Вы находитесь на странице: 1из 9

PT.

PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Sistem Transaksi

BAB IV
SISTEM TRANSAKSI
4.1. PENGENALAN SISTEM TRANSAKSI TENAGA LISTRIK
Sistem Transaksi Tenaga Listrik adalah suatu sistem dimana terjadi proses transaksi tenaga
listrik antara para pihak yaitu mulai dari pihak pembangkitan, penyaluran, distribusi dan
konsumen dimana prosesnya dimulai dari pembacaan atau pengambilan data hasil pengukuran
besaran transaksi (seperti data kWh maupun kVarh), perhitungan setelmen transaksi dan
penerbitan jumlah tagihan transaksi (pada sisi konsumen dikenal dengan istilah rekening).

4.1.1. Para Pihak yang Bertransaksi


Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pada sistem transaksi tenaga listrik melibatkan para pihak
yang bertransaksi, antara lain :
a.

Pihak Pembangkitan

Pihak pembangkitan adalah pihak yang membangkitan tenaga listrik yang selanjutnya
digunakan/dimanfaatkan oleh pemakai tenaga listrik.
Dalam proses penyaluran tenaga listrik terdapat beberapa tahapan yaitu melalui sistem
penyaluran (disalurkan melalui tegangan tinggi) , sistem distribusi (disalurkan melalui tegangan
menengah dan rendah), dan selanjutnya baru disalurkan ke konsumen.
Dalam menyalurkan tenaga listrik yang dibangkitkan, pihak pembangkit melakukan transaksi
tenaga listrik dengan pihak penyaluran. Namun pada pembangkitan yang memiliki kapasitas
kecil (di bawah 10 MW), memungkinkan pembangkitan bertransaksi langsung dengan pihak
distribusi. Hal ini dikarenakan tenaga listrik yang dibangkitkan dapat disalurkan langsung melalui
sistem distribusi.
b. Pihak Penyaluran
Pihak penyaluran adalah pihak yang menyalurkan tenaga listrik yang dibangkitkan oleh
pembangkitan, melalui sistem saluran tegangan tinggi (70 kV, 150 kV dan 500 kV).
Dalam menyalurkan tenaga listrik, pihak penyaluran bertransaksi kepada dua pihak yaitu pihak
pembangkitan di sisi hulu dan dan pihak distribusi di sisi hilir.
Transaksi tenaga listrik di sisi hulu yaitu dengan pihak pembangkitan, dimungkinkan terjadi dua

On Becoming The Centre of Excellences

55

PT. PLN (PERSERO)


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Sistem Transaksi

kondisi, dimana pada kondisi yang pertama pembangkit menyalurkan tenaga listrik yang
dibangkitkan kepada penyaluran. Dan pada kondisi yang kedua, pembangkit menerima tenaga
listrik dari penyaluran (tenaga listrik yang disalurkan ke suatu pembangkit di dapat dari
pembangkit yang lain) yang digunakan untuk kebutuhan menggerakan peralatan sistem
pembangkitan pada saat kondisi pembangkit mengalami black-out. Namun pada kondisi lain
ada juga pembangkit yang menggunakan tenaga listrik dari sistem penyaluran untuk kebutuhan
pemakaian sendiri yang bertujuan untuk menjaga keandalan.
Sementara transaksi tenaga listrik di sisi hilir yaitu dengan pihak distribusi, secara umum hanya
terdapat satu kondisi yaitu penyaluran hanya menyalurkan tenaga listrik ke distribusi dan
penyaluran tidak menerima tenaga listrik dari distribusi kecuali bila pelanggan besar distribusi
yang memiliki captive power dengan kapasitas yang besar, memungkinkan terjadinya
pengiriman tenaga listrik dari pihak distribusi ke penyaluran.
c. Pihak Distribusi
Pihak distribusi adalah pihak yang menyalurkan tenaga listrik yang di dapat dari pihak
penyaluran maupun pihak pembangkitan (pada pembangkit dengan kapasitas di bawah 10 MW)
yang kemudian disalurkan langsung ke konsumen melalui sistem saluran tegangan menengah
(20 kV) dan sistem saluran tegangan rendah (400 V / 220 V).
Pihak distribusi melakukan transaksi tenaga listrik pada dua sisi yaitu di sisi hulu dengan pihak
penyaluran dan juga dengan pihak pembangkitan (pembangkit dengan kapasitas di bawah 10
MW) dan di sisi hilir bertransaksi dengan pihak konsumen.
d. Pihak Konsumen
Pihak konsumen adalah pihak yang memanfaatkan tenaga listrik yang disalurkan oleh pihak
distribusi. Pada sisi ini, pihak konsumen hanya bertransaksi dengan pihak distribusi, tanpa ada
kaitannya dengan pihak pembangkitan maupun penyaluran.
Pihak konsumen dalam memanfaatkan/menggunakan tenaga listrik dilayani pada jaringan
dengan tegangan :
Tegangan Tinggi (150 kV dan 70 kV)
Konsumen yang memanfaatkan tegangan tinggi merupakan konsumen besar dengan kapasitas
daya kontrak di atas 14.000 kVA. Konsumen pada kelompok ini adalah dari kalangan industri
yang memanfaatkan tenaga listrik yang besar seperti industri peleburan logam, industri semen,
industri kimia, industri kertas, dll. Tariff yang berlaku pada konsumen jenis ini adalah masuk
dalam kelompok tariff I-4 yang di dalamnya terdapat berbagai ketentuan yang berlaku seperti
pengelompokan tariff menjadi WBP dan LWBP, pemakaian kelebihan daya kVarh, pemakaian
On Becoming The Centre of Excellences

56

PT. PLN (PERSERO)


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Sistem Transaksi

kelebihan daya kontrak serta pembatasan daya pada waktu beban puncak (berlaku selama
pembangkitan dalam kondisi defisit energi).
Alat ukur yang digunakan pada konsumen jenis ini adalah kWh meter elektronik dengan kelas
akurasi + 0,2%. Dengan menggunakan kWh meter elektronik akan memudahkan pemberlakuan
berbagai pola transaksi yang dibutuhkan hanya dengan cara melakukan perubahan setting
konfigurasi pada kWh meter elektronik.
Tegangan Menengah (20 kV)
Konsumen yang memanfaatkan tegangan menengah merupakan konsumen besar dan
menengah dengan kapasitas daya kontrak antara 6,6 kVA s/d 14.000 kVA. Konsumen pada
kelompok ini terdiri dari berbagai kalangan seperti industri yang masuk dalam kelompok tariff
Industri dan yang masuk dalam kelompok tariff Bisnis seperti perkantoran, perhotelan, pusat
bisnis, pussat perdagangan, tempat wisata, kawasan perumahan, dll. Pada konsumen jenis ini
juga diberlakukan berbagai ketentuan tariff seperti pengelompokan tariff menjadi WBP dan
LWBP, pemakaian kelebihan daya kVarh, pemakaian kelebihan daya kontrak serta pembatasan
daya pada waktu beban puncak (berlaku selama pembangkitan dalam kondisi defisit energi).
Untuk pembatasan daya pada beban puncak (bila kondisinya memungkinkan) hanya
diberlakukan pada konsumen kalangan industri, terutama konsumen yang memiliki generator
diesel yang peruntukan awalnya digunakan sebagai pembangkit cadangan.
Alat ukur yang digunakan adalah kWh meter elektronik dengan kelas akurasi + 0,5% atau +
0,2%.
Kelompok tariff yang diterapkan dapat dibedakan sesuai dengan jenis konsumennya, seperti :
Kalangan industri, kelompok tariff I-1 s/d I-3
Kalangan Bisnis, kelompok tariff B-1 s/d B-3
Tegangan Rendah (400 V dan 220 V)
Konsumen yang memanfaatkan tegangan rendah merupakan konsumen yang memiliki daya
kontrak 450 VA s/d 6600 VA. Pada konsumen jenis ini, pada kondisi sekarang merupakan
konsumen yang masih mendapatkan subsidi tariff serta memiliki losses jaringan yang paling
besar di bandingkan losess jaringan pada konsumen tegangan tinggi maupun konsumen
tegangan menengah.
Konsumen pada kelompok ini terdiri dari berbagai kalangan seperti rumah tangga, bisnis skala
kecil, sosial, dll. Ketentuan yang diberlakukan pada kelompok ini adalah pemakaian energi kWh
dengan satu tariff, namun di dalamnya terbagi lagi menjadi dua kelompok tariff yang dibedakan

On Becoming The Centre of Excellences

57

PT. PLN (PERSERO)


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Sistem Transaksi

berdasarkan batas pemakaian minimum pada nilai tertentu, misalnya batasan minimumnya
adalah 60 kWh, maka tariff sampai pemakaian kWh sebesar 60 kWh akan berbeda harganya
dengan harga dengan pemakaian kWh mulai 61 kWh ke atas.
Alat ukur yang digunakan adalah kWh meter mekanik dengan kelas akurasi + 2% yang
pengambilan datanya hanya dengan cara melakukan pencatatan stand register.
Kelompok tariff yang diterapkan dapat dibedakan sesuai dengan jenis konsumennya, seperti :

Kalangan rumah tangga, kelompok tariff R-1 s/d R-4

Kalangan Sosial, kelompok tariff S-1 s/d S-4

4.1.2. Mekanisme Transaksi


Dalam penerapan mekanisme transaksi tenaga listrik harus dilandasi oleh adanya
perjanjian/kontrak/kesepakatan jual beli tenaga listrik antara pihak-pihak yang bertransaksi.
Untuk transaksi tenaga listrik antara unit bisnis di bawah PT PLN (Persero), umumnya dilandasi
oleh adanya perjanjian berupa Kesepakatan Transfer Tenaga Listrik.
Sedangkan untuk transaksi tenaga listrik antara institusi (perusahaan) yang berbeda (secara
badan hukum) maupun terhadap perseorangan (konsumen TR) harus dilandasi oleh
perjanjian/kontrak jual beli tenaga listrik.
Penerapan mekanisme transaksi tenaga listrik harus di dukung oleh alat dan metode
pengukuran besaran transaksi tenaga listrik yang memadai, misal kWh meter elektronik dengan
fungsi multi tariff.
Mekanisme transaksi antara pihak-pihak yang bertransaksi :
4.1.2.1. Mekanisme Transaksi Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit
a.

Adanya Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (Power Purchase Agreement / PPA) antara
Perusahaan Pembangkit dengan PT PLN (Persero) Kantor Pusat selaku Single Buyer
(Pembeli Tunggal).

b.

Contoh perusahaan pembangkit : PT Indonesia Power (IP), PT Pembangkitan Jawa Bali


(PJB) dan Perusahaan Pembangkit Listrik Swasta (Independent Power Plants / IPPs).

c.

Kontrak pembelian tenaga listrik dari pembangkit meliputi komponen Biaya Tetap (Fixed)
dan komponen Biaya Tidak Tetap (Variable).

On Becoming The Centre of Excellences

58

PT. PLN (PERSERO)


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Sistem Transaksi

Komponen Biaya Tetap adalah biaya yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban kepada
Pemilik Modal yang menyertakan ekuitasnya dan kewajiban kepada Investor sehingga
pusat pembangkit tetap dapat tumbuh dan berkembang. Pada komponen biaya tetap, biaya
yang dikeluarkan tetap dan tidak tergantung dari produksi jumlah kWh yang dihasilkan,
meliputi :
Komponen A = biaya modal (capital)
Komponen B = biaya operasi dan pemeliharaan tetap
Komponen Biaya Variable adalah biaya yang dikeluarkan agar pembangkit tetap dapat
beroperasi dan menghasilkan energi listrik secara kontinyu melalui penyediaan pasokan
energi primer yang berkesinambungan. Pada komponen Biaya Variable, biaya yang
dikeluarkan tergantung dari jumlah kWh yang dihasilkan/diproduksi, meliputi :
Komponen C = biaya bahan bakar
Komponen D = biaya operasi dan pemeliharaan variable
Komponen tambahan = biaya start up, pengaturan frekuensi, dll
d.

Hasil pengukuran besaran transaksi tenaga listrik hanya meliputi transaksi energi kWh
dengan single tariff (untuk transaksi energi kVarh masih dalam pembicaraan).

4.1.2.2. Mekanisme Transaksi Transfer Tenaga Listrik ke Distribusi


a.

Adanya Kesepakatan Transfer Tenaga Listrik (Power Sale Agreement / PSA) antara PT PLN
(Persero) Kantor Pusat dengan PLN Distribusi / Wilayah, meliputi :

Kualitas Transfer Tenaga Listrik


Tingkat Mutu Pelayanan (TMP) pada titik transfer, seperti jumlah kali padam, lama
padam, rentang frekuensi, rentang tegangan pada titik transfer.

Perhitungan harga transfer tenaga listrik meliputi :

Struktur pembeban biaya

Struktur harga transfer

Rumus pembebanan biaya

Nilai parameter yang disepakati

Pengukuran

Kesepakatan mengenai titk pengukuran, cara pengukuran besaran besaran transaksi, dll.

Prosedur pengoperasian

On Becoming The Centre of Excellences

59

PT. PLN (PERSERO)


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Sistem Transaksi

Kesepakatan mengenai tata cara / prosedur dalam pengoperasian seperti tata cara
penempatan dan pengamanan sistem alat ukur transaksi, tata cara pengambilan data
transaksi, tata cara mengatasi terjadinya dispute / perbedaan hasil pengukuran
transaksi, dll
b.

Adanya tinjauan struktur biaya PSA yang bertujuan :

Menutupi biaya pembelian tenaga listrik dari pembangkit

Menutupi biaya penggunaan jasa transmisi, jasa operasi system dan jasa pengelola
transaksi tenaga listrik (untuk perusahaan Pusat Penyaluran dan Pengatur Beban /
P3B)

Menutupi biaya administrasi PLN Pusat selaku Single Buyer

4.1.2.3. Mekanisme Transaksi Tenaga Listrik ke Konsumen


a.

Adanya Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PPA) antara PT PLN (Persero) yang diwakili
oleh PLN Distribusi / Wilayah dengan konsumen yang di dasarkan pada aturan Tarif Dasar
Listrik (TDL) yang dibuat oleh pemerintah selaku regulator.

b.

Adanya struktur biaya yang didasarkan pada kelompok tariff seperti :


Kelompok Tariff Industri
Kelompok Tariff Sosial
Kelompok Tariff Bisnis
Kelompok Tariff Rumah Tangga

c.

Adanya ketentuan dalam operasi penyaluran tenaga listrik seperti :

Pemantauan dan pembatasan penggunaan tenaga listrik sesuai dengan daya kontrak.

Pemantauan dan pembatasan penyerapan daya reaktif untuk menjaga batas ambang
faktor kerja yang ditetapkan pada sistem penyaluran tenaga listrik.

Pembatasan penyaluran dan pemakaian tenaga listrik berdasarkan kondisi sistem yang
mengalami kekurangan daya listrik.

d.

Adanya aturan yang terkait dengan penyalahgunaan pemakaian tenaga listrik yang
menyalahi aturan dalam perjanjian jual beli tenaga listrik.

e.

Adanya aturan mengenai kompensasi kepada pelanggan terkait dengan pelayanan dalam
penyediaan tenaga listrik yang tidak memenuhi kualitas yang telah ditetapkan.

On Becoming The Centre of Excellences

60

PT. PLN (PERSERO)


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Sistem Transaksi

4.1.3. Titik Ukur Transaksi


Titik ukur transaksi merupakan lokasi penempatan kWh meter transaksi yang sumber arus dan
tegangannya berasal dari peralatan trafo ukur CT dan PT yang terpasang pada lokasi tersebut.
Penempatan titik ukur transaksi sangat mempengaruhi pola transaksi yang ada. Oleh karenanya
perlu adanya kesepakatan mengenai titik ukur (penempatan kWh transaksi) agar dapat
memenuhi kebutuhan sesuai dengan pola transaksi yang ada.
Pada sistem transaksi tenaga listrik mulai dari pembangkitan, penyaluran, distribusi dan
akhirnya ke konsumen/pelanggan, maka penempatan titik ukur transaksi dibedakan sebagai
berikut :
4.1.3.1. Titik Ukur Transaksi dengan Pembangkit.
Pada transaksi tenaga listrik yang diberlakukan di pembangkitan, titik ukurnya diambil pada sisi
netto dari Generator Transformer (GT) atau istilah lain Main Transformer (MTR) yang
merupakan transformator step-up (trafo penaik tegangan).
Sisi netto yang dimaksud adalah sisi pada output Generator Transformer, yaitu sisi sekunder GT
yang tegangannya sudah dinaikkan dari tegangan output generator yang berkisar 1,5 s/d 12 kV
menjadi tegangan yang sesuai dengan tegangan pada sistem penyaluran tenaga listrik misal
tegangan penyaluran 30 kV, 70 kV, 150 kV dan 500 kV.
Penempatan kWh meter / titik ukur transaksi yang menggunakan sumber tegangan dan arus
yang diambil dari trafo pengukuran CT dan PT yang terpasang di sisi netto Generator
Transformer dimana pola transaksinya tidak lagi memperhitungkan losses trafo dan juga tidak
dikurangi energi untuk pemakaian sendiri / pemakaian untuk peralatan pembangkit (jika energi
listrik yang digunakan di supply dari trafo pemakaian sendiri yang tersambung pada keluaran
generator). Titik ukur transaksi dengan pembangkit bisa dilihat pada gambar 35 di bawah.
4.1.3.2. Titik Ukur Transaksi dengan Distribusi
Pada transaksi tenaga listrik antara penyaluran dengan distribusi ataupun antara pembangkitan
dengan distribusi, maka alat ukur transaksinya di tempatkan pada sisi netto transformer
distribusi (untuk transaksi tenaga listrik antara penyaluran dengan distribusi) atau di sisi netto
generator transformer (untuk transaksi tenaga listrik antara pembangkitan dan distribusi).

On Becoming The Centre of Excellences

61

PT. PLN (PERSERO)


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Sistem Transaksi

Alat ukur transaksi di supply dari CT dan PT yang berada titik netto trafo distribusi yaitu pada
incoming trafo dengan tegangan sisi sekunder trafo distribusi (tegangan 20 kV). Titik ukur
transaksi dengan pembangkit bisa dilihat pada gambar 36 di bawah.
500 KV
G 1,2

MG1,2
kWh

ME 1

GT 1

kWh

Pht 500 kV Cibatu 1


MUo1,2
kWh

UAT 1,2
Pht 500 kV Cibatu 2

G
MUo3,4
kWh

Emergensi Disel
Pht 500 kV PLTA Saguling 1

UAT 3,4
Pht 500 kV PLTA Saguling 2

G 3,4

MG3,4
kWh

GT 2

ME 2
kWh

Gambar 35. Titik ukur transaksi pada sisi netto pembangkit

On Becoming The Centre of Excellences

62

PT. PLN (PERSERO)


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Sistem Transaksi

Gambar 36. Titik ukur transaksi dengan Distribusi

On Becoming The Centre of Excellences

63

Вам также может понравиться