Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Samantha
102011399/F3
Mahasiswa FK UKRIDA Semester 3
FK UKRIDA 2012
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
violinchoco@gmail.com
Pendahuluan
Indonesia adalah negara tropis dimana banyak spesies-spesies binatang yang beragam
hidup di dalamnya. Indonesia memiliki banyak spesies serangga. Serangga ini bisa menjadi
vektor dari beberapa penyakit salah satunya adalah penyakit kaki gajah atau disebut juga
dengan filariasis. Filariasis ini mempunyai vektor yaitu nyamuk. Perkembangan nyamuk ini
sangat pesat di negara tropis seperti Indonesia, maka Indonesia juga merupakan negara
endemis untuk penyakit ini. Di Jakarta sendiri penyakit ini masih ditemui terutama di daerah
pinggiran.
Penyakit filariasis ini membuat bengkak pada bagian tungkai atau tangan. Seseorang
bisa terkena filariasis karena tergigit nyamuk yang membawa larva cacing dalam stadium
infektif. Ketika cacing ini berkembang dalam tubuh manusia maka ia akan mengganggu
sistem limfatik sehingga aliran dari limfatik ini disumbat dan dapang mengakibatkan udem
atau bengkak. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai penyakit filariasis
tersebut.
Pembahasan
Anamnesis
Skenario seorang laki-laki berusia 40th dengan keluhan bengkak pada tungkai kirinya
sejak 1 bulan yang lalu. Bengkak awalnya muncul mulai dari telapak kaki kemudian
membesar sampai ke tungkai dan lama-lama terasa nyeri sampai sulit berjalan. Pasien
mengeluh demam naik turun setiap 3 hari tapi tidak terlalu tinggi. Pada saat BAK kencingnya
berwarna putih susu. Pasien tinggal di daerah kumuh sehingga sering terkena gigitan nyamuk
Keluhan utama bengkak pada tungkai kaki terasa nyeri sehingga sulit berjalan
Keluhan penyerta demam yang naik turun setiap 3 hari, kencing seperti putih susu
Sanitasi pasien buruk, tinggal di daerah kumuh dan padat
Pemeriksaan fisik dan penunjang
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien tampak sakit sedang. Kasadaran compos
mentis artina pasien masih sadar sepenuhnya sehingga ia bisa memberikan keterangan sendiri
atas penyakitnya. TD = 110/70mmhg. HR = 90x/menit, RR = 20x/ menit. Tungkai kaki kiri
edema non pitting, nyeri pada saat ditekan.
Pemeriksaan penunjang belum dilakukan, tetapi untuk memastikan penyakit pasien ini kita
dapat melakukan pemeriksaan penunjang. Ada 2 cara yang dapat kita lakukan. Pertama yaitu
menggunakan sediaan darah tebal yang diambil saat malam hari lalu kita liat dibawah
mikroskop jika ada mikrofilaria pada sediaan tersebut maka pasien positif filariasis.
Pengambilan sediaan darah tebal ini sebaiknya dilakukan diantara jam 8 malam sampai jam 2
pagi, hal ini dikarenakan periodisitas mikrofilaria tertinggi pada jam-jam tersebut sehingga
akan lebih mudah melakukan pemeriksaan. Kedua kita lakukan biopsi pada kelenjar atau
jaringan limfe, pada kasus ini kita dapat mengambil di tungkai kirinya, jika terdapat potongan
cacing dewasa maka pasien positif filariasis.1
Etiologi filariasis disebabkan oleh infestasi satu atau lebih cacing jenis filaria, yaitu
Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori.1
Epidimiologi ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, India, Cina Selatan, Jepang,
kepulauan pasifik, australia, afrika, amerika selatan, dan Indonesia ditemukan di daerahdaerah endemik. Di indonesia filarialis telah tersebar luas hampir di semua propinsi,
berdasarkan laporan dari daerah dan hasil survey pada tahun 2000 tercatat sebanyak 6500
kasus kronis di 1553 desa pada 231 kabupaten atau 26 propinsi. Pada tahun 2005 kasus kronis
dilaporkan sebanyak 10.237 orang yang tersebar di 373 kabupaten/kota di 33 propinsi.2,3
Penyebab filariasis di Indonesia ada 3 spesies untuk itu kita akan membahasnya satu per satu.
Hospes dan habitatnya hospes definitnya manusia. Tempat cacing dewasa tinggal di
kelenjar limfe.
Wuchereria bancrofti
Cacing dewasa hidup dalam pembuluh dan kelenjar limfe. Cacing betina ukurannya
65-100mm x 0,25mm. Sedangkan cacing jantan mempunyai ukuran 40mm x 0.1 mm. Cacing
betina mengeluarkan mikrofilaria. Mikrofilaria ini mempunyai ukuran 250-300 mikron x 7-8
mikron. Mikrofilaria bersarung dan pada umumnya ditemukan dalam darah tepi dan pada
waktu malam hari karena periodisitasnya nokturna.2,4
Prevalensi mikrofilaria meningkat bersamaan dengan umur pada anak-anak dan
meningkat antara umur 20-30 tahun, pada saat usia pertumbuhan, serta lebih tinggi laki-laki
dibanding wanita.5
Parasit ini ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk. Pada daerah perkotaan ditularkan
oleh nyamuk Culex quinquefasciatus sedangkan pada daerh pedesaan parasit ini dibawa oleh
nyamuk Anopheles atau aedes.1 Di Indonesia ada 23 spesies nyamuk yang diketahui
bertindak sebagai vektor dari genus: mansonia, culex, anopheles, aedes dan armigeres.
W. bancrofti perkotaan vektornya culex quinquefasciatus
W. bancrofti pedesaan: anopheles, aedes dan armigeres
B. malayi : mansonia spp, an.barbirostris.
B. timori : an. barbirostris.
Faktor yang mempengaruhi seseorang terkena filariasis :
reservoir, vector
lingkungan social ekonomi budaya : Pengetahuan, sikap dan perilaku, adat Istiadat,
Kebiasaan dsb,
Ekonomi: Cara Bertani, Mencari Rotan, Getah Dsb
Di dalam tubuh nyamuk kedua parasit inu juga mengalami pergantian kulit 2 kali
berkembang dari larva stadium 1 sampai larva stadium 3. Di dalam tubuh manusia
perkembangan kedua parasit ini juga disebut sebagai perkembangan W.bancrofti.4
Patologi
Tidak semua pengandung W.bancrofti menjadi sakit. Mikrofilaria umumnya tidak
menimbulkan kelainan, yang menyebabkan gejala adalah bentuk cacing dewasa, yaitu
limfadenitis dan limfangitis retrograd pada stadium akut disusul dengan obstrudi menahun
10-15 tahun kemudian. Gejala peradangan terutama terjadi pada kedua daerah ingual, alat
kelamin, payudara, tungkai, dan lengan. Pada laki-laki yang paling sering dijumpai adalah
funiculitis, epididimitis dan orkitis.2
Cacing dewasa hidup di pembuluh getah bening aferen atau sinus kelenjar getah
bening dan menyebabkan pelebaran pembuluh getah bening dan penebalan dinding
pembuluh. Infiltrasi sel plasma, eosinofil, dan makrofag di dalam dan sekitar pembuluh getah
bening yang mengalami inflamasi bersama dengan ploliferasi sel endotel dan jaringan
penunjang, menyebabkan berliku-likunya sistem limfatik dan kerusakan atau inkompetensi
katup pembuluh getah bening.5
Limfedema dan perubahan kronik akibat statis bersama dengan edema keras terjadi
pada kulit yang mendasarinya. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat filariasis ini
disebabkan oleh efek langsung dari cacing ini dan oleh respon imun pejamu terhadap parasit.
Respon imun ini dipercaya menyebabkan proses granulomatosa dan proliferasi yang
menyebabkan obstruksi total pembuluh getah bening. Diduga bahwa pembuluh-pembuluh
tersebut tetap paten selama cacing tetap hidup dan bahwa kematian cacing tersebut
menyebabkan reaksi granulomatosa dan fibrosis. Dengan demikian terjadilah obstruksi
limfatik dan penurunan fungsi limfatik.5
Adakalanya tidak menimbulkan gejala sama sekali terutama bagi penduduk yang
sejak kecil sudah berdiam di daerah endemik. Gejala peradangan tersebut sering timbul
setelah bekerja berat dan dapat berlangsung antara beberapa hari hingga beberapa minggu (23 minggu). Gejala dari limfadenitis adalah nyeri lokal, keras didaerah kelenjar limfe yang
terkena dan biasanya disertai demam, sakit kepala dan badan, muntah-muntah, lesu, dan tidak
nafsu makan. Stadium akut ini lambat laun akan beralih ke stadium menahun dengan gejalagejala hidrokel, kiluria, limfedema, dan elephantiasis.5
Karena filariasis bancrofti dapat berlangsung selama beberapa tahun, maka ia dapat
mempunyai perputaran klinis yang berbeda-beda. Reaksi pada manusia terhadapa infeksi
filaria berbeda-beda, tidak mungkin stadium ini dibatasi dengan pasti, sehingga sering kali
kita membaginya atas dasar akibat infeksi filaria yaitu : 1). Bentuk tanpa gejala; 2). Filariasis
dengan peradangan; 3). Filariasis dengan penyumbatan.5
Pada penderita mikrofilaremia tanpa gejala klinis, pemeriksaan dengan limfosintigrafi
menunjukkan adanya kerusakan saluran limfe. Cacing dewasa hidup dapat menyumbat
saluran limfe dan terjadi dilatasi pada saluran limfe, disebut lymphangiektasia. Jika jumlah
cacing dewasa banyak dan lymphangiektasia terjadi secara intensif menyebabkan disfungsi
sistem limfatik. Cacing dewasa yang mati menyebabkan reaksi inflamasi. Setelah infiltrasi
limfositik yang intensif, lumen tertutup dan cacing mengalami kalsifikasi. Sumbatan sirkulasi
limfatik terus berlanjut pada individu yang terinfeksi berat sampai semua saluran limfatik
tertutup menyebabkan limfedema di daerah yang terkena. Selain itu juga terjadi hipertrofi
otot polos di sekitar daerah terkena.4
Umumnya penduduk yang tinggal di daerah endemis tidak menunjukkan reaksi
perdagangan yang berat, walaupun mereka mengandung banyak mikrofilaria. Pada
pemeriksaan dengan radionukleotida menunjukkan adanya gangguan drainase limfatik.4
Filariasis dengan peradangan. Manifestasi terakhir yang biasanya terlihat di awal
infeksi pada mereka dengan infeksi primer adalah limfangitis. Limfangitis terjadi di sekitar
larva dan cacing dewasa muda yang sedang berkembang, mengakibatkan inflamasi eosinofil
akut. Infeksi ini berdasarkan fenomen alergik terhadap metabolisme cacing dewasa yang
hidup atau mati, atau sekunder, infeksi oleh streptococcus dan jamur. Demam, menggigil,
sakit kepala, muntah, dan kelemahan menyertai serangan tadi, dapat berlangsung beberapa
hari sampai beberapa minggu, dan yang terutama terkena adalah saluran limfe ketiak,
tungkai, epitrochlear dan alat genital. Pada orang laki-laki umumnya terdapat funikulitis
disertai dengan penebalan dan rasa nyeri, epididimitis, orkitis dan pembengkakan skrotum.5
Demam pada filaria terjadi karena adanya inflamasi yang berawal dari kelenjar getah
bening (biasanya KGB inguinal) dengan perluasan retrograd ke bawah aliran getah bening
dan disertai edema dingin. Di sini, inflamasi tampaknya diperantarai oleh imun dan kadang
(10-20% kasus) beberapa episode inflamasi diawali dengan infeksi kulit. Salah satu gejala
lain yang kadang timbul pada filariasis adalah hematuria. Sekitar 40% pasien dengan
mikrofilaremia terdapat hematuria dan proteinuria yang menunjukkan adanya kerusakan
ginjal dalam derajat rendah.5
Filariasis dengan penyumbatan merupakan stadium menahun. Stadium ini terjadi
jaringan granulasi yang poliferatif serta terbentuk varises saluran limfe yang luas. Kadar
protein yang tinggi dalam jaringan limfe merangsang pembentukan jaringan ikat dan kolagen.
Penyumbatan duktus torasikus atau saluran limfe perut bagian tengan turut mempengaruhi
skrotum dan penis pada laki-laki dan bagian luar alat kelamin wanita (jadi elephantiasis
menahun). Infeksi pada kelenjar inguinal dapat mempengaruhi tungkai dan bagian luar alat
kelamin.5
Limfedema tungkai pada filariasis bisa dibagi dalam 4 tingkat. Tingkat 1 edema
pitting yang dapat kembali normal bila tungkai diangkat. Tingkat 2 pitting/non pitting edema
yang tidak dapat kembali jika tungkai diangkat. Tingkat 3 edema non pitting tidak dapat
kembali normal bila tungkai diangkat, kulit menjadi tebal. Tingkat 4 edema non pitting
dengan jaringan fibrosis dan verukosa pada kulit.5
Bila saluran limfe kandung kencing dan ginjal pecah akan timbul kiluria, sedangkan
episode berulang adenolimfangitis pada saluran testis yang mengakibatkan pecahnya tunika
vaginalis akan terjadi hidrokel/kolakel, dan bila yang pecah saluran limfe peritonium terjadi
asites kilus.5
Beberapa penyakit yang mempunyai gejala sama dengan filariasis :
Penyakit beri-beri adalah penyakit yang mengenai saraf yang disebabkan oleh
kekurangan makanan pada bagian yang disebut sebagai ancurian atau thiamin(kekurangan
vitamin B1). Zat tersebut ditemukan opleh Dr. Eykman. Vitamin B1 banyak terdapat pada
kulit ari beras, ragi, susu, buah dan sayuran segar. Karena kurangan vitamin inilah maka
pertukaran hidrat arang jadi terganggu. Inilah yang menyebabkan sesorang itu akan
terkena penyakit beri-beri.
Gejala-gejala yang sering timbul pada Penderita penyakit beri-beri :
Tungkai lekas capai bila berdiri atau berjalan yang agak lama.
Urat-urat pada betis terasa sakit dan sulit kalau hendak berjalan.
Kaki bengkak (ankle edema) adalah pembengkakan pada tungkai bawah yang
disebabkan oleh penumpukan cairan pada kaki tersebut. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan ankle edema ini. Faktor yang berperan adalah kadar protein (albumin) dalam
darah yang rendah, fungsi pompa jantung menurun, sumbatan pembuluh darah atau
pembuluh limfe, penyakit liver dan ginjal kronis, posisi tungkai terlalu lama tergantung
(gravitasi). Ankle edema ini terjadi pada kedua tungkai tetapi dapat juga terjadi pada satu
tungkai saja. Ankle edema hanya satu tungkai saja disebabkan karena aliran pembuluh darah
atau pembulih limfe tersumbat, sumbatan ini dapat terjadi karena darah yang kental lalu
membeku didalam pembuluh darah atau massa tumor yang menekan pembuluh darah atau
pembuluh limfe.
Pemeriksaan yang dilakukan sangat mudah yakni dengan menekan pada daerah mata
kaki akan timbul cekungan yang cukup lama untuk kembali pada keadaan normal.
Pemeriksaan lanjutan untuk menentukan penyebab dari ankle edema adalah menentukan
kadar protein darah dan di air seni (urin), pemeriksaan jantung (Rontgen dada, EKG), fungsi
liver dan ginjal.7
Pembengkakan pada kaki baik disertai rasa nyeri maupun tanpa rasa nyeri merupakan
sinyal lampu kuning bahwa ada sesuatu yang tidak normal pada tubuh kita.Kondisi ini bisa
menyiratkan kelainan yang ringan sampai kepada kelainan sangat serius yang melibatkan
organ-organ vital kita. Karenanya apabila kita mengalami pembengkakan di sekitar
pergelangan kaki (ankle) dalam waktu yang cukup lama, sangatlah bijak bilamana kita tidak
menyepelekan atau mengobati sendiri (self medication) dengan mengurut dan sebagainya.
Secara prinsip pembengkakan terjadi karena adanya water retension (penimbunan air)
di dalam tubuh dan dengan adanya pengaruh gravitasi maka wilayah betis dan kaki kitalah
yang paling sering mengalami pembengkakan (edema) ini. Air yang merupakan komponen
terbesar dalam darah secara fisiologis memang akan keluar dari pembuluh darah kapiler
menuju ke sel-sel di sekitarnya untuk memberikan nutrisi kepada sel-sel itu. Setelah itu air
tersebut akan diserap kembali masuk ke pembuluh darah dan mekanisme keluar masuk ini
diatur dengan seimbang oleh hormon dan zat yang menyerupai hormon yang dinamakan
prostaglandin. Persoalan timbul apabila air yang keluar dari pembuluh darah lebih banyak
daripada air yang diserap masuk kembali ke pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
adanya perubahan tekanan atau kebocoranpada pembuluh kapiler, sehingga air akan
membanjiri sel-sel di luar pembuluh kapiler itu.
Penyebab pembengkakan (swelling) yang bersifat ringan antara lain karena posisi
berdiri atau berjalan yang lama, posisi duduk yang lama (misalnya dalam perjalanan pesawat
atau mobil jarak jauh), kehamilan, kelebihan berat badan (overweight) dan pada trauma
pergelangan kaki (terkilir). Pembengkakan ini akan menghilang apabila penyebabnya sudah
tidak ada lagi. Namun pembengkakan ini bisa permanen sifatnya dan biangnya adalah
kerusakan organ-organ vital kita. Yang paling menakutkan adalah pembengkakan yang
disebabkan oleh karena gagal jantung, gagal ginjal dan gagal hati.
Pada gagal jantung kekuatan jantung memompa darah jauh menurun sehingga
terjadiwater retension yang mencolok. Pada gagal ginjal terjadi penurunan drastis
kemampuan ginjal menyaring darah dan mengubahnya menjadi air seni (urine) sehingga
efeknya juga menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh khususnya di daerah kaki dan
betis. Beberapa jenis obat-obatan yang diminum dalam waktu lama diketahui dapat
menyebabkan kerusakan pada ginjal dan berujung pada gagal ginjal. Obat tersebut antara
lain analgesik (penghilang rasa nyeri) seperti aspirin,paracetamol dan NSAIDS. Obat lain
yang dapat menyebabkan nephropathy(kerusakan ginjal) adalah allopurinol. Obat yang
sering dipakai untuk mengatasi pembengkakan kaki karena gout ( orang awam mengatakan
sakit asam urat) juga terbukti menyebabkan terbentuknya batu ginjal dan berlanjut kepada
kerusakan ginjal.8
Hal
ini
(memblokir)xanthine
disebabkan
oxydase salah
satu
unsur
yang
dengan
menghambat
mempunyai
fungsi
mengubah hypoxanthinemenjadi xanthine dan selanjutnya menjadi asam urat. Xanthine ini
tidak larut dalam air sehingga penumpukan dalam bentuk kristal akan mengakibatkan batu
ginjal (kidney stones). Jadi mungkin kita perlu berhati-hati agar tidak mengalami nasib buruk
mengobati pembengkakan kaki karena gout malahan mengalami pembengkakan kaki karena
gagal ginjal.
Pembengkakan kaki ini juga dapat pula diakibatkan penyumbatan pada kelenjar limfa
pada tungkai bawah, penyumbatan pembuluh vena karena bekuan darah (clot) yang
disebut deep vein thrombosis yaitu kerusakan klep (valve) pada pembuluh darah balik
tungkai bawah sehingga darah yang seharusnya dipompa kembali ke jantung meluncur
turun kembali ke arah bawah. Pada kelainan deep vein thrombosis (DVT)kita tidak
dibenarkan untuk melakukan pengurutan (massage) karena dikawatirkan bekuan darah ini
akan terlepas mengalir ke arah jantung,paru atau otak dengan akibat yang fatal.8
Sindrom nefrotik
Pada kasus dewasa sindroma nefrotik yang jelas terlihat edema pada kaki dan
genitalia. Hal ini disebabkan karena terjadi proteinuria akibat peningkatan permeabilitas
membran glomelurus. Sebagian besar protein dalam urin adalah albumin sehingga jika laju
sintesis hepar dilampaui, meski telah berusaha ditingkatkan terjadi hipoalbuminemia. Hal ini
menyebabkan retensi air dan garam. Gejala utama adalah :1
1. ditemukan edema generalisata, edema jelas pada kaki namun dapat ditemukan juga di
2.
3.
4.
5.
Limfadenopati
Merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya gangguan pada kelenjar limfe.
Gangguan yang terjadi adalah pembengkakan/pembesaran pada saluran maupun kelenjar
limfe. Limfadenopati bisa disebabkan oleh Infeksi akut atau kronis ;Tumor : primer (Hodgkin
dannon hodgkin), sekunder(metastasedariorgan/jaringanlain) ; Autoimmun: SLE
Immunocompromised: AIDS. Jika terjadi pembesaran atau bengkak pada saluran atau
kelenjar limfe di daerah inguinal maka bs terjadi edema pada tungkai kaki. Penyakit ini perlu
pemeriksaan lebih lanjut karena berhubungan dengan penyakit autoimun.9
Kesimpulan diagnosa
Pada pasien dapat kita lihat lingkungannya mempunyai vektor yaitu nyamuk. Nyamuk
pembawa penyakit malaria, DBD, dan filariasis. Lalu pasien ini mengalami edema pada
tungkai kiri. Kita bandingkan dengan semua penyakit yang memiliki bengkak pada tungkai.
Pada beri-beri edema yang timbul adalah pitting sedangkan pada pasien non pitting. Bisa juga
karena gaya gravitasi maka terjadi ankle edema yang bisa mengindikasikan gangguan pada
jantung tetapi edema yang timbul hanya sebagian dan akan terlihat juga gangguan pada
TD,RR, dan HR sedangkan pada pasien masih normal. Kita melihat pada sindrom nefrotik
dan limfadenopati perlu pemeriksaan lebih lanjut dalam laboratrium tetapi secara umum
edema yang ditimbulkan tidak hanya pada tungkai saja tetapi bisa di muka ataupun
menimbulkan asites.
Diagnosa yang paling mendekati ialah filariasis karena dikatakan ada vektor, lalu
terjadi edema pada tungkai, terjadi kiluria yaitu BAK warnanya seperti putih susu. Pasien
dikatatakan mengalami demam hal ini disebabkan karena adanya pembengkakan pada
kelenjar limfenya. Pasien belum dapat dipastikan terinfeksi oleh jenis cacingnya karena untuk
mengetahuinya perlu pemeriksaan lebih lanjut. Jadi pasien tersebut positif menderita
filariasis.
Pengobatan.1,3
1. Pengobatan Masal
dilakukan di daerah endemis (mf rate > 1%) dengan menggunakan obat Diethyl
Carbamazine Citrate (DEC) dikombilansikan dengan Albendazole sekali setahun selama
5 tahun berturut-turut. Untuk mencegah reaksi pengobatan seperti demam atau pusing
dapat diberikan Pracetamol.
Pengobatan massal diikuti oleh seluruh penduduk yang berusia 2 tahun ke atas, yang
ditunda selain usia 2 tahun, wanita hamil, ibu menyusui dan mereka yang menderita
penyakit berat.
2. Pengobatan Selektif
Dilakukan kepada orang yang mengidap mikrofilaria serta anggota keluarga yang tinggal
serumah dan berdekatan dengan penderita di daerah dengan hasil survey mikrofilaria <
1% (non endemis)
3. Pengobatan Individual (penderita kronis)
Semua kasus klinis diberikan obat DEC 100 mg, 3x sehari selama 10 hari sebagai
pengobatan individual serta dilakukan perawatan terhadap bagian organ tubuh yang
bengkak.
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
1. Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk
2. Memberantas nyamuk serta sumber perindukan
3. Meminum obat anti penyakit gajah secara masal
Prognosis
Pada stadium mikrofilaria serta pembengkakan kelenjar maupun saluran limfe (kasuskasus dini dan sedang) dapat disembuhkan dengan pengobatan DEC, hal ini berati
prognosisnya baik. Tetapi pada kasus-kasus menahun yang berlanjut seperti elefantiasis akan
lebih sulit pengobatannya, yang berarti prognosisnya buruk.1,5
Daftar Pustaka
1. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R,dkk. Kapita selekta kedokteran. Jakarta : media
aesculapsius ; 2009.
2. Safar R. Parasitologi kedokteran : protozoologi, helmintologi, entomologi. Bandung :
Yrama media ; 2009.
3. Depkes. Mengenal penyakit kaki gajah. Pppl depkes ; direktorat pengendalian
penyakit bersumber binatang;2009.
4. Sutanto I, Ismid S, Sjahrifuddin PK,dkk. Parasitologi kedokteran. Jakarta :
departemen parasitologi FKUI ; 2008.
5. Pohan HT. Ilmu penyakit dalam : filariasis. Jakarta : interna publishing ; 2010.
6. Fkuisu. Penyakit beri-beri. Medan : fkuisu ; 2011. Diunduh dari
http://www.fkuisu.ac.id/1356/penyakit-beri-beri/, 15 november 2012.
7. Nito I. Ankle edema. Penyakit internist. Diunduh dari
http://imrannito.com/2008/11/kaki-bengkak-ankle-edema.html, 15 november 2012.
8. Aini ZM, Jamaluddin, Dama D. Tutor bengkak : mekanisme dasar penyakit. Kendari :
FK Haluoleo; 2011.
9. Iryani D. Fungsi sistem limfe, edema, dan limfadenopati. Padang : FK univ.andalas ;
2011.