Вы находитесь на странице: 1из 33

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia, hewan, dan tumbuhan mempunyai sifat yang berbeda. Sifat pada
individu merupakan warisan gen dari orang tuanya. Sifat-sifat beda yang terdapat
pada makhluk hidup dikendalikan oleh materi genetis.Pewarisan adalah sifat dari
induk kepada keturunannya.Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan
terulang dari generasi ke generasi. Dengan mempelajari cara pewarisan gen akan
mempermudah mengenal cara pewarisan gen terhadap tiap individu (Susanto,
2011:10).
Keturunan yang dihasilkan dari perkawinan antar individu mempunyai
perbandingan fenotip maupun genotip yang mengikuti aturan tertentu. Aturan
dalam pewarisan sifat ini disebut pola hereditas. Hukum pewarisan sifat
dikemukakan Gregor Johann Mendel, dengan menggunakan percobaan kacang
ercis (Pisum sativum)(Susanto, 2011:11).
Makhluk hidup dari zaman dahulu hingga sekarang mengalami perubahan
baik secara fisiologi maupun morfologi. Perubahan makhluk hidup secara lambat
dalam waktu yang sangat lama, sehingga berkembang menjadi berbagai spesies
baru yang lebih lengkap struktur tubuhnya disebut evolusi. Menurut teori evolusi,
makhluk hidup yang sekarang berbeda dengan makhluk hidup jaman dahulu.
Nenek moyang makhluk hidup sekarang yang bentuk dan strukturnya berbeda
mengalami perubahan baik struktur maupun genetis dalam waktu yang sangat
lama, sehingga bentuknya jauh menyimpang dari struktur aslinya dan
akhirnyamenghasilkan berbagai macam spesies yang ada sekarang. Jadi,
tumbuhan dan hewan yang ada sekarang bukanlah makhluk hidup yang
pertamakali berada di bumi, tetapi berasal dari makhluk hidup di masa lampau
(Villee, 1999 : 419).
Evolusi dalam kajian biologi berarti perubahan pada sifat terwariskan
suatu organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam kaitan dengan

pewarisan sifat sendiri, perubahan sifat sifat yang mendasari evaluasi bergantung
pada gen yang diwariskan (Brotowidjoyo, 1989 : 315).

B. Rumusan Masalah
1

Adapun rumusan masalah yang berdasarkan latar belakang yaitu:


1) Bagaimana pewarisan sifat menurut Hukum Mendel?
C. Bagaimana penyimpangan terhadap Hukum Mendel?
2) Bagaimanateori dan petunjuk adanya evolusi?
3) Bagaimana mekanisme evolusi terjadi?

C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu:
1) Menjelaskan pewarisan sifat menurut Hukum Mendel.
2) Menjelaskan penyimpangan terhadap Hukum Mendel.
3) Menjelaskan teori dan petunjuk adanya evolusi.
4) Menjelaskan mekanisme evolusi.

D. Manfaat
1) Memahamipewarisan sifat menurut Hukum Mendel.
2) Mengetahui penyimpangan terhadap Hukum Mendel.
3) Mengetahui teori dan petunjuk adanya evolusi.
4) Memahami mekanisme evolusi.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pewarisan Sifat Menurut Hukum Mendel


Hereditas adalah penurunan sifat dari induk kepada keturunannya.
Keturunan

yangdihasilkan

dari

perkawinan

antarindividu

mempunyai

perbandingan fenotip maupun genotip yangmengikuti aturan tertentu. Aturan


dalam pewarisan sifat ini disebut pola hereditas(Susanto, 2011:13).
Seorang biarawan dari Austira bernama Gregor Johann Mendel,
menjelanga akhir abad 19 melakukan serangkaian percobaan persilangan pada
kacang ercis (Pisum sativum). Dari percobaan yang dilakukan selama bertahun,
Mendel berhasil menemukan prinsip pewarisan sifat, yang kemudian menjadi
landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu
pengetahuan.

Berkat

karya

inilah,

Mendel

diakui

sebagai

Bapak

Genetika(Susanto, 2011:13).
Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan karena tanaman ini
memiliki beberapa pasang sifat yang sangat mencolok. Perbedaan antara yang
ungu dan yang putih. Selain itu,kacang ercis merupakan tanaman yang dapat
menyerbuk sendiri.Dengan bantuan manusia, dapat juga menyerbuk silang. Hal
ini disebabakan oleh adanya bunga sempurna. Bunga sempurna yaitu bunga yang
memiliki alat kelamin jantan dan betina. Pertimbangan lainnya adalah bahwa
kacang ercis memiliki daur hidup yang relatif pendek, serta mudah untuk
ditumbuhkan dan dipelihara. Secara kebetulan, kacang ercis yang digunakan

merupakan tanaman diploid(mempunyai dua perangkat kromosom). Seandainya


Mendel menggunakan organisme polipoid, maka tidak akan memperoleh hasil
persilangan yang sederhana dan tidak mudah untuk dianalisis(Susanto, 2011:13).
1. Hukum IMendel (Segregasi)
Dalam percobaannya, Mendel melakukan persilangan monohibrid. Mendel
melakukan persilangan tanaman ercis berbiji bulat dengan tanaman ercis berbiji
keriput. Semua keturunan F1 nya berupa tanaman ercis berbiji bulat. Selanjutnya,
F1 disilangkan dengan sesamanya menghasilkaan keturunan F2. Perbandingan
fenotipe F2: 3 berbiji bulat: 1 berbiji keriput (Susanto, 2011:13).

Tabel 2.1Persilangan Bb><Bb

B
b

B
BB
(Bulat)
Bb
(Bulat)

b
Bb
(Bulat)
bb
(keriput)

Perbandingan genotipe: F2= BB :Bb : bb


=1 : 2 : 1
Perbandingan fenotipe : F2= biji bulat:biji keriput
= 3:1
Dari persilangan di atas, Mendel menyimpulkan bahwa Hukum Segregasi
yaitu:Pada waktu berlangsung pembentukan gamet, tiap pasang gen akan
disegregasi ke dalam masing gamet yang terbentuk(Susanto, 2011:13).
2. Hukum II Mendel (Pemilihan bebas)
Selain persilangan monohibrid, Mendel juga melakukan persilangan
dihibrid, yaitu yang melibatkan pola pewarisan dua macam sifat seketika. Salah
satunya adalah persilangan galur murni kedelai berbiji kuning halus dengan galur
murni berbiji hijau-keriput. Hasilnya berupa tanaman kedelai F1 yang semuanya

berbiji kuning-halus. Ketika tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk sendiri, maka


diperoleh empat macam individu generasi F2, masing berbiji kuning-halus,
kuning-keriput, hijau-halus, dan hijau-keriput dengan nisbah 9 : 3 : 3 : 1. Seperti
skema pada gambar 2.1 berikut (Susanto, 2011:13).

Gambar: 2.1 Persilanagan dihibrid pada tanaman ercis


Sumber : Campbell, 2012 : 289.

Berdasarkan percobaan di atas, hukum pemilihan bebas (law of


independent assortment), yang menyatakan bahwa setiap pasangan alel
bersegregasi secara bebas terhadap pasangan alel lain selama pembentukan
gamet(Campbellet al., 2012 : 290).

B. Penyimpangan Terhadap Hukum Mendel


1. Penyimpangan Semi Hukum Mendel
Pada kasus tertentu, perbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1 tidak dipenuhi, tetapi
menghasilkan perbandingan fenotip yang berbeda, misalnya 9 : 3 : 4, 15 : 1, atau
12 : 3 : 1. Munculnyaperbandingan yang tidak sesuai ini disebut penyimpangan
semu hukum Mendel.
a. Kriptomeri
Kriptomeri merupakan interaksi komplementasi yangterjadi, karena
munculnya hasil ekspresi suatu gen yangmemerlukan kehadiran alel tertentu pada
lokus lain. Contohinteraksi komplementasi ini terjadi pada proses pembentukan
warna bunga Linaria maroccana. Warna bunga ditentukan olehkandungan
antosianin dan keadaan pH sel. Kandunganantosianin pada bunga ditentukan oleh
satu gen yangmempunyai dua alel dominan resesif (Misal A dan a)(Brotowidjoyo,
1989 : 316).
Tanaman akan mengandung antosianin apabila mempunyai alel dominan
A. Gen pada lokus lain dapatmenghasilkan senyawa yang menyebabkan sel
berlingkunganasam atau basa. Lingkungan asam basa sel ini dikendalikanoleh
sepasang alel dominan resesif (misalnya alel B danb). Alel dominan B
menyebabkan sitoplasma bersifat basa,sedangkan alel resesif b membuat
sitoplasma bersifat asam (Brotowidjoyo, 1989 : 316).
Pada bunga Linaria maroccanaterdapat tiga warna bungayaitu merah,
putih, dan ungu. Jika bunga Linaria maroccanaberbunga merah galur murni
disilangkan dengan bunga putih galurmurni, maka akan diperoleh F 1yang
semuanya berbunga ungu. Jika sesama F 1disilangkan, maka akan menghasilkan
fenotip dengan perbandingan bunga ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4
(Brotowidjoyo, 1989 : 316).

Tetua(P)

: AAbb >< aaBB

(Merah) (Putih)
Gamet

: Ab >< aB

F1

: AaBb

Tabel 2.2 PersilanganAaBb><AaBb

Sumber: http://bakayuhbaimbay.blogspot.com
Dari hasil penyilangan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1) Fenotip warna bunga ungu memiliki pigmen antosianin dalam lingkungan
basa dengan genotip A-B-.
2) Fenotip warna bunga merah memiliki pigmen antosianin dalam lingkungan
asam dengan genotip A-bb.
3) Fenotip warna bunga putih tidak memiliki pigmen antosianin dengan genotip
aabb.
b. Polimeri
Polimeri terjadi karena dua gen memproduksi bahan yangsama dan
menghasilkan fenotip yang sama. Contohnya adalahsifat warna merah pada
gandum. Warna merah tersebutdikendalikan oleh pasangan alel dominan resesif
yang terdapatpada dua gen yang berbeda lokus. Warna merah akan munculapabila
terdapat alel dominan disalah satu atau kedua lokus.Misalnya, pasangan alel
penghasil warna merah pada gambaradalah M1dan m1, sedangkan pada lokus lain
juga terdapat pasangan alel M2dan m2. Jika gandum berkulit merah(homozigot
dominan) disilangkan dengan gandum berkulitputih (homozigot resesif), maka
akan menghasilkan fenotipgandum berkulit merah semua. Bila F 1disilangkan

sesamanya,akan dihasilkan gandum berkulit merah : berkulit putih = 15 : 1.


(Brotowidjoyo, 1989 : 316).
Tetua (P)

: M1M1M2M2>< m1m1m2m2
(merah) (putih)

Gamet

: M1M2, m1m2

F1

: M1m1M2m2

Gamet

: M1M2, M1m2, m1M2, m1m2

Tabel 2.3 Kemungkinan Persilangan Dua Sifat Beda

Sumber: Crowder, 1990 : 43


Dari tabel persilangan di atas dapat disimpulkan bahwadua pasang alel
yang berlainan mempengaruhi sifat yang sama,yaitu warna bunga. Pengaruh gengen yang mengendalikanwarna merah (M1dan M2) bersifat kumulatif, artinya
makinbanyak jumlah gen, pengaruhnya makin jelas.
c. Epistasis dan hipostasis
Epistasis dan hipostasis merupakan interaksi yangberlangsung pada fenotip
yang dihasilkan oleh dua gen. Keduagen bekerja menghasilkan fenotip yang
berbeda, tetapi fenotipdari salah satu gen yang dominan dapat menutupi
penampakan dari fenotip yang dihasilkan oleh gen dominan yang lainapabila
kedua gen hadir bersama. Gen dominan yang menutupigen dominan yang lain

disebut epistasis, sedangkan gen yangtertutupi disebut hipostatis. Contoh


peristiwa epistasis danhipostasis pada tumbuhan adalah pada warna sekam
gandum.Terdapat tiga warna sekam gandum, yaitu hitam, kuning, danputih.
Pigmen hitam dan pigmen kuning dibentuk oleh duagen yang berbeda yang
dikendalikan

olehsepasang

alel

dengan

hubungan

dominan

resesif.

Misalnya,pigmen kuning dikendalikan oleh alel K dan k, dan pigmenhitam


dikendalikan oleh alel H dan h. Jika gandum biji hitamdominan homozigot
dikawinkan dengan gandum biji kuning dominan homozigot, maka hasil F1adalah
100% gandumberkulit hitam. Sedangkan, pada F 2dihasilkan gandum bijihitam :
biji kuning : biji putih = 12 : 3 : 1(Brotowidjoyo, 1989 : 316).
Tabel 2.4 Kemungkinan Kombinasi

Sumber: Crowder, 1990 : 43


Dari persilangan di atas, dapat diketahui bahwa semuakombinasi yang
mengandung faktor H, fenotipnya adalahhitam. Kombinasi yang mengandung
faktor K tanpa faktor H menampakkan warna kuning. Sedangkan, kombinasi
duafaktor resesif, yaitu genotip hhkk berfenotip putih(Brotowidjoyo, 1989 : 316).
d. Komplementer
Fenomena gen
danR.C.Punnetsaat

komplementer
mengamati

pertama

kali

persilangan

diamati

oleh

bunga

Bateson
athyrus

odoratus.Komplementer merupakan interaksi gen yang saling melengkapi. Jika


salahsatu gen tidak muncul, sifat yang dimaksud juga tidak muncul atau
tidaksempurna.

10

Pada bunga athyrus odoratus, terdapat dua gen yang saling berinteraksi
dalam memunculkan pigmen pada bunga.
Gen C : Membentuk pigmen warna.
Gen c : Tidak membentuk pigmen warna.
Gen P : Membentuk enzim pengaktif pigmen.
Gen p : Tidak membentuk enzim pengaktif pigmen.
Berdasarkan gen tersebut, warna pada bunga hanya akan timbuljika kedua
gen, penghasil pigmen (C) dan penghasil enzim pengaktifpigmen (P), muncul.
Jika salah satu atau kedua gen tidak muncul, bungatidak berwarna (putih).
(Brotowidjoyo, 1989 : 320).Perhatikan persilangan berikut.
Tabel 2.5 Persilangan CP, Cp, cP,cp ><CP, Cp, cP,cp.

Sumber: Firmansyah, 2009:97.


Berdasarkan hasil persilangan, generasi F2 menghasilkan perbandingan
fenotipeungu dan putih sebesar 9:7. Sepintas, tampak hal tersebut tidak sesuai
hukum Mendel.Akan tetapi, sebenarnya perbandingan 9:7 tersebut hanya
modifikasi dari perbandingan9 : (3+3+1)(Brotowidjoyo, 1989 : 322).
e. Atavisme (interaksi gen)
Atavisme merupakan interaksi beberapa gen yang mengakibatkan
menghilangnya suatu sifat kerturunan dan muncul suatu sifat yang berbeda
dengan induknya tetapi sifat induk akan muncul kembali pada generasi
berikutnya. Contohnya pada persilangan ayam berjengger atau berpial rose

11

(RRpp) dengan ayam berjengger pea (rrPP) menghasilkan F1 berjengger walnutF1


yang disilangkan sesamanya menghasilkan perbandingan fenotipe F 2= walnut :
rose: pea : single = 9 : 3 : 3 : 1. Berarti siat peal rose dan pea menghilang dari
generasi F1 tetapi muncul kembali di generasi F2(Brotowidjoyo, 1989 : 325).

Gambar 2.2 Berbagai macam bentuk jengger ayam.


Sumber: Firmansyah, 2009:97.
2. Pautan gen
Terjadinya pautan (gen linkage) antargen ini ternyata disebabkan olehletak
gen tersebut masih berada dalam kromosom yang sama. Oleh sebab itu, ketika
kromosom memisah sewaktu meiosis dan membentukgamet, kedua gen tetap
bersama(Brotowidjoyo, 1989 : 326).
Salah satu contoh pautan terjadi pada penelitian oleh William Batesondan
R.C. Punnetsekitar 1905. Mereka mengembangkantanaman ercis galur murni
yang mengandung gen P untuk warna bungaungu yang dominan terhadap gen P
untuk warna bunga merah. Tanamantersebut juga mengandung gen L untuk polen
lonjong yang dominanterhadap gen l untuk polen bulat (Brotowidjoyo, 1989 :
326).
Pertama, mereka menyilangkan tanaman dengan alel homozigot. Hasilnya,
semua generasi F1menghasilkan tanaman bunga ungu denganpolen lonjong (PpLl)
seperti yang telah diduga sebelumnya. Ketika sesamaF1disilangkan, perbandingan
fenotipe yang tidak biasa dihasilkan.Perhatikan diagram berikut(Brotowidjoyo,
1989 : 327).
Tabel 2.6 Diagram perbandingan tanaman ercis yang memiliki pautan gen.

12

Sumber: Firmansyah, 2009:93.


3. Pindah Silang
Sebenarnya,

sebelum

didapat

kesimpulan

bahwa

peristiwa

persilangantanaman ercis oleh illiam Bateson dan R.C. Punnet adalah


peristiwapautan, mereka dikejutkan oleh hasil perbandingan dari data asli
yangdidapat. Dari data tersebut, terdapat sejumlah kecil hasil dengan fenotipe
ungu bulat dan merah lonjong yang seharusnya tidak ada jika terjadipautan saja
pada gennya(Brotowidjoyo, 1989 : 328).
Tabel 2.7 Perbandingan Hasil Persilangan Dihibrid Normal, Hasil Asli
Persilangan, dan Hasil Pautan

13

Sumber: Firmansyah, 2009:99.


Melalui pengamatan lebih lanjut, para ahli genetika mengetahuibahwa
hasil tersebut dapat terjadi melalui mekanisme pindah silang(crossing over) yang
terjadi selama meiosis. Selama meiosis, kromosomhomolog saling berpasangan
membentuk tetrad. Pada keadaan ini, terjadipertukaran materi genetik antara
kromosom dan pasangan homolognya.Menyebabkan gen dapat berpindah dari
satu kromosom ke kromosomhomolognya.Perpindahan ini dapat terjadi sepanjang
pasangan kromosom. Prosesini disebut juga pindah silang (crossing over). Oleh
karena materi serta susunan gen berubahakibat pindah silang, proses ini disebut
juga rekombinasi gen(Brotowidjoyo, 1989 : 328).

Gambar 2.3 Peristiwa pindah silang


Sumber: Firmansyah, 2009:99.
Jika dua gen berpautan, kedua gen ini akan bersama diwariskan dalam satu
gamet. Akan tetapi, jika terjadi pindah silang dalam prosesmeiosis, kedua gen
tersebut dapat berpisah dan membentuk rekombinasibaru dalam gametnya. Hal
inilah yang menyebabkan adanya hasil padasifat bunga ungu-polen bulat dan
bunga merah-polen lonjong, meskipunnilai tersebut kecil (Brotowidjoyo, 1989 :
328).
4. Gagal Berpisah

14

Pada saat pembentukan gamet (pembelahan meiosis), kromosom dapat


mengalami gagal berpisah sehingga jumlahkromosom menjadi berubah.
Kromosom dapat gagal berpisahdengan kromosom homolognya pada saat meiosis
I. Selain itu,kromatid dalam satu kromosom juga dapat gagal berpisah padasaat
meiosis II. Perbedaan kedua peristiwa gagal berpisahtersebut dapat digambarkan
sebagai berikut (Brotowidjoyo, 1989 : 329).

Gambar 2.4 Gagal berpisah


Sumber: Rachmawati, 2009 : 85
Gagal berpisah dapat mengakibatkan gamet atau individuyang baru lahir
mempunyai kelainan jumlah kromosom.Contoh akibat gagal berpisah adalah
aneuploidi dan poliploidi.Aneuploidi adalah individu yang memiliki kekurangan
ataukelebihan

satu

kromosom

dari

kromosom

tetuanya.

Aneuploidi

mengakibatkan perubahan fenotip pada individu, misalnyaindividu yang


mempunyai kromosom monosomi (2n 1) atautrisomi (2n + 1). Sedangkan,
poliploidi adalah individu yangmempunyai kelipatan jumlah kromosom tetuanya.
Poliploidimisalnya gamet diploid bertemu dengan gamet haploid menjaditriploid
(3n), atau dua gamet diploid bersatu membentukindividu tetraploid(Brotowidjoyo,
1989 : 329).
5. Pautan Seks
Thomas

Hunt

Morgan

merupakan

orang

pertama

yang

membuktikanadanya gen pautan seks. Fenomena ini dapat diamati pada


persilanganlalat buah (Drosophila) jantan mata putih dengan betina mata
normalatau merah.

15

Pada Drosophila Melanogaster, gen warna mata terpaut pada kromosom


X, akibatnya Drosophila Melanogaster yang berwana putih selalu berkelamin
jantan (gambar 2.5).(Brotowidjoyo, 1989 : 330).

Gambar 2.5 Persilangan jantan mata putih dan betina mata merah dengan gen
yang terpaut seks.
Sumber: Firmansyah, 2009:103.
6. Gen Letal
Gen letal adalah gen yang dalam keadaan homozigot, menyebabkan
kematian pada individu tersebut. Gen letal dapat menyebabkan kematianpada saat
individu masih embrio atau setelah lahir. Ada pula gen yangmenyebabkan
kematian saat individu menjelang dewasa. Gen ini disebut juga gen subletal.
Berdasarkan sifat dan pengaruhnya, gen letal dapatdibedakan atas gen letal
dominandan gen letal resesif (Brotowidjoyo, 1989 : 330).
Pada letal dominan, individu akan matiapabila memiliki gen homozigot
dominan.Contoh gen letal terdapat pada gen yangmenyebabkan tikus berambut
kuning homozigotdominan (KK) mati sebelum lahir. Kematiansebelum lahir akan
mengubah perbandinganjumlah fenotip keturunan.
b. Gen Letal Dominan

Jika tikus berambut kuning heterozigot (Kk)dikawinkan dengan tikus


kuning heterozigotpula, maka akan menghasilkan keturunan lebihsedikit atau 25%
lebih kecil dari jumlahketurunan berambut kuning dengan berambuttidak kuning.

16

Diagram persilangannya dapatdigambarkan sebagai berikut (Brotowidjoyo, 1989 :


331).

Gambar 2.6 Gen letal pada tikus.


Sumber: Rachmawati, 2009 : 88.
1) Gen Letal Resesif
Pada letal resesif, individu akan mati jika mempunyai genhomozigot
resesif, contohnya tumbuhan albino dan ekor pendekmencit. Tumbuhan albino
tidak mempunyai klorofil. Misalnya,klorofil dikendalikan oleh gen A, maka
tumbuhan berklorofilmemiliki gen AA, sedangkan tumbuhan albino memiliki gen
aa.Tumbuhan albino muncul dari persilangan heterozigot Aadengan Aa.

Gambar: 2.7 Persilangan Gen Letal Resesif


Sumber: Rachmawati, 2009 : 89.

17

Pada manusia terdapat gen letal, misalnya pada penderitasicklemia


(eritrosit berbentuk bulan sabit) dan talasemia (eritrositberbentuk lonjong,
ukurannya kecil, dan jumlahnya lebihbanyak)(Brotowidjoyo, 1989 : 331).

C. Teori dan Petunjuk Adanya Evolusi


1. Teori Evolusi
Evolusi adalah suatu perubahan pada sifat terwariskan (genetis) suatu populasi
organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Evolusi pertama kali
kemukakan oleh Herbert Spencer seorang ahli filsafat dari Inggris. Teori evolusi
masih dipertentangkan hingga saat ini. Banyak teori yang dikemukakan para ahli,
tetapibelum ada satupun teori yang dapat menjawab semua fakta dan fenomena
tentang sejarah perkembangan makhluk hidup. Sejak abad ke-6 sebelum Masehi,
banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang asal usul berbagai jenis
makhluk hidup yang ada di dunia (Villee, 1999 : 424). Banyak pendapat yang
menjadi fondasi teori evolusi, diantaranya:
a. George Cuvier (1769-1832)
Georges Leopold Cuvier lahir 23 Agustus 1769 di kota kecil Montbeliard,
Prancis. Georges Leopold Cuvier menyukai zoologi dan botani telah tampak sejak
dini. Pendidikan dasar ditempuhnya di Montbeliard. Dari tahun 1784 sampai 1788
dia melanjutkan pendidikannya di Akademi Caroline di Stuttgart. GeorgesLeopold
Cuvier mengemukakan teori Katastropisme/Kataklisma yang menyatakan bahwa
setiap masa diciptakan makhluk hidup yang berbeda. Georges Cuvier menyadari
bahwa sejarah kehidupan terekam dalam strata lapisan tanah yang mengandung
fosil.

Georges Leopold Cuvier mendokumentasikan suksesi spesies fosil di

Lembah Paris. Georges Leopold Cuvier mencatat bahwa setiap stratum ditandai
dengan suatu kelompok spesies fosil yang unik, dan semakin dalam (semakin tua)
stratum maka semakin berbeda flora (kehidupan tumbuhan) dan fauna (kehidupan
binatang) dari kehidupan modern. Bahkan Cuvier mengenali bahwa kepunahan
merupakan peristiwa yang umum terjadi dalam sejarah kehidupan. Dari stratum

18

ke stratum, spesies baru muncul dan spesies lain menghilang (Radiopoetro, 1990 :
369).
b. Sir Charles Lylell (1797-1875)
Lyell dilahirkan di Skotlandia.Sir Charles Lylellbelajar hukum di Oxford,
kemudian menjadi pengacara di London. Akan tetapi,Sir Charles Lylell tertarik
sekali akan ilmu geologi, sehingga dengan segera Sir Charles Lylell menjadi
penulis dari perkumpulan geologi. Pada tahun 1831 Sir Charles Lylell menjadi
mahaguru dalam ilmu geologi. Sir Charles Lylell diangkat menjadi seorang
bangsawan dan setelah meninggal dimakamkan dengan penghormatan besar di
Westminister Abbey di London sebagai seorang sarjana besar. Sir Charles Lylell
mengemukakan teori

uniformitarianisme yang menyatakan bahwa

proses

geologis mengikuti pola yang seragam, sehingga kecepatan dan pengaruh


perubahan selalu seimbang (Radiopoetro, 1990 : 370).
c. Lamarck (1744-1829)
Lamarck mengungkapkan bahwa, makhluk hidup merupakan tingkat
perkembangan kehidupan, sedang manusia berada di puncak perkembangan
tersebut. Artinya bahwa tidak akan muncul lagi makhluk hidup yang lebih tinggi
tingkat ke sempurnaannya di masa yang akan datang. Proses perkembangan
tersebut menurut Lamarck dipengaruhi oleh kebiasaan. Kebiasaan tersebut akan
menyebabkan perubahan struktur tubuh (anatomi) dan diwariskan kepada
keturunannya.

Sebagai

akibat

pengaruh

kebiasaan

tersebut,

Lamarck

menyimpulkan bahwa organ yang digunakan akan berkembang sedangkan organ


yang tidak digunakan akan mengalami kemunduran (use and disuse). Contoh teori
Lamarck adalah evolusi zarafah berleher panjang. Menurut Lamarck, awalnya
hewan zarafah berleher pendek, tetapi karena makanannya berupa daun dari
pohon yang semakin tinggi, maka zarafah diduga memanjangkan lehernya untuk
menjangkau daun tersebut. Adaptasi seperti ini akan diwariskan kepada generasi
berikutnya (Radiopoetro, 1990 : 372).

19

Gambar 2.8Evolusi leher zarafah menurut Lamarck


Sumber: Rachmawati, 2009 : 125.
d. Thomas Robert Malthus (1766-1834)
Malthus menyatakan bahwa pertambahan populasi manusia lebih cepat
daripada pertambahan jumlah makanan. Pertambahan populasi manusia mengikuti
deret ukur dan pertambahan jumlah makanan mengikuti deret hitung. Pernyataan
tersebut tercantum dalam bukunya yang berjudul An Essay on the Principle of
Population.
kesadaran

Buku Essay on Principle of Population telah membangunkan


para

ilmuwan

dan

anggota

masyarakat

untuk

menyadari

tentang dampak jumlah penduduk yang tidak terkendali bagi kehidupan manusia
sendiri (Villee, 1999 : 423).
e. Alfred Russel Wallace (1854-1862)
Alfred Russel Wallace O.M., F.R.Slahir 8 Januari 1823meninggal 7
November 1913 pada umur 90 tahun dikenal sebagai seorang naturalis, penjelajah,
pengembara, ahli antropologi dan ahli biologi dari Britania Raya. Wallace
melakukan pendataan flora dan fauna yang ada di Indonesia, yaitu pulau Sulawesi,
Nusa Tenggara, dan Maluku. Berdasarkan data tersebut, Wallace menciptakan
sebuah garis imajiner yang disebut garis Wallace. Garis tersebut sebagai batas
penyebaran jenis fauna yang dominan (Radiopoetro, 1990 : 375).

20

Gambar 2.9 Pembagian daerah persebaran fauna di Indonesia dalam tiga wilayah
Sumber: Rachmawati, 2009 : 129.
f. Charles Darwin (1809-1882)
Teori yang paling popular diperkatakan berhubung kejadian manusia
adalah teori evolusi Charles Darwin. Teori ini diasaskan oleh seorang pakar
biologi dari England yang bernama Charles Robert Darwin (1809-1882 Masehi).
Beliau menegaskan semua makhluk hidup sama, ada manusia ataupun hewan
yang berasal dari keturunan yang sama (common ancestor). Keturunan yang awal
kemudianberubah dari satu tahap ke tahap yang lain demi menyesuaikan diri
dengan keadaan dan persekitaran yang sentiasa berubah. Hasil dari perubahan itu
yang memakan masa jutaan tahun, akhirnya lahirlah makhluk yang kompleks
yang bernama manusia. Darwin mengutarakan pendapatnya di dalam bukunya
yang bertajuk The Origin of Species by Means of Natural Selection pada tahun
1859. Banyak makhluk yang berbentuk separuh binatang separuh manusia,
separuh binatang laut dan separuh binatang darat, serta separuh burung dan
separuh hewan biasa, karena teori evolusi menuntut kewujudan makhluk ini
sebagai bukti kebenarannya. Namun, hingga hari ini makhluk seperti itu tidak
ditemui, sehingga Darwin sendiri meragui teorinya. Di dalam bukunya yang

21

bertajuk The Origin of Species beliau berkata: "Jika makhluk berubah dari satu
spesies ke spesies yang lain"(Radiopoetro, 1990 : 380).
g. Augus Weismann (1834-1914)
Wiesmann mendukung teori evolusi Darwin. Menurut Weismann, evolusi
terjadi karena adanya seleksi alam terhadap factor genetika suatu organisme.
Variasi yang diwariskan induk kepada keturunannya diatur oleh faktor genetika,
bukan faktor lingkungan. Weismann melakukan percobaan untuk membuktikan
teorinya. Dalam percobaanya Weismann memotong ekor tikus hingga tikus
generasi kedua puluh. Hasilnya, semua tikus generasi kedua puluh satu tetap
mempunyai ekor seperti generasi sebelumnya (Radiopoetro, 1990 : 383).
2. Petunjuk Adanya Evolusi
a. Variasi Makhluk Hidup
Variasi adalah perbedaan yang ditemukan pada individu satu spesies.
Adanya variasi makhluk hidup terbukti tidak ada dua individu di dunia yang
mempunyai sifat/ciri yang sama, hal ini menunjukkan adanya variasi. Bila varian
tersebut hidup pada lingkungan

yang berbeda maka akan menghasilkan

keturunan yang berbeda. Oleh karena itu, adanya variasi merupakan petunjuk
adanya evolusi yang menuju ke arah terbentuknya spesies baru(Brotowidjoyo,
1989 : 420).
b. Fosil
Fosil berasal dari bahasa latin Fossilisyang artinya menggali. Fosil dapat
diartikan sisa makhluk hidup yang hidup di masa lampau dan membatu.
Berdasarkan penemuan fosil dapat diketahui adanya makhluk hidup di masa
lampau. Akan tetapi, jenis makhluk hidup di masa lampau berbeda dengan
makhluk hidup saat ini. Fosil yang ditemukan dalam lapisan bumi dari lapisan
yang tua sampai yang muda menunjukkan adanya perubahan secara berangsur.
Dengan membandingkan fosil yang ditemukan di berbagai lapisan bumi dapat
diketahui adanya proses evolusi(Brotowidjoyo, 1989 : 314).

c. Homologi organ tubuh dan analogi organ tubuh

22

Homologi adalah organ makhluk hidup yang mempunyai bentuk asal


(dasar) yang sama, kemudian berubah strukturnya sehingga fungsinya berbeda.
Contoh organ homolog antara lain:

Kaki depan kuda homolog dengan sayap burung

Tangan manusia homolog dengan kaki depan kuda

Kaki depan anjing homolog dengan sayap burung

Kaki depan kucing homolog dengan sirip dada ikan

(Brotowidjoyo, 1989 : 325).

Gambar 2.10 Homologi anggota tubuh depan berbagai macam hewan.


Sumber: Rachmawati, 2009 : 149.
Analogi adalah dua organ tubuh yang fungsinya sama, akan tetapi
mempunya asal-usul yang berbeda.
Contoh analogi antara lain:
a. Sayap kelelawar analog dengan sayap kupu, kedua sayap berfungsi sama
untuk terbang
b. Sayap kupu-kupu analog dengan sayap burung, kedua sayap berfungsi sama
untuk terbang tetapi struktur asalnya berbeda (Brotowidjoyo, 1989 : 325).

23

Gambar 2.11 Anologi sayap burung


Sumber: Rachmawati, 2009 : 149.
d. Embriologi Perbandingan
Embriologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perkembangan embrio.
Semua hewan multiseluler hasil reproduksi secara seksual akan mengalami tahap
perkembangan tertentu. Tahap perkembangannya dimulai dari zigot sampai fase
tertentu dan menunjukkan adanya persamaan pada berbagai jenis vertebrata.
Persamaan itu dimulai dari zigot, morula, blastula, grastula, dan akhirnya
mengalami proses diferensiasi, sehingga membentuk organ tubuh. Adanya
persamaan perkembangan Antara hewan vertebrata pices, reptil, amfibi, aves, dan
mamalia menunjukkan adanya kekerabatan.Perkembangan individu mulai dari sel
telur hingga terbentuknya individu yang disebut ontogeni. Jika dibandingkan
dengan filogeni, yaitu sejarah perkembangan organisme dari filum yang paling
sederhana hingga sempurna. Maka, akan diperoleh kesesuaian. Oleh karena itu,
bisa dikatakan bahwa ontogeni merupakan ulangan (rekapitulasi) dari
filogen(Brotowidjoyo, 1989 : 326).

24

Gambar 2.12 Embriologi perbandingan


Sumber: Rachmawati, 2009 : 150.
e. Perbandingan Fisiologi/biokimia
Secara fisiologi dari berbagai organisme, dijumpai kemiripan fisiologi yang
dapat ditinjau secara kimiawi(Brotowidjoyo, 1989 : 328).
Contoh:
1) Atas dasar struktur tubuh yang mirip dan memiliki kesamaan seperti:
kristaloksi hemoglobin dari burung memiliki kemiripan.
2) Test presipitin untuk serum darah manusia mempunyai reaksi yang mirip jika
dibanding dengan serum darah gorilla dan simpanse.
Untuk menentukan jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar makhluk
hidup dapat diuji dengan analisa biokimia. Misalnya:
1)

Uji presipitin yaitu mengetahui adanya reaksi antara antigen-antibodi pada


darah, ternyata dari pengujian serum darah manusia mempunyai kemiripan
dengan pengujian pada serum darah gorilla dan simpanse.

2)

Hormon insulin pada sapi mempunyai banyak persamaan dengan insulin


manusia.

25

3)

Adanya kemiripan hormon tiroksin sapi dengan tiroksin manusia.

4)

Pada sebagian manusia dalam darahnya ditemukan protein yang sama


seperti protein yang ditemukan dalam darah kera Maccacus rhesus.

f.

Petunjuk alat tubuh yang tersisa


Pada beberapa hewan maupun pada manusia dapat kita temukan beberapa

organ vestigial. Organ vestigial merupakan organ yang tersisa akibat adanya
penyusutan (mereduksi) sehingga sudah tidak berfungsi sebagaimana organ yang
belum mengalami reduksi(Brotowidjoyo, 1989 : 334).
Contoh:
1)

Pada manusia ditemukan umbai cacing, otot penggerak telinga, rambut


pada dada, tulang ekor, bentuk gigi taring yang runcing, dan adanya selaput
pada sudut mata sebelah dalam.

2)

Pada burung kiwi dan pinguin anggota gerak depan (sayap) mengalami
penyusutan sehingga tidak dapat berfungsi untuk terbang.

3)

Pada hewan yang hidup di laut yang dalam matanya mengalami reduksi
sehingga tidak dapat melihat, sedangkan mata pada ikan yang hidup di tempat
yang terang berkembang dengan baik.

4)

Pada paus dewasa kulitnya tidak mempunyai rambut, sedangkan pada


masa embrionya mempunyai rambut

D. Mekanisme Evolusi
1. Seleksi alam
Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi adalah teori bahwa makhluk
hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya lama kelamaan akan
punah yang tertinggal hanyalah mereka yang mampu beradaptasi dengan
lingkungannya.

Sesama

makhluk

hidup

akan

saling

bersaing

untuk

mempertahankan hidupnya.
Contoh seleksi alam misalnya yang terjadi pada ngengatBiston betularia.
Ngengat Biston betularia putih sebelum terjadinya revolusi industri jumlahnya
lebih banyak daripada ngengat Biston betularia hitam. Namun setelah terjadinya
revolusi industri, jumlah ngengat Biston betularia putih lebih sedikit daripada
ngengat biston betularia hitam. Ini terjadi karena ketidakmampuan ngengat Biston
betularia putih untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Pada saat

26

sebelum terjadinya revolusi di Inggris, udara di Inggris masih bebas dari asap
industri, sehingga populasi ngengat Biston betularia hitam menurun karena tidak
dapat beradaptsi dengan lingkungannya. namun setelah revolusi industri, udara di
Inggris menjadi gelap oleh asap dan debu industri, sehingga populasi ngengat
Biston betularia putih menurun karena tidak dapat beradaptasi dengan
lingkungan, akibatnya mudah ditangkap oleh pemangsanya(Villee, 1999 : 436)
2. Mutasi Gen
Mutasi gen adalah perubahan kimia gen (DNA) yang dapatmenyebabkan
terjadinya perubahan sifat suatu organisme yang bersifat menurun. Mutasi dapat
terjadi dengan adanya pengaruh luar dan tanpa pengaruh faktor luar. Mutasi yang
terjadi tanpa pengaruh faktor luar mempunyai dua sifat, yaitu sangat jarang
terjadi, dan umumnya tidak menguntungkan. Umumnya, mutasi jarang terjadi dan
tidak menguntung-kan. Mutasi merupakan mekanisme evolusi yang penting dan
dapat membentuk spesies baru. Untuk mengetahui hal ini, perlu jangka laju
mutasi, yaitu angka yang menunjukkan jumlah gen yang mutasi dari seluruh
gamet yang dihasilkan oleh suatu individu dari suatu spesies. Angka laju mutasi
suatu spesies umumnya sangat rendah karena faktor-faktor yang menyebabkan
mutasi tidak dapat diramalkan secara pasti. Angka laju mutasi berkisar antara satu
gen di antara dua ribu sampai jutaan gamet, atau rata-rata1 : 100.000, artinya
dalam setiap 100.000 gamet terdapat satu gen yang mampu bermutasi. Jadi, angka
laju mutasi sangat kecil, tetapi merupakan mekanisme yang penting, karena:
a. Setiap gamet mengandung beribu gen.
b. Setiap individu menghasilkan ribuan sampai jutaan gamet dalam satu generasi.
c. Jumlah generasi suatu spesies selama spesies itu ada banyak.
Angka laju mutasi yang menguntungkan lebih kecil daripada angka laju
mutasi yang merugikan, yaitu perbandingan antara 1 dan 1.000, artinya dari 1.000
mutasi yang terjadi, satu di antaranya mutasi yang menguntungkan. Walaupun
mutasi yang menguntungkan ini kecil, karena jumlah generasi selama spesies itu
ada sangat besar, maka jumlah mutasi yang menguntungkan besar (Brotowidjoyo,
1989 : 345).

3. Hukum Hardy-Weinberg

27

Hukum Hardy-Weinberg menegaskan bahwa frekuensi alel dan genetik


dalam suatu populasi (gene pool) selalu konstan dari generasi ke generasi dengan
kondisi tertentu. Hal ini, dikemukakan oleh Godfrey Harold Hardy (ahli
matematika dari Inggris) dan Wilhelm Weinberg (Brotowidjoyo, 1989 : 349).
Hukum Hardy-Weinberg dirumuskan sebagai berikut.
(p+q)2=p2+2pq+q2=1
Sebagai contoh alel gen A dan a, maka menurut persamaan di atas:
p2 = frekuensi individu homozigot dominan (AA)
2pq = frekuensi individu heterozigot (Aa), dan
q2 = frekuensi individu homozigot resesif (aa)
Dalam sebuah desa terdapat populasi 100 orang, 84% penduduk desa
tersebut lidahnya menggulung (Genotipe RR dan Rr) dan 16% penduduk lidahnya
tidak dapat menggulung (genotipe rr). Jumlah penduduk yang heterozigot dan
homozigot adalah
RR=p2, Rr=2pq, rr=q2
Frekuensi gen r
Rumus: p2+pq+q2=1
r2=q2=16%=0,16
q=

0,16 =0,4
Oleh karena frekuensi untuk alel harus 1, maka p+q=1 sehingga frekuensi

alel dominan (p) dapt dihitung: p=1-0,4=0,6 p2=0,36


Selanjutnya, 2pq=2x0,6x0,4=0,48
Banyak populasi

28

dominan homozigot(RR)=

dominan homozigot(Rr)=

dominan homozigot(RR)=
Jadi,

perbandingan

0,36
x 100=36
100
0,48
x 100=48
100
0,16
x 100=16
100
anatara

genotipe

dominan

homozigot(RR),

heterozigor(Rr), dan resesif homozigot(rr) adalah: 36:48:16, sedangakan frekuensi


gen R=0,6 dan r=0,4.
Hukum Hardy-Weinberg ini hanya berlaku jika memenuhi beberapa
persyaratan berikut.
a. Ukuran populasi harus besar
Pada populasi yang kecil, aliran genetik (genetic drift) merupakan
kesempatan fluktuasi dalam gene pool dan dapat mengubah frekuensi alel. Jadi,
ukuran populasi harus besar agar frekuensi alel dalam gene poolselalu konstan.
b. Ada isolasi dari populasi lain (tidak ada imigrasi dan emigrasi)
Arus gen (gene flow) merupakan transfer alel antarpopulasiyang
berhubungan dengan perpindahan individu atau gamet yang dapat merubah gene
pool.
c. Tidak terjadi mutasi
Perubahan satu alel menjadi alel lainnya, mengakibatkanmutasi, hal ini
dapat mengubah gene pool.
d. Perkawinan acak (random)
Jika individu memilih pasangannya dengan sifat tertentu (yang
diturunkan), maka pencampuran secara acak gamet seperti yang diharapkan pada
keseimbangan Hardy-Weinberg tidak dapat terjadi.

29

e. Tidak terjadi seleksi alam


Keberhasilan mempertahankan hidup dan reproduksidapat mengubah gene
pool karena mendukung adanya perpindahan beberapa alel dengan mengorbankan
alel lainnya(Villee, 1999 : 437).

4. Spesiasi
Spesiasi adalah proses terbentuknya spesies baru. Menurutpengertiannya,
spesies adalah populasi makhluk hidup yang mampumelakukan reproduksi
sesamanya dan menghasilkan keturunan yang fertil. Namun, tidak dapat
melakukan reproduksi dengan kelompoklainnya. Berdasarkan hal tersebut, terlihat
bahwa reproduksi antara satuspesies dengan spesies lain adalah hal yang tidak
mungkin, karena terjadiisolasi reproduksi antarspesies (Villee, 1999 : 438).
a. Isolasi geografi
Apabila beberapa varietas baru hasil dari suaturekombinasi faktor genetik dan
spesies

tertentu

menghunitempat

yang

berlainan,

maka

mereka

akan

mengalamiperubahan yang mengarah pada terbentuknya spesies baru. Keadaan


alam yang terpisah ini menghalangi terjadinyahubungan reproduksi. Hambatan
(barrier) seperti ini disebutisolasi geografi.Isolasi geografi disebabkan oleh
kondisi alam, seperti laut,gunung, dan gurun pasir. Isolasi geografi dapat
memungkinkanterjadinya pemisahan dua populasi (alapatrih). Dua populasiini
dapat terbentuk karena masing-masing populasi terpengaruhakumulasi faktor
ekstrinsik yang menyebabkan terjadi isolasifaktor intrinsik. Hal ini dapat
memungkinkan terjadinyaisolasi reproduksi(Villee, 1999 : 439).
b. Isolasi reproduksi
Isolasi reproduksi merupakan hambatan terjadinyaperkawinan silang antara
dua spesies simpatrik. Spesiessimpatrik adalah dua spesies berbeda yang tinggal
ataumenghuni daerah yang sama. Isolasi reproduksi dapat terjadimelalui isolasi
intrinsik. Mekanisme isolasi intrinsik dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

30

1) Isolasi ekogeografi, terjadi akibat adnya hambatan fisik yang mengalami


bertemunya dua populasi. Akibatnya, kedua populasi akan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Kedua populasi tersebut tidak dapat melakukan
hibridisasi lagi ketika bertemu.
2) Isolasi habitat, terjadi adanya dua populasi yang memiliki habitat berbeda.
Apabila anggota kedua populasi tersebut melakukan perkawinan, akan
menghasilkan keturunan yang steril.
3) Isolasi iklim/musim, terjadi akibat perbedaan iklim dan musim, sehingga
menghalangi dua populasi melakukan perkawinan dan berkembangbiak.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh perbedaan waktuknya masaknya gamet.
4) Isolasi tingkah laku, disebabkan perbedaan tingkah laku setiap jenis
organisme ketika melakukan perkawinan.
5) Isolasi mekanik, disebabkan oleh perbedaan struktur antara dua individu yang
dapat menghalangi proses perkawinan. Misalnya perbedaan bentuk alat
kelamin dan perbedaan ukuran tubuh yang sangat mencolok.
6) Isolasi gamet, terjadi karena sel gamet jantan tidak mempunyai kemampuan
hidup dalam saluran kelamin betinanya.
7) Isolasi pertumbuhan, terjadi karena embrio tidak mengalami pertumbuhan
sehingga mengakibatkan kematian.
8) Kemandulan hibrid, disebabkan oleh hasil perkawinan antara dua individu
seringkali cacat steril atau mandul.
9) Kematian dari hibrid, disebabkan oleh hasil perkawinan antara dua individu
sering kali cacat atau lemah sehingga mati sebelum bereproduksi.
10) Eliminasi selektif drai hibrid, dikarenakan keturunan hasil perkawinan tidak
adaptif terhadap lingkungannya sehingga menghadapi kepunahan(Villee,
1999 : 440).
c. Domestikasi
Domestikasi adalah usaha manusia untuk menjadikanhewan ternak dari
hewan liar dan tanaman budi daya daritumbuhan liar. Pada dasarnya, tindakan ini
adalahmemindahkan makhluk hidup dari lingkungan aslinya kelingkungan yang
diciptakan manusia. Tindakan ini dapatmengakibatkan timbulnya jenis-jenis
hewan dan tumbuhan yangmenyimpang dari aslinya yang mengarah terbentuknya
spesiesbaru. Sebagai contoh, kebiasaan seseorang untuk menyilangkandua
varietas tanaman atau hewan sejenis. Melalui tindakanpenyilangan tersebut, pada
zaman Darwin di Inggris pernahditemukan 150 varietas merpati. Dari varietas

31

tersebut ditemukan varietas yang mempunyai penampakan sangatberbeda, seolaholah spesies lain. Ada burung dara yangkepalanya bermahkota, ada yang tidak.
Ada burung dara yangmemiliki ekor mirip kipas dengan jumlah bulu ekor
mencapai40, sedangkan umumnya jumlah bulu ekor burung dara adalah12.
Adanya domestikasi menyebabkan terjadinya variasi yangmengarah terbentuknya
spesies baru, misalnya pada anjing(Villee, 1999 : 441).

32

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari materi yang telah ada dalam makalah, maka dapat disimpulkan.
1. Ada dua hukum Mendel yaitu Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II.
Hukum Mendel I adalah waktu berlangsungnya pembentukan gamet, tiap
pasang gen akan disegregasi ke dalam masing gamet yang terbentuk. Hukum
Mendel II atau hukum berpasangan bebas yaitu kesempatan setiap gen yang
dapat berpasangan dengan gen lain.
2. Pada penyimpangan Hukum Mendel tampak bahwa nisbah fenotip yang
diperoleh mengalami modifikasi dari nisbah yang seharusnya akibat
terjadinya aksi gen tertentu.
3. Evolusi adalah suatu perubahan dari satu keadaan ke keadaan berikutnya
secara bertahap dan teratur. Evolusi tidak dapat dikaji secara eksperimental
sehingga hanya bisa didukung melalui bukti langsung fosil, adanya variasai
makhluk hidup, perbandingan fisiologi atau biokimia, homologi organ tubuh
dan perbandingan embrio.
4. Mekanisme evolusi dapat terjadi karena adanya variasi genetik dan seleksi
alam. Variasi dalam satu keturunan terjadi karena mutasi gen, seleksi alam,
dan spesiasi.

B. Saran
Setiap mahasiswa, khususnya jurusan Biologi hendaknya aktif mencari
informasi mengenai pewarisan sifat dan evolusi. Karena dengan mengetahui

33

pewarisan sifat dan evolusi akan mendapatkan manfaat untuk kepentingan


pendidikan.
Mahasiswa Biologi sebaiknya memahami tentang pewarisan sifat dan evolusi
karena masuk ke dalam materi mata kuliah biologi umum.Sebab, seperti yang
sudah diketahui bahwa mahasiswa biologi sangat erat kaitannya dengan makhluk
hidup karena Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan.
DAFTAR RUJUKAN
32

Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.


Campbell, Neil A., Jane BReece., Lisa A.Urry,Michael L.Cain, Steven A.
Wasserman, Peter V.Minorsky, Robert B. Jackson. 2012. Biologi Edisi
Kedelapan Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Crowder, L. V. 1990. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Radiopoetro. 1990. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Susanto, Agus Heri. 2011. Genetika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Villee,Walker, Barnes. 1999. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.

Вам также может понравиться