Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang pada bagian
sebelumnya, maka timbul isu hukum yang akan di
bahas adalah sebagai berikut :
1.Hukum Persaingan Usaha Dalam Kerangka
Regulasi dan
Praktek di Indonesia
2.Analisa pertimbangan hukum Majelis Komisi
dalam
Putusan KPPU Nomor 08/KPPU-L/2004tentang
Dugaan
Persekongkolan Pengadaan Tinta Sidik Jari
Pemilu
Legislatif Tahun 2004
Metode Penulisan
Adapun penulisan didalam makalah ini menggunakan pendekatan undang-undang (statute
aproach), pendekatan konsepsual (conceptual approach) dan pendekatan kasus ( case
approach). Pendekatan Undang-Undang (statue approach) dilakukan dengan menelaah
peraturan baik yang berlaku secara nasional. Jadi penulisan didalam makalah ini
menitikberatkan pada peraturan yang terkait dengan larangan praktek didalam persaingan
usaha yakni persekongkolan.
Pendekatan konsepsual (conceptual approach) beranjak dari pandangan-pandangan dan
dokrin-dokrin yang berkembang didalam ilmu hukum. Jadi di dalam makalah ini menggunakan
berbagai prinsip dan teori hukum yang berkaitan dengan larangan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat menjadi landasan didalam membangun argumentasi.
Pendekatan kasus (case approach) adalah pendekatan dimana dalam kasus tertentu akan
dianalisa secara mendalam apakah dalam penegakan hukum kasus tersebut telah sesuai
dengan kaidah dan norma hukum yang telah ada atau tidak. Pada makalah ini mengambil
kasus No.08/KPPU-L/2004 tentang kasus dugaan persekongkolan pengadaan tinta sidik jari
pemilu legislatif tahun 2004.
Pembahasan
Dengan adanya implementasi hukum persaingan usaha yang bertujuan untuk
menghindari timbulnya persaingan usaha tidak sehat. Dimana Pasal 1 Angka (6)
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 menyatakan bahwa persaingan usaha tidak sehat
adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau
pemasaran barang dan jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan
hukum atau menghambat persaingan usaha. Pengertian persaingan usaha tidak sehat
ini dapat dilakukan dalam bentuk perjanjian yang dilarang dan kegiatan yang dilarang
serta penyalahgunaan posisi dominan.
Undang-undang No.5 Tahun 1999 pada dasarnya berisi larangan terhadap perjanjian,
kegiatan posisi dominan, yang bertentangan dengan prinsip persaingan usaha yang
sehat. Pengaturan ini dilakukan dengan sangat ketat untuk mencegah pelaku usaha
melakukan persaingan usaha tidak sehat yang dipandang akan merugikan bagi
masyarakat dan bangsa Indonesia.
Untuk mempersempit pembahasan masalah didalam makalah ini hanya terbatas
didalam larangan praktek monopoli persaingan usaha yang terdapat didalam UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999 pada passal 1 angka 8 dan bagian keempat pasal 22.
Persekongkolan mempunyai karakteristik tersendiri, karena dalam persekongkolan
(conspiracy/konspirasi) terdapat kerjasama yang melibatkan dua atau lebih pelaku
usaha yang secara bersama-sama melakukan tindakan melawan hukum.
Pembuatan nota kesepahaman oleh 5 (lima) peserta yaitu Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III,
Terlapor IV dan Terlapor V dalam melaksanakan proyek pengadaan tinta yang menjadi
bagian pemenang dari Terlapor I dan membagi keuntungan; Kesepakatan diantara 5 (lima)
peserta untuk memberikan uang tanda terima kasih sebesar Rp 400.000.000,00 (empat
ratus juta Rupiah) kepada KPU dan kesepakatan diantara 8 (delapan) peserta untuk
membiayai kunjungan ke India.
Bahwa terhadap Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VII,
Terlapor VIII, Terlapor IX dan Terlapor X, Majelis Komisi menilai yang bersangkutan
merupakan pelaku-pelaku persekongkolan yang telah merugikan negara sehingga patut
untuk dikenai ganti rugi dan atau denda.Bahwa denda yang dikenakan kepada Terlapor
I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V dan Terlapor X dibebankan kepada
perusahaan dan orang-orang yang terlibat dan atau turut terlibat dan atau menikmati
keuntungan hasil persekongkolan tersebut yaitu Lo Kim Muk, John Manurung, Hilmi
Rahman, Welly Sahat, Makmur Boy, Jackson Andree W. Kumaat, Nucke Indrawan, Musab
Mochammad, Melina Alaydroes dan Yulinda Juniarty.Bahwa ganti rugi yang dikenakan
kepada Terlapor VII, Terlapor VIII, dan Terlapor IX adalah sebesar nilai kerugian negara
Rp 2.159.233.800,00 (dua milyar seratus lima puluh sembilan juta dua ratus tiga puluh tiga
ribu delapan ratus Rupiah) dibagi rata untuk masing-masing Terlapor dimaksud.
belas juta tujuh ratus empat puluh empat ribu enam ratus Rupiah) yang harus
disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak
Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda
No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak dibacakannya putusan ini.
Menghukum Terlapor IX Konsorsium PT Lina Permai Sakti untuk membayar ganti
rugi sebesar Rp. 719.744.600,00 (tujuh ratus sembilan belas juta tujuh ratus
empat puluh empat ribu enam ratus Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas
Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen
Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Negara (KPPN)
Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank
Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh
hari) sejak dibacakannya putusan ini.
Menghukum Lo Kim Muk, John Manurung, Welly Sahat, Hilmy Rahman,
Makmur Boy, Jackson Andree W. Kumaat, Nucke Indrawan, Musab
Muhammad, Melina Alaydroes dan Yulinda Juniarty dalam bentuk larangan
untuk mengikuti dan atau terlibat dalam kegiatan pengadaan barang dan atau
jasa di KPU maupun KPUD selama 2 (dua) tahun sejak dibacakannya putusan
ini.
Menyarankan kepada atasan dan instansi penyidik untuk melakukan tindakan
dan pemeriksaan lebih lanjut terhadap Prof. Dr. Rusadi Kantaprawira, S.H. dan
R.M. Purba sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Putusan tersebut ditetapkan dalam Rapat Musyawarah Majelis Komisi pada
hari Kamis tanggal 30 Juni 2005 dan dibacakan dimuka persidangan yang
dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Senin tanggal 11 Juli 2005 oleh
anggota Majelis Komisi, Soy Martua Pardede, S.E., sebagai Ketua Majelis, Ir. H.
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut bukunya Dr. Andi Lubis, dkk, terdapat 3 (tiga) bentuk kegiatan persekongkolan yang di larang oleh UndangUndang No.5 Tahun 1999, yaitu persekongkolan tender ( Pasal 22), persekongkolan untuk membocorkan rahasia dagang
( Pasal 23), serta persekongkolan untuk menghambat perdagangan (Pasal 24), sebagai berikut ;
Persekongkolan Tender ( Pasal 22)
Dalam memori penjelasan Pasal 22 Undang-Undang No.5 Tahun 1999, tender adalah tawaran mengajukan sebuah harga
untuk memborong suatu pekerjaan , maupun untuk pengadaan barang-barang atau untuk menyediakan jasa-jasa tertentu.
Berdasarkan pada pengertian tersebut , maka cakupan tawaran pengajuan harga dalam tender meliputi : (1)
memborong/melaksanakan suatu pekerjaan tertentu, (2) Pengadaan barang atau jasa(3) membeli barang dan atau jasa,
serta (4) menjual barang atau jasa.
Persekongkolan untuk membocorkan rahasia dagang/ Perusahaan ( Pasal 23)
Pasal 23 UU No.5 Tahun 1999 menyebutkan, bahwa pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk
mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Pengertian rahasia dagang dikemukakan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 yang menyatakan bahwa
rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum dibidang teknologi dan atau bisnis, mempunyai nilai
ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.
Persekongkolan Menghambat Perdagangan ( Pasal 24)
Berdasarkan ketentuan Pasal 24 ini jelas bahwa pelaku usaha dilarang untuk
bersekongkol dengan pihak lain untuk :
Menghambat pelaku usaha pesaing dalam memproduksi,
Menghambat pemasaran , atau memproduksi dan memasarkan barang, jasa,
atau barang dan jasa dengan maksud agar barang , jasa, atau barang dan
jasa yang ditawarkan atau dipasok dipasar bersangkutan menjadi berkurang
atau menurun kualitasnya,
Bertujuan untuk memperlambat waktu proses produksi, pemasaran, atau
produksi dan pemasaran barang, jasa, atau barang dan jasa yang
sebelumnya sudah dipersyaratkan, serta
Kegiatan persekongkolan seperti ini dapat menimbulkan praktik monopoli
dan/atau persaingan usaha yang tidak sehat.
Dugaan pelanggaran ketentuan dalam Undang - UndangNo. 5 Tahun 1999
yang dilakukan oleh ; Konsorsium PT. Mustika Indra Mas, Konsorsium PT.Multi
Mega Service, Konsorsium PT. Senorotan Perkasa, Konsorsium PT. Tricipta Adi
Mandiri, Konsorsium PT.Yanaprima Hasta Persada, Prof.Dr.Rusadi
Kantaprawira, SH dimana selaku Ketua Panitia Pengadaan Tinta Sidik Jari
Pemilu Legislatif Tahun 2004, Konsorsium PT.Fulcomas Jaya, Konsorsium
PT.Wahgo Internasional Corporation, Konsorsium PT.Lina Permai Sakti, dan PT.
Nugraha Karya Oshida., dalam putusan perkara KPPU nomor 08/KPPU-L/2014
pelanggaran yang dilanggar adalah pada pasal 22 undang-undang Nomor 5
Tahun 1999 menyatakan Pelaku Usaha dilarang bersekongkol dengan pihak
lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat
Saran
KPPU didalam membentuk tim pemeriksaan
seyogyanya tidak menggunakan tim yang sama juga
didalam pemeriksaan lanjutan, minimal di dalam
keanggotaannya ada yang berubah.
Terima Kasih