Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Bayi prematur
C. PATOFISIOLOGI
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk
berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor krisis
dalam terjadinya RDS. Ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya tersebut terutama
disebabkan oleh kekurangan atau tidak adanya surfaktan.
Surfaktan
sehingga tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi dan mampu menahan sisa udara
fungsional (kapasitas residu fungsional) (Ilmu Kesehatan Anak, 1985). Surfaktan juga
menyebabkan ekspansi yang merata dan menjaga ekspansi paru pada tekanan
intraalveolar yang rendah. Kekurangan atau ketidakmatangan fungsi surfaktan
menimbulkan ketidakseimbangan inflasi saat inspirasi dan kolaps alveoli saat
ekspirasi. Tanpa surfaktan, janin tidak dapat menjaga parunya tetap mengembang.
Oleh karena itu, perlu usaha yang keras untuk mengembangkan parunya pada setiap
hembusan napas (ekspirasi) sehingga untuk pernapasan berikutnya dibutuhkan
tekanan negatif intratoraks yang lebih besar dengan disertai usaha inspirasi yang lebih
kuat. Akibatnya, setiap kali bernapas menjadi sukar seperti saat pertama kali bernapas
(saat kelahiran). Sebagai akibatnya, janin lebih banyak menghabiskan oksigen untuk
menghasilkan energi ini daripada yang ia terima dan ini menyebabkan bayi kelelahan,
dengan meningkatnya kelelahan, bayi akan semakin sedikit membuka alveolinya.
Ketidakmampuan mempertahankan pengembangan paru ini dapat menyebabkan
atelektasis.
Tidak adnya stabilitas dan atelektasis akan meningkatkan pulmonary vascular
resistance (PVR) yang nilainya menurun pada ekspansi paru normal. Akibatnya,
terjadi hipoperfusi jaringan paru dan selanjutnya menurunkan aliran darah pulmonal.
Di samping itu, peningkatan PVR juga menyebabkan pembalikkan parsial sirkulasi
darah janin dengan arah aliran dari kanan ke kiri melalui duktus arteriosus dan
foramen ovale.
Kolaps paru (atelektasis) akan menyebabkan gangguan ventilasi pulmonal yang
menimbulkan hipoksia. Akibat dari hipoksia adalah konstriksi vaskulasrisasi
pulmonal
menyebabkan
metabolisme
anaerobik.
Metabolisme
anaerobik
menghasilkan
timbunan asam laktat terjadi asidosis metabolik pada bayi dan penurunan curah
jantung yang menurunkan perfusi ke organ vital. Akibat lain adalah kerusakan endotel
kapiler dan epitel duktus alveolus yang menyebabkan terjadinya transudasi ke dalam
alveoli dan terbentuknya fibrin. Fibrin bersama-sama dengan jaringan epitel yang
nekrotik membentuk suatu lapisan yang disebut membran hialin. Membran hialin ini
melapisis alveoli dan menghambat pertukaran gas.
Atelektasis menyebabkan paru tidak mampu mengeluarkan karbondioksida dari
sisa pernapasan sehingga terjadi asidosis respiratorik. Penurunan pH menyebabkan
vasokonstriksi yang semakin berat. Dengan penurunan sirkulasi paru dan perfusi
alveolar, PaO2 akan menurun tajam, pH juga akan menurun tajam serta materi yang
diperlukan untuk produksi surfaktan tidak mengalir ke dalam alveoli.
Sintesis surfaktan dipengaruhi sebagian oleh pH, suhu, dan perfusi normal.
Asfiksia, hipoksemia, dan iskemia paru terutama dalam hubungannya dengan
hipovolemia, hipotensi, dan stres dingin dapat menekan sintesis surfaktan. Lapisan
epitel paru dapat juga terkena trauma akibat kadar oksigen yang tinggi dan pengaruh
penatalaksanaan pernapasan yang mengakibatkan penurunan surfaktan lebih lanjut.
RDS adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri dan mengikuti masa deteriorasi
(kurang lebih 48 jam) dan jika ada komplikasi paru akan membaik dalam 72 jam.
Proses perbaikan ini, terutama dikaitkan dengan meningkatkan produksi dan
ketersediaan materi surfaktan.
D. MANIFESTASI KLINIK
Berat atau ringannya gejala klinis pada penyakit SGN sangat dipengaruhi oleh
tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin
berat gejala klinis yang ditunjukkan. Gejala dapat tampak erapa jam setelah kelahiran.
Bayi SGN yang mampu bertahan hidup sampai 96 jam pertama mempunyai prognosis
lebih baik.
Menurut Surasmi, dkk (2003) tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai
berikut
Pernapasan dangkal
Mendengkur
Sianosis
Pucat
Kelelahan
E. PENATALAKSANAAN
Pengobatan terhadap SGN meliputi tindakan pendukung yang sama dengan
pengobatan pada bayi premature dengan tujuan mengoreksi ketidakseimbangan.
Pemberian minum oral tidak diperbolehkan selama fase akut penyakit ini karena dapat
menyebabkan aspirasi. Pemberian minuman dat diberikan melalui parenteral.
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) tindakan untuk mengatasi masalah kegawatan
pernapasan meliputi :
Mencegah hipotermia
Penatalaksanaan medis
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit SGN adalah:
Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan cairan paru
Fenobarbital
Metilksantin (teofilin dan kafein) untuk mengobati apnea dan pemberhentian dari
pemakaian ventilasi mekanik
ASUHAN KEPERAWATAN
SINDROM GAWAT NAPAS NEONATUS
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan berbagai
informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien. Pengkajian dilakukan
dengan berbagai cara yaitu anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
diagnostik (Surasmi dkk, 2003).
Riwayat Keperawatan
Menurut Surasmi, dkk (2003) data riwayat keperawatan meliputi riwayat
kehamilan sekarang (apakah ibu mengalami hipotensi atau perdarahan), riwayat
kelahiran (jenis persalinan, lahir dengan asfiksia atau terpajan hipotermia), riwayat
keluarga dan nilai APGAR rendah serta tindakan resusitasi yang dilakukan pada bayi.
Pemeriksaan Fisik
Pada
pemeriksaan
fisik
akan
ditemukan
takipneu
(>
60
kali/menit),
2.
3. Perfusi pada otak dan respirasi. Gangguan fungsi serebral awalnya adalah gaduh
gelisah diselingi agitasi dan letargi. Pada iskemia otak mendadak selain terjadi
penurunan kesadaran juga terjadi kelemahan otot, kejang dan dilatasi pupil.
Pemeriksaan Diagnostik
Penentuan faktor komplikasi perlu dilakukan dengan tes spesifik, seperti darah,
urine, dan glukosa darah (untuk mengetahui hipoglikemia). Kalsium serum (untuk
menentukan hipokalsemia), analisis gas darah untuk menentukan pH serum (asidosis)
dan PaO2 (tes untuk hipoksia).
Data
Patofisiologi
SGNO2 jar
Masalah
Gangguan pertukaran gas
memetabolisme
anaerobasam laktat
measidosisggn
pertukaran gas
SGNO2 jar
memetabolisme
anaerobasam laktat
measidosispola nafas
tidak efektif
dari tubuh
Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan imatur paru dan dinding dada
atau berkurangnya jumlah cairan surfaktan.
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan adanya sekret
pada jalan nafas dan obstruksi atau pemasangan intubasi trachea yang kurang
tepat.
Tidak efektifnya pola nafas yang berhubungan dengan ketidaksamaan nafas bayi
dan ventilator, tidak berfungsinya ventilator dan posisi bantuan ventilator yang
kurang tepat.