Вы находитесь на странице: 1из 10

Citra Indonesiaku

Mari berbagi tentang pendidikan, bahasa, sastra, dan Indonesia

Home

Facebook

Apa Anane

Flanelku

Minggu, 08 April 2012


Analisis Wacana: kohesi konjungsi dalam cerpen: Iman Versus Superman
Abstrak
Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemarkah kohesi konjungsi yang terdapat
dalam wacana: cerpen Iman Versus Superman. Kohesi yang membangun wacana itu ada
beberapa macam. Salah satunya adalah kohesi konjungsi keberadaan kohesi konjungsi dalam
cerpen: Iman Versus Superman. Pemarkah konjungsi dalam teks cerpen itu mencakup
konjungsi (a) adservatif (namun, tetapi), (b) konjungsi kausal (sebab, karena), (c) konjungsi
korelatif (apalagi, demikian juga), (d) konjungsi subordinatif (meskipun, kalau), (e) konjungsi
temporal (sebelumnya, sesudahnya, lalu, kemudian).
Kata kunci: pemarkah, kohesi, wacana, konjungsi.
I. PENDAHULUAN
Salah satu pembangun wacana adalah kohesi. Wacana tanpa kohesi bagaikan keberadaan
suatu teks yang tidak memiliki suatu kekuatan. Kohesi juga merupakan konsep makna yang
mengacu pada hubungan makna yang terdapat dalam sebuah teks. Hubungan makna di dalam
teks itu demikian eratnya sehingga menimbulkan perpaduan yang kokoh. Karena suatu teks
dapat dikatakan wacana apabila memiliki sebuah makna.
Sebuah wacana merupakan suatu jalinan atau penyatuan bagian-bagian wacana sehingga
menjadi satu wacana utuh. Jalinan unsur-unsur wacana itu dapat berupa oleh alat-alat kohesi

yang mencakupi: referensial, substitusi, elipsis, konjungsi, dan leksikal. Alat-alat kohesi yang
menandai hubungan kohesif suatu wacana memiliki perangkat-perangkat tertentu.
Sesuai dengan judul dan pokok persoalan, tulisan ini hanya akan membahas satu alat
kohesi wacana, yaitu konjungsi dengan berbagai tipenya. Wacana yang akan dipergunakan
sebagai medan pembahasan adalah cerpen sebagai bahan ajar siswa kelas VII yang berjudul
Iman Versus Superman.
II. Tinjauan pustaka
Kepustakaan dalam tulisan ini merupakan ramuan selektif dari pendapat para linguis.
Pokok-pokok teori yang digunakan adalah sebagai berikut.
A. Pengertian Wacana
Istilah wacana digunakan oleh para linguis Indonesia sebagai terjemahan dari istilah
bahasa Inggris discource. Dalam bidang linguistik, wacana berarti rangkaian sinambung
kalimat yang lebih luas daripada kalimat (Crystal, 1985).
Sebuah wacana merupakan unit bahasa yang terikat oleh suatu kesatuan. Kesatuan dalam
wacana menurut Halliday dan Hasan (1979:1) adalah kesatuan yang bersifat semantis. Jadi,
sebuah kesaatuan yang bukan dipandang dari segi bentuknya, melainkan dari segi maknanya.
Oleh karena itu, sebuah wacana tidak selalu harus direalisasikan dalam bentuk rangkaian
kalimat-kalimat. Sebuah wacana dapat ditemukan dalam bentuk sebuah kalimat bahkan dapat
pula berupa frasa atau kata dengan konteks dan situasi.
Adapun yang terpenting bahwa sebuah wacana harus dapat memberikan interprestasi
bermakna bagi pendengar atau pembaca. Suatu wacana yang dapat diinterprestasi adalah
wacana yang komunikatif. Wacana yanng komunikatif menurut Beagrande, 981: Renkema
(1993: 34-37) adalah wacana yang memiliki: Pertama, kohesi, yaitu hubungan di mana
interprestasi sebuah unsur teks tergantung pada unsur lain dalam teks. Unsur tersebut dapat
berupa kata dengan kata, kalimat dengan kalimat lain yang berlaku pada bahasa tertentu.
Kohesi dapat pula disebut sebagai pertalian bentuk. Ciri-ciri yang membentuk kepaduan
bentuk itu antara lain referensi, substitusi, elipsis, konjungsi, dan hubungan leksikal (Halliday
dan Hassan 1976). Kedua, koherensi, yaitu hubungan yang mengacu pada sesuatu yanng ada
di luar teks. 'sesuatu' biasanya berupa pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca atau
pendengar. Ketiga, intersionalitas berarti bahwa penutur atau penulis mempunyai tujuan yang
hendak dicapai lewat pesan yang disampaikan, misalnya penyampaian informasi atau
memperdebatkan opini. Keempat, keberterimaan berarti bahwa deretan kalimat bisa
dikategorikan sebagai wacana jika dapat diterima oleh pembaca. Kelima, keinformatifan

penting dalam sebuah wacana. Wacana harus mengandung informasi baru. Jika pembaca
sudah tahu segala sesuatu yang ada dalam teks berarti tidak informatif. Sama halnya, jika
pembaca tidak tahu dengan apa yang ada dalam wacana, wacana tersebut bukanlah sebuah
wacana. Keenam, situasionalitas penting dalam wacana. Jadi, penting sekali
mempertimbangkan situasi pada waktu wacana dibuat dan mengenai hal apa. Yang terakhir,
intertekstualitas berarti bahwa deretan kallimat dihubungkan oleh bentuk atau makna dengan
deret kalimat lain.
B. Kohesi Konjungsi
Halliday dan Hassan (1979) merinci kohesi atas kohesi gramatikal dan leksikal. Kohesi
gramatikal dibagi menjadi empat macam, yaitu: (a) pengacuan, (b) penyulihan, (c) pelesapan,
(d) konjungsi. Kohesi leksikal dibedakan atas dua macam, yaitu (a) reiterasi, dan (b)
kolokasi. Setiap kategori terbagi atas sub-subkategori.
Kohesi adalah salah satu pembangun sebuah wacana (teks) (Beaugrande, 1981;
Renkema, 1993). kohesi merupakan suatu kekuatan yang mendukung keberadaan suatu teks.
Halliday dan Hasan (1979:4) berpendapat bahwa kohesi merupakan konsep makna yang
mengacu pada hubungan makna yang terdapat di dalam sebuah teks. Hubungan makna di
dalam teks itu demikian artinya sehingga menimbulkan perpaduan yang kokoh.
Kohesi konjungsi dibedakan menjadi lima tipe, yaitu: (a) adversatif, (b) konjungsi
kausal, (c) konjungsi korelatif ,(d) konjungsi subordinatif, (e) konjungsi temporal (Harimurti
Kridalaksana, 1984:105; HG Tarigan, 1987:101).
Pemarkah kohesi konjungsi adalah bentuk atau satuan kebahasaan yang berfungsi
sebagai penyambung, perangkai, atau penghubung antara kata dengan kata, frasa dengan
frasa, klausa dengan klausa , kalimat dengan kalimat dan seterusnya (Harimurti Kridalaksana,
1984:105; HG Tarigan, 1987:101).
Menurut James (dalam HG Tarigan, 1987:97) suatu bentuk teks/wacana dikatakan
bersifat kohesif apabila terdapat kesesuaian antara bentuk bahasa (language form) dengan
konteksnya (situasinya (situasi internal bahasa). Untuk dapat memahami kekohesifan itu,
diperlukan itu, diperlukan pengetahuan dan penguasaan kaidah-kaidah kebahasaan, wawasan
realitas, dan proses penalaran.
Pada kondisi tertentu, unsur-unsur kohesi menjadi kontributor penting bagi terbentuknya
wacana yang koheren (Halliday dan Hassan, 1976; Gunawan Budi Santoso, 1998:28). namun
demikkian perlu disadari bahwa unsur-unsur kohesi tersebut tidak selalu menjamin
terbentuknya wacana yang utuh dan koheren. Alasannya, pemakaian alat-alat kohesif dalam
suatu teks tidak langsung menghasilkan wacana yang koheren (Anton M. Moeliono, dkk,

1988:322). dengan kata lain, struktur wacana dapat dibangun tanpa menggunakan alat-alat
kohesi. Namun idealnya, wacana yang baik dan utuh harus memiliki syarat-syarat kohesi
sekaligus koherensi.
Dalam hubungan adservatif, konjungsi ditandai oleh kata namun, tetapi. Dalam
hubungan kausal, konjungsi ditandai oleh kata sebab, karena. Dalam hubungan korelatif,
konjungsi ditandai oleh apalagi, demikian juga. Dalam hubungan subordinatif, konjungsi
ditandai oleh kata meskipun, kalau. Dalam hubungan temporal, konjungsi ditandai oleh kata
sebelum, sesudah, sekarang, setelah, lalu, kemudian, berikutnya (Harimurti Kridalaksana,
1984:105; HG Tarigan, 1987:101).
Dasar untuk menentukan sebuah pemarkah kohesi disebut pemarkah kohesi substitusi
bila pemarkah itu menggantikan unsur lain yang ada di dalam teks atau di luar teks.
Misalnya:
1. Tidak hanya kehilangan rumah, tetapi ia juga kehilangan seluruh keluarganya.
Kata tetapi pada contoh di atas masuk pada konjungsi adservatif
2. Sebelumnya Adhi tidak pernah mau sholat. Tetapi sejak kejadian kecelakaan yang hampir
merenggut nyawanya Adhi kini rajin beribadah sholat.
Kata sebelumnya pada contoh kalimat di atas merupakan penanda konjungsi temporal.
Dan kata tetapi merupakan penanda konjungsi adservatif.
Atas dasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konjungsi dalam bahasa Indonesia
dapat berupa adversatif, kausal, korelatif, temporal, dan subordinatif.
III. METODE
A. Data
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah cerpen Iman Versus Superman. Cerpen
secara utuh sebagai berikut:
Iman Versus Superman
Oleh Uswatun
Sore itu, anak-anak di Kampung Damai berkumpul di lapangan bulutangkis. Di lapangan
yang cukup luas tersebut, anak-anak asyik bermain.

Ada yang bermain kejar-kejaran. Ada yang berputar-putar mengendarai sepeda mini.
Sejumlah anak duduk melingkar bemain monopoli. Sejumlah anak lagi sibuk bermain
kelereng.
Di antara kumpulan anak yang bermain monopoli terdapat Iman. Bocah berusia sekitar
tujuh tahun tersebut asyik bermain monopoli bersama empat teman sebayanya, yakni Ryan,
Toyib, Inug, dan Yayat.
Permainan monopoli mereka sangat seru. Ryan, yang merupakan anak paling besar,
menjadi pemenang. Ia berhasil mengumpulkan banyak uang dan memiliki sejumlah
bangunan hotel di beberapa kompleks persil.
"Aku selalu menang. Tidak ada yang bisa mengalahkanku. Kalian tidak
bisa menang," kata Ryan dengan suara agak keras.
Wajah Ryan sangat ceria. Bibirnya dipenuhi senyum. Ia bangga mampu menang dalam
permainan monopoli atas teman-temannya.
Namun, kemenangan tersebut membuat Ryan menjadi sombong. Ia melontarkan ejek
kepada teman-temannya tersebut. Ejekan yang ia lontarkan paling sering ditujukan kepada
Iman.
Ini karena Iman adalah anak yang sering kalah dalam permainan tersebut. Iman tidak
memiliki banyak uang. Sebaliknya, ia mempunyai banyak utang.
Iman juga tidak mempunyai rumah apalagi hotel. Ia hanya memiliki sejumlah kartu
kepemilikan kompleks persil yang sudah dihipotekkan ke bank.
Terlebih, dalam putaran kocokan terakhir, tokoh yang dimainkan Iman masuk ke dalam
penjara. Ia pun harus rela dilewati teman-teman mainnya beberapa putaran karena tidak
memiliki uang untuk membayar biaya keluar dari penjara.
"Sudah tidak punya uang, masuk penjara lagi. Kacian deh lo," teriak Ryan.
Iman pun bersungut-sungut. Mukanya kecut.
Iman merasa sakit hati terus diejek oleh teman-temannya. Ia sangat dongkol.
Namun, ketika perasaan dongkol menderanya, Ryan memberi tahu trik atau rahasia
kepada Iman agar bisa menang dalam permainan monopoli. Bahkan, trik menang itu bisa
diterapkan dalam segala permainan.
"Mau, kalau aku beri tahu rahasianya biar selalu menang," kata Ryan.
Iman bersemangat. Ia ingin sekali mendengar penjelasan dari Ryan soal trik selalu
menang dalam setiap permainan.
Ryan mendekati ke arah Iman. Toyib, Inug, dan Yayat ikut mengejek. Toyib, Inug, dan
Yayat pun merapat. Mereka serius menanti penjelasan Ryan.

"Rahasianya sangat mudah. Kalau ingin menang, kalian harus pakai kaos bergambar
Superman. Dijamin kalian akan selalu menang," jelas Ryan.
Ryan lantas menjelaskan panjang lebar mengenai Superman. Menurutnya, Superman
adalah manusia super atau pahlawan. Sebagai manusia super, tidak ada yang bisa
mengalahkannya.
"Superman itu selalu menang. Buktinya sekarang, aku pakai kaos gambar Superman, aku
kan yang menang. Akulah Superman," tandas Ryan sambil membusungkan dada.
Beberapa hari kemudian, Iman minta dibelikan baju gambar Superman kepada ibu.
"Kalu pakai baju gambar Superman, Iman bisa menjadi anak super. Tidak selalu kalah
saat bermain monopoli dengan teman-teman," kata Iman kepada ibu.
Merasa risih dengan rengekan Iman, ibu akhirnya menyanggupi untuk membelikan kaos
bergambar Superman.
Akhirnya Iman memperoleh kaos bergambar Superman. Ia pun menyampaikan terima
kasih kepada ibu yang telah membelikan.
Sorenya, setelah mandi, Iman mengenakan kaos bergambar Superman. Ia bergegas
menuju lapangan untuk menemui teman-temannya. Kebetulah Ryan, Toyib, Inug, dan Yayat
sudah berada di sana.
Mereka sedang bermain monopoli, begitu melihat kehadiran Iman, Ryan segera
mengajaknya bermain untuk menggantikan Yayat. Iman pun mengiyakan.
Namun, setelah beberapa kali putaran, Iman tidak berhasil membeli kompleks persil.
Padahal, Ryan, Toyib, dan Inug sudah berhasil membeli sejumlah kompleks persil.
Beberapa putaran kemudian, Iman makin terjepit. Ketika lawan-lawan mainnya makin
banyak memiliki kompleks persil dan rumah maupun hotel, Iman tidak mampu
mengumpulkan kekayaan. Bahkan, di saat uang lawan-lawannya menumpuk, uang milik
Iman menipis.
Iman menghela napas panjang. Ia kalah.
"Sudah pakai kaos Supermen, kok, tetap kalah ya," gumam Iman.
Iman pun kembali diejek teman-temannya. Terus diejek. Iman akhirnya menangis.
Ketika pulang, Iman mengadukan kejadian yang baru saja dialaminya kepada ibu. "Bu,
kata Ryan kalu pakai kaos Superman bisa selalu menang saat bermain. Ternyata, kok, tidak.
Iman tetap kalah. Ryan bohong. Karena kalah, Iman pun diejek," kata Iman.
Ibu tidak segera menyahut, ibu hanya menjawab dengan senyuman.

Tak lama kemudian ibu berujar, "Iman, bermain itu tidak ada kaitannya dengan kaos
yang dipakai. Pantas Iman selalu kalah karena kamu kan anak yang paling kecil di antara
teman-temanmu itu."
Mendengar jawaban ibu, Iman mulai menyadari sebab ia kalah. "Iya, Iman memang yang
paling kecil," katanya dalam hati.
Sebelum Iman beranjak menuju kamarnya, ibu memberikan nasihat. "Iman, kalah atau
menang itu biasa. Apalagi menang atau kalah dalam sebuah permainan. Hanya, pesan ibu,
kalau kamu menang jangan lantas mengejek teman-temanmu yang kalah. Sebab, suatu saat
Iman juga bisa kalah kan," jelasnya.
"Suatu hari, Iman pasti bisa menang saat bermain dengan teman-temanmu. Yang penting,
jangan sombong kalau menang," ungkap ibu sambil menyentuh ujung hidung Iman.
Iman pun tersenyum. Ia berjanji akan melaksanakan nasihat ibu. Ia berjanji tidak akan
mengejek teman-teman sepermainannya ketika ia menang saat bermain.
B. Sumber Data
Cerpen Iman Versus Superman diambil dari buku Berbahasa Indonesia Untuk SMP
Kelas VII karangan Dewi Indrawati dan Didik Durianto. terbitan Departemen Pendidikan
Nasional.
IV. HASIL PEMBAHASAN
A. Kohesifitas Wacana Cerpen Iman Versus Superman
1. Kohesifitas Wacana Cerpen Iman Versus Superman dari segi gramatikal
Kohesifitas wacana secara gramatikal dari cerpen tersebut menggunakan cara sebagai
berikut:
a) Pengacuan persona (referensi)
Cerpen Iman Versus Superman menggunakan referensi endofora anafora ini terlihat
dalam kalimat Sore itu, anak-anak di Kampung Damai bekumpul di lapangan bulutangkis.
Di lapangan yang cukup luas tersebut, anak-anak asyik bermain. Dilanjutkan dengan kalimat
Ada yang bermain kejar-kejaran. Ada yang berputar-putar mengendarai sepeda mini.
Sejumlah anak duduk melingkar bemain monopoli. Sejumlah anak lagi sibuk bermain
kelereng.
Kalimat ada yang bermain kejar-kejaran dan seterusnya merupakan referensi endofora
anafora dari kalimat anak-anak asyik bermain. Kalimat tersebut adalah penjelasan dari
kalimat sebelumnya.

Kata Ia dan -nya pada kalimat Ia bangga mampu menang dalam permainan
monopoli atas teman-temannya dan Ia melontarkan ejek kepada teman-temannya tersebut.
Ejekan yang ia lontarkan paling sering ditujukan kepada Iman mengacu pada Ryan. Hal ini
merupakan referensi jenis referensi personal dengan kata ganti. Hal ini banyak ditemukan
pada cerpen tersebut.
Kata disana pada kalimat Kebetulah Ryan, Toyib, Inug, dan Yayat sudah berada di
sana merupkan referensi demonstratif dengan pronominalisasi kata tunjuk yang mengarah
pada kata lapangan yang berada sebelum kata di sana muncul.
Cerpen tersebut juga menggunakan referensi komparatif seperti pada kalimat Namun,
setelah beberapa kali putaran, Iman tidak berhasil membeli kompleks persil. Padahal, Ryan,
Toyib, dan Inug sudah berhasil membeli sejumlah kompleks persil.. Kata padahal
merupakan komparasi atau perbandingan yang digunakan untuk kesinambungan wacana
cerpen tersebut.
b) Subtitusi (penggantian)
Cerpen Iman Versus Superman tersebut mengandung subtitusi seperti pada kalimat
berkumpul di lapangan bulutangkis. Di lapangan yang cukup luas tersebut, anak-anak asyik
bermain. Kata bulutangkis diganti dengan kalimat yang cukup luas tersebut.
Lalu, Iman diganti dengan kalimat Bocah berusia sekitar tujuh tahun tersebut. Kata
Iman pada kalimat sebelumnya diganti dengan kalimat Bocah berusia sekitar tujuh tahun
tersebut. Hal ini juga memberi nilai tambah pada kesinambungan wacana.
c) Elipsis (pelesapan)
Pada cerpen di atas ada pelesapan kata anak pada kalimat Ada yang bermain kejarkejaran. Ada yang berputar-putar mengendarai sepeda mini. Yang kalau tidak dilesapkan
berbunyi Ada anak yang bermain kejar-kejaran. Ada anak yang berputar-putar mengendarai
sepeda mini. Hal tersebut malah mengurangi kekohesifan wacana yang ada.
Begitu pula pada kalimat Mereka sedang bermain monopoli, begitu melihat kehadiran
Iman, Ryan segera mengajaknya bermain untuk menggantikan Yayat. Iman pun
mengiyakan. Kata monopoli pada kalimat Ryan segera mengajaknya bermain untuk
menggantikan Yayat dilesapkan agar kohesifitas wacana lebih terbangun dibandingkan
dengan wacana yang tanpa pelesapan. Pada kalimat Ia berhasil mengumpulkan banyak uang
dan memiliki sejumlah bangunan hotel di beberapa kompleks persil. Juga terdapat pelesapan
kata ia di antara kata dan dan memiliki.
d) Perangkaian (Konjungsi)

Cerpen di atas mengandung konjungsi seperti pada kalimat Ia berhasil mengumpulkan


banyak uang dan memiliki sejumlah bangunan hotel di beberapa kompleks persil.
Kata namun dan bahkan pada kalimat Ia sangat dongkol.
Namun, ketika perasaan dongkol menderanya, Ryan memberi tahu trik atau rahasia
kepada Iman agar bisa menang dalam permainan monopoli. Bahkan, trik menang itu bisa
diterapkan dalam segala permainan. Merupakan perangkai atau konjungsi yang membangun
kohesifitas wacana.
2. Kohesifitas Wacana Cerpen Iman Versus Superman dari segi leksikal
Kohesifitas wacana secara leksikal dari cerpen tersebut menggunakan cara sebagai
berikut:
a) Sinonim
Sinonimi dalam cerpen tersebut terlihat pada kalimat "Aku selalu menang. Tidak ada
yang bisa mengalahkanku. Kata aku dan ku merupakan sinonimi yaitu sinonimi morfem
bebas (aku) dan morfem terikat (ku).
Lalu pada kalimat Pantas Iman selalu kalah karena kamu kan anak yang paling kecil di
antara teman-temanmu itu.". pada kalimat ini juga terdapat sinonimi antara morfem bebas
(kamu) dan morfem terikat (mu).
b) Repetisi
Cerpen di atas kohesi leksikal dengan repetisi terdapat pada kalimat Di antara kumpulan
anak yang bermain monopoli terdapat Iman. Bocah berusia sekitar tujuh tahun tersebut asyik
bermain monopoli bersama empat teman sebayanya. Kata bermain monopoli merupakan
kata yang cukup penting dalam cerpen ini. Sehingga dengan pengulangan kata tersebut
kohesifitas wacana tersebut terbangun.
Hal ini juga terdapat pada kalimat Iman pun kembali diejek teman-temannya. Terus
diejek. Kata diejek yang diulang untuk memberikan penekanan dalam cerita.
c) Kolokasi
Cerpen Superman Versus Iman di atas tidak mengandung kolokasi.
B. Keutuhan Wacana Cerpen Superman Versus Iman
Wacana cerpen Berjudul Superman Versus Iman memiliki tingkat kohesi yang cukup
tinggi baik dari segi gramatikal maupun leksikal. Dengan adanya referensi, subtitusi, ellipsis,
konjungsi, sinonim, dan repetisi di dalamnya.

Unsur-unsur tersebut membuat kohesifitas wacana tersebut terbangun dan merupakan


salah satu bahan dasar untuk membangun wacana yang utuh. Sehingga cerpen tersebut dapat
dinikmati pembaca dengan keutuhannya.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ada unsur-unsur lain yang membangun keutuhan
suatu wacana seperti koherensi dan konteks. Karena wacana tidak hanya terbentuk dari diri
sendiri berupa struktur pembentuk wacana yang utuh tetapi juga faktor-faktor yang lainnya.
Jadi, kohesi penting untuk suatu wacana tetapi faktor yang lain juga perlu diperhatikan
agar suatu wacana dapat terbentuk secara utuh baik kotek maupun konteksnya.
V. Simpulan
Pemarkah konjungsi dalam cerpen Iman Versus Superman mencakup 5 tipe, yaitu
adversatif, kausal, korelatif, temporal, dan subordinatif.
Pemarkah kohesi konjungsi yang paling banyak muncul adalah kohesi korelatif, lalu
subordinatif, temporal, adservatif, dan yang paling sedikit muncul adalah konjungsi kausal.
Untuk lebih lanjut dapat dilakukan penelitian terhadap jenis kohesi lainnya pada cerpen
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Bambang. 2000. Kajian Wacana Bahasa Indonesia. Semarang: Unnes.
Idat, T. Fatimah DJ. 1994. Wacana: pemahaman dan hubungan antarunsur. Bandung: PT Eresco.
Indrawati, dewi dan Didik Durianto. 2007. Berbahasa Indonesia Untuk SMP Kelas VII. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana: teori, metode dan aplikasi prinsip-prinsip analisis wacana.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
R.A, Syamsuddin, dkk. 1998. Studi Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Вам также может понравиться