Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN FARMAKOEKONOMI
(Dr. Rani Sauriasari)
Latar Belakang
Biaya pelayanan kesehatan, khususnya biaya obat sangat
tinggi. Populasi pasien usia lanjut meningkat Sumber
daya yang dapat digunakan terbatas Perlu dicari cara
agar pelayanan kesehatan efisien dan ekonomis
Diperlukan bekal pengetahuan tentang prinsip-prinsip
farmakoekonomi dan keterampilan yang memadai dalam
melakukan evaluasi hasil studi farmakoekonomi.
Perkembangan farmakoepidemiologi tidak hanya
penggunaan dan efek obat dalam hal khasiat (efficacy)
dan keamanan (safety) saja tetapi juga menganalisis
dari segi ekonominya (economy).
Farmakoekonomi : Mengukur dan menganalisa biaya
terapi obat pada sistem pelayanan kesehatan dan
masyarakat.
Penelitian Farmakoekonomi mencakup studi yang
didisain
untuk
mengidentifikasi,
mengukur
dan
membandingkan biaya (yg dikonsumsi) dan akibat (klinik,
ekonomi, fisik) dari produk farmasi atau pelayanan.
Tujuan Penelitian Farmakoekonomi
memberikan informasi yang dapat membantu para pembuat
kebijakan dalam menentukan pilihan atas alternatifalternatif
pengobatan yang tersedia agar alternatif pengobatan yang
tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan
ekonomis.
Masalah yang dapat dibantu oleh /Aplikasi
Farmakoekonomi:
Skala mikro
o Individual doctors
Monitoring, identifying issues that need improvement,
reduction errors, quality improvement, feedback to
prescribers, best practices.
o Individual patients
Screening for patient, problems/identifying patients
receiving suboptimal care.
Skala meso
o Hospitals, nursing home, primary care groups,
industry
Monitoring, identifying issues that need improvement,
reduction errors, quality improvement, feedback to
prescribers, evaluating intervention prescribers,
evaluating intervention
misalnya dalam menentukan:
obat yang akan dimasukkan ke dalam formularium
sistem pendistribusian obat yg terbaik di RS
membandingkan manfaat pelayanan farmasi klinik
obat yg tepat untuk dikembangkan oleh industri
Skala makro
o National level, policymaker health insurance, health
inspectorate
Monitoring, identifying issues that need improvement,
transparency, accountability, regulation, evaluating
intervention intervention
misalnya dalam menentukan:
obat yang akan disubsidi
program pelayanan kesehatan dan kebijakan strategis
lainnya
1.
Indirect cost
Intangible cost
Average cost
Marginal cost
Opportunity cost
Fixed Cost
Biaya yang tidak dipengaruhi oleh perubahan kuantitas
atau volume luaran (output) dalam waktu yang singkat
(biasanya dalam 1 tahun)
Contoh: biaya listrik pada klinik rawat jalan, gaji pokok
The cost of maintaining the physical structure of an
outpatient clinic is fixed, regardless of the number of
patients seen there.
Contoh II
Penentuan Unit Cost Rawat Inap Kelas III Bangsal Psikiatri
Rumah Sakit X
Total biaya operasional Unit Rawat Inap Kelas III Bangsal
Psikiatri Rumah Sakit X.
8. Marginal Cost
Perubahan total biaya hasil dari bertambah atau
berkurangnya unit dari keluaran (output)
Contoh:
Contoh 2
Mr. S Pendapatan per bulan Rp 8.000.000 (Rp
266.000/hari) masih single dan tinggal sendiri.
Mr.S Sakit dan tidak masuk kerja 4 hari
CONTOH KASUS
A Cost-Benefit Analysis of Electronic Medical Records
in Primary Care
Desain analisis :
Riwayat medik elektronik dapat kualitas pelayanan
terhadap pasien dan kesalahan medikasi
Tujuan: mengestimasi keuntungan atau biaya finansial
bersih dari implementasi sistem elektronik riwayat medis
pada pelayanan kesehatan.
Pembanding : riwayat medis berbasis kertas
Biaya : System costs (software dan hardware;
pelatihan; implementasi ; biaya pemeliharaan dan
pendukung lainnya) ; Induced costs biaya yang
terlibat dalam masa transisi dari sistem lama
(menggunakan kertas) menjadi sistem elektronik
(penurunan produktivitas provider sementara).
Keuntungan : averted costs (biaya yang dapat dihemat)
dan increased revenue (peningkatan pendapatan)
presentase penghematan biaya setelah dilakukannya
implementasi sistem baru. Kategori: Payer-independent
benefits; Benefits under capitated reimbursement;
Benefits under fee-for-service reimbursement
Kesimpulan : Penggunaan sistem rekam medik
elektronik memberikan manfaat terhadap peningkatan
kualitas pelayanan terhadap pasien dan memberikan
manfaat dari segi biaya. Keuntungan biaya terbesar
diperoleh dari pengurangan pengeluaran obat dan
peningkatan pemanfaatan tes radiologi.
- Bila biaya bersih obat A < obat B dan manfaat obat A >
obat B (X3) obat A lebih cost effective dari obat B
- X2 obat B lebih cost effective dari obat A
- X1 sulit dinalai, obat A lebih besar manfaatnya tetai
lebih mahal dibanding obat B
- X4 sulit dinalai, obat A lebih kecil manfaatnya tetai
lebih murah dibanding obat B
Perhitungan
Cost Effectiveness Ratio
Rasio dari total biaya dibagi dengan manfaat yang
dihasilkan
Effect
(LYG)
Incremental
cost (C)
Incremental
effect (E)
ICER
(C/E)
P1
125,000
1,300
125,000
1,300
96.15
P2
100,000
1,500
-25,000
200
-125
P3
160,000
2,000
60,000
500
120
P4
140,000
2,200
-20,000
200
-100
P5
170,000
2,600
30,000
400
75
Incremental
cost (C)
Incremental
effect (E)
ICER
(C/E)
P1
125,000 1,300
125,000
1,300
96.15
P2
100,000 1,500
-25,000
200
-125
P3
160,000 2,000
60,000
500
120
P4
140,000 2,200
-20,000
200
-100
P5
170,000 2,600
30,000
400
75
Incremental
cost (C)
Incremental
effect (E)
ICER
(C/E)
P2
100,000 1,500
100,000
1,500
66.67
P4
140,000 2,200
40,000
700
57.14
P5
170,000 2,600
30,000
400
75.00
Incremental
cost (C)
Incremental
effect (E)
ICER
(C/E)
P4
140,000
2,200
140,000
2,200
63.64
P5
170,000
2,600
30,000
400
75.00
Kesimpulan
Terapi profilaksis dengan micafungin dapat mengurangi
biaya rumah sakit, dan biaya total pasien, dibandingkan
dengan terapi profilaksis dengan flukonazol
Jurnal 2 (lebih ke CUA outcome QALY)
CEA of EGFR mutation testing and gefitinib as firstline therapy for non-small cell lung cancer
Membandingkan cost-effectiveness dari 2 perlakuan:
EGFR-testing strategy : Melakukan tes EGFR sebelum
terapi. Bila + : diberi gefitinib. - : karboplastin-paclitaxel
No EGFR-testing strategy : Tidak dilakukan tes genetik.
Semua pasien diberi karboplastin-paclitaxel
Biaya yang dikeluarkan dan outcome dari pasien tanpa
mutasi EGFR dianggap sama yang dinilai hanya
biaya tes genetik
Pengukuran: ICER
Outcome: Quality-Adjusted Life Years (QALYs)
Keinginan membayar: 5-6 juta per 1 QALY
Perlakuan
Kelebihan CMA
Mudah dan sederhana dilakukan
hanya langsung menghitung biaya suatu intervensi
karena diasumsikan outcome sudah ekuivalen
Kekurangan
Jenis intervensi yang dapat diukur dengan metode ini
sangat terbatas
hanya intervensi yang ekuivalen. Tidak dapat
dilakukan apabila intervensi yang dibandingkan
memiliki outcome yang berbeda/ tidak ekuivalen
Biaya yang dihitung
Dihitung biaya akuisisi dari setiap obat yang
dbandingkan hitung biaya total dalam rangkaian
pengobatan dosis per hari, jumlah hari perawatan
Biaya akuisisi : biaya atas pembelian obat, alat
kesehatan dan/atau intervensi kesehatan, baik bagi
individu pasien maupun institusi.
Hitung biaya untuk jasa apoteker, perawat dan
dokter yang berhubungan dengan penggunaan setiap
obat yang dibandingkan.
Hitung biaya peralatan yang digunakan untuk
menunjang penggunaan setiap obat.
Hitung biaya pemeriksaan laboratorium yang
berhubungan dengan penggunaan setiap obat
Hitung biaya dari faktor-faktor lain yang jumlahnya
signifikan
HITUNG BIAYA TOTAL YANG DIGUNAKAN
OLEH SETIAP OBAT DAN BANDINGKAN
DIPEROLEH OBAT DENGAN BIAYA PALING
MINIMAL
Cara pengambilan kesimpulan
Menentukan kesetaraan (equivalence) dari intervensi
yang akan dikaji.
Hasil pengobatan dari intervensi (diasumsikan) sama
Bandingkan biaya yang dibutuhkan
Ambil biaya yang paling kecil per periode terapi
CONTOH KASUS
Contoh :
o Intervensi A memungkinkan pasien untuk hidup
selama tiga tahun lebih lama daripada jika tidak ada
intervensi medis dengan kualitas hidup sebesar 0,6
dengan biaya 12 juta rupiah. Sedangkan intervensi B
memberikan dua tahun tambahan hidup dengan
kualitas hidup pasien sebesar 0,75 dengan biaya 11
juta rupiah.
o Keuntungan
= QALY A QALY B
= (3 x 0,6) (2 x 0,75)
= 1,8 1,5
= 0,3
o ICER A = Biaya A / QALY A
= Rp 12.000.000 / 1,8
= Rp 6.666.666 / QALY
o ICER B = Biaya B / QALY B
= Rp 11.000.000 / 1,5
= Rp 7.333.333/QALY
ICER sering digunakan untuk menentukan prioritas
relatif ketika menentukan pengobatan untuk pasien
Kelebihan CUA :
o CUA menggabungkan output kualitas kesehatan yg
dicapai.
o Dibandingkan dengan CEA, CUA memungkinkan
perbandingan lintas program kesehatan dan
kebijakan yang berbeda dengan menggunakan
satuan umum ukuran.
o CUA memberikan analisis yang lebih lengkap dari
keseluruhan manfaat dibandingkan dengan CBA
yang lebih sederhana.
Kekurangan CUA :
o Manfaat dan biaya sosial seringkali tidak
diperhitungkan.
o Beberapa ekonom percaya bahwa mengukur QALY
lebih sulit daripada mengukur nilai moneter hidup
melalui peningkatan kesehatan.
o Kecenderungan penilaian yang terjadi bersifat
subjektif
2. Magnitude Estimation
o metode psikotrometrik yang umum dilakukan
o Subjek diminta untuk membandingkan 2 kondisi
(yang lebih buruk dan yang lebih baik). Misalnya,
suatu kondisi kesehatan A apakah 2 kali atau 3
kali lebih buruk dari kondisi kesehatan B. jika
kondisi B setengah kali buruknya kondisi A,
berarti kondisi A dua kali lebih buruk dari kondisi
B.
3. Standard Gamble
o Bisa dipakai untuk mengukur preferensi kondisi
kronis. Sangat bergantung pada apakah kondisi
kronis itu mengarah pada kematian atau lebih
buruk dari kematian.
1.
X dosis tunggal
$2980
X dosis ganda
$2940
N/A
$
$
$
$3192
$40
$
$
$
$3140
Total
Delta C
%
AE
biaya
(AC)
A
500
20
500
20
B
1000
25
500
5
c
2000
30
1000
5
a. Berapakah niai ACER dari masing2 obat?
b. Berapakah nilai ICER nya
c. Manakah yg lebh effective cost
3. Suatu RS menyediakan PIO dimana satu apoteker
melayani 4 pasien per jam. Gaji apoteker Rp
100.000 per jamnya. Jika ada 6 pasien, maka
dibutuhkan 2 apoteker
a. Berapakah dana tambahan yang harus
ditambahkan PSA