Вы находитесь на странице: 1из 14

TUGAS 2

PEMERINTAHAN DAERAH

KEBIJAKAN DESENTRALISASI DI BIDANG TRANSPORTASI DALAM


RANGKA OTONOMI DAERAH (DITINJAU DARI ASPEK GOOD
GOVERNANCE DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT) PADA
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KARIMUN

Disusun Oleh :
SYAFRIANTO
NIM : 500627847
syafrianto.ut.s2@gmail.com
MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK

PRGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS TERBUKA
JAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah


Sejak digulirkannya Otonomi Daerah oleh pemerintah Pusat sedikit

banyak membawa perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan di


daerah. Salah satu perubahan itu adalah pemberian wewenang yang lebih
luas

kepada

daerah

dalam

penyelenggaraan

beberapa

bidang

pemerintahan. Seiring dengan bertambah luasnya kewenangan ini, maka


aparat

birokrasi

pemerintahan

di

daerah

dapat

mengelola

dan

menyelenggaraan pelayanan publik dengan lebih baik sesuai dengan


kebutuhan masyarakatnya. Sebagaimana dikemukakan (Hoessein, 2001).
Otonomi daerah adalah merupakan wewenang untuk mengatur dan
mengelola urusan pemerintahan yang bersifat lokal menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dengan harapan pemberian
pelayanan kepada masyarakat akan dapat terwujud secara efektif dan
efisien.

Dengan

demikian

desentralisasi

sebenarnya

menjelmakan

otonomi masyarakat setempat untuk ikut andil memecahkan berbagai


masalah

dan

pemberian

layanan

yang

bersifat

lokalitas

demi

kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan. Otonomi daerah diberikan


kepada masyarakat dan bukan kepada daerah atau pemerintah daerah.
Namun, hingga sekarang kualitas pelayanan publik masih diwarnai
oleh pelayanan yang secara prosedur sulit dan berbelit-belit ketika harus
mengurus suatu perijinan tertentu, biaya yang tidak jelas diluar biaya
resmi serta terjadinya praktek pungutan liar merupakan indikator
rendahnya kualitas pelayanan publik di Indonesia terlebih lagi di daerah.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, pemerintahan baik di
pusat maupun di daerah memiliki hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya
masing-masing seperti yang telah diatur dalam Pasal 1 ayat 6 UU No. 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, yaitu daerah otonom (daerah)


adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dan

kepentingan

masyarakat

setempat

menurut

prakarsa

sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan


Republik Indonesia. Dengan demikian, pemerintahan daerah adalah
pemerintahan yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, yang diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, serta peningkatan
daya

saing

daerah

dengan

memperhatikan

prinsip

demokrasi,

pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam


sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pelayanan publik yang sebelumnya lebih terpusat kini dituntut untuk
lebih desentralisasi dan melibatkan masyarakat. Pemerintahan yang
sebelumnya

diperlakukan

seperti

perusahaan

bisnis

yang

lebih

berorientasi profit harus segera dikembalikan kepada tujuan asalnya yaitu


melayani

warga

negara.

Pemerintah

harus

mampu

memenuhi

kepentingan dan hak masyarakat karena pada dasarnya pemerintah


adalah pelayan masyarakat.
Transportasi atau pengangkutan merupakan kebutuhan primer dan
sangat penting bagi masyarakat di berbagai belahan dunia, karena pada
hakekatnya setiap manusia sangat melakukan perpindahan (trip) dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pentingnya transportasi bagi masyarakat
Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis
Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang
terdiri dari sebagian besar laut, sungai dan danau yang memungkinkan
pengangkutan dilakukan melalui darat, perairan, dan udara guna
menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
Kebutuhan akan alat transportasi, khususnya di negara-negara
berkembang

sangat

ditentukan

oleh

kondisi

dan

karakteristik

masyarakatnya. Baik transportasi darat, air, dan udara menjadi faktor yang

sangat berperan penting dalam bidang sosial yaitu mempererat /


memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat, sedangkan di bidang
ekonomi untuk memperlancar roda perekonomian dan pembangunan di
indonesia, hal ini dikarenakan transportasi merupakan alat mobilitas
berbagai jenis barang, jasa, dan sumber daya manusia dari satu tempat
ke tempat yang lain. Ini dikarenakan di negara-negara berkembang pada
umumnya memiliki populasi dan mobilitas penduduk yang tinggi. Kondisi
dan karakteristik masyarakat inilah yang kemudian menjadi dasar begitu
pesatnya perkembangan transportasi hingga berujung pada terjadinya
revolusi transportasi.
Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya akan kebutuhan alat
transportasi adalah kebutuhan kenyamanan, keamanan, dan kelancaran
pengangkutan yang menunjang pelaksanaan penyebaran pembangunan,
pemerataan pembangunan, dan distribusi hasil pembangunan diberbagai
sektor ke seluruh pelosok tanah air misalnya, sektor perdagangan,
industri, pariwisata dan pendidikan.
Perkembangan akan sarana transportasi selain dapat dianalisa dari
pertumbuhan angkutan penumpang, juga dapat diketahui dari laju
produksi kendaraan bermotor. Revolusi transportasi yang terjadi di
Indonesia dan di banyak negara berkembang lainnya saat ini seringkali
berkisar pada transportasi publik khususnya pada transportasi darat, yang
seringkali berujung menjadi permasalahan serius. Dimana kondisi ini
secara umum memang disebabkan oleh ledakan jumlah kendaraan
pribadi serta kecilnya daya dukung infrastruktur jalan yang disediakan oleh
pemerintah.
Undang-undang transportasi yang baru juga menekankan perlu
revitalisasi pemerintah selaku regulator maupun pihak pengelola selaku
operator untuk membangun tata kelola penyelenggaraan transportasi
dengan standar keselamatan dan keamanan dalam bertransportasi.
Disamping itu perlu juga ditekankan pentingnya meningkatkan sumber
daya manusia pada operator maupun regulator, sehingga menghasilkan

output yang maksimal. Hal ini sangat penting dan terkait erat sekali
dengan safety management system. Sehingga masalah keselamatan dan
keamanan

memang

menjadi

penekanan

dalam

Undang-undang

transportasi yang baru


Berbagai permasalahan transportasi yang terjadi di Indonesia
termasuk

di

Kabupaten

Karimun

beserta

segenap

upaya

untuk

menanggulanginya selalu berujung pada kebijakan transportasi itu sendiri.


Dari aspek kebijakan publik khususnya pada kebijakan transportasi, yang
pada saat ini seringkali kehilangan sensitifitasnya terutama dalam
membuat suatu kebijakan transportasi yang berorientasi jangka panjang.
Sehingga dampak dari kebijakan yang kemudian muncul adalah kebijakan
yang hanya mampu menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi
namun kemudian tidak mampu menghadapi kebutuhan masyarakat yang
senantiasa

berkembang.

Dengan

demikian,

merevitalisasi

peran

transportasi di daerah sangatlah penting, tidak hanya dari sisi ekonomi


tetapi juga dari sudut pandang sosial.

B.

Landasan Teori dan Landasan Hukumnya


Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:992), otonomi

adalah pola pemerintahan sendiri. Sedangkan otonomi daerah adalah


hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Otonomi daerah adalah hak penduduk yang tinggal dalam suatu
daerah untuk mengatur, mengurus, mengendalikan dan mengembangkan
urusannya sendiri dengan menghormati peraturan perundangan yang
berlaku (Hanif Nurcholis, 2007:30).
Dengan adanya otonomi, diharapkan peran pemerintah daerah
dalam

memajukan

kesejahteraan

masyarakat

khususnya

transportasi semakin lebih baik dari kondisi yang ada saat ini.

dibidang

Secara umum, transportasi adalah pergerakan atau perpindahan


orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain. Menurut Nasution
(2004:13) transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia
dari tempat asal ke tempat tujuan.
Dalah hal ini, moda transportasi darat akan lebih dibahas lebih
mendalam dalam tugas ini, yang kemudian lebih dikenal dengan istilah
Lalu Lintas Angkutan Jalan, terutama angkutan umum roda empat yang
melayani masyarakat luas yang lebih dikenal dengan istilah oplet. Menurut
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang LLAJ, menjelaskan bahwa
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri
atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan,

Prasarana

Lalu

Lintas

dan

Angkutan

Jalan,

Kendaraan,

Pengemudi, Pengguna Jalan, serta pengelolaannya.


Dalam hal fungsinya sebagai regulator di bidang transportasi,
pemerintah telah menetapkan beberapa aturan dan dasar hukum yang
secara desintesif berkaitan dengan prosedur-prosedur yang diijinkan dan
yang tidak boleh dilanggar. Maka dalam kebijakan transportasi terdapat
beberapa aturan perundangan yang secara langsung maupun tidak
langsung berfungsi sebagai dasar hukum dalam setiap pengambilan
kebijakan transportasi.
Selain

pengaturan

megenai

pembagian

kewenangan

antara

pemerintah pusat dan daerah, dalam UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan juga menetapkan sasaran pembangunan sub
sektor transportasi darat, khususnya pada bidang transportasi jalan, yaitu:
a. Meningkatnya kondisi sarana dan prasarana LLAJ;
b. Peningkatan kelayakan dan jumlah sarana LLAJ;
c. Menurunnya tingkat kecelakaan dan fatalitas kecelakaan lalu lintas di
jalan serta meningkatnya kualitas pelayanan angkutan dalam hal
ketertiban, keamanan dan kenyamanan transportasi jalan, terutama
angkutan umum di perkotaan, pedesaan, dan antarkota;

d. Meningkatnya

keterpaduan

antar

moda

dan

efisiensi

dalam

mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, mendukung


perwujudan sistem transportasi nasional dan wilayah (lokal), serta
terciptanya pola distribusi nasional;
e. Meningkatnya keterjangkauan pelayanan transportasi umum bagi
masyarakat luas di perkotaan dan pedesaan serta dukungan
pelayanan transportasi jalan perintis di wilayah terpencil untuk
mendukung pengembangan wilayah;
Dalam aspek regulasi transportasi, pemerintah telah menghasilkan
empat paket Undang-Undang Transportasi yang telah disahkan oleh DPRRI bersama-sama pemerintah pada periode 2007-2009, yang merupakan
regulasi atau pengganti UU Transportasi 1992. Empat paket UndangUndang Transportasi meliputi : (1) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, (2) Undang- Undang No. 1 Tahun
2009 tentang Penerbangan, (3) Undang-Undang No. 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran, (4) Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian.
Melalui empat Paket UU Transportasi yang telah direvitalisasi dan
modernisasi inilah, pemerintah memberikan ruang yang lebih terbuka dan
memberikan kesempatan yang seluas-luasanya kepada semua pihak
untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan infrastuktur transportasi.
Sehingga terwujudnya penyelenggaraan angkutan perkotaan yang efisien
dengan berbasis masyarkat dan wilayah, andal dan ramah lingkungan
serta terjangkau bagi masyarakat.
Salah satu unsur penting dalam transportasi adalah jalan, menurut
Undang-undang Nomor 13 tahun 1980 tentang Jalan, ditetapkan
pengertian jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk
apapun meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Sedangkan menurut
Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang LLAJ:

Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap


dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
rel dan jalan kabel.
Menurut klasifikasi kelas jalan yang dihitung berdasarkan muatan
sumbu terberat (MST), yang merupakan besarnya beban maksimum
sumbu kendaraan bermotor yang diizinkan, yang harus didukung oleh
jalan, klasifikasi jalan dikelompokkan atas lima golongan, yaitu : jalan klas
I dapat menahan tekanan sumbu 7 ton, klas II: 5 ton, klas III: 3,5 ton, klas
IIIA: 2,75 ton, klas IV: 2 ton, klas V: 1,5 ton.
Kapasitas merupakan ukuran kinerja pada kondisi bervariasi, dapat
diterapkan pada suatu lokasi tertentu atau pada suatu jaringan jalan yang
sangat kompleks.
Jalan juga terklasifikasikan menurut peranannya dengan karakteristik
masing-masing, yaitu sebagai berikut:
a. Jalan arteri
Jalan dengan klasifikasi ini melayani angkutan utama yang
menghubungkan di antara pusat-pusat kegiatan dengan ciri-ciri:
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk sangat dibatasi secara efisien.
b. Jalan kolektor
Melayani angkutan penumpang cabang dari pedalaman ke pusat
kegiatan dengan ciri-ciri: perjalanan jarak sedang, kecepatan ratarata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan lokal
Melayani angkutan setempat, dengan ciri-ciri: perjalanan jarak
dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jalan masuk tidak dibatasi.

d. Jalan akses
Melayani angkutan pedesaan dengan ciri-ciri: perjalanan jarak
sangat dekat, kecepatan sangat lamban, dan banyak jalan masuk
persimpangan.
e. Jalan setapak
Melayani pejalan kaki, sepeda, sepeda motor, serta umumnya
belum beraspal.
Menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, manajemen dan rekayasa lalu lintas adalah
serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan,
pemasangan, pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan
dalam rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas.
Namun pada kenyataannya masih sering pengemudi angkutan
(oplet) melakukan tindakan yang dinilai dapat menimbulkan kerugian bagi
penumpang, baik itu kerugian yang secara nyata dialami oleh penumpang
(kerugian materiil), maupun kerugian yang secara immateriil seperti
kekecewaan dan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh penumpang.
Misalnya saja tindakan pengemudi yang mengemudi secara tidak wajar
dalam arti saat menjalani tugasnya pengemudi dipengaruhi oleh keadaan
sakit, lelah, meminum sesuatu yang dapat mempengaruhi kemampuannya
mengemudikan kendaraan secara ugal-ugalan sehingga menyebabkan
terjadinya kecelakaan dan penumpang yang menjadi korban serta saling
berebut untuk mendapatkan penumpang dengan pengemudi lain.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Analisa Pembahasan
Pengembangan alat transportasi oleh pemerintah sebenarnya

ditujukan agar pemerintah dapat menyediakan jasa transportasi yang


lancar, aman, murah, nyaman, cepat, tepat guna, terpadu, menyeluruh,
berkelanjutan dan berkesinambungan serta mendukung pembangunan
sosial dan ekonomi wilayah. Dalam proses desentralisasi yang sedang
berjalan ini, merupakan momentum yang sangat tepat untuk merevitalisasi
peran transportasi di daerah dalam pembangunan sosial dan ekonomi di
daerah yang semakin meningkat.
Tindak lanjut program pembangunan sarana dan prasarana jalan,
terutama untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan prasarana jalan baik
untuk pembangunan maupun pemeliharaan jalan, sudah saatnya
dilakukan teroboson untuk memperoleh alternatif sumber pendanaan
pemeliharaan jalan serta penyempurnaan peraturan perundang-undangan
tentang alokasi dana yang diperlukan secara komprehensif, mulai dari
kebijakan alokasi APBN yang melalui Dana Alokasi Khusus(DAK)
disamping dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta
partisipasi masyarakat dalam hal ini pengguna jalan menciptakan iklim
yang menarik bagi keikutsertaan pihak swasta dalam investasi di sektor
jalan. Selain itu sense of belonging dari stakeholders perlu ditingkatkan,
sehingga ada upaya untuk mempertahankan kondisi jalan yang mantap,
termasuk law enforcement terhadap pelanggaran muatan oleh pengguna
jalan.
Dalam rangka meningkatkan peran swasta dan masyarakat di bidang
prasarana jalan, Pemerintah Kabupaten Karimun sedang dilakukan
reformasi pengembangan jaringan jalan yang ditekankan pada peran serta

perusahaan-perusahaan swasta yang ada di Kabupaten Karimun ikut


andil membantu membangun jalan akses ke perusahaannya, sehingga
secara tidak langsung membantu pemerintah dan masyarakat untuk tidak
perlu lagi mengeluarkan APBD untuk membangun jalan masyarakat yang
berada pada jalur perusahaan bersangkutan.
Untuk program lalu lintas angkutan jalan, perlu lebih ditingkatkan
kualitas pembangunan fasilitas lalu lintas jalan yang lebih berorientasi
pada pendekatan koridor pelayanan sehingga kinerjanya dapat lebih
optimal, juga dalam penerapan peraturan lalu lintas dan disiplin operator
dan pengguna jasa angkutan serta penerapan standar minimum kelaikan
sarana dan prasarana jalan.
Sedangakan untuk meningkatkan keselamatan transportasi darat
yaitu angkutan umum (oplet) khususnya, Pemerintah Kabupaten Karimun
membuat suatu regulasi dan aturan bagi pemilik organda. Hal itu ditandai
dengan dibuatnya warna khusus oplet untuk tiap-tiap jurusan, hal ini
dilakukan untuk memudahkan para penumpang untuk mengenali jurusan
oplet bersangkutan. Selain pembangunan fisik melalui pembangunan
fasilitas keselamatan, rehabilitasi prasarana dan sarana transportasi darat,
juga pelaksanaan sosialisasi untuk pendidikan dan law enforcement
peraturan di bidang keselamatan transportasi serta peningkatan sumber
daya manusia aparatur Dinas Perhubungan Kabupaten Karimun secara
terpadu dan menyeluruh, baik secara kelembagaan, peraturan serta
memperhatikan aspek sosial dan budaya dalam masyarakat.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Berdasarkan analisis pengaruh kebijakan desentralisasi di bidang

transportasi dalam rangka otonomi daerah (ditinjau dari aspek good


governance dan pemberdayaan masyarakat) pada pemerintah daerah
Kabupaten

Karimun

sangat

berpengaruh

terhadap

perkembangan

transportasi di daerah terpencil.


Transportasi adalah merupakan urat nadi Pembangunan Nasioanal
pada umumnya dan Kabupaten Karimun pada khususnya. Guna
melancarakan arus pergerakan manusia, barang ataupun informasi
sebagai penunjang tercapainya pengalokasian

dan pendistribusian

sumber-sumber perekonomian secara optimal, untuk itu jasa transportasi


harus cukup tersedia secara merata dan terjangkau daya beli masyarakat.
Sarana transportasi darat berkembang mengikuti fenomena yang timbul.
Pemilihan sistem transportasi yang salah dapat mengakibatkan terjadinya
permasalahan-permasalahan bagi masyarakat maupun lingkungan.
Bahwa sarana dan prasarana trasportasi darat yang menjadi sarana
yaitu moda transportasi itu sendiri memiliki beberapa dampak yang secara
langsung maupun tidak langsung dalam masyarakat. Ketersediaan dan
lancarnya

sarana

dan

prasarana

transportasi

menghapuskan

keterisolasian suatu daerah serta aksesibilitas pun semakin meningkat.


Peningkatan ini membuka suatu peradaban baru bagi daerah, sehingga
kemajuan dan modernisasi yang berasal dari daerah pusat pemerintahan
dapat dengan mudah masuk ke daerah-daerah.
Permasalahan lain yang ditimbulkan oleh pesatnya perkembangan
transportasi darat antara lain polusi udara, polusi suara, kemacetan, dan
meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas. Untuk menanggulangi
berbagai permasalahan yang timbul, perlu mempertimbangkan beberapa

hal diantaranya efek tehadap lingkungan dan manusia. Adapun mengenai


efek terhadap lingkungan dan manusia perlu dikendalikan dengan melihat
semua aspek yang ada di dalam sistem transportasi, mulai dari
perencanaan sistem transportasi, model transportasi, sarana, pola aliran
lalu lintas, jenis mesin kendaraan, dan bahan bakar yang digunakan.
Disamping itu, juga diperlukan dukungan dari lintas seketoral. Karena
sebenarnya pemerintah sebagai pihak regulator sudah memberlakukan
beberapa peraturan guna menanggulangi atau meminimalisir dampak
negatif yang di akibatkan adanya sistem transportasi darat.

B.

Saran
Pemerintah

transportasi

Kabupaten

yang

mampu

Karimun
mengikuti

harus

membuat

perkembangan

kebijakan
kebutuhan

masyarakat terhadap pelayanan di sektor transportasi. Dimana daerahdaerah perdesaan sangat memerlukan akses jalan ke perkotaan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat, sehingga pemerintah dapat
mengambil kebijakan transportasi yang sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan masyarakat yaitu berupa membuka ruas jalan baru yang
menghubungkan daerah perkotaan dengan daerah perdesaan disamping
terus berupaya meningkatkan pelayanan dan pemeliharaan infrastrukturinfrastruktur jalan yang sudah ada.
Selain membangun berbagai infrastruktur trasnportasi, pemerintah
kiranya perlu untuk selalu menyediakan transportasi yang murah dan
terjangkau bagi masyarakat di daerah terpencil/perdesaan, misalnya
dengan kebijakan-kabijakan untuk memberikan bantuan bus gratis untuk
masyarakat perdesaan, memberikan subsidi, melakukan pengawasan
ketat terhadap tata niaga dan distribusinya dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
-

Arief, Fathoni. 2003. Geliat Transportasi Udara di tengah Transportasi


Darat, Clapeyron. Vol. 47.
Hanif Nurcholis. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi
Daerah. Jakarta : PT Grasindo
Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional
(Edisi Keempat). 2008. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Nasution.M.N. 2003.Manajemen Transportasi. Jakarta : Ghalia
Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Otonomi daerah
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan

Sumber Internet :
-

http://belajartanpabuku.blogspot.co.id/2013/05/programpembangunan-sarana-dan.html
https://www.academia.edu/6205543/MAKALAH_TRANSPORTASI

Вам также может понравиться