran bila
tumor ovarii melekat dengan uterus. Dalam hal ini portio akan ikut
bergerak. Bila tumor ini besar, pada myoma dapat teraba konsistensi yang
keras dan berbenjol- benjol, sedang pada tumor ovarium, lebih lembek,
permukaan rata dan letaknya agak kesamping dan lebih mudah digerakan
(William, 2007).
5. Perut gemuk. Dapat dibedakan dengan perkusi dan pemeriksaan dalam
(William, 2007).
6. Pelvic Inflamatory Disease (PID). Pada pemeriksaan endovaginal
sonogram, memperlihatkan secara relative pembesaran ovarium kiri (pada
pasien dengan keluhan nyeri).
7. Endometriosis Pada pemeriksaan
endovaginal
sonogram
tampak
dalam waktu 3 bulan, dan tetap tidak membesar setelah 6 bulan disertai
dengan kadar CA 125 <35 mU/mL biasanya tumor akan mengalami
resolusi dalam waktu 3-7 tahun (Howard, 2000).
Tumor jinak dengan diameter <10 cm
dapat
dilakukan
untuk
lesi stadium
adalah total
abdominal hysterectomy dan bilateral salpingooophorectomy (TAHBSO) dengan staging operasi yang akurat. Pada banyak institusi,
omentektomi adalah bagian dari staging untuk lesi stadium I. Omentum
adalah organ yang memiliki sifat menarik sel-sel tumor (absorsi) dan
menunjukkan penyakit mikroskopik pada pasien dengan lesi stadium I
yang
stadium
ovarium
stadium
IV
adalah
BAB III
KESIMPULAN
Tumor ovarium merupakan suatu massa yang tumbuh pada ovarium.
Tumor ovarium diklasifikasikan menjadi tumor ovarium neoplastik dan tumor
ovarium non neoplastik. Lesi neoplastik maupun non neoplastik pada ovarium
dapat muncul sejak periode neonatal maupun pada periode postmenopause.
Berdasarkan histopatologinya tumor ovarium diklasifikasikan menjadi tumor
jinak dan tumor ganas ovarium. Sebagian besar tumor ovarium bersifat jinak,
terutama apabila ditemukan pada kelompok wanita usia reproduktif, sedangkan
keganasan pada ovarium sebagian besar ditemukan pada kelompok wanita usia
menopause atau postmenopause.
Diagnosis tumor ovarium jarang dapat ditegakkan hanya dengan
pemeriksaan klinik, sehingga dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui level tumor marker atau pemeriksaan
radiologis seperti USG maupun CT-scan sebelum dilakukan pembedahan.
Penatalaksanaan tumor ovarium didasarkan pada berat ringannya penyakit, usia
pasien, dan keinginan pasien untuk memiliki keturunan. Tatalaksana yang dapat
dilakukan antara lain aspirasi kista dengan bantuan USG, laparoskopi, maupun
laparotomi, sedangkan terapi untuk kanker ovarium sampai saat ini masih
menggunakan kombinasi antara terapi pembedahan, kemoterapi dan radioterapi.
DAFTAR PUSTAKA
Abeloff., Martin MD., et al. 2004. Clinical Oncology 3rd Edition. New York:
Elsevier Churchill Livingstone
Alam, N. 2007. Crash Course: Obstetric and Gynecology. New York: Mosby
American Cancer Society. 2010. Cancer Facts and Figures 2010. Available at:
http://documents.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003130
-pdf.pdf [Accessed: 10th October 2015]
Ashworth, A., Weber BL., Domchek SM. 2010. Inherited genetic factors and
breast cancer In: Harris JR, Morrow M, Lipmann ME, Osborne CK, eds.
Disease of the breast. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Balmana, J., Diez O., Castiglione M. 2009. BRCA in Breast Cancer: ESMO
Clinical Recommendations. Annals of Oncology 20(4): 1920
Berek, JS & Natarajan S. 2007. Ovarian and Fallopian Tube Cancer dalam Berek
& Novaks Gynecology Edisi 14. New Delhi: Lippincot Williams &
Walkins. Hlm 1457-531
Britow, RE, Karlan BY. 2006. Surgical For Ovarian Cancer Principle And
Practice. London: Informa Healthcare Taylor and Francis
Busman, B. 2006. Kanker Ovarium. Dalam Buku Acuan Nasional Onkologi
Ginekologi. Editor: M.F. Azis, Andrijono, dan A.B. Saifuddin. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hlm 468-257
Busman, B. 2008. Kanker Ovarium, dalam: Aziz, M.F., Andriono, Siafuddin, A.B,
editors. Buku Acuan Nasional Onkologi dan Ginekologi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Lester, SC. 2005. The Breast Dalam Robbins and Cotran Pathologic Basis of
Disease 7th Edition. New York: Elsevier hlm 1119-51
Moeloek, FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. 2006. Standar Pelayanan Medik
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia. Hlm 130-1
Monga, ASH. 2000. Benign Tumors of The Ovary Dalam Gynaecology by Ten
Teachers 18th Edition. New York: Edward Arnold Publisher
Pradjatmo, H. 2012. Status Metilasi Gen BRCA1 Gen BRCA2 Ekspresi Protein
BRCA1 Protein BRCA2 Hubungannya dengan Terjadinya Tumor Epitelial
Ovarium Derajad Diferensiasi Jenis Histopatologi Stadium dan Survival
Penderita
Kanker
Epitelial
Ovarium.
Available
at:
http://repository.ugm.ac.id/95349/ Diakses pada tanggal 25 Oktober 2015
Prawirohardjo, S. 2005. Kanker ganas alat genital dalam Ilmu Kandungan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Rasjidi, I. 2010. Epidemiologi Kanker pada Wanita Edisi Pertama. Jakarta:
Sagung Seto
Robson, M & Offit K. Clinical Practice: Management of An Inherited
Predisposition to Breast Cancer. New England Journal of Medicine 357(2):
154-62
Sihombing, M & Sirait AM. 2007. Angka Ketahanan Hidup Penderita Kanker
Ovarium di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Majalan Kedokteran
Indonesia 57(10): 346-52
Sukandar, YE., Andrajati R., Sigit IJ., Adnyana IK., Setiadi AAP. 2008. Iso
Farmakoterapi. Jakarta: EGC
Tambunan, GW. 1991. Kanker Ovarium Dalam Diagnosis dan Tatalaksana
Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak di Indonesia. Jakarta: EGC
Tavasolli, FA. 2003. Tumours of The Ovary and Peritoneum in WHO
Classification of Tumours Pathology & Genetics Tumours of The Breast
and Female Genital Organs. International Agency for Research on Cancer
Press Lyon 1: 114-92
Weisburger, JH. 2002. Lifestyle, Health and Disease Prevention: The Underlying
Mechanisms. Europe Journal of Cancer Prevention 11: S1-7