Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
average
of
mathematical
problem
solving
Mahasiswa
Dosen
2,3
Selanjutnya,
berdasarkan
pengalaman
peneliti
ketika
melaksanakan penerapan perangkat pembelajaran di SMA Negeri
Tugumulyo, terlihat bahwa siswa mengalami kesulitan ketika diberikan
pertanyaan yang tidak rutin. Hal ini terbukti bahwa hanya beberapa
siswa yang mampu menyelesaikan soal yang diberikan. Itu terjadi
karena siswa belum terbiasa menyelesaikan soal yang membutuhkan
pemahaman, perencanaan, penyelesaian dan menemukan hasil.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan
Tabel
1
Pedoman Penskoran Kemampuan
Pemecahan Masalah
Skor Memahami
Membuat
Melakukan
Memeriksa
Masalah
Rencana
Perhitungan Kembali Hasil
Pemecahan
0
Salah
Tidak
Tidak
Tidak
ada
ada
mengintermelakuka
pretasikan/s rencana
n
pemeriksaan
al ah sama
perhitung
,
atau tidak
sekali
an
membu
ada
at
1
Salah
Membuat
Melaksanaka keterangan
Ada
n
menginterrencana
pemeriksaan
pretasikan
pemecahan
tetapi
prosedur
sebagian
yang tidak
yang benar tidak tuntas
soal,
dapat
dan
mengabaika dilaksanakan
mungkin
n
sehingga
menghasilk
tidak dapat
an jawaban
dilaksanakan
yang benar
tapi
salah
2
Memahami
Membu
Melakukan
Pemeriksaan
at
masalah
proses
dilaksanakan
soal
rencana yang yang benar untuk
selengkapny benar
melihat
tetapi dan
a
salah
dalam mendapatka kebenaran
proses
hasil/tidak ada n hasil
yang
benar
hasil
3
Membuat
rencana
yang
benar,
tetapi tidak
4
Membu
at
rencana sesuai
dengan
prosedur dan
mengarah
pada
solusi
Skor
Skor maksimal
Skor
Skor
maksimal
4
maksimal
maksimal 2
2
2 (Fauziah, 2010:40)
Kriteria kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini
dimodifikasi dari Redhana (2013:79). Skor tertinggi untuk tiap soal
pemecahan masalah sesuai dengan pedoman penskoran pemecahan
masalah matematis di atas adalah 10 dan skor terendah untuk tiap
soal adalah 0. Adapun kriteria kemampuan pemecahan masalah
matematika yang diperoleh siswa dapat dilihat pada tabel 2:
Tabel
2
Kriteria Penggolongan Kemampuan
Pemecahan Masalah
Rentangan Skor
0,00
2,00
2,01
4,00
4,01
6,00
6,01
8,00
8,01
10,00
Kriteri
a Kurang
Sangat
Kuran
g
Cuku
p
Bai
k
Sangat
Baik
Dimodifikasi
dari Redhana
(2013:79)
2.
Model Problem Based
Learning
Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang
berorientasi pada masalah yang dapat ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari dan menuntut siswa untuk lebih aktif melakukan analisis
untuk memecahkan masalah. menurut Sani (2014:127) Problem Based
Learning merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan
dengan cara menyajikan suatu masalah, mengajukan pertanyaanpertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan membuka dialog.
Permasalahan yang dikaji hendaknya merupakan permasalahan
kontekstual yang ditemukan oleh peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari. Lebih lanjut menurut Sani (2014:127) pembelajaran ini
menuntut siswa untuk aktif melakukan penyelidikan dalam
menyelesaikan permasalahan dan guru berperan sebagai fasilitator
atau pembimbing.
Menurut Sani (2014:133-134) ciri-ciri Problem Based Learning
adalah: (1) belajar dimulai dengan mengkaji permasalahan; (2)
permasalahan berbasis pada situasi dunia nyata yang kompleks; (3)
siswa bekerja berkelompok; (4) beberapa informasi yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan permasalahan tidak diberikan; (5) siswa
mengidentifikasi, menenmukan dan menggunakan sumber yang
sesuai; (6) belajar secara aktif.
Adapun langkah-langkah model Problem Based Learning yang
diterapkan dalam penelitian ini adalah: (1) memberikan orientasi
permasalahan kepada siswa; (2) siswa menganalisis masalah; (3) siswa
merumuskan hipotesis; (4) siswa mengumpulkan data yang diperlukan;
(5) siswa menguji kebenaran hipotesisnya; (6) guru memilih salah satu
siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya; (7) guru mengevaluasi
hasil penyelesaian masalah.
Menurut Warsono & Hariyanto (2012:152) kekuatan atau
kelebihan model
Problem Based Learning, yaitu: (a) siswa akan terbiasa menghadapi
masalah dan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah, tidak
hanya terkait dengan pembelajaran dalam kelas, tetapi juga
mengahadapi masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari; (b)
memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan temanteman sekelompok kemudian berdiskusi dengan teman-teman
sekelasnya; (c) makin mengakrabkan guru dengan siswa; (d) karena da
7.2
4
4
3
2
1
0
82.50
%
17.50%
Pre-test
Post-test
Jumlah
Sisw
a